ESL Luncurkan Mobile Open, Kerjasama dengan AT&T Untuk Esports Mobile Amerika Serikat

ESL meluncurkan produk terbaru mereka yang bertajuk mobile open. Produk ini merupakan sebuah platform liga esports mobile games yang ditujukan bagi para pemain amatir. Para pemain bisa mengikuti liga ini secara online dengan menggunakan platform tersebut. Tetapi walaupun berjalan secara online, ESL Mobile Open menjanjikan kesempatan bermain di panggung besar seperti gelaran DreamHack dan ESL One.

Melihat kesempatan ini, AT&T bergabung sebagai founding sponsor dari ESL Mobile Open. AT&T merupakan salah satu perusahan konglomerasi terbesar di Amerika Serikat, yang bergerak di bidang telekomunikasi. Kerjasama ini bukan keterlibatan pertama AT&T dalam ekosistem esports. Mereka sebelumnya juga mensponsori organisasi esports Cloud9 dan membuat dokumenter berjudul The Nine.

Cloud9 - Flusha
Cloud9 terkenal sebagai tim kuat di cabang CS:GO | Sumber: Cloud9

Untuk ESL Mobile Open, dikatakan bahwa liga akan berjalan sepanjang tahun 2019 ini, dan akan dibagi menjadi tiga musim. Awal musim pertama akan dimulai pada 18 Maret 2019 mendatang, dengan mempertandingkan tiga game: PUBG Mobile, Clash of Clans, dan Asphalt 9: Legends.

Nantinya siapapun yang memiliki smartphone, bisa mengikuti ESL Mobile Open, dan bertanding secara online. Gelaran final musim perdana ESL Mobile Open akan menjadi bagian event DreamHack Dallas, yang digelar 31 Mei 2019 mendatang. Para pemain akan berkompetisi untuk memperebutkan total hadiah US$330.000 atau sekitar Rp4,7 milyar.

Yvette Martinez-Rea, CEO dari ESL Gaming North America mengatakan kepada Esports Insider, “Kami percaya bahwa mobile device memberikan kesempatan pada generasi berikutnya untuk dapat turut menjajaki dunia esports sebagai player. ESL Mobile Open dikembangkan untuk menyediakan kesempatan berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi, bagi siapapun yang memiliki smartphone. Nantinya mereka bisa berkompetisi baik untuk judul game esports yang sudah mapan atau yang sedang berkembang”.

Shiz Suzuki, AVP Sponsorship & Experiential Marketing dari AT&T juga turut memberikan komentar. “Ini adalah alasan terbesar kami bekerja sama dengan ESL sejak tahun lalu. Komitmen inovasi mereka dalam menyediakan wadah kompetisi bagi berbagai macam pemain, selalu berhasil membuat kami kagum. Sponsorship ini juga sangat membantu kami dalam menghubungkan para pengguna dengan passion mereka terhadap esports.

Sumber: ESL Press Room
Kredibilitas ESL dalam menyelenggarakan sebuah event esports yang selalu dipercaya berbagai sponsor. Sumber: ESL Press Room

Untuk sementara waktu ini, ESL Mobile Open hanya tersedia untuk regional Amerika Utara saja. Namun jika melihat konsepnya, ESL Mobile Open ini sepertinya akan sangat menarik jika turut hadir di Asia Tenggara atau mungkin di Indonesia lewat ESL Indonesia.

Apalagi jika melihat hingar-bingar esports Indonesia, yang berkembang semakin pesat lewat mobile gaming. Kalau sampai ada ESL Mobile Open di Indonesia, tentu pemain game mobile dari segala penjuru Indonesia akan lebih mudah untuk menjajaki dunia esports sebagai pemain. Juga bukan tidak mungkin jika kompetisi ini akan menciptakan regenerasi pemain, memunculkan talenta berbakat yang belum pernah tampil sebelumnya.

WCG 2019 Umumkan Empat Cabang Game yang Akan Dipertandingkan

World Cyber Games 2019 (WCG 2019) mengumumkan Dota 2 sebagai salah satu judul game yang akan dipertandingkan. Sebelum Dota 2, mereka sudah mengumumkan 3 game lain yang akan dipertandingkan, yaitu Clash Royale, Honor of Kings (AOV versi lokal Tiongkok), dan Warcraft III: The Frozen Throne.

Nama WCG sebenarnya sudah tidak asing lagi dalam ekosistem esports, apalagi bagi Anda yang sudah mengikuti (atau mungkin menggeluti) jagat gaming kompetitif sejak lama. Memulai event esports mereka sejak tahun 2000, WCG kerap dianggap sebagai salah satu kompetisi esports bergengsi, setidaknya sampai 2013 kemarin.

Perjalanan panjang WCG menggelar event esports selama 14 tahun akhirnya terpaksa terhenti setelah event terakhir mereka di Kunshan, Tiongkok. WCG  akhirnya vakum selama kurang lebih 5 tahun, sampai akhirnya brand ini diakuisisi oleh pengembang Crossfire, Smilegate, dan bangkit kembali.

Sumber:
Sumber: Engadget.com

Mengutip Esports Insider, WCG berencana bangkit di tahun 2018 lewat sebuah event di Bangkok, Thailand. Event tersebut akhirnya gagal terlaksana, sampai mereka pun akhirnya baru betul-betul bangkit setelah mengumumkan WCG 2019 pada September 2018 lalu. 

WCG kabarnya menggunakan waktu vakum mereka untuk mempersiapkan berbagai hal, demi mengembalikan kejayaan brand kompetisi esports tertua di Asia ini. Kabarnya kompetisi WCG 2019 akan hadir dengan panggung berteknologi tinggi dan konsep hiburan modern. Mereka bahkan merilis lagu tema berjudul ‘Beyond the Game’ pada 13 Februari 2019 lalu, yang dibuat oleh DJ internasional ternama, Steve Aoki.

Menurut informasi, WCG 2019 akan diselenggarakan pada 18 – 21 Juli 2019 mendatang di Xi’an, Tiongkok. Kendati demikian, penyelenggara sepertinya masih sedang menggodok banyak hal. Mencoba menghampiri laman wcg.com, saya melihat beberapa informasi masih belum lengkap seperti: jadwal kualifikasi yang masih kosong, serta dua slot coming soon dalam jajaran game yang akan dipertandingkan.

Sumber:
Seperti WESG, WCG juga menggunakan format layaknya olimpiade. Sumber: WESG Official Sites

WCG awalnya adalah branding event esports milik Korea Selatan, yang disokong secara finansial oleh Samsung. Mirip seperti WESG, kompetisi WCG menggunakan format kompetisi layaknya olimpiade dengan menekankan kebanggaan nasionalisme negara.

Pada zamannya, WCG mempertandingkan judul-judul game terpopuler, seperti: Quake III Arena, Age of Empires II, StarCraft: Brood War, Counter Strike 1.6, DotA mod Warcraft III, dan lain sebagainya.

Kompetisi ini juga sempat diadakan di Indonesia, bahkan terhitung sebagai salah satu event esports terbesar kala itu. WCG diadakan di Indonesia pada 9-13 November 2011 lalu, di Epicentrum Walk, dengan mempertandingkan 16 negara dari Asia termasuk Indonesia.

Sumber:
Babak final WCG 2011 yang diadakan di Busan, Korea Selatan. Sumber: GameSpot

Dengan tren kompetisi esports yang sudah berubah, perjuangan WCG untuk menggelar event esports yang sukses mungkin bakal lebih sulit. Kini kebanyakan pengembang ingin punya kendali atas ekosistem esports mereka sendiri, seperti League of Legends dan Overwatch. Alhasil kebanyakan event esports pihak ketiga cenderung dinilai tidak prestis, karena otoritas tertinggi kompetisi dipegang oleh sang pengembang sendiri.

Namun bukan berarti tak ada kesempatan bagi event esports buatan pihak ketiga seperti WCG. Sebab kalau kita mengintip jagat kompetitif Dota, event seperti MDL Macau 2019 dan ESL Katowice 2019 terbukti masih cukup sukses menarik perhatian komunitas gamers. Padahal kedua event tersebut berjalan tanpa memegang status DPC Major/Minor dan tanpa banyak campur tangan pihak Valve.

Mungkin kembali lagi ke inti dari tayangan esports, di mana konten adalah nilai jual utama. Dengan mendorong format nasionalisme negara, konsep hiburan modern, juga sokongan brand esport sebesar WCG, saya rasa WCG 2019 seharusnya bisa sukses jika eksekusinya berjalan dengan baik.

 

Tencent dan Garena akan Gelar Arena of Valor World Cup 2019 di Vietnam

Tencent dan Garena mengumumkan bahwa Arena of Valor World Cup 2019 (AWC 2019) akan diadakan di Vietnam. Tahun lalu, event esports AOV tahunan ini diadakan di Los Angeles, Amerika Serika dengan tujuan untuk memikat peminat mobile gaming di barat. Namun sepertinya tahun ini Tencent dan Garena memilih untuk fokus memanjakan penggemar mobile gamers di Asia.

Pemilihan Vietnam sebagai tuan rumah AWC 2019 sebenarnya bisa dibilang langkah masuk akal bagi Tencent dan Garena, mengingat negara tersebut merupakan salah satu regional dengan jumlah pemain Arena of Valor terbanyak. Diterbitkan dengan nama Liên Quân Mobile, Esports Charts mencatat bahwa tayangan liga AOV lokal Vietnam sudah ditonton total selama 5.097.486 jam, dengan jumlah penonton terbanyak secara bersamaan adalah 213.301 penonton.

Dengan diadakannya AWC di Vietnam, tahun 2019 jadi tahun pesta esports bagi negara Vietnam. Pasalnya, selain menjadi tuan rumah event internasional Arena of Valor, Vietnam juga menjadi tuan rumah dari salah satu event kompetisi tengah musim League of Legends terbesar, Mid-Season Invitational.

Sumber:
Sumber: Garena Lien Quan Vietnam

Mengutip sebuah bocoran informasi dari Esports Observer, kompetisi AWC 2019 kabarnya akan membawa sebuah format baru yang membuat pertandingan jadi lebih menarik ditonton. Format tersebut diberi nama “Global Ban Pick”, format yang dirancang agar tim peserta tidak menggunakan hero yang sama secara terus menerus selama kompetisi. 

Jadi semisal kedua tim bertanding dalam seri pertandingan best-of-5, setiap tim hanya boleh menggunakan satu hero sebanyak satu kali dari empat kali permainan yang dijalani; dengan pengecualian jika permainan mencapai ke game 5.

Entah bagaimana format ini akan berdampak kepada para pemain, namun satu hal yang pasti ini akan membuat permainan jadi lebih menghibur. Selama ini baik AOV atau League of Legends menghadapi masalah yang sama, yaitu sedikitnya variasi hero yang kuat untuk bisa digunakan dalam pertandingan kompetitif.

Sumber:
Penjelasan soal apa itu Global Ban Pick mengutip dari laman resmi Lien Quan Mobile. Sumber: Garena Lien Quan Vietnam

Hal ini kadang membuat pertandingan jadi terasa membosankan, apalagi dalam seri-seri panjang seperti best-of-5 atau best-of-7. Para peserta biasanya akan terus mengulang menggunakan hero dan gaya permainan yang sama demi memenangkan pertandingan.

Lalu bagaimana wakil Indonesia untuk AWC 2019? Tahun lalu juara Arena of Valor Star League Season 1, EVOS AOV, langsung dipastikan untuk mewakili Indonesia dalam gelaran AWC 2018. Namun tahun ini, informasi seputar hal tersebut masih belum jelas. Mengingat Garena tidak menyebut apapun tentang AWC 2019, pada saat penganugerahan EVOS AOV sebagai juara ASL Season 2.

Terkait AWC 2019, selain negara tempat diadakan, belum ada pengumuman lebih lanjut seputar tempat, tanggal acara, serta total hadiah yang diperebutkan. AWC tahun lalu memperebutkan total hadiah sebesar US$550 ribu (Sekitar Rp7,7 miliar). Kalau melihat hadiah AoV International Championship 2018 yang meningkat, bukan tidak mungkin hadiah AWC 2019 juga akan meningkat.

Singtel dan SK Telecom Kerjasama Untuk Kembangkan Esports di Asia

Kembangkan sayap lebih lebar, Singtel dan SK Telecom kerjasama tandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk mengembangkan industri gaming dan esports di Asia.

Nama SK Telecom terbilang sudah tidak asing lagi, apalagi bagi Anda penggemar jagat kompetisi League of Legend. Selain perusahaan telekomunikasi paling besar di Korea Selatan, SK Telecom juga memiliki sebuah tim kuat di liga LoL Korea Selatan. Tim yang diberi nama SKT T1 sempat mendominasi jagat kompetitif LoL internasional beberapa tahun belakangan, serta merupakan tim bagi sang dewa League of Legends, Lee “Faker” Sang-hyeok.

Sumber:
Faker, dewa di jagat kompetitif LoL, midlaner tim SK Telecom T1. Sumber: Dexerto

Walau kerjasama ini terjadi dengan perusahaan telekomunikasi asal Singapura, tapi bukan berarti kerjasama ini tidak ada hubungannya dengan industri gaming maupun esports di Indonesia.

Selain merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Singapura, Singtel juga merupakan perusahaan induk dari beberapa perusahaan telekomunikasi Asia Tenggara. Salah satu perusahaan yang juga termasuk dalam naungan Singtel Group adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel.

Janji Singtel untuk kembangkan industri gaming dan esports di Asia sebenarnya sudah sempat terjadi sebelumnya. Ketika itu dalam gelaran event esporst PVP Esports Championship, Singtel menandatangani sebuah nota kesepahaman dengan para rekanannya yang berasal berbagai regional yaitu Optus (Australia), Airtel (India), AIS (Thailand), Globe (Filipina), dan tentunya Telkomsel (Indonesia).

Mengutip Esports Insider, Singtel dan SK Telecom akan berkolaborasi untuk saling berbagi, menggunakan platform serta channel yang mereka miliki untuk meningkatkan kualitas event esports serta liga regional, dan menyediakan konten orisinil dan/atau pihak ketiga yang sudah dikurasi untuk portal lokal masing-masing.

Mengingat adanya keterkaitan antara Singtel dengan Telkomsel, saya mencoba mewawancara Rezaly Surya Afhany, selaku Manager Local Developer, Games and Apps Division, Telkomsel

Menurut Rezaly, kerjasama ini kemungkinan bakal mengarah ke dalam penguatan, serta sharing experience gaming business platform pada 2 perusahaan tersebut seperti: direct carrier billing, special data package, media and esports.

“Ini masih baru dalam tahap nota kesepahaman, intinya adalah Singtel Ingin melebarkan sayap lebih besar di Asia. Kami sendiri dalam internal Telkomsel belum menerima informasi lebih lanjut, jadi saya juga belum bisa berkomentar lebih banyak.” Rezaly menambahkan.

Sumber:
Rezaly Surya Afhany (Paling kanan), Manager Local Developer divisi Games and Apps dari Telkomsel, saat menghadiri konfrensi pers Mineski Event Team. Sumber: Duniagames

Sejauh ini Telkomsel, lewat branding Dunia Games, punya andil cukup besar dalam mengembangkan ekosistem esports di Indonesia. Bentuk andil Telkomsel dalam ekosistem esports Indonesia di antaranya adalah: helatan Indonesia Games Championship, membuat tim esports AOV bertajuk DG Esports, serta menggelar sebuah liga amatir bertajuk DG League dan DG Campus League.

Kalau benar nantinya kerjasama antara SK Telecom dengan Singtel juga berdampak kepada ekosistem esports Indonesia, ini tentu akan menjadi sebuah berita baik. Saya pribadi mengharapkan hal ini bisa mendorong kemajuan esports di tanah air Indonesia lebih cepat lagi, jika benar terjadi.

Menolak Mati, Liga Esports Starcraft Kembali Hadir di Korea Selatan

Walau fenomena esports terbilang baru mulai booming belakangan, nyatanya fenomena ini sudah terjadi sejak lama di Korea Selatan sana. Salah satu yang jadi bibit fenomena ini adalah ketika jagat kompetitif game RTS StarCraft diubah menjadi sebuah industri hiburan yang disebut esports pada sekitar tahun 2002.

Alhasil, StarCraft mengakar di industri esports Korea Selatan sehingga Blizzard berani untuk kembali menghadirkan kelanjutan dari Korea StarCraft League (KSL) di tahun 2019 ini. KSL adalah liga StarCraft lokal Korea yang dijalankan oleh Blizzard sendiri selaku pengembang dan penerbit dari salah satu franchise RTS tertua tersebut.

Walau lawas, StarCraft: Remastered sebagai esports terbukti masih menjadi tontonan favorit para gamers di Korea sana. Sumber:
Walau lawas, StarCraft: Remastered sebagai esports terbukti masih menjadi tontonan favorit para gamers di Korea sana. Sumber: Youtube StarCraft Esports

Menariknya liga StarCraft ini justru membawa nostalgia tersendiri bagi para penontonnya karena mempertandingkan StarCraft: Remastered. Game tersebut merupakan versi yang sudah diperbaharui dari game StarCraft yang rilis pertama tahun 1998 lalu. Dengan gameplay serta mekanik yang sama persis dengan versi aslinya, StarCraft: Remastered menawarkan pembaruan dari segi grafis, sehingga bisa dimainkan dalam resolusi 4k, dan suara yang direkam ulang agar jadi lebih jernih serta berkualitas tinggi.

KSL musim pertama diadakan pada Juli 2018 dan berhasil sukses keras sampai ke musim kedua. Mengutip data ESC, KSL musim kedua sudah ditonton oleh 3.963.825 penonton, ditonton selama 703.558 jam, dengan jumlah penonton terbanyak pada saat bersamaan sebanyak 40.137 penonton.

Kompetisi StarCraft yang akan diadakan pada April 2019 ini merupakan musim ketiga dari seri KSL yang sudah diadakan. Masuk musim ketiga, KSL hadir menggunakan venue VSG Arena. Menurut rilisan resmi Blizzard, VSG Arena merupakan esports cultural complex serba guna yang menawarkan teknologi audio-visual state-of-the-art.

SoulKey, jagoan StarCraft Korea Selatan yang jadi juara KSL musim kedua. Sumber:
SoulKey, jagoan StarCraft Korea Selatan yang jadi juara KSL musim kedua. Sumber: Red Bull Esports

Walau menyandang nama Korea, namun kompetisi ini terbuka bagi para penantang dari berbagai belahan dunia. Nantinya KSL akan melalui beberapa tahap, pertama adalah tahap qualifier yang dibuka mulai Maret 2019 mendatang. Dari qualifier pertandingan berlanjut ke regular season dengan mengambil 16 pemain terbaik dari tahap sebelumnya.

Musim lalu, KSL dimenangkan oleh Kim “Soulkey” Min Chul, pemain Zerg yang sudah bermain secara kompetitif sejak tahun 2010. Tahun ini, Korea StarCraft League hadir dengan memperebutkan total hadiah sebesar 80 Juta Won Korea atau hampir Rp1 Milyar.

StarLadder jadi Tuan Rumah CSGO Major ke Lima Belas

Kalau bertanya soal game esports tertua di dunia, jawabannya mungkin adalah seri Counter-Strike yang sudah dikompetisikan sejak lama sekali; walau mungkin baru jadi esports sekitar tahun 2012. Meski game battle royale serta MOBA menyerbu, game FPS ini tetap bertahan sebagai salah satu game esports favorit.

Maka dari itu, tak heran juga jika kompetisi esports CSGO terus berlanjut dan kini StarLadder akan jadi tuan rumah dari CSGO Major ke-15. Kompetisi ini akan diadakan di Jerman, di salah satu lokasi acara esports paling legendaris seantero Jerman yaitu Mercedes-Benz Arena. Lokasi acara ini menjadi salah satu favorit bagi event esports, yang juga jadi lokasi andalan untuk beberapa event milik ESL.

Sumber:
Sumber: Laman resmi ESL Pro League

Event ini diselenggarakan bekerjasama dengan rekan StarLadder yaitu ImbaTV. Selain bekerja sama dalam melangsungkan CSGO Berlin Major 2019 ini, ImbaTV juga berperan sebagai broadcast partner untuk khalayak esports CSGO di Tiongkok. Terkait hal ini, Alexander Chegrinez selaku Head of Business Development dari StarLadder memberikan sedikit komentarnya lewat sebuah press release yang diterbitkan lewat laman resmi StarLadder.

“Perusahaan kami dahulu terbentuk karena passion terhadap kompetisi Counter-Strike. Bahkan beberapa tahun lalu, turnamen yang kami selenggarakan untuk pertama kalinya adalah turnamen CS. Game ini pun pernah dan tetap menjadi bagian penting dari identitas Starladder, kami berkembang dengan CS dan benar-benar sangat bersemangat dengan CSGO Berlin Major yang akan kami adakan.” Alexander mengatakan.

“Adalah sebuah kehormatan besar bagi kami untuk menjadi tuan rumah dari anniversary ke-15 Major, yang diadakan di lokasi acara yang sangat mengagumkan dan diadakan untuk komunitas yang sangat luar biasa! Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat para fans terkesan dan menciptakan Major yang dapat Anda kenang.”

Sumber:
Sumber: Laman resmi ESL Pro League

Semua fase turnamen nantinya akan diselenggarakan di Berlin, yang artinya termasuk minors serta minor Play-in (sejenis qualifier untuk menuju ke major). Alasan penyatuan jadwal ini adalah agar para pemain tidak harus repot mengurus visa setelah lolos dari minor dan lebih fokus kepada persiapan pertandingan. Dengan ini maka jadwal dari CSGO Berlin Major 2019 ini adalah.

  • 17- 21 Juli – Europe & Americas Minors
  • 24-28 Juli – CIS & Asia Minors
  • 29 Juli – Minor Play-in
  • 20-25 Agustus – Challengers Stage
  • 27 Agustus – 1 September – Legends Stage
  • 5-8 September – Champions Stage

StarLadder CSGO Berlin Major 2019 memperebutkan total hadiah US$1 juta atau sekitar Rp14 milyar. Sementara untuk empat minor yang diadakan, hadiah yang diperebutkan akan tetap US$50.000 atau sekitar Rp700 Juta.

Overwatch League Amankan Sponsorship Dengan Coca-Cola

Overwatch League sudah memasuki musim kedua. Tayangan liga esports ini mungkin tidak seseru itu untuk ditonton buat yang bukan penggemar FPS action tempo cepat dengan ragam gerakan yang bisa bikin pusing ketika ditonton. Namun kompetisi ini punya sisi yang menarik yang diikuti, yaitu sisi bisnis dan konsep pelaksanaan kompetisinya.

Muncul dengan konsep layaknya liga olahraga tradisional, awalnya hal ini membuat banyak pihak merasa skeptis. Namun sampai musim kedua, model ini terbukti berhasil meningkatkan tingkat kepercayaan sponsor, salah satunya ada Coca-Cola yang baru-baru ini menyeponsori Overwatch League.

Kerjasama ini akan membuat Coca-Cola menjadi sponsor minuman dari Overwatch League untuk tiga tahun ke depan. Ini artinya Coca-Cola akan mendapat akses terhadap berbagai lini branding Overwatch League, termasuk 20 tim peserta Overwatch League, juga kompetisi lain seperti Overwatch World Cup dan juga event tahunan Blizzard, BlizzCon.

Kalau di Amerika Serikat sana, sponsorship seperti ini jadi terlihat tidak sebegitu mengherankan. Beberapa penyebabnya seperti perkembangan pesat industri esports dan juga kepercayaan brand terhadap esports di sana yang kini semakin meningkat. Hal ini terbukti, salah satunya dalam bahasan Hybrid soal 49 persen brand non-endemic yang sponsori ekosistem esports pada 2018 lalu.

Faktor penguat lain menurut saya pribadi adalah kualitas produksi event esports Overwatch League yang sangat megah. Namun yang pasti Coca-Cola memang sebelumnya sudah sempat kerja sama dengan beberapa ekosistem esports lain. Sebelum Overwatch League, mereka sempat kerjasama dengan kompetisi League of Legends pada 2016 dan sponsorship terhadap konten FIFA 18 dari EA Sports pada tahun 2017 lalu.

NEW YORK, NY - JULY 27: A view of the crowd at Overwatch League Grand Finals - Day 1 at Barclays Center on July 27, 2018 in New York City. (Photo by Matthew Eisman/Getty Images for Blizzard Entertainment ). Sumber:
NEW YORK, NY – 27 JULI: Keramaian di gelaran hari pertama Overwatch League Grand Finals – Barclays Center, New York, Amerika Serikat. (Foto oleh Matthew Eisman/Getty Images untuk Blizzard Entertainment ). Sumber: Official Blizzard Documentation

Seperti tadi sudah disebutkan kompetisi Overwatch League berhasil mendobrak dengan konsep liga layaknya olahraga tradisional. Bagaimana cara mereka melakukannya? Kompetisi ini mencoba mendorong fanatisme kota di dalam esports. Jadi dalam kompetisi ini kamu bisa melihat nama tim dengan nama kota di depannya, contohnya seperti tim Philadelpia Fusion, New York Excelsior, Shanghai Dragons, dan lain sebagainya.

Konsep menarik lagi yang ditawarkan adalah setiap tim mendapat skin karakter khusus, dengan warna dan rancangan sesuai dengan tema warna dari masing-masing tim. Jadi setiap kali bertanding, para tim akan memakai semacam jersey digital untuk setiap karakter yang mereka mainkan.

Kalau melihat bagaimana konsep Overwatch League yang unik berhasil meningkatkan kepercayaan brand terhadap esports, mungkin bisa disimpulkan bahwa inovasi terhadap konsep event esports harus tetap dilakukan agar dapat menarik perhatian para sponsor untuk bisa membiayai event esports.

Sumber:
Sumber: Twitter @SFShock

Menurut opini saya pribadi, mendapatkan sponsorship untuk sebuah event esports kadang bukan cuma bicara soal angka jumlah penonton saja tapi juga soal konsep hiburan model baru untuk demografi yang unik dan soal cara baru menyampaikan pesan sponsor kepada para penonton. Overwatch League di sini berhasil membuktikan keduanya. Mereka membawa konsep baru nan unik, dan juga berhasil buktikan bahwa konsep tersebut bisa menarik perhatian banyak gamers

AT&T Jalin Kerjasama Tahunan Dengan NBA, Termasuk 2K League

Belakangan esports genre sports memang sedang jadi sorotan para sponsor, terutama di industri esports barat sana. Alasannya mungkin cukup sederhana, genre ini bisa ditonton berbagai demografi usia, juga mudah dimengerti oleh orang awam. Kalau kemarin ada FIFA yang kerjasama dengan ELEAGUE, kali ini ada kerjasama lain yang terjalin dari game olahraga bola basket.

Kerjasama ini sebenarnya terjadi antara liga bola basket profesional Amerika Serikat, NBA, dengan penyedia layanan telekomunikasi, AT&T. Namun kerjasama ini ternyata tidak berhenti kepada liga bola basket NBA saja, namun juga pada liga esports bola basket, NBA 2K League atau yang juga disebut 2K League.

Sumber
Sumber: Flurry Sports

Tahun lalu, NBA 2K League sudah berjalan selama satu musim mulai dari bulan Mei 2018. Kompetisi tersebut mempertandingkan 17 tim yang pada akhirnya memunculkan tim New York City sebagai pemenang. Tahun ini NBA 2K League akan kembali berlangsung dengan penambahan jumlah tim menjadi 21. Seperti tahun lalu, musim kompetisi NBA 2K League 2019 dimulai pada bulan Mei nanti.

Liga esports dari game NBA 2K ini sebenarnya cukup menarik. Karena diselenggarakan atas kerjasama NBA dengan sang pengembang game, Take-Two Interactive, jadinya tim peserta liga ini juga adalah tim yang masuk dalam franchise liga bola basket NBA. Jadi kalau menonton 2K League, Anda bisa melihat nama-nama besar seperti LA Lakers, Miami Heat, atau Golden State Warriors, namun dengan branding yang berbeda.

Walau baru berjalan selama satu musim, kompetisi ini terbilang berjalan dengan cukup sukses. Secara bisnis, mereka berhasil mengamankan berbagai sponsor dari brand endemik seperti HyperX, Scuf Gaming, Intel, Alienware, dan juga kerjasama dengan Twitch untuk menjadi official live streaming partner. Jumlah penonton liga ini juga cukup lumayan, walau meski jumlahnya memang belum sebesar seperti kompetisi MOBA.

Sumber:
Sumber: Yahoo! Sports

Mengutip dari Esports Watch jumlah penonton terbanyak dari NBA 2K League ini baru mencapai 28.850 penonton secara bersamaan. Jumlah ini memang tak besar namun cukup wajar, mengingat NBA 2K League baru berjalan selama satu musim. Jika harus dibandingkan, jumlah ini terpaut cukup jauh jika dibandingkan dengan Dota 2 Chongqing Major yang memiliki jumlah penonton terbanyak mencapai 503.727 penonton secara bersamaan.

NBA 2K League juga menawarkan konsep permainan yang unik. Kalau game olahraga FIFA biasanya mengandalkan satu orang pemain untuk memainkan satu tim sepakbola. NBA 2K League malah membuat game olahraga jadi seperti MOBA. Format pertandingan 2K League adalah 5v5, yang mana setiap pemain mengendalikan pebasket virtual mereka sendiri. Alhasil jika ingin menang, sang atlet esports NBA 2K League ini juga harus mengerti dasar-dasar formasi, strategi, dan pergerakan pemain di dalam bola basket.