Pekan 3 Big League IGL 2019: Usaha SFI.Kenny Menumbangkan Quarantine Egi

Pekan keempat, pertandingan Big League dari IGL 2019 menjadi semakin ketat. Pekan ini, IGL menjadi panggung bagi Kenny “Rainesual” Prasetyo dan Quarantine Egi untuk saling unjuk gigi siapa yang terbaik. Jelang pertandingan ini, Quartantine Egi masih jadi pemuncak klasemen ketika itu. Sementara pada sisi lain, SFI.Kenny masih sedang berjuang membuktikan diri untuk dapat menyodok ke puncak klasemen.

Benar saja, karena perebutan klasemen yang terjadi ini, pertandingan antar keduanya pun berjalan dengan sangat sengit. Pada babak pertama, pertandingan berjalan sangat alot. Namun semua berubah saat jelang akhir babak pertama, SFI.Kenny berhasil melakukan tendangan manis yang langsung memberikan skor 1-0 bagi dirinya.

Masuk babak kedua, Quarantine Egi sebenarnya punya kesempatan menyamakan kedudukan. Ketika itu SFI.Kenny secara tidak sengaja membuat pelanggaran di kotak penalti. Tendakan penalti tersebut berhasil digagalkan oleh SFI.Kenny dengan tebakan sempurna dari sang kiper, kesempatan emas pun hilang. Akhirnya skor 1-0 terus bertahan sampai menit 90, kemenangan di game 1 bagi SFI.Kenny.

Pertandingan game 2, aura permainan terasa berubah. Walau SFI.Kenny tetap menguasai bola, namun berkali-kali Quarantine Egi juga memberikan serangan-serangan yang mengejutkan. Terlebih lagi, kendati banyak mengendalikan bola, sayangnya SFI.Kenny kerap mengalami kebuntuan saat tinggal melakukan finishing. “Memang jelang akhir game 1, Egi mengganti formasi jadi 3-5-2. Karena hal tersebut aku jadi mulai kewalahan menahan serangan dia.” kata Kenny menceritakan pengalamannya.

Gempuran tajam Quarantine Egi pada akhirnya membuahkan hasil pada menit 21, ketika Lacazette melakukan tendangan geledek yang langsung mengoyak gawang SFI.Kenny. Gol pertama tersebut sepertinya menggoyahkan mental SFI.Kenny. Gol kedua dari Quarantine Egi tercipta setelah umpan lambung ciamik yang langsung disambut tendangan first touch keras dari Sadio Mane. Babak pertama berakhir dengan skor 2-0.

Babak kedua, SFI.Kenny sebenarnya beberapa kali mendapatkan kesempatan emas. Salah satu yang cukup disayangkan adalah ketika kiper Quarantine Egi sudah luput, namun tendangan dari SFI.Kenny terlalu keras, jadi menghantam mistar gawang, menghilangkan kesempatan untuk menyamakan skor.

Sumber: Instagram @IGL
Pertandingan pekan ini yang wajib Anda saksikan. Sumber: Instagram @igl.id

“Game kedua, Egi memang bermain lebih baik daripada aku. Aku sebenarnya merasa seharusnya bisa cetak 1 atau 2 gol. Tapi apa mau dikata tendangan yang harusnya jadi gol malah kena tiang. Setelah kejadian tersebut, aku jadi kehilangan fokus.” Kenny menceritakan soal pengalamannya di game kedua.

Kegagalan tersebut segera dimanfaatkan oleh Egi. Jelang akhir babak, ia melakukan satu serangan lagi. Kali ini Serge Gnabry menjadi eksekutor. Dengan mengandalkan skill dribling yang presisi, ia seorang diri berhasil membawa bola masuk ke kotak penalti dan membuat gawang SFI.Kenny lagi-lagi terkoyak. Pertandingan game 2 ditutup dengan kemenangan bagi Quarantine Egi.

Indonesia Gaming League masih berlanjut pada pekan ini. Pertandingan kembali digelar pada esok hari, tanggal 21 Juni 2019 mulai pukul 19.00. Bagi Anda yang ingin menyaksikan, Anda dapat langsung pergi ke kanal Youtube resmi Indonesia Gaming League.

 

Beginner’s Guide – Dasar-Dasar Offense dan Defense dalam Dragon Ball FighterZ

Ketika dirilis pada awal tahun 2018 kemarin, Dragon Ball FighterZ langsung menjadi fighting game yang populer di pasaran. Daya tarik lintas generasi dari franchise Dragon Ball, dipadu dengan teknologi visual 3D anime karya Arc System Works, serta sistem kendali yang mudah dipelajari pemula, membuat Dragon Ball FighterZ banyak sangat diminati penggemar. Game ini juga berhasil menjadi game dengan partisipan turnamen terbanyak di EVO 2018, mengalahkan Street Fighter yang biasanya selalu jadi menu utama.

Bandai Namco mendukung ekosistem esports Dragon Ball FighterZ dengan menciptakan sirkuit turnamen dunia bertajuk Dragon Ball FighterZ World Tour, yang dimenangkan oleh Kazunoko (Ryota Inoue) dalam musim pertama. Di Indonesia sendiri, Dragon Ball FighterZ memiliki komunitas yang cukup aktif dan sering bermain bersama. Bahkan beberapa pemain Indonesia punya prestasi mentereng di level internasional, seperti Drek yang menjuarai Dragon Radar Turnamen dan sempat bertanding di Jepang.

Bila Anda belum pernah memainkan Dragon Ball FighterZ, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencoba. Bandai Namco baru mengumumkan peluncuran Dragon Ball FighterZ World Tour kedua yaitu untuk periode 2019/2020, artinya komunitas game ini akan kembali ramai. Dragon Ball FighterZ juga telah mendapatkan dua Season Pass, sehingga Anda bisa mendapat lebih banyak pilihan karakter untuk dimainkan.

Jangan khawatir kesulitan memainkannya, karena Hybrid bekerja sama dengan Taufik Ismail Harahap dari komunitas Advance Guard telah merangkum hal-hal mendasar yang perlu Anda pelajari untuk bisa bermain layaknya seorang pro. Yuk simak panduannya di bawah!

Dasar-dasar offense

Pada dasarnya offense atau serangan dalam Dragon Ball FighterZ dapat dibagi menjadi enam, yaitu serangan Light (L), Medium (M), Heavy (H), Special (S), Command Moves, dan Super. Setiap jenis serangan memiliki karakteristik berbeda-beda untuk setiap karakter, sehingga cara penggunaannya pun berbeda. Berikut akan kita bahas satu-persatu.

Light: Serangan dengan kekuatan lemah. Meski lemah, serangan ini memiliki gerakan yang cepat sehingga menjadi opsi utama untuk membuka pertahanan musuh.

Medium: Serangan dengan kekuatan menengah. Gerakannya lebih lambat dibanding serangan Light, tapi umumnya memiliki jarak serang yang lebih baik. Bagus digunakan sebagai awalan combo ataupun untuk memperpanjang combo.

Heavy: Serangan kuat. Jarang digunakan untuk mengawali combo karena serangan ini memiliki recovery yang lambat dan mudah dibalas oleh lawan, tapi bagus digunakan untuk memperpanjang combo. Dalam kondisi tertentu, serangan Heavy juga dapat membuat lawan terpental (disebut sebagai Smash Attack).

Special: Serangan unik yang dimiliki masing-masing karakter. Umumnya serangan ini merupakan serangan jarak jauh dengan cara melemparkan proyektil atau tenaga dalam (ki blast). Tapi beberapa karakter memiliki serangan Special berbeda, misalnya Videl yang memanggil Great Saiyaman untuk menyerang lawan.

Kombinasikan serangan normal dan Command Moves untuk membuka pertahanan lawan!

Command Moves: Serangan yang bisa diakses dengan melakukan input kombinasi gerakan tertentu. Sebagai contoh, jurus Kamehameha dari karakter Son Goku (Super Saiyan) dilakukan dengan input arah seperempat lingkaran ke depan (quarter circle forward, qcf) dan tombol Special. Terkadang Command Moves disebut juga dengan istilah “Special Attack”, tapi istilah itu agak membingungkan karena ada tombol yang bernama Special juga.

Kecuali Command Moves yang menggunakan tombol Special, biasanya sebuah Command Move dapat dilakukan dengan tiga jenis tingkatan yaitu Light, Medium, atau Heavy tergantung tombol yang kita pilih. Sama seperti serangan-serangan normal, Command Moves ini juga punya kekuatan dan kecepatan berbeda-beda. Command Moves versi Heavy akan menghabiskan 1 meter Ki Gauge (bila Ki Gauge sedang kosong maka otomatis akan keluar versi Medium).

Super: Serangan ultimate milik masing-masing karakter. Pada umumnya serangan Super dibagi menjadi dua, yaitu Super Level 1 (menghabiskan 1 meter Ki Gauge) dan Super Level 3 (menghabiskan 3 meter Ki Gauge). Namun ada beberapa karakter seperti Gohan (Teen) dan Vegeta (SSGSS) dapat melakukan ekstensi Super hingga menghabiskan lebih dari 3 meter Ki Gauge.

Super adalah cara yang bagus untuk mengakhiri sebuah combo dan memastikan musuh terkena status knockdown. Tapi hati-hati, karena setiap Super memiliki karakteristik berbeda-beda. Ada Super yang bisa dilakukan di darat maupun udara, ada yang hanya bisa dilakukan di darat, dan seterusnya.

Super adalah cara yang baik untuk mengakhiri sebuah combo.

Dasar-dasar defense

Sekilas Dragon Ball FighterZ mungkin terlihat seperti game yang mendorong kita untuk bersikap ofensif dan terus-menerus menyerang lawan. Padahal justru sebaliknya. Dalam game ini pertahanan sangatlah penting, karena bila Anda gagal bertahan, satu serangan saja dari lawan yang masuk bisa membuat Anda terkena combo panjang dan kehilangan banyak nyawa.

Untungnya Dragon Ball FighterZ memberikan kita opsi bertahan yang cukup lengkap. Ada dua jenis pertahanan dasar di game ini, yaitu Block dan Z Reflect.

Block: Seperti fighting game 2D pada umumnya, Block di Dragon Ball FighterZ dapat menangkis serangan lawan namun harus disesuaikan dengan arah serangannya. Ada tiga arah serangan di game ini, yaitu Mid (tengah), Low (bawah), dan Overhead (atas). Block sambil berdiri alias Standing Block dapat menangkis serangan Mid dan Overhead, sementara Block sambil jongkok alias Crouching Block dapat menangkis serangan Mid dan Low.

Bila Anda melakukan Block di udara (Air Block), Anda dapat menangkis serangan dari arah mana pun.

Serangan ke arah Low harus ditangkis dengan Crouching Block.

Z Reflect: Seperti adegan dalam anime Dragon Ball di mana karakter dapat menepis serangan lawan dengan kibasan tangan, game ini memberikan fitur serupa yang disebut Z Reflect. Caranya yaitu dengan menekan tombol belakang + Special (tombol X di PS4 untuk konfigurasi default).

Z Reflect lebih sulit dilakukan daripada Block karena harus menyesuaikan timing serangan lawan. Tapi bila berhasil, efeknya sangat berguna. Berbeda dengan Block di mana nyawa kita tetap akan berkurang sedikit ketika menangkis serangan (chip damage), Z Reflect membuat serangan musuh tertangkis sempurna tanpa ada chip damage. Melakukan Z Reflect terhadap serangan melee juga akan membuat musuh terpental kembali ke posisi netral. Hebatnya lagi, Z Reflect dapat digunakan untuk menangkis hampir semua serangan, termasuk serangan Super.

Mekanisme unik dalam Dragon Ball FighterZ

Dragon Ball FighterZ memiliki beberapa mekanisme unik yang membuatnya berbeda dari fighting game lainnya. Selain memahami dasar-dasar Offense dan Defense, mekanisme unik ini juga penting dipelajari supaya kita bisa bertarung secara optimal. Apa saja mekanisme tersebut?

Auto Combo: Combo otomatis yang bisa kita lakukan cukup dengan menekan satu tombol berulang-ulang. Ada dua jenis Auto Combo, yaitu Light Auto Combo dan Medium Auto Combo. Light Auto Combo dilakukan dengan cara menekan serangan Light berulang-ulang, sementara Medium Auto Combo menggunakan serangan Medium.

Auto Combo sangat berguna bagi pemain yang baru belajar, tapi sebenarnya kegunaan Auto Combo tidak berhenti sampai di situ. Di level permainan yang lebih tinggi, Auto Combo bisa juga dikombinasikan dengan gerakan-gerakan lain untuk menghasilkan combo yang lebih dahsyat. Bahkan para pemain profesional pun masih sering menggunakan fitur ini.

Auto Combo, bukan hanya untuk pemula.

Vanish: Mekanisme unik dalam Dragon Ball FighterZ, di mana kita menghabiskan 1 meter Ki Gauge untuk menghilang (teleport) dan menyerang musuh dari belakang. Caranya adalah dengan menekan tombol Medium + Heavy bersamaan. Vanish dapat digunakan untuk menghindari serangan lawan atau memperpanjang combo.

Bila Anda sedang dalam kondisi Sparking, Vanish dapat dimodifikasi menjadi hanya teleport tapi tanpa serangan. Caranya adalah dengan menahan tombol M + H. Teknik ini berguna untuk beberapa combo yang hanya bisa dilakukan saat Sparking.

Super Dash: Gerakan “terbang” yang akan mengejar musuh di mana pun ia berada. Super Dash ini sekaligus berfungsi sebagai sebuah serangan, jadi kita bisa menggunakannya di tengah-tengah combo atau untuk mengawali combo.

Super Dash juga akan menembus serangan-serangan ki blast musuh yang lemah, jadi teknik ini sangat berguna untuk mengatasi spamming. Tapi hati-hati juga, jangan terlalu sering menggunakannya sehingga gerakan Anda terprediksi, karena Super Dash mudah digagalkan dengan serangan uppercut (menekan tombol bawah + Heavy).

Dragon Rush: Di dalam Dragon Ball FighterZ tidak ada gerakan bantingan (throw) seperti fighting game pada umumnya. Sebagai gantinya adalah serangan Dragon Rush. Serangan ini tidak bisa ditangkis, tapi bisa kita gagalkan dengan cara menekan tombol Dragon Rush pula ketika musuh menyerang.

Mirip seperti serangan Dust di seri Guilty Gear, Dragon Rush akan membuat lawan terlempar dan bisa kita lanjutkan ke combo. Ada juga kegunaan-kegunaan lainnya, seperti membuat lawan knockdown, atau membuat lawan terlempar ke luar arena dan berganti dengan karakter lain.

Assist: Fitur memanggil teman untuk membantu kita dalam serangan. Bila tombol Assist kita tahan, karakter kita akan berganti dengan karakter lain yang masih hidup. Pergantian karakter ini disebut Z Change.

Guard Cancel: Mekanisme untuk kabur dari tekanan musuh dengan cara mengorbankan 1 meter Ki Gauge. Ketika Anda sedang melakukan Block, Anda dapat menekan arah depan + Assist untuk mengganti karakter dengan karakter lain dan menggagalkan serangan lawan. Bila tidak ada karakter lain yang masih hidup, gerakan Guard Cancel akan menyerupai gerakan Vanish.

Aktivasi Sparking Blast bisa dilakukan di tengah-tengah combo.

Sparking Blast: Dengan menekan 4 tombol Normal Attack (Light, Medium, Heavy, Special) bersamaan, karakter kita akan masuk ke mode Sparking dan tubuhnya akan menyala kemerahan. Selama kondisi Sparking, serangan kita akan jadi lebih kuat, dan nyawa kita akan terisi secara perlahan-lahan. Semakin banyak karakter yang mati maka durasi Sparking akan semakin lama.

Sparking Blast juga dapat dilakukan sebagai mekanisme Offense maupun Defense, karena kita dapat mengaktifkannya ketika kita terkena combo ataupun ketika kita sedang melakukan combo. Ketika kita menyalakan Sparking Blast, musuh akan terpental, sehingga kita bisa terlepas dari serangan atau bisa melanjutkan serangan ke combo yang lebih panjang.

Rekomendasi karakter untuk pemula

Dragon Ball FighterZ adalah pertarungan 3v3, artinya dalam satu pertarungan kita harus bisa menguasai 3 karakter sekaligus. Tapi jangan khawatir, ada beberapa karakter yang cukup mudah untuk dipelajari dan dikuasai oleh pemula.

Tentu saja, pada akhirnya pemilihan karakter itu kembali ke pribadi masing-masing. Mungkin Anda sudah memiliki karakter-karakter favorit sendiri di seri Dragon Ball, tidak ada salahnya bila Anda membuat komposisi tim berdasarkan karakter-karakter favorit tersebut. Namun bila Anda kesulitan dalam menentukan karakter, kami akan bantu dengan memberikan garis besar kemampuan karakter-karakter di bawah.

Vegeta (Super Saiyan) digemari banyak orang karena Assist miliknya sangat berguna.

Oh ya, meski mudah dipelajari, bukan berarti karakter-karakter ini lemah. Bahkan di level turnamen internasional pun beberapa karakter di bawah masih sering muncul, jadi jangan khawatir. Berikut ini 5 karakter rekomendasi untuk pemula di Dragon Ball FighterZ:

  • Bardock adalah karakter yang bisa dibilang termudah sekaligus juga terkuat di seluruh Dragon Ball FighterZ. Alasannya karena Bardock memiliki Auto Combo terkuat di dalam game, serangan Assist yang bagus, combo yang relatif mudah, serta damage yang besar. Bardock adalah pilihan pertama untuk membangun tim bila Anda belum menemukan komposisi yang nyaman.
  • Goku (Super Saiyan). Kelebihan utama Goku (Super Saiyan) adalah serangan Assist miliknya yang sangat fleksibel. Anda dapat menggunakan Assist ini untuk melanjutkan combo, melakukan pressure, atau melindungi karakter Anda ketika hendak mendekati musuh. Secara gameplay pun ia relatif mudah digunakan.
  • Vegeta (Super Saiyan). Mirip seperti Goku (Super Saiyan), Vegeta (Super Saiyan) juga memiliki gameplay relatif mudah serta Assist yang sangat fleksibel—salah satu Assist terbaik di game ini. Ia juga memiliki gerakan dragon punch yang berguna untuk menjauhkan musuh yang menyerang secara berlebihan. Namun kekurangannya adalah Vegeta memiliki jarak serangan yang lebih pendek.
  • Vegito (SSGSS). Lazim juga disebut Vegito Blue, karakter ini mirip Bardock dalam artian memiliki serangan L yang sangat bagus terutama dari segi jangkauan jaraknya. Serangan L milik Vegito Blue sangat kuat untuk membuka pertahanan musuh, tapi Vegito Blue punya sistem combo yang unik dibanding karakter-karakter lain. Pemain yang baru mencoba mungkin akan sedikit bingung, namun selain sistem combo tersebut, Vegito Blue adalah karakter yang mudah dipakai.
  • Goku Black. Memiliki karakteristik Assist mirip seperti Goku (Super Saiyan), namun lebih cepat. Goku Black juga memiliki jarak serangan yang sangat panjang, terutama serangan Heavy. Auto Combo miliknya pun relatif panjang, dan semua serangan Super miliknya bisa dilakukan di darat maupun udara. Kelemahannya, ia memiliki damage dan kecepatan yang lebih rendah.
Goku Black punya jarak serang yang panjang dan combo yang mudah.

Rekomendasi video untuk dipelajari

Setelah mempelajari dasar-dasar permainan dari Dragon Ball FighterZ dan sudah memiliki 3 karakter yang ingin dimainkan, langkah selanjutnya adalah mempelajari cara bermain Dragon Ball FighterZ dari ahlinya.

Apa saja sih yang dapat dipelajari? Yang dapat dipelajari dari permainan pro player adalah bagaimana mereka dapat memanfaatkan serangan-serangan yang dimiliki oleh karakter-karakter mereka, bagaimana cara mereka menggunakan Assist, bagaimana cara mereka menghindari serangan tertentu, dan lain sebagainya.

Untuk menonton video pro player, selain dari video-video turnamen, anda juga dapat melihatnya dari beberapa kreator konten seperti Fredchuckdave, Flying High, YogaFlame24, dan XusesGB.

Selain dari pro player, Anda juga dapat mempelajari Dragon Ball FighterZ dari video yang dibuat oleh beberapa kreator konten yang memiliki video tutorial untuk Dragon Ball FighterZ. Kreator konten yang kami rekomendasikan adalah Rooflemonger, karena dia menyajikan berbagai macam guide untuk pemula, juga menyajikan guide spesifik untuk para karakter yang ada di Dragon Ball FighterZ.

Mungkin itu saja panduan dapat kami berikan untuk mempelajari hal-hal dasar dari Dragon Ball FighterZ. Jangan lupa untuk memantau terus media sosial Advance Guard dan Hybrid untuk mendapatkan lebih banyak konten seputar fighting game. Sampai jumpa di guide berikutnya!

Adji “Sven” Bicara Analisis dan Prediksi Hasil AWC 2019

Tinggal satu pekan jelang Arena of Valor World Cup 2019. Kompetisi ini merupakan ajang tertinggi untuk menunjukkan siapa tim Arena of Valor terbaik di dunia. Indonesia, yang diwakili EVOS AOV, berada di dalam keadaan yang kurang enak. Setelah fase drawing dayEVOS AOV harus terima kenyataan terjebak di grup B, grup paling kompetitif, yang berisikan Thailand, Taiwan, Vietnam, Korea, dan Vietnam.

Melihat negara-negara kuat terkumpul di dalam satu grup, prediksi hasil dari AWC ini jadi semakin sulit. Jangankan bicara soal siapa juaranya, memprediksi siapa yang lolos dari fase grup saja sudah bikin kita jadi kebingungan. Maka dari itu, kami berdiskusi dengan salah satu shoutcaster yang juga terkenal sebagai community guy dalam Arena of Valor Indonesia, Adji “Sven” Hadi Perdana.

Sumber: Garena Official Media
Sumber: Garena Official Media

Seperti saya sebut sebelumnya, memprediksi hasil AWC ini cukup sulit. Bahkan Adji sendiri cukup kebingungan. Semua tim kuat tergabung di sana, termasuk juga EVOS yang bisa digolongkan sebagai tim kuat. “Jangan meremehkan EVOS loh, mereka juga termasuk kategori tim kuat menurut gue. Hal ini karena melihat perkembangan serta kualitas permainan mereka di panggung ESL Clash of Nation bulan Maret kemarin.”

Tapi terlepas dari hasil mereka kemarin, EVOS AOV juga melakukan rezim latihan yang cukup berat untuk persiapan AWC ini. Mereka sempat latihan bootcamp di Taiwan selama kurang lebih 2 pekan, untuk berlatih tanding dengan negara yang jadi kiblat permainan di Arena of Valor.

Melanjutkan bicara prediksi, menurutnya peluang juara terbesar dipegang oleh tim Toyota Diamond Cobra atau KOG Diamond Cobra, tim perwakilan dari Thailand. Tim ini memang sedang kuat belakangan ini. Kedatangan beberapa punggawa pecahan dari tim Korea di AWC 2018 lalu menjadi salah satu faktor besar bagi tim ini.

“Cara mereka (Sun dan Jjak) bermain dan menguasai map beda banget jika dibanding dengan saat di ahq. Ditambah, Jjak juga terlihat lebih bisa kontrol emosi saat keadaan sedang kalah.” Jawab Adji. “Tetapi yang pasti, kalau dari segi gameplay, nilai lebih mereka adalah gaya permainan yang disiplin. Contohnya adalah, ketika harus bertarung di Abyssal, mereka sudah memastikan minion wave midlane dan DS lane aman terkendali.”

Sumber: Facebook @TeamDiamondCobra
Sumber: Facebook @TeamDiamondCobra

Lalu bagaimana dengan grup A? Grup sebelah agak jarang disorot, karena anggapan bahwa grup ini tidak seberat dibanding grup B. Bicara soal ini, prediksi Adji ada pada ahq e-Sports Club dan juga ONE Esports. “Kalau dilihat dari segi player tim ahq punya Kim ‘HAK’ Do-Yeop. Sebagai pemain midlanerpermainan dia sangat stabil, dan jarang bermain buruk.” Adji membahas ahq.

“Kalau dari ONE Esports, apa yang gue lihat adalah permainan mereka itu tipikal Asia Timur, yaitu permainan disiplin objektif. Dalam salah satu rekaman yang gue tonton, ada satu game dia mendapat skor kill di bawah 10, tapi berhasil menang. Melawan mereka tentu bakal jadi sangat sengit dan juga sulit.” lanjut Adji membahas ONE Esports.

Pertandingan Arena of Valor World Cup 2019 akan dimulai pada 27 Juni 2019 mendatang. Mari dukung EVOS AOV, dukung Indonesia dalam pertandingan ini. Bagi Anda yang ingin menyaksikan, Anda dapat pantau kanal Youtube Garena AOV Indonesia untuk siaran langsung berbahasa Indonesia dari pertandingan AWC 2019.

Kualifikasi PUBG SEA Championship Season 2 Dibuka, Siapakah Yang Bakal Wakili Indonesia?

PUBG SEA Championship kembali hadir tahun 2019 ini. Tahun lalu, kompetisi ini menjadi jalan bagi Juggernaut Fortissimus (yang akhirnya menjadi bagian dari tim Aerowolf), bertanding di tingkat Asia dalam gelaran PUBG Asia Invitationals 2019.

Tahun ini, PUBG SEA Championship kembali menjadi jalan untuk bertanding di tingkat global. Indonesia, lagi-lagi mendapat kesempatan untuk turut bertanding di dalam kompetisi tersebut, lewat gelaran kualifikasi. Digelar oleh MET Events, kualifikasi Indonesia dari PUBG SEA Championship Season 2: akan diadakan pada 22-23 Juni mendatang.

Indonesia sebagai salah satu negara yang cukup terpandang di kancah kompetisi PUBG secara internasional, mendapat kesempatan yang cukup besar, berupa 3 slot untuk menuju ke gelaran PUBG SEA Championshipo 2019.

Bicara soal scene PUBG di Indonesia, tentunya kita tidak bisa melewatkan nama Aerowolf. Terakhir kali, mereka sudah mencapai tingkat internasional, bertanding dalam gelaran FACEIT Global Summit PUBG Classic 2019. Walau tidak jadi juara, torehan prestasi mereka cukup baik, bahkan sempat beberapa kali mendapat chicken dinner.

https://twitter.com/FACEITPUBG/status/1119998335107194881?s=19

“Kalau bicara untuk kualifikasi Indonesia, on paper, harusnya RRQ dan Aerowolf yang lolos. Tapi apakah ada strategi rahasia di balik padamnya scene PUBG Indonesia? itu saya sendiri juga nggak tahu ya.” jawab Arwanto “WawaMania” Tanumiharja, shoutcaster yang juga dianggap sebagai sosok pengamat kancah kompetitif PUBG di Indonesia.

Memang, jika bicara soal tim PUBG di Indonesia, dua tim tersebut masih jadi yang terdepan sampai saat ini. Secara historis, prestasi RRQ sebenarnya cukup tertinggal dibanding dengan Aerowolf, terutama secara tingkat internasional. Tapi kalau secara lokal Indonesia? Jangan tanya lagi, masih banyak yang cukup segan dari permainan rotasi serta bidikan dari Muhammad “CoppinLee” Alviansyah dan kawan kawan.

“Kalau RRQ memang disegani karena beberapa faktor. Pertama, mereka nggak ganti-ganti member tim. Kedua, mereka juga sudah teruji lewat kompetisi PUBG Asia Invitational kemarin. Jadi secara kerjasama, aim dan mentalitas pemain, RRQ sudah punya bukti nyata” Wawa membahas soal RRQ di kancah PUBG Indonesia

Sumber: Dokumentasi Resmi PUBG Mobile
Arwanto “WawaMania” Tanumihardja, shoutcaster yang kerap mengamati kancah kompetitif PUBG di Indonesia. Sumber: Dokumentasi Resmi PUBG Mobile

Mengingat ini adalah kualifikasi terbuka, semua tim punya kesempatan yang sama untuk memperebutkan kesempatan bertanding di Asia Tenggara. Pertanyaannya, akankah ada kejutan datang dari pemain-pemain PUBG Indonesia lain?

“Kalau bicara soal tim lain, mungkin bisa jadi tim Iconic atau Ghost Alliance. Kalau Iconic itu timnya Boneng dari Surabaya, dia ex-pemain PB. Kalau Ghost Alliance, dia pernah jadi wakil Indonesia bertandang ke Thailand dalam kompetisi besutan HP Omen.” Jawab Wawa.

Kualifikasi ini pasti akan menjadi sangat keras, setiap peserta punya kesempatan yang sama untuk meraih kesempatan berupa pengalaman bertanding dengan tim PUBG kelas dunia. Nantinya, 3 tim Indonesia terbaik dari kualifikasi akan bertanding dalam gelaran PUBG SEA Championship Season 2 Bangkok pada 29-30 Juni 2019 mendatang.

PUBG SEA Championship ID Qualifier
Sumber: Rilis Resmi MET

Setelah dari gelaran PUBG SEA Championship, jenjang pertandingan akan belanjut menuju ke kompetisi global yang bertajuk MET Asia Series: PUBG Classic pada 26-28 Juli 2019 mendatang. Mari kita doakan semoga mereka yang terbaik dapat mewakili Indonesia di tingkat Asia Tenggara dan juga dapat mewakili Indonesia di kancah PUBG tingkat internasional!

Srikandi Esports Indonesia Unjuk Gigi di Kancah CS:GO Asia

Selain kemenangan beruntun, kebangkitan para srikandi esports seakan menjadi tema besar lain di kancah Indonesia. Setelah SFI.Queen unjuk gigi dan menjadi runner-up dalam gelaran Mobile Legends FSL Elite, kejutan pun seakan tidak berhenti, kali ini datang dari srikandi esports Indonesia di kancah CS:GO. Memang scene kompetisi game FPS tertua ini terbilang sedang meredup di Indonesia, namun hal tersebut bukan halangan bagi tim Celeste untuk menorehkan prestasi di sana.

Terbentuk dengan cukup dadakan, Aulia “Aphrolyn” Brilian dan kawan-kawan berhasil lolos ke tingkat Asia dalam gelaran ZOWIE DIVINA Women’s Asia CS:GO Championship 2019. Tim ini merupakan roster yang dipimpin oleh Aphrolyn” dan dua punggawa bekas tim FF Gaming, yaitu Risalma “Oreophelia” Agnia serta Monica “Naove” Chavela.

Mengutip dari postingan resmi laman ZOWIE DIVINA, kemenangan Celeste yang disebut sebagai Cinderella story ini benar-benar tidak diduga sebelumnya. Postingan tersebut juga menyebutkan bahwa tim tersebut baru terbentuk beberapa hari sebelum kualifikasi berlangsung. Lebih lanjut membahas soal ini, saya lalu turut berbincang dengan sang kapten tim, Aphrolyn.

Sumber: Facebook ZOWIE DIVINA
Peripheral gaming ZOWIE, lewat brand ZOWIE DIVINA, yang giat mendorong pemberdayaan perempuan dalam esports. Selain kompetisi CSGO, mereka juga pernah menggelar kompetisi PUBG khusus perempuan pada tahun 2018 lalu. Sumber: Facebook ZOWIE DIVINA

Membahas soal lolosnya tim Celeste, Aphrolyn mengakui bahwa mereka tidak menyangka bisa lolos. “Soalnya dari para peserta terdaftar, aku melihat ada beberapa tim yang sudah punya teamwork. Udah gitu, tim kami juga sifatnya cabutan, main bareng berlima cuma dari h-2 kompetisi aja. Saat tanding, kita beneran cuma mengandalkan skill individu aja.” Aprholyn menceritakan pengalamannya saat bertanding di fase kualifikasi.

Seperti yang Anda baca, benar adanya tim Celeste dibuat secara dadakan oleh Aphrolyn dan kawan-kawan. “Iya tim kita pemainnya cabutan semua, 1 player dari Brunei, lalu sisa dua lagi emang pemain Indo.” Aphrolyn cerita soal komposisi pemain tim Celeste.

“Awalnya aku juga sebenarnya cuma diajak. Kepingin ikut bareng FF Gaming, tapi sayang ada 2 player nggak bisa ikut. Akhirnya Risalma ‘oreophelia’ Agnia dan Monica ‘Naove’ Chavela masuk deh sebagai stand in. Kita sebenarnya cuma niat iseng, eh ternyata bisa lolos ke China, bener-bener berkah yang nggak kita duga.”

Dengan tim yang seadanya, mereka sempat menghadapi musuh yang cukup berat. Hal Itu terjadi ketika pertandingan final kualifikasi tim Celeste. Mereka menghadapi tim bernama Ponyos, tim CS:GO perempuan asal Mongolia. Pertandingan ketika itu berlangsung keras, dengan skor akhir 2-1 dari seri best of 3.

“Itu sebetulnya karena kita suka teledor beberapa kali after pasang C4. Udah gitu kita juga beberapa kali keculik satu persatu, ditambah lagi AWPer musuh memang bermain dengan sangat baik” Aphrolyn menjabarkan keadaan ketika ia melawan Ponyos.

Lolos ke tingkat Asia, Aphrolyn dan kawan-kawan akan bertanding di Shanghai, China pada 20-23 Juni 2019 mendatang. “Kita sih persiapannya mungkin lebih banyak main bareng aja, supaya chemistry terbentuk. Sisanya ya paling latihan kaya biasa.” Aphrolyn cerita soal persiapan yang akan dilakukan untuk ZOWIE DIVINA Women’s Asia CS:GO Championship 2019.

Sumber: Facebook ZOWIE DIVINA
Sumber: Facebook ZOWIE DIVINA

Roster Celeste CS:GO

  • Ryona “Tarathiel” Tan
  • Rina “Vulincible” Sufri
  • Risalma “oreophelia” Agnia
  • July “Eisberg” Kusuma
  • Aulia “aphrolyn” Brillian
  • Monica “Naove” Chavela

Pemenang kompetisi di Shanghai juga akan mendapat kesempatan untuk bertanding di Valencia, Spanyol, dalam gelaran DreamHack Showdown. Mari kita doakan agar para srikandi esports Indonesia ini dapat membanggakan nama Indonesia di tingkat kompetisi Asia atau bahkan yang lebih tinggi lagi nantinya. Maju terus srikandi esports Indonesia!

Aerowolf Mobile Legends Lepas 3 Jagoan, Kenapa?

Kemarin (13 Juni 2019), Aerowolf mengumumkan lepas 3 pemainnya sekaligus di hari yang sama. Ketiga pemain yang berpisah dengan Aerowolf tadi adalah:

  • Agung “Billy” Tribowo
  • Fadhil “Rave” Abdurrahman
  • Joshua “LJ” Darmansyah

3 pemain ini sebenarnya layak dianggap papan atas karena mereka lah sang juara Mobile Legends: Bang Bang (MPL) Indonesia Season 1, bersama Watt (Supriadi Dwi Putra) dan G (Afrindo Valentino). Kala itu, mereka masih mengusung nama NXL.

Bagi saya pribadi, kemenangan tim tersebut di S1 juga menjadi momen tak terlupakan yang membuat MPL ID memiliki ceritanya sendiri. Pasalnya, kala itu, tak ada yang menjagokan kelima pemain ini. RRQ, EVOS, dan Bigetron PK mungkin adalah yang digadang-gadang jadi jawara di S1.

Sumber: Aerowolf
Sumber: Aerowolf

Perjuangan mereka di Grand Final S1 memang begitu dramatis: sempat turun ke lower bracket saat bertemu EVOS Esports pertama kali, namun berhasil naik kembali ke upper bracket dan membalas dendam dengan memaksa EVOS Esports bertekuk lutut di partai terakhir.

Berkat prestasi gemilang tadi, satu tim ini pun langsung diboyong ke Aerowolf. Kala itu, mereka terlihat seperti tim paling kompak di antara tim-tim lainnya. Sayangnya, kekompakan mereka tak berlangsung lama. Watt pun pindah ke ONIC di Season 2 (kemudian pindah lagi ke Louvre di Season 3). Sedangkan Afrindo berpisah dengan Aerowolf dan masuk ke EVOS Esports sebelum memasuki MPL S3.

Meski ditinggal Watt di S2, tim ini tetap terlihat konsisten performanya walau memang harus rela melepas gelar juara bertahan. Kehilangan Afrindo di S3, Billy, LJ, dan Rave tetap mampu membuat Aerowolf sebagai tim yang tak bisa dipandang sebelah mata. Sayangnya, tim ini kembali gagal mengulang cerita sukses mereka di S1.

Sumber: Aerowolf
Sumber: Aerowolf

Terlepas dari menyurutnya prestasi mereka dari waktu ke waktu, ketiga pemain ini tetap saja masuk kategori kelas kakap dan punya peluang besar untuk kembali memuncaki dunia persilatan MLBB Indonesia.

Lalu kenapa Aerowolf melepas 3 pemain bintang ini sekaligus, mengingat MPL ID S4 seharusnya akan berjalan setelah MSC 2019 (jika masih mengikuti pola kompetisi MLBB di tahun 2018)?

Menurut penjelasan dari Arwanto Tanumiharja (yang mungkin lebih dikenal dengan panggilan WaWa Mania), Manajer Tim Aerowolf untuk divisi Mobile Legends, kontrak ketiga pemain ini memang sudah habis dan mereka tak ingin memperpanjang.

“Karena kontrak emang habis sih dan mereka ga perpanjang karena mungkin mau mencari peruntungan di tempat lain.” Ujar WaWa seraya berseloroh.

Dengan lepasnya tiga pemain ini, Aerowolf berarti sudah tak lagi memiliki pemain dari angkatan pertama mereka. Namun, terbersit pertanyaan juga bagaimana dengan pemain lainnya, dari angkatan yang lebih baru? Sayangnya, sang Manajer pun hanya ingin membahas soal 3 pemain tadi kali ini.

Sumber: Aerowolf
Sumber: Aerowolf

Lalu bagaimana dengan penggantinya? Sayangnya, WaWa juga belum dapat memberikan penjelasan soal ini namun ia memberikan bocoran soal timeline mereka. “Harusnya (akan diumumkan) sebelum IENC.” Jawab sang Manajer. Jadi, buat para fans Aerowolf, Anda juga bisa mengikuti sendiri perkembangan tim ini lewat Facebook Page ataupun Instagram Aerowolf.

Ke mana ketiga pemain ini akan berlabuh nanti? Saya pun menghubungi salah satu shoutcaster MLBB, Mochammad Ryan Batistuta, yang biasa dikenal dengan nama ‘KB’ untuk menanyakan pendapat dan prediksinya.

“Sayangnya, 3 player Aerowolf ini belum ada kabar akan ke mana. Potensi yang mereka miliki memang kelihatan bagus di Season 1 namun memudar setelah sang kapten (G) serta Watt hilang. Sebenarnya, Aerowolf punya nama baru, Trust, yang bisa jadi potensi besar namun 3 pemain tadi sudah terlanjur keluar.” Jelas KB.

“Ada kemungkinan 3 punggawa Aerowolf ini akan menuju RRQ tapi ini masih prediksi aja sih. Memang belum ada informasi valid soal tim selanjutnya.” Tutup kawan saya yang katanya baru punya pacar baru ini… Eh…

Menjadi Game Streamer: Bukan Sekadar Main Game, Bersenang-senang, lalu Dapat Uang

Terbentuknya kompetisi game menjadi industri esports, telah menurunkan suatu kultur di kalangan komunitas gamers. Kultur tersebut adalah menonton orang bermain game. Walau sebenarnya kebiasaan ini sudah ada sejak lama, perkembangan teknologi internet dan riuh rendah industri esports membuatnya semakin populer. Kalau Anda sempat mengalami masa-masa bermain game di warnet, Anda mungkin pernah mengalami keseruan menonton seseorang memainkan game baru, atau memainkannya sangat mahir.

Seiring perkembangan zaman, teknologi internet kini membantu memfasilitasi kegiatan tersebut, membuatnya jadi lebih mudah dilakukan. Anda tak perlu lagi datang ke suatu tempat untuk menonton orang yang jago tersebut bermain. Anda cukup duduk menatap layar komputer yang sudah terkoneksi internet, untuk menonton sang jagoan main lewat platform berbagi video. Populernya fenomena ini juga menurunkan sebuah pekerjaan yang bernama streamer atau game streamer.

Pada dasarnya streamer dengan esports tak beda jauh; menjadikan kegiatan bermain game jadi varian hiburan baru buat para penontonnya. Bedanya mungkin esports lebih terorganisir dan masif, lebih banyak pemangku kepentingan untuk menyajikan tontonan kepada khalayak gamers. Ditambah lagi, esports biasanya punya aura kompetitif yang lebih kental.

Streamer di sisi lain, biasanya punya skala yang kecil, dengan hanya seorang individu menampilkan wajah, personalitas, dan keahliannya bermain game di dalam platform berbagi video demi memberi hiburan kepada para penontonnya.

Kendati pekerjaan ini lebih sering terlihat sisi menyenangkannya saja, namun bagaimana sebenarnya kenyataan di balik hal tersebut? Bagaimana senang susahnya menggeluti pekerjaan ini? Apakah bayarannya sepadan? Bagaimana dengan keberlanjutan pekerjaan ini di masa depan?

Jadi Streamer, Main Game, Lalu Tiba-Tiba Dapat Uang? 

Sumber: Red Bull Esports Official Media
Sumber: Red Bull Esports Official Media

Bicara soal streamer di luar sana, nama yang mungkin langsung terbersit di benak Anda adalah Tyler “Ninja” Blevins atau Michael “Shroud” Grzesiek. Dua nama tersebut berhasil menjadi top of mind khalayak gamers, terutama para pemain game FPS. Kita mungkin melihat mereka mengerjakan pekerjaan impian mereka; cukup main game dengan santai dan dapat uang dari hal tersebut.

Tetapi apa iya menjadi streamer hanya soal main game lalu ketiban rejeki? Tidak sesederhana itu tentunya.

Mengutip dari British Esports Associationstreamer game disebut sebagai seseorang yang merekam permainan game, lalu menayangkannya secara langsung lewat platform live-streaming yang ada di internet. Unsur live, adalah garis tegas pembeda antara streamer dengan content creator; atau yang mungkin lebih Anda kenal dengan nama YouTuber. Kalau content creator harus melewati proses editing video agar konten buatannya jadi lebih menarik. Streamer biasanya tidak perlu melewati proses editing video, karena konten yang mereka sajikan sifatnya adalah tayangan langsung.

Oke, kita sekarang sudah paham teknis pekerjaan streamer atau game streamer. Lalu, kalau saya sudah bermain game, menayangkannya secara langsung pada live streaming platform tertentu yang ada di internet, bagaimana cara mendapat uang dari sini?

Ada proses yang cukup panjang untuk sampai akhirnya Anda bisa mendapat uang dari menayangkan permainan Anda di platform streaming yang ada di internet. Pekerjaan ini sebenarnya mirip seperti kebanyak pekerjaan performer (musisi, aktor, artis, dan lain sebagainya) di dunia hiburan. Hal yang perlu Anda ingat, tugas streamer adalah menghibur para penonton. Jadi bisa dibilang, Anda baru bisa mendapatkan sesuatu setelah banyak orang terhibur dengan apa yang Anda tampilkan.

Lalu, apa modal penting yang harus dimiliki seorang streamer agar dapat menggaet para penonton. Apakah seorang streamer harus lucu? Harus jago? Atau harus punya personalitas yang unik?

Bicara soal ini kami bicara dengan Agree Cory, Public Relation & Social Media Executive dari Game.ly. Sebagai salah satu platform streaming yang sedang berkembang di Indonesia, ia sempat menceritakan soal kriteria streamer yang banyak dicari pengguna Game.ly. Menurutnya, selain kriteria-kriteria yang saya sebutkan di atas, seorang streamer juga wajib memiliki passion terhadap game yang dimainkan.

Grand Launch Game.ly. Sumber: Hybrid
Game.ly salah satu layanan streaming game di Indonesia. Sumber: Hybrid

Memang, apapun bidang pekerjaan yang Anda geluti, passion adalah bahan bakar yang membuat Anda tetap punya alasan atas apa yang Anda lakukan. Cory juga melanjutkan bahwa dengan passion, maka kecintaannya terhadap game yang dimainkan akan terpancar lewat cara ia membawakan tayangan live streaming yang sedang dilakoni.

Tetapi lebih lanjut, Cory mengatakan bahwa personalitas adalah salah satu modal penting yang perlu dimiliki seorang streamer. “Tonjolkan kelebihan dari karakter yang dimiliki, keunikan atau ciri khas dari masing-masing diri sendiri tanpa menduplikat orang lain. Sebab, hal itulah yang membuat Anda seorang streamer jadi diingat oleh banyak orang.” Jadi sebenarnya, memang menjadi jago saja tidak cukup untuk menjadi sukses di bidang ini; Anda bisa jadi atlet esports kalau memang Anda hanya modal jago saja.

Kalau Anda sadar, Shroud yang sangat jago sekalipun juga tidak serta merta terkenal karena kemampuannya bermain game saja. Beberapa sifat dan sikap yang dia miliki juga membantunya menjadi dikenal lebih banyak orang. Salah satu yang membuat dirinya jadi semakin dikenal adalah nilai hidup sederhana, jujur, suka membantu orang, dan blak-blakan yang selalu dia pegang teguh.

Nilai hidup tersebut terpancar, sehingga hal tersebut kerap menjadi konten secara spontan, yang berhasil menarik hati para penonton. Contoh nyata hal ini adalah ketika Shroud mendorong para penontonnya untuk berdonasi kepada seorang streamer perempuan yang menampilkan tayangan musik di Twitch, agar sang streamer dapat membayar tagihan pengobatannya.

Jika Anda sudah memiliki penonton setia, sudah semakin dikenal banyak orang, dari titik ini Anda sudah bisa mendapatkan keuntungan dari menjadi seorang streamers. Jalur yang punya pendapatan paling pasti adalah teken kontrak dengan platform streaming tertentu.

Kalau di luar negeri salah satu kontrak kerja sama streaming yang paling menjanjikan adalah dengan Twitch.tv. Selain karena Twitch adalah wadah utama komunitas gamers menyaksikan streamer favoritnya, menjadi Twitch Partner juga akan memberikan keuntungan tertentu seperti: mendapat uang dari setiap iklan yang ditayangkan oleh Twitch kepada para pemirsa, mendapat uang untuk setiap penonton yang subscribe pada kanal streaming milik seorang streamer, dan juga berhak mendapat uang dari setiap Bits (mata uang virtual saweran dari penonton) yang didapatkan.

Kalau di Indonesia, pilihan streaming partner terbilang cukup beragam. Ada Game.ly yang sempat menggelar ajang pencarian bakat dengan hadiah berupa kontrak tahunan. Ada juga beberapa platform streaming lain yang menyediakan kesempatan partnership dengan sang streamer, seperti NimoTV ataupun Facebook (FB) Gaming.

Tetapi, peluang pendapatan Anda tidak berhenti sampai situ saja. Anda bisa juga menerima pendapatan lewat kontrak endorse, iklan, sumbangan dari penonton, atau mungkin menjadi bintang iklan seperti Tyler “Ninja” Blevins.

Suka Duka Menjadi Streamer

Di balik dari keceriaan sang streamer, menyambut dan berinteraksi dengan para penonton, pekerjaan ini tentu bukan melulu tentang tertawa bahagia setiap saat saja. Ada saja sisi sulit atau sisi kelam dari suatu pekerjaan. Salah satu yang paling kelam yang tercatat oleh sejarah adalah, ketika pekerjaan streamer ternyata sempat membuat pelakunya meninggal dunia.

Memang, ide Brian “PoshHybrid” Vigneault menciptakan konten streaming yang menarik agak sedikit berlebihan. Ia melakukan streaming maraton selama 24 jam penuh, demi menggalang dana untuk Make-A-Wish Foundation. Mengutip artikel New York Times terbitan Maret 2017 lalu, tujuan streaming PoshHybrid ternyata tidak tercapai, dan terhenti pada durasi 22 jam. Setelah itu ia menghilang dari stream, baru setelahnya ia ditemukan telah meninggal dunia oleh kepolisian setempat.

2
Brian “Poshhybrid” Vigenault, sosok yang sempat menggemparkan komunitas game, karena kasusnya yang meninggal gara-gara streaming selama 24 jam. Sumber: Kotaku.com

Tetapi itu adalah contoh paling ekstrim. Walaupun memang punya tantangannya tersendiri, namun pekerjaan ini tidak akan menyebabkan kematian jika dilakukan sesuai dengan kadarnya.

Membahas topik ini, saya mencoba berbincang dengan Jessica “Jelly” Azali. Anda penggemar esports PUBG Mobile mungkin sudah tidak asing dengan sosok cici cantik yang satu ini. Sosoknya yang ceria kerap membuat pertandingan-pertandingan PUBG Mobile di Indonesia jadi lebih seru lewat komentar-komentar yang diberikannya. Tetapi selain menjadi shoutcaster, kini Jelly juga aktif melakukan streaming lewat platform Facebook, dan juga merupakan streamer partner dari FB Gaming.

Lalu, bagaimana sebenarnya cerita di balik layar dari seorang streamer seperti Jelly ini. Kalau soal suka-duka, ia bercerita bahwa sebenarnya ada banyak hal yang terjadi sepanjang pengalaman dirinya menjadi seorang streamer. “Suka duka sih banyak banget! Kayak roller coaster!” kata Jelly. Namun, dari semua suka-duka tersebut, menurutnya salah satu yang selalu membuatnya bahagia adalah ketika penonton sedang ramai dan kebanyakan mereka memberikan komentar-komentar positif.

streamer #3
Sumber: Jessica Azali Official Page

“Seneng banget kalau misalnya ketika streaming ramai, udah gitu banyak yang support dan memberi komentar positif.” Lalu bagaimana dengan komentar negatif? Kalau Anda adalah pengguna internet, terutama Facebook, Anda tentu paham bagaimana para warganet itu terkenal buas. Jelly sendiri mengakui kerap menerima komentar-komentar negatif yang bersifat toxic, bahkan kadang komentar-komentar yang dilontarkan menjurus ke pelecehan seksual.

Kendati demikian, Jelly cerita bahwa komentar-komentar tersebut tidak pernah ia terima sampai hati. “Komentar toxic, walaupun ada, tapi itu bukan merupakan duka bagiku, malah jadi hiburan tersendiri. Sebab, kalau ada komentar toxic biasanya malah aku balas lagi jadi komentar lucu-lucu. Intinya sih, kalau jadi streamer memang nggak boleh baper sama netizen.” Jawab Jelly, mencoba melihat sisi positif. Begitupun jika ada komentar-komentar cabul. Jelly tak pernah sampai hati menerima komentar tersebut dan membalasnya dengan becandaan saja.

Jelly, lewat pengalamannya menjadi seorang streamer juga bercerita soal apa-apa saja yang harus ditonjolkan agar penonton tetap tertarik untuk menonton. Kalau bicara soal modal awal, menurutnya jago bisa jadi salah satu hal, tapi bukan satu-satunya hal yang harus ditonjolkan.

“Karena viewer punya selera yang macam-macam, jadi wajar kalau streamer juga biasanya punya modal atau daya jual sendiri-sendiri. Ada yang modal jago, modal cantik atau tampan, atau modal personalitas entah karena dia orang yang jenaka atau memang asik diajak berbincang dengan viewers.” kata Jelly.

“Sementara kalau aku, selama perjalanan menjadi streamer, yang aku fokus adalah menjadi diriku sendiri dan tak lupa selalu berinteraksi sama penonton. Jadi kalau lagi streaming, aku ngelawak iya, becandaan toxic iya, tapi tentunya yang tidak kelewat batas, becandain viewer atau temen main juga suka aku lakukan. Intinya sih memang be yourself, percaya diri, senyum depan kamera, interaksi sama penonton, dan fokus menghibur penonton.” Jelly lebih lanjut menjelaskan senjata utama yang kerap ia gunakan dalam menggaet penonton.

Selain soal sikap yang ceria dan suka berinteraksi, Jelly menambahkan soal pentingnya kreatif berimprovisasi. Ia menceritakan ini lewat satu momen pengalaman ketika tayangan streaming yang ia tampilkan saat itu sebenarnya tidak sebegitu menarik. “Waktu itu aku pernah, 3 jam streaming cuma dapat too soon (mati terlalu cepat di PUBG). Tapi aku nggak sedih atau kecewa, malah hal tersebut aku alihkan menjadi konten. Saat akhir live aku buat kuis, aku suruh penonton hitung, ‘berapa kali Jelly too soon pada live hari ini’. Terus aku suruh penonton untuk DM ke akun Instagramku, nanti yang jawabannya benar dan yang tercepat aku kasih hadiah UC. Alhasil jadinya penonton tetap terhibur, walaupun sebenarnya aku too soon terus selama streaming.

Now It’s Live! Tapi Bagaimana Masa Depan Menjadi Streamer?

Lalu bagaimana dengan kewajiban seorang streamer yang terafiliasi dengan streaming platform tertentu? Bagaimana juga dengan pendapatannya? Apakah sebanding? Menurut salah satu streamer yang saya wawancarai (yang menolak untuk disebutkan namanya), KPI atau beban kerja seorang streamer sebenarnya lumayan.

Ada seorang steramer yang kewajiban kerjanya adalah melakukan live streaming minimal 20 video atau 20 kali per bulan, dengan durasi 3 jam setiap pada setiap video atau streaming. Angka ini mungkin kurang lebih hampir mendekati seperti kerja kantoran Senin sampai Jumat, hanya bedanya kewajiban ini bisa Anda penuhi dengan lebih fleksibel.

Jadi mungkin Anda bisa saja tidak melakukan streaming pada hari Senin, namun Anda langsung streaming selama 4 atau mungkin 6 jam pada hari esoknya. Lalu, sebenarnya seberapa berat memenuhi kewajiban tersebut? Menurut cerita streamer yang saya wawancara, sebenarnya lumayan berat memenuhi kewajiban tersebut. Jadi agar dapat terpenuhi, Anda harus cermat mengatur waktu dan tentunya juga tidak memaksakan diri untuk streaming, agar nasib Anda tidak seperti sosok PoshHybrid.

Cory dari Game.ly juga turut angkat bicara soal kewajiban streamer dari sudut pandang Game.ly. Menurutnya, streamer yang dikontrak oleh Game.ly punya kewajiban untuk streaming 80-100 jam per bulan (sekitar 3 sampai 3,5 jam setiap harinya).

Tetapi selain itu Game.ly juga punya ketentuan-ketentuan tertentu yang harus dipenuhi oleh sang streamer. Salah satunya seperti memastikan konten streaming bersifat interaktif, tidak boleh bicara SARA, merokok selama live-streaming, dan terakhir juga harus memancarkan aura positif kepada khalayak yang sedang menonton.

Kalau kewajibannya terbilang cukup berat, apalagi Anda harus konsisten terlihat ceria di depan kamera selama kurang lebih 3 jam setiap hari, apakah pendapatan seorang streamer sepadan dengan beban kerjanya? Menurut cerita dari streamer lokal yang saya wawancarai tersebut, ia bisa menerima US$1500 (sekitar Rp21 juta) setiap bulannya. Namun itu belum pendapatan bersih, karena masih dipotong biaya agensi sebesar 30%. Jadi, pendapatan bersih yang ia terima adalah US$1050 (Sekitar Rp14 juta).

Angka pendapatan tersebut cukup mengagumkan bukan? Secara lokal, memang iya. Tetapi secara internasional, angka tersebut seperti butiran debu…

Kalau kita mengacu kepada streamer internasional, hasil yang mereka dapatkan bisa berkali lipat lebih besar dari streamer lokal yang saya wawancara tersebut. Pada salah satu pembahasan Hybrid contohnya, artikel tersebut menyebut Tyler “Ninja” Blevins bisa menerima sampai dengan US$1 juta dalam satu kali kontrak. Itu pun merupakan kontrak jangka pendek yang diterima Ninja ketika ia diminta untuk mempromosikan battle royale besutan EA, Apex Legends.

Apex Legends, pada saat perilisannya menggunakan jasa streamer untuk mempromosikan game mereka di kalangan komunitas gamers. Sumber: EA Official Media
Apex Legends, pada saat perilisannya menggunakan jasa streamer untuk mempromosikan game mereka di kalangan komunitas gamers. Sumber: EA Official Media

British Esports Association juga memberi contoh lain, yaitu streamer asal Inggris yang bernama Ali “GrossGore” Larsen. Menurut artikel tersebut, GrossGore bisa menerima sampai dengan 100.000 Poundsterling (sekitar Rp1,8 miliar). Itu pun hanya pendapatan yang berasal dari donasi yang diberikan para penonton saja. Belum termasuk kontrak streaming dengan platform tertentu, ads Youtube, serta banyak kontrak kerjasama lainnya.

Tapi tentunya, pendapatan tersebut hanya diterima beberapa streamer yang memang sangat populer saja. British Esports Association juga mengatakan, bahwa pendapatan sebesar GrossGore hanya diterima oleh streamer yang punya puluhan ribu penonton reguler. Jadi jika Anda baru merintis, jangan harap bisa langsung terima puluhan juta Rupiah setiap bulannya.

Selain soal pendapatan, dalam konteks Indonesia, kekhawatiran dari pekerjaan ini adalah soal infrastruktur internet yang belum sebegitu mapan. Menanggapi soal ini, Cory mengatakan bahwa di sinilah pemerintah berperan penting untuk memajukan dan menjaga kemajuan industri ini. “Pengakuan dan dukungan pemerintah memberi sinyal positif terhadap pertumbuhan industri game dan esports. Karena hal ini, kami juga yakin bahwa  pemerintah punya rencana besar untuk industri ini, yang dilakukan seiring dengan terus digarapnya pemerataan infrastruktur internet di Indonesia.”

Membahas soal industri streaming dan infrastruktur internet, saya kembali teringat dengan apa yang dikatakan Izzudin Al-Azzam, CEO Emago Cloud Gaming dalam saat membahas soal Cloud Gaming bersama Hybrid. Ketika itu ia mengutip kata-kata dari Natali Ardianto, ex-CTO Tiket.com, mengatakan bahwa infrastruktur yang belum siap adalah saat yang tepat untuk membangun sebuah industri. Sebab kalau Anda membuat suatu teknologi atau industri saat infrastrukturnya sudah siap, kemungkinan besar Anda sudah telat.

Jadi sebenarnya, membangun brand diri Anda sendiri lewat menjadi streamer di saat infrastruktur internet Indonesia yang belum sebegitu mapan adalah saat yang tepat. Jadi nantinya brand diri Anda akan mapan berbarengan seiring dengan mapannya infrastruktur internet di Indonesia. Siapa tahu, mungkin the next Ninja dari Indonesia.

Jelly juga sempat bercerita bagaimana internet juga menjadi salah satu tantangan baginya ketika melakukan streaming. Jadi walaupun hal tersebut masih jadi kendala sampai sekarang, harapannya adalah industri streaming nantinya bisa mapan berbarengan dengan infrastruktur internet di masa depan.

Menutup pembahasan ini, patut diingat bahwa pekerjaan ini seperti banyak pekerjaan depan layar lainnya. Anda bisa dapat keuntungan yang sangat banyak dari pekerjaan ini dalam jangka waktu yang pendek, namun jangan harap popularitas tersebut bisa bertahan dengan sangat lama. Ada masanya ketika brand personal Anda sudah tidak lagi nyambung dengan zamannya.

Maka dari itu, soal nilai kreatif berimprovisasi dari cerita Jelly juga bisa Anda petik untuk menghadapi perubahan zaman yang sangat cepat ini.

EA Sports Tunjukkan Mode Baru FIFA 20 Bertajuk VOLTA Football

Satu pekan ke depan mungkin akan menjadi hari-hari yang ditunggu oleh komunitas gamers. Pasalnya 8 Juni sampai 13 Juni 2019 mendatang menjadi rangkaian panjang dari gelaran Electronic Entertainment Expo (E3) 2019. Sudah menjadi tradisi, gelaran E3 selalu menjadi tempat bagi para pengembang dan penerbit game internasional untuk mengumumkan judul game terbaru mereka yang bisa bisa membuat Anda jadi terbelalak.

Dari rangkaian tersebut, salah satu yang menarik untuk disorot adalah pada tanggal 8 Juni 2019 kemarin, ketika Electronic Arts (EA) menjadi daya sorot utama dari gelaran ini. Dalam presentasinya, EA lewat sub-divisi EA Sports mengumumkan lanjutan dari seri game sepakbola besutan mereka, yaitu FIFA 20. Secara gameplay umum, perubahan dari FIFA 19 ke FIFA 20 mungkin tidak terlalu banyak, tapi satu yang menarik adalah ketika EA mengumumkan mode VOLTA Football.

Sumber: FIFA Official Documentation
Sedikit cuplikan art dari FIFA 20 VOLTA Football. Sumber: FIFA Official Documentation

Mode ini merupakan mode permainan bergaya FIFA Street atau sepakbola jalanan, dengan sebagian gameplay bersifat single-player, sebagian bersifat multiplayer, punya story mode, punya team play, bahkan punya fitur league play dengan promosi serta relegasi di dalamnya.

Berhubung mode ini adalah mode sepakbola jalanan, ada macam-macam peraturan di dalam permainan VOLTA Football. Ada peraturan 3-on-3 dan 4-on-4 namun tanpa kiper, 4-on-4 dan 5-on-5 dengan kiper, bahkan Volta Football punya mode futsal, yang mana pemain bermain 5-on-5 dengan peraturan futsal profesional. Mengiringi peraturan yang bermacam-macam, besar, dan bentuk lapangan juga beragam.

“From an underpass in Amsterdam, to a neighborhood cage in London, or a Tokyo rooftop, experience a new side of The World’s Game with VOLTA Football,” mengutip EA soal ragam bentuk lapangan dari laman resmi FIFA 20.

Terkait soal ini, Achmad Fadh selaku community manager Indonesia Gaming League, yang juga merupakan salah satu dedengkot esports FIFA Indonesia turut memberikan komentarnya. “Menurut saya ini langkah terbaik EA untuk FIFA 20, apalagi mengingat ini adalah FIFA terakhir sebelum berganti engine di konsol next-gen PlayStation 5. Mode ini sebenarnya sudah cukup ditunggu-tunggu para fans FIFA, dan harapan saya gameplay Volta Football bisa sesuai ekspektasi.”

“Saya sih berharap gameplay VOLTA Football tidak banyak berubah dibanding dengan versi lapangan besar. Saya berharap Volta Football juga memberikan sesuatu yang berbeda dibanding dengan seri FIFA Street sebelumnya.” Fadh menjelaskan lebih lanjut soal komentarnya seputar VOLTA Football.

FIFA 20 akan diluncurkan pada 27 September 2019 mendatang untuk konsol PlayStation 4, Windows PC, dan Xbox One. Bagi Anda yang sudah tidak tahan ingin memiliki game ini, Anda sudah bisa pre-order FIFA 20 sejak dari 8 Juni kemarin untuk ketiga platform tersebut.

Cerita Pengalaman SFI.Queen Jadi Runner-Up dalam Gelaran FSL Elite

Akhir pekan lalu (9 Juni 2019) menjadi konklusi dari salah satu kompetisi Mobile Legends untuk perempuan, FSL Elite. Dalam kompetisi ini, tim SFI.Queen bertandang ke Singapura untuk melawan tim-tim Mobile Legends perempuan terbaik se-Asia Tenggara. Kompetisi ini diikuti oleh empat tim, yaitu Bren Victress (Filipina), Grumpy (Singapura/Malaysia), Venus Vixens (Myanmar), dan tentunya SFI.Queen.

Dibuka dengan fase grup, pertandingan berjalan dengan cukup menarik. SFI.Queen tampil dengan cukup menjanjikan, berhasil amankan catatan clean sheet, menang tiga kali berturut-turut, tanpa kalah satu kalipun dalam seri pertandingan round robin. Ketika itu, SFI.Queen bahkan bisa menang melawan Bren Victress, tim yang digadang-gadang sebagai salah satu yang terkuat menurut sang kapten, Violetta “Caramel” Aurelia.

Caramel juga sempat bercerita, para srikandi SFI.Queen sebenarnya tidak menyangka bisa clean sheet pada hari pertama. “Karena sebenarnya lawan-lawan kami itu kuat-kuat, makanya kami sebegitu nggak nyangka bisa clean sheet saat hari pertama.” Salah satu yang juga membuat mereka tidak menyangka atas kemenangan tersebut, mungkin karena persiapan Caramel dan kawan-kawan yang dirasa kurang maksimal.

Sumber: FSL Elite Official Page
Sumber: FSL Elite Official Page

“Kalau persiapan kita sebetulnya sudah mempersiapkan draft, strategi rotasi, dan lain sebagainya sedari awal. Sayang, jaringan di penginapan kami terbilang kurang bagus, alhasil kami jadi nggak bisa latih tanding. Jadi ketika itu persiapan kami hanya sekadar briefing saja, biar mengingat kembali strategi-strategi yang akan digunakan.” cerita Caramel membahas persiapan tim.

Masuk hari kedua, pertandingan berlanjut ke fase bracket. Lawan pertama SFI.Queen adalah tim Grumpy, tim kuat yang sudah dikhawatirkan oleh Caramel dan kawan-kawan sejak hari pertama. “Dari sebelum kompetisi dimulai, kami sebenarnya sudah waswas dengan tim Grumpy. Kami sudah sering memperhatikan gerak gerik tim Grumpy jelang FSL Elite, dan kami akui permainan mereka memang yang paling rapi di antara yang lain.”

Namun, pada pertandingan pertama tersebut, mereka ternyata secara tidak diduga berhasil menang melawan Grumpy, lalu lawan Bren Victress setelahnya di babak upper finals. Tapi ternyata  dari lower bracket, Grumpy diam-diam menyergap dan menumbangkan Venus Vixens serta Bren Victress. Babak Grand Finals, Grumpy pun kembali bertanding melawan SFI.Queen.

“Sebenarnya kami sudah nggak kaget melihat Grumpy yang menang dari bracket bawah. Kami malah sepemikiran dengan tim lain, bahwa akhirnya Grumpy mau unjuk gigi kekuatan mereka yang sesungguhnya.” Bertanding melawan Grumpy yang sudah menunjukkan kekuatan penuhnya, SFI.Queen jadi tak berdaya menghadapi mereka. Alhasil, para srikandi esports Indonesia ini terpaksa takluk 3-0 di hadapan tim Grumpy.

“Kami sudah sepakat untuk memberikan yang terbaik untuk melawan tim Grumpy. Tetapi kami akui bahwa kekalahan SFI.Queen atas tim Grumpy disebabkan karena tim mereka memang jauh lebih kuat secara draft maupun strategi.” jawab Caramel membahas kembali pertandingan mereka melawan Grumpy di FSL Elite.

Sumber: FSL Elite Official Page
Sumber: FSL Elite Official Page

Setelah FSL Elite, sementara ini belum ada informasi lanjutan seputar kompetisi Mobile Legends untuk perempuan lainnya. “Untuk target ke depan, sementara sih belum ada. Tetapi setelah kehadiran kompetisi FSL, aku melihat makin banyak tim esports besar yang mulai merekrut tim ladies. Jadi menurutku ini langkah pertama yang baik buat perkembangan scene kompetisi khusus perempuan, nggak hanya di Indonesia, tapi di negara lain juga.”

Lebih lanjut soal kompetisi esports khusus perempuan, Caramel mengatakan bahwa bakal ada kompetisi untuk ladies lainnya. “Bakal ada kok, tapi untuk sementara tetap masih menunggu kepastian kompetisi-kompetisi tersebut terlebih dahulu.”

Selamat bagi para srikandi esports dari SFI.Queens yang telah memberikan semua yang terbaik untuk membanggakan Indonesia! Semoga ke depannya Caramel dan kawan-kawan SFI.Queen bisa memberikan prestasi yang lebih baik lagi, dan terus mendorong emansipasi perempuan di kancah esports Mobile Legends secara keseluruhan.

 

 

Upaya Mengurai Permasalahan Ekosistem Esports Dota 2 Indonesia

Bulan April 2019 kemarin menjadi bulan berkabung buat para pemerhati esports Dota 2 Indonesia. Pasalnya, tanggal 25 April 2019, Rex Regum Qeon (RRQ) menutup divisi Dota 2 mereka. Tak lama berselang, 29 April 2019, The Prime Esports juga turut menutup divisi tertua mereka.

Memang, tim Dota 2 Indonesia yang paling berprestasi sampai sekarang, BOOM ID masih terus bertahan dan malah mengukir prestasi-prestasi baru di tingkat internasional. Selain itu, PG Barracx juga bahkan punya 3 tim Dota 2 (setidaknya sampai artikel ini ditulis, sepengetahuan saya). EVOS Esports juga sepertinya masih punya keyakinan dengan divisi Dota 2 mereka, berhubung belum lama menarik salah satu pemain bintang; Muhammad “inYourdreaM” Rizky.

Sumber: Instagram Team RRQ
Sumber: Instagram Team RRQ

Namun demikian, bubarnya RRQ dan The Prime bisa jadi bukti nyata memang ada masalah yang tak terurai (atau bahkan tak disadari) dengan ekosistem esports Dota 2 Indonesia. Pasalnya, kedua organisasi ini memang bisa dibilang sebagai salah dua tonggak sejarah perkembangan ekosistem esports Dota 2 Indonesia.

RRQ merupakan salah satu pionir esports Dota 2 di sini dan menjadi rumah bagi salah satu legenda Dota Indonesia, Farand “Koala” Kowara. RRQ juga menjadi tempat berkembang besarnya Kenny “Xepher” Deo, yang sempat bermain untuk TNC Tigers dan sekarang membawa nama Geek Fam. Kedua tim tadi adalah tim besar asal Malaysia.

Di sisi lain, The Prime Esports juga tak bisa dipandang sebelah mata atas signifikansinya memantapkan Dota 2 jadi game esports terlaris selama bertahun-tahun di Indonesia; sebelum mobile esports menyerbu. Mereka sempat menguasai dunia persilatan Dota 2 Indonesia beberapa tahun silam. The Prime Esports, yang dulu dikenal dengan nama TP NND, juga menjadi kampung halaman yang membesarkan nama-nama besar di Dota 2; seperti inYourdreaM, KelThuzard, Nafari, Rusman, R7, dan yang lainnya.

Untuk mencoba mengurai masalah ekosistem esports Dota 2 di Indonesia kali ini, saya pun menghubungi berbagai pihak terkait. Saya menghubungi General Manager The Prime Esports, Anton Sarwono, dan CEO Team RRQ, Andrian Pauline. Tidak lupa juga saya menanyakan beberapa pendapat shoutcaster Indonesia yang besar dari scene Dota 2 seperti Gisma “Melon” Priayudha Assyidiq, Riantoro “Pasta” Yogi, dan Dimas “Dejet” Surya Rizki.

Dari obrolan saya bersama kawan-kawan saya tadi, ada sejumlah masalah yang saling terkait yang saya temukan di ekosistem esports Dota 2. Sebelum kita membahas masalah-masalah tadi, saya kira penting saja untuk menyebutkan motivasi saya menuliskan ulasan ini. Saya pribadi sudah berkecimpung di industri game Indonesia dari 2008. Jadi, saya punya kepentingan dan keinginan untuk melihat industri ini terus bertahan (sustainable) sampai nanti di masa mendatang (atau paling tidak sampai saya sudah tak bisa bekerja lagi).

Karena itulah, saya tak bermaksud membuat tulisan ini menjadi ‘drama’ dengan menyudutkan satu pihak tertentu. Motivasi utama saya hanyalah bagaimana Anda dan kawan-kawan sekalian yang peduli dengan industri ini menyadari masalah dan berupaya bersama untuk ekosistem yang lebih baik.

Regenerasi Ekosistem yang Tersendat

Beberapa waktu yang lalu, saya sebenarnya pernah menuliskan perbincangan saya dengan Yohannes Siagian, Vice President EVOS Esports, tentang masalah regenerasi ini (Regenerasi Esports: Sebuah Abstraksi dan Kedewasaan Menjadi Solusi). Namun mungkin memang proses regenerasi sendiri adalah proses panjang yang butuh waktu.

Ketika kita berbicara soal regenerasi, hal ini tidak harus selalu berarti kehabisan pemain karena masalah usia. Saya kira saya harus meluruskan hal ini karena banyak yang masih salah kaprah. Namun permasalahan regenerasi adalah juga soal bagaimana ekosistem mampu mencetak pemain-pemain baru, dengan jenjang yang jelas.

Saya sebenarnya sudah mulai melihat persoalan ini sejak tahun 2018. Pasalnya, di banyak bursa transfer tahun lalu pun, tidak banyak nama-nama pemain yang baru muncul. Hampir semua bursa transfer pemain Dota 2 di 2018 adalah soal pemain lama yang pindah dari tim profesional ke tim lain. Bukan pemain yang benar-benar belum pernah bergabung dengan tim profesional sebelumnya.

Imbas dari impotensi regenerasi ini pun dirasakan oleh The Prime dan RRQ. Menurut pengakuannya masing-masing, baik Anton dari The Prime ataupun AP dari RRQ sebenarnya juga sudah mencoba memasukkan pemain rookie ke dalam divisi Dota 2 mereka. Namun solusi ini tak berhasil karena kendala yang tak jauh berbeda.

AP dari RRQ mengatakan bahwa kendala di para pemain rookie yang ia temukan adalah tingkat permainan mereka yang terlalu jauh di bawah standar. “Standarnya jauh banget (dengan pemain pro).” Kata AP. Standar yang terlalu jauh ini memang jadinya tidak masuk akal untuk kondisi tim Dota 2 RRQ terakhir. Pasalnya, sebelum bubar, tim mereka masih punya pemain-pemain berpengalaman seperti Rusman, R7, Yabyoo, dan Acil.

Sedangkan Anton bercerita bahwa kendalanya ada di para pemain baru yang tidak bisa full time alias bootcamp karena kesibukan mereka sebagai pelajar ataupun mahasiswa. Tanpa bootcamp, jelas perkembangan mereka jadi tak maksimal. Jadwal latihan mereka pun jadi tak bisa optimal seperti layaknya para pemain yang bisa terus tinggal di gaming house.

Masalah regenerasi tadi terjadi karena memang tak ada ruang-ruang kompetitif untuk kelas amatir ataupun pelajar (mahasiswa) sebelumnya. Tahun 2018 dan 2019 ini sebenarnya sudah ada beberapa kompetisi Dota 2 untuk kelas di bawah profesional, seperti JD HSL untuk kelas SMA dan IEL untuk kelas mahasiswa. Namun demikian, sekali lagi, proses regenerasi butuh waktu.

IEL University. Sumber: IESPA
IEL University. Sumber: IESPA

Di sisi lainnya lagi, menurut saya, persoalan regenerasi ini juga terjadi tak hanya untuk suplai pemain namun juga untuk orang-orang di belakang layarnya. Dalam kasus ini, ekosistem esports kita juga masih kekurangan suplai manajer tim yang mumpuni.

Saat saya berbincang dengan Anton dari The Prime, saya pun menanyakan hal ini, “jika punya manajer tim yang hebat, apakah memungkinkan sebuah tim bisa berkembang tanpa bootcamp?” Anton pun menjawab, “mungkin saja.”

“Betul (talent pool manajer yang kurang juga). Makanya ada beberapa divisi (The Prime) yang masih gua pantau dari jauh. Cuma, kalau manajernya qualified, langsung gua lepas.” Cerita Anton.

Berhubung akan terlalu panjang jika dibahas detailnya di sini, mungkin saya akan bahas khusus soal manajer tim esports di lain waktu. Namun singkatnya, meski memang idealnya manajer tim bisa ditempati oleh mantan-mantan pemain seperti Aldean Tegar Gemilang dari EVOS Esports ataupun Brando Oloan dari BOOM ID, jalur tersebut makan waktu terlalu lama untuk mencetak sumber daya manusia baru yang kompeten.

Brando Oloan. Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Brando Oloan. Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Meski demikian, persoalan suplai pemain profesional mungkin lebih pelik ketimbang manajer tim. Karena kemampuan mengatur sumber daya manusia bisa dilatih di ruang-ruang lain, di luar ekosistem esports. Sedangkan mencetak para pemain rookie yang siap naik kasta memang hanya bisa dilakukan di dalam ekosistem esports-nya sendiri.

Absennya Dukungan Publisher

Jika berbicara mengenai ruang kompetitif buat kelas rookie, memang ada 2 pihak yang bisa dibilang ideal untuk menangani hal ini: pemerintah dan publisher game tersebut. Sayangnya, untuk Dota 2, mungkin kita tidak akan bisa sampai pada kondisi ideal.

Jika berbicara soal peran pemerintah di esports, jujur saja, saya tak berharap banyak. Kenapa? Karena industri esports Indonesia sendiri belum bisa menjadi sumber devisa untuk negara. Lain halnya jika esports sudah bisa menyumbangkan sebagian keuntungannya untuk negara.

Di sisi lainnya, AP dari RRQ mengutarakan pendapatnya bahwa publisher game-nya lah yang seharusnya memerhatikan masalah ekosistem rookie. “Ini dari developer/publisher game-nya yang harusnya notice. Mereka yang punya power lebih. Tapi ada baiknya juga semua pelaku di industri aware tentang hal ini.” Ujar AP.

Saya sepenuhnya setuju dengan pendapat AP tadi. Sayangnya, dari awal Dota 2 dirilis, saya belum pernah mendengar bisikan-bisikan tentang keseriusan Valve menggarap scene esports game mereka di Indonesia.

Kenapa publisher merupakan pihak yang ideal untuk menggarap scene rookie? Karena hal tersebut adalah bentuk investasi jangka panjang untuk pihak ketiga, tim dan event organizer, dan tidak semua pelakunya punya kapasitas untuk itu.

Namun demikian, ketimbang menanti Valve melirik esports Indonesia yang mungkin tak akan pernah terjadi, para pelaku industri esports kita harus mau bertindak dan berbuat sesuatu.

Sumber: Dota 2 Official Media
Sumber: Dota 2 Official Media

“Harusnya ada roadmap yang jelas, setiap turnamen besar harus dipaketin sama turnamen amatirnya. Bahasa sederhananya… Amatir scene perlu disubsidi. Nyari untung di pro-scene; tapi supaya industrinya sustain, harus ada timbal baliknya dong. Jangan semua mau metik tapi ga mau menabur. Hahaha!” Jelas AP seraya berseloroh.

Hal yang serupa juga diutarakan oleh Gisma A.K.A Melondoto. Para pelaku industri harus mau membagi porsi antara mobile esports (yang mungkin sekarang dianggap lebih menguntungkan) dan PC. Misalnya, 70% resource untuk mobile dan 30% untuk PCMenurut Melon, ajang kompetitif untuk kelas amatir memang bisa jadi solusi untuk regenerasi.

Saya kira memang solusi soal ajang kompetitif untuk amatir ini memang harus segera dijalankan, ataupun digalakkan buat yang sudah berjalan, karena proses pematangan para pemain amatir butuh proses yang tidak sebentar.

Minimnya Pemahaman Exposure sebagai Komoditas Industri

Jika berbicara soal esports mobile, tak jarang hal tersebut juga sering dijadikan kambing hitam atas menurunnya popularitas esports di PC; seperti yang diutarakan oleh Dimas Dejet. Ia berpendapat bahwa esports mobile membuat esports PC kalah dalam hal exposure. Lagipula, Dejet juga menambahkan bahwa esports sekarang adalah soal industri. Jadi, menurutnya, ada ideologi yang harus dikorbankan. “Ada kalanya nyerah sama ideologi daripada memaksakan sesuatu yang tidak menghasilkan.” Ungkap Dejet.

Saya pribadi setuju dengan sebagian pendapatnya. Dari sisi exposure, saya kira saya tak perlu menjelaskan panjang lebar kenapa esports PC memang kalah popularitasnya saat ini. Menurunnya exposure esports PC memang ada kaitannya dengan meningkatnya popularitas esports mobile. Namun, masih banyak orang yang mungkin belum sadar betul soal perhatian dan exposure sebagai komoditas.

Faktanya, jika kita berbicara soal exposure atau perhatian end-user, ada satu batasan absolut yang tak dapat dipungkiri; yaitu waktu kita.

Sumber: ESL
Sumber: ESL

Setiap manusia, siapapun itu, cuma punya waktu sehari 24 jam. Jika ada lebih banyak orang yang menghabiskan waktunya bermain game mobile ataupun menonton esports-nya, hal ini berarti lebih sedikit waktu yang tersisa untuk esports lainnya (dalam hal ini PC). Namun demikian, hitung-hitungan tadi hanya berlaku untuk end-user yang memang bermain game ataupun menonton esports untuk 2 platform, PC dan mobile.

Padahal, saya tahu betul bahwa memang ada orang-orang yang hanya bermain game di satu platform dan orang-orang yang tidak menonton semua pertandingan esports untuk semua game yang ada. Misalnya, ada banyak orang yang memang hanya bermain di console ataupun hanya di PC.

Banyak yang mengatakan bahwa platform mobile lebih populer gara-gara harganya dan mobilitasnya. Hal tersebut memang ada benarnya namun jarang saya yang mendengar argumentasi soal keterbatasan waktu untuk gamer console dan PC. Maksud saya seperti ini, bisa jadi, gamer PC dan console itu memang punya waktu luang yang lebih terbatas. Kembali lagi, kita semua punya keterbatasan waktu yang absolut.

Karena itu, gamer PC dan console mungkin tidak akan punya banyak waktu lebih untuk menonton esports-nya. Apalagi, jika berbicara soal exposure dan perhatian, esports Dota 2 sendiri harus bersaing dengan pertandingan-pertandingan tingkat internasional (Minor ataupun Major). Jadwal turnamen luar dan dalam negeri sendiri sudah tak relevan lagi diperdebatkan jika perspektif waktu tadi masih disadari.

Maksud saya seperti ini, anggaplah di satu hari ada turnamen Minor jam 2 pagi. Fans yang menonton pertandingan itu sampai selesai, mungkin tak akan menonton pertandingan lokal keesokan harinya karena masih mengantuk setelah begadang semalaman. Jadwal pertandingan sudah tak lagi relevan dalam berebut perhatian penonton karena, nyatanya, kita punya kesibukan lainnya setiap hari yang menghabiskan waktu.

Kenapa hal ini jadi masalah yang penting disadari? Karena industri yang baik adalah yang paham betul soal komoditas, satuan, dan alat tukar industri tersebut.

Kurangnya Fokus dan Investasi Jangka Panjang

Mengutip kembali kata AP di atas tadi, yang mengatakan bahwa masalah regenerasi harus disubsidi, saya memang setuju sekali dengan tujuannya. Namun, saya pribadi kurang setuju dengan istilah dan konsep soal ‘subsidi’ untuk regenerasi.

BOOM ID saat berlaga di ajang Minor. Sumber: VP Esports.
BOOM ID saat berlaga di ajang Minor. Sumber: VP Esports.

Di sisi lain, dari obrolan saya bersama Dejet dan Melondoto, pandangan esports mobile yang lebih menggiurkan dan menguntungkan saat ini memang jadi konsensus sebagian besar pelaku bisnis esports di Indonesia. Tak hanya itu, dari pengalaman saya berbincang dengan berbagai pelaku industri esports belakangan ini juga mengemukakan hal yang senada. Maka dari itu, lebih banyak pelaku bisnis esports (mulai dari tim, EO, sponsor, media, bahkan para pekerjanya) saat ini yang fokus menggarap game-game mobile ketimbang PC; termasuk Dota 2.

Lalu apa benang merahnya antara soal istilah ‘subsidi’ tadi dan pergeseran tren ke mobile esports? Menurut saya, benang merahnya ada di kurangnya fokus dan investasi jangka panjang di banyak pelaku bisnisnya.

Itu tadi kenapa saya kurang setuju dengan istilah ‘subsidi’. Subsidi itu seperti sebuah sedekah atau hibah, yang memang tidak mengharap imbalan. Sedangkan menghidupkan ekosistem kompetitif untuk tingkat amatir adalah soal investasi jangka panjang, setidaknya menurut saya pribadi. Pasalnya, memang harus ada imbas alias keuntungan yang diharapkan dan bahkan direncanakan dari soal investasi untuk ekosistem kelas amatir.

Izinkan saya mengambil contoh dari pemain industri-industri besar di luar sana. Jika kita berbicara soal industri teknologi, R&D (research and development) adalah bentuk investasi jangka panjangnya. Menurut laporan dari Recode yang dirilis di VOX tahun 2018, Amazon bahkan menggelontorkan dana sampai mendekati angka US$23 miliar untuk R&D. Alphabet, induk perusahaan Google, merogoh kocek mereka sampai dengan US$16 miliar untuk kebutuhan yang sama. Sedangkan Intel mencapai angka US$13 miliar dan Microsoft mencapai angka US$12 miliar.

Modal untuk R&D yang besarnya amit-amit tadi memang tak bisa langsung diraih keuntungannya dalam waktu dekat namun hal ini harus dilakukan untuk memastikan para pemain tadi (termasuk industrinya) masih bisa sustain untuk jangka waktu yang panjang.

Kurangnya fokus untuk jangka panjang ini jugalah yang saya lihat dari para pelaku industri esports yang beramai-ramai menggelontorkan sebagian besar anggaran ke mobile esports, hanya karena trennya lagi ramai di sana.

Sebelum salah kaprah, saya harus katakan bahwa saya tak ada masalah dengan ramainya esports mobile. Saya pribadi, sebagai salah satu pelaku industri game Indonesia, sungguh bersyukur ada Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) dan Moonton di Indonesia. Karena, bagaimanapun juga, mereka punya andil besar membawa industri esports Indonesia sampai ke titik ini.

Sumber: ThePrime official Media
Sumber: ThePrime official Media

Kritik saya bukanlah soal esports mobile-nya namun kepada perilaku gegabah yang mengambil keputusan hanya dari sebatas tren semata tanpa ada pertimbangan konsekuensi jangka panjang. Jika hal ini terus dilakukan, bukan tidak mungkin juga game-game esports mobile yang sedang naik daun sekarang akan mengalami nasib yang sama.

Misalnya saja soal tren yang terjadi di ajang kompetitif di 2018. Tahun lalu, sebagian besar turnamen esports pihak ketiga (jika tidak mau dibilang semua) pasti ada pertandingan Mobile Legends nya. Bagi saya pribadi, hal ini juga sebenarnya tidak baik untuk sustainability dari Mobile Legends karena fans esports nya bisa jadi bosan dan ‘kebal’ dengan hype yang coba ditawarkan.

Anggap saja seperti ini, andaikan ada Piala Dunia dan Liga Champion (sepak bola) 5 kali dalam setahun. Apakah hype-nya masih bisa terjaga? Saya kira tidak.

Hal ini juga sebenarnya terjadi untuk kasus Dota 2. Faktanya, sebelum ada Mobile Legends, Dota 2 menjadi favorit para penyelenggara esports di Indonesia. Namun semuanya memang hanya memilih Dota 2 karena trennya saat itu, tanpa ada pertimbangan lebih lanjut.

Memikirkan solusi mencari keuntungan dari investasi jangka panjang itu memang tidak mudah karena tingkat kompleksitasnya yang tinggi. Namun, buat Anda yang membaca artikel ini, tak ada salahnya juga untuk mulai berpikir ke depan dan mulai membuka diskusi tentang ini.

Faktanya, pengetahuan kolektif (collective wisdom and knowledge) adalah yang membuat kita manusia berkembang sampai hari ini, menguasai dunia, dan berbeda dari binatang lainnya.

Soft Skill Pro Player Dota 2 yang Perlu Digali Lebih Jauh

Sumber: Dota 2 Official Blog
Sumber: Dota 2 Official Blog

Obrolan saya bersama Pasta lah yang membuat saya menyadari memang butuh satu bagian lagi dalam upaya saya kali ini mengurai permasalah ekosistem Dota 2 Indonesia.

“Sama ini paling, player-nya bisa branding diri mereka juga atau engga, supaya penonton bisa lebih antusias buat nontonin mereka live stream atau tanding. Kalau di MLBB kan gitu.” Ujar Pasta.

Di sisi lainnya, saat saya berbincang dengan AP dan Anton, saya juga sebenarnya menanyakan soal memasukkan pemain luar negeri ke divisi Dota 2 mereka. Kendala yang mereka rasakan soal ini juga sama, yaitu soal bahasa.

2 hal tadi adalah soal soft skill yang saya kira punya pengaruh terhadap masalah ekosistem Dota 2 Indonesia.

Mari kita bahas soal bahasa lebih dulu. Tim-tim Dota 2 luar negeri sebenarnya juga terdiri dari pemain-pemain berbagai negara. OG saat menjadi juara The International 2018 berisikan pemain-pemain dari 5 negara. Team Liquid saat jadi juara The International 2017 bahkan berisikan pemain dari 6 negara.

Di CS:GO, ada 2 pemain Indonesia yang juga bermain untuk tim Tiongkok, TYLOO; Hansel “BnTeT” Ferdinand dan Kevin “xccurate” Susanto. Saya yakin mereka tidak pakai bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan rekan satu timnya yang berasal dari Tiongkok.

Selain berguna untuk timnya sendiri yang memungkinkan untuk mengambil pemain luar negeri, penguasaan bahasa selain bahasa Indonesia sebenarnya penting juga untuk para pemain kita jika tidak ingin terjebak dengan scene esports lokal. Soal ini, solusinya mungkin sudah bisa dimulai dari sekarang untuk tim-tim esports lokal yang bermain game esports yang scene-nya besar di luar sana; seperti menerapkan aturan untuk pembelajaran bahasa Inggris untuk semua pemainnya.

Di sisi lain, seperti yang diungkap oleh Pasta tadi, saya pribadi setuju dengan pendapatnya soal para pemain Dota 2 Indonesia yang memang kurang memanfaatkan panggung mereka sebagai figur publik. Selebritas atau popularitas pemain esports, menurut saya, memang berpengaruh terhadap scene-nya secara keseluruhan.

Maksud saya seperti ini, rivalitas antara Messi dan Ronaldo (sebelum pindah ke Juventus) adalah salah satu faktor juga ramainya penonton pertandingan antara Barcelona dan Real Madrid. Hal ini juga terjadi di pertandingan MLBB antara RRQ dan EVOS Esports, karena masing-masing punya Lemon dan JessNoLimit. Ketokohan dua pemain tadi di MLBB, saya kira berpengaruh terhadap jumlah penontonnya.

Dari pengalaman saya sebagai jurnalis, saya sendiri merasakan bahwa para pemain MLBB itu lebih ramah terhadap media. JessNoLimit yang bahkan punya 5,5 juta subscribers di YouTube itu media darling karena memang ia cukup pandai bersikap kepada para awak media. Demikian juga dengan banyak pemain MLBB yang saya kenal seperti Oura, G, Fabiens, Arss, Jeel, dan kawan-kawannya yang akan terlalu banyak jika disebutkan semuanya di sini.

Memang, tak semua pemain MLBB juga terbuka diwawancarai (buat anak-anak media esports dan game pasti tahu siapa saja yang saya maksud, hahahaha…) Namun, setidaknya jumlah para pemain MLBB yang lebih ramah saat dimintai kutipan ataupun komentar itu lebih banyak ketimbang pemain Dota 2 (setidaknya berdasarkan pengalaman saya pribadi).

Soft skill semacam bahasa ataupun kepandaian memanfaatkan panggung sebagai figur publik ini, saya percaya betul sangat berpengaruh terhadap ekosistem esports-nya secara keseluruhan. Harapannya, lebih banyak manajemen tim yang juga mulai menyadari betapa pentingnya hal ini untuk diajarkan.

Wings Gaming saat juara TI6. Sumber: Red Bull
Wings Gaming saat juara TI6. Sumber: Red Bull

Penutup

Sebelum jadi skripsi ratusan halaman, itu tadi 5 masalah yang saya temukan berpengaruh terhadap ekosistem Dota 2 di Indonesia. Saya kira masalah-masalah ini juga sebenarnya terjadi di ekosistem game esports lainnya di Indonesia (CS:GO uhuk…).

Jadi, dari upaya saya mengurai permasalahan ini, semoga saja kita semua bisa belajar lebih jauh dan berdiskusi sehat demi ekosistem esports Dota 2 ataupun game esports lainnya yang lebih dewasa dan berumur panjang.