Ingin Jangkau Lebih Banyak Khalayak Muda, Pop Mie Sponsori RRQ dan EVOS

Hingar bingar esports di Indonesia kini sepertinya sedang berada di puncaknya. Ragam dukungan datang dari beragam instansi secara bertubi-tubi, baik itu swasta maupun pemerintahan. Dukungan tersebut datang dengan embel-embel sesuatu yang selalu disebut sebagai “usaha untuk mengembangkan ekosistem esports“.

Pemerintahan datang membawa ragam kompetisi yang disponsori mereka sendiri. Lalu dari sisi swasta ada ragam brand non-endemik yang berbondong-bondong datang mensponsori tim esports. Salah satu contoh terbaru ada Pop Mie, yang tak mau kalah dengan Dua Kelinci, turut sponsori RRQ dan EVOS.

Suasana konfrensi pers yang diadakan di Indofood Tower, Sudirman Plaza. Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Suasana konfrensi pers yang diadakan di Indofood Tower, Sudirman Plaza. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Memang, esports belakangan terlihat semakin seksi di mata para sponsor. Hal tersebut bisa Anda simpulkan dari beberapa peristiwa seperti: proyeksi Newzoo terhadap bisnis esports yang dikatakan mencapai valuasi sebesar US$1,1 Milliar di tahun 2019 dan meningkatnya jumlah penonton tayangan esports, terutama prediksi yang mengatakan bahwa penonton perempuan akan meningkat signifikan dalam 2 tahun.

Dalam konteks Indonesia, lembaga riset konsumen Newzoo mengungkap sebuah data menarik. Menurut data tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke-17 dari 100 daftar negara dengan pendapatan sektor gaming terbesar. Jumlah kontribusi pendapatan sektor gaming Indonesia sendiri adalah US$1,084 juta, kalau mengutip dari data tersebut.

Ternyata alasan investasi Pop Mie di dunia esports senada dengan Dua Kelinci, yaitu karena segmentasi produk mereka yang mirip dengan demografi penonton program esports. Vemri Veradi Junaidi selaku Senior Brand Manager Pop Mie mengatakan bahwa target market Pop Mie adalah mereka yang berusia 18-35 tahun yang, menurutnya, kurang lebih mirip dengan demografi khalayak esports.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Lucunya, ada keadaan menarik seputar investasi terhadap ekosistem esports selama beberapa pekan belakangan. Pop Mie yang notabene bersaing dengan Dua Kelinci, sama-sama brand Food & Beverages, ternyata sama-sama mensponsori esports, bahkan sama-sama mensponsori organisasi EVOS dan RRQ.

Terkait hal tersebut Vemri ternyata bersedia untuk memberikan komentar saat saya wawancara dalam gelaran konferensi pers tersebut. “Kami justru senang melihat banyaknya ada rekan sejawat kami sesama brand food & beverages yang turut investasi di ekosistem esports. Kami jadi merasa punya kawan dalam mencapai sebuah tujuan besar yaitu memajukan esports di Indonesia,” jawab Vemri.

EVOS adalah bagian dari ekosistem esports, tapi ekosistem esports bukan hanya organisasi klub seperti EVOS. Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
EVOS adalah bagian dari ekosistem esports, tapi isi ekosistem esports bukan hanya organisasi klub seperti EVOS. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Lagi-lagi RRQ dan EVOS jadi tujuan sponsorship brand non-endemik kelas berat. Senada dengan Dua Kelinci, alasan Popmie mensponsori mereka adalah karena RRQ dan EVOS merupakan top brand dalam industri esports. Apakah akan ada tim lain yang juga disponsori Pop Mie? Vemri sayangnya tidak bisa memberi informasi lebih lanjut.

Mars Media Kembali Hadirkan MDL Macau Tahun 2019

Sebagai sebuah fenomena baru, tak heran jika ada banyak sudut pandang dalam memandang esports. Orang awam mungkin menilai ini “cuma main game saja” sedangkan gamers melihatnya sebagai aktualisasi diri gamers kepada khalayak awam. Namun, bagi saya, esports adalah bisnis dunia hiburan.

Tak beda dengan sepakbola, NBA, atau mungkin kontes kecantikan, esports wajib punya porsi hiburan dalam kompetisinya. Maka dari itu tak heran jika Mars Dota 2 League tahun ini kembali hadir di Macau, Hong Kong. Sebagai kota pusat hiburan di Asia, MDL Macau 2019 jadi menarik karena sifat kompetisi ini yang jadi selayaknya sport tourism atau dalam hal ini jadi esports tourism.

Tetapi MDL Macau 2019 sayangnya hadir tanpa ada menyandang status minor atau major dari rangkaian Dota 2 Pro Circuit 2018-2019. Sebelum ini Mars Media selaku penyelenggara juga sudah sempat mengadakan kompetisi MDL di Macau pada tahun 2017 lalu. Walau tanpa status Major/Minor dari DPC kini, kompetisi yang memperebutkan total hadiah sebesar $300 ribu atau sekitar Rp4 Milyar ini, tetap menghadirkan tim terbaik di jagat kompetisi Dota 2.

PSG.LGD yang merupakan juara dari MDL Changsa tahun lalu. Sumber:
PSG.LGD yang merupakan juara dari MDL Changsa tahun lalu. Sumber: Twitter @PSGeSports

Sudah dipastikan akan ada 8 tim peserta yang berasal beberapa komponen, direct invite, juara musim sebelumnya, serta qualifier. Berasal dari direct invite, ada 5 tim peserta yaitu Newbee, Virtus Pro, Vici Gaming, Team Liquid, dan Evil Geniuses. Tiga peserta sisanya yaitu EHOME yang merupakan juara Dota 2 Professional League Season 6, Royal Never Give Up dan Invictus gaming yang berasal dari qualifier.

MDL Macau 2019 yang berlangsung 20-24 Februari 2019 mendatang, merupakan lanjutan dari seri Mars Dota 2 League. Sejauh ini Mars Media sudah mengadakan 8 kompetisi di beberapa kota berbeda lewat seri MDL sejak tahun 2014. Tercatat, beberapa kota yang dikunjungi kompetisi MDL adalah kota seperti Shanghai, Wuhan, Changsa, dan tentunya Macau.

Memang sampai saat ini Asia masih menjadi salah satu pasar terbesar dari esports Dota 2. Melihat peluang ini tak heran jika ada banyak event besar Dota 2 hadir di Asia. Anda bisa melihat event seperti Chongqing Major, Kuala Lumpur Major, bahkan Dota 2 The International yang akan diadakan di Shanghai.

Sumber:
Sumber: Website Resmi Piala Presiden

Menarik melihat seri kompetisi esports seperti MDL yang diselenggarakan dari satu kota ke kota lain. Kalau di Indonesia, hal tersebut baru saja dihadirkan lewat kompetisi Piala Presiden. Kompetisi ini diadakan cukup megah, tak kalah dari esports yang biasa kita lihat di Jakarta.

Namun konsep seperti itu menurut saya memiliki tantangannya tersendiri di Indonesia, terutama dari segi infrastruktur. Jika pemerintah serius mendukung esports, perbaikan infrastruktur terutama teknologi internet, tentu akan sangat membantu meratakan hingar-bingar budaya esports di berbagai belahan Indonesia; yang harapannya adalah semakin memajukan ekosistem esports di ibu pertiwi.

StarLadder jadi Tuan Rumah CSGO Major ke Lima Belas

Kalau bertanya soal game esports tertua di dunia, jawabannya mungkin adalah seri Counter-Strike yang sudah dikompetisikan sejak lama sekali; walau mungkin baru jadi esports sekitar tahun 2012. Meski game battle royale serta MOBA menyerbu, game FPS ini tetap bertahan sebagai salah satu game esports favorit.

Maka dari itu, tak heran juga jika kompetisi esports CSGO terus berlanjut dan kini StarLadder akan jadi tuan rumah dari CSGO Major ke-15. Kompetisi ini akan diadakan di Jerman, di salah satu lokasi acara esports paling legendaris seantero Jerman yaitu Mercedes-Benz Arena. Lokasi acara ini menjadi salah satu favorit bagi event esports, yang juga jadi lokasi andalan untuk beberapa event milik ESL.

Sumber:
Sumber: Laman resmi ESL Pro League

Event ini diselenggarakan bekerjasama dengan rekan StarLadder yaitu ImbaTV. Selain bekerja sama dalam melangsungkan CSGO Berlin Major 2019 ini, ImbaTV juga berperan sebagai broadcast partner untuk khalayak esports CSGO di Tiongkok. Terkait hal ini, Alexander Chegrinez selaku Head of Business Development dari StarLadder memberikan sedikit komentarnya lewat sebuah press release yang diterbitkan lewat laman resmi StarLadder.

“Perusahaan kami dahulu terbentuk karena passion terhadap kompetisi Counter-Strike. Bahkan beberapa tahun lalu, turnamen yang kami selenggarakan untuk pertama kalinya adalah turnamen CS. Game ini pun pernah dan tetap menjadi bagian penting dari identitas Starladder, kami berkembang dengan CS dan benar-benar sangat bersemangat dengan CSGO Berlin Major yang akan kami adakan.” Alexander mengatakan.

“Adalah sebuah kehormatan besar bagi kami untuk menjadi tuan rumah dari anniversary ke-15 Major, yang diadakan di lokasi acara yang sangat mengagumkan dan diadakan untuk komunitas yang sangat luar biasa! Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat para fans terkesan dan menciptakan Major yang dapat Anda kenang.”

Sumber:
Sumber: Laman resmi ESL Pro League

Semua fase turnamen nantinya akan diselenggarakan di Berlin, yang artinya termasuk minors serta minor Play-in (sejenis qualifier untuk menuju ke major). Alasan penyatuan jadwal ini adalah agar para pemain tidak harus repot mengurus visa setelah lolos dari minor dan lebih fokus kepada persiapan pertandingan. Dengan ini maka jadwal dari CSGO Berlin Major 2019 ini adalah.

  • 17- 21 Juli – Europe & Americas Minors
  • 24-28 Juli – CIS & Asia Minors
  • 29 Juli – Minor Play-in
  • 20-25 Agustus – Challengers Stage
  • 27 Agustus – 1 September – Legends Stage
  • 5-8 September – Champions Stage

StarLadder CSGO Berlin Major 2019 memperebutkan total hadiah US$1 juta atau sekitar Rp14 milyar. Sementara untuk empat minor yang diadakan, hadiah yang diperebutkan akan tetap US$50.000 atau sekitar Rp700 Juta.

Brand Non-Endemik Lokal Menyerbu, Dua Kelinci Sponsori RRQ dan EVOS

Kepercayaan brand non-endemik terhadap industri esports kini sudah semakin tinggi. Hal tersebut salah satunya dibuktikan lewat pembahasan Hybrid terhadap data Nielsen yang mengatakan ada 49 persen brand non-endemik yang sponsori esports pada 2018 kemarin. Namun data tersebut melihat industri esports secara global atau internasional. Bagaimana dengan Indonesia?

Tingkat kepercayaan brand non-endemik di Indonesia sebenarnya juga turut meningkat seiring dengan tren Mobile Legends yang memperkenalkan konsep esports ke masyarakat mainstream. Terbukti salah satunya lewat kerjasama EVOS dan RRQ dengan PT. Dua Kelinci yang diresmikan dalam sebuah acara konfrensi pers tanggal 18 Februari 2019.

Sumber: Kratindaeng Indonesia Esports Championship Official Website
Sumber: Kratindaeng Indonesia Esports Championship Official Website

Sebelum itu, bibit kepercayaan brand non-endemik terhadap esports di Indonesia sudah muncul sejak 2018. Beberapa contohnya adalah perusahaan Orang Tua Group yang mengadakan event esports mereka sendiri sambil mempromosikan brand minuman energi Kratindaeng. Lalu ada Salim Group lewat brand Indofood seperti Pop Mie dan Chitato yang sponsori ESL ataupun sejumlah merek lainnya yang sudah cukup terlalu panjang untuk disebutkan semuanya di sini.

Kerjasama PT. Dua Kelinci dengan dua klub esports tersebut hadir dengan mempromosikan dua produk mereka, yaitu camilan kacang Sukro dengan RRQ, serta camilan keripik jagung Krip-Krip Tortilla dengan EVOS. Walau ada dua brand camilan yang berbeda yang bersanding dengan masing-masing klub, namun kerjasama tersebut tetap dilakukan di bawah naungan dari PT. Dua Kelinci.

Terkait kerjasama ini, PT. Dua Kelinci sayangnya tidak dapat mengungkap nilai kerjasama yang dilakukan. Edwin Sutiono selaku Direktur dari PT. Dua Kelinci hanya bisa memberi sedikit gambaran bahwa nilai kerjasama yang dilakukan senilai kurang lebih 5% dari budget marketing PT. Dua Kelinci.

2
Hartman Harris, co-founder dari klub esports EVOS. Dokumentasi Hybrid – Novarurozaq Nur

Kolaborasi antar kedua brand ini terjadi dalam beberapa hal, salah satunya adalah penampilan logo Sukro dan Krip Krip Tortilla dalam jersey kedua tim. Hartman Harris selaku co-founder EVOS Esports menambahkan bahwa kerjasama ini juga termasuk munculnya logo makanan camilan ini dalam online activity pada digital content maupun offline activity EVOS Esports.

Dalam sesi talkshow, Edwin mengatakan bahwa keputusan PT. Dua Kelinci untuk turut menyokong ekosistem esports disebabkan oleh beberapa hal. “Jujur saya sendiri memang adalah seorang gamers. Lalu kebetulan satu tahun belakangan saya cukup mengikuti fenomena esports ini sampai akhirnya kini yakin untuk berkolaborasi dengan ekosistem lewat dua klub ternama ini.” Kata Edwin saat sesi talkshow.

“Terlebih ekosistem esports juga membantu kami mendekatkan diri dengan khalayak muda yang mirip dengan segmentasi pasar kami. Maka dari itu kami merasa EVOS dan RRQ bisa membantu kami mencapai hal tersebut karena prestasi dan branding dari kedua tim tersebut sudah sangat baik.” Tambah Edwin pada saat yang sama.

Edwin Stuiono, Direktur PT. Dua Kelinci, saat menjelaskan alasan kolaborasi mereka dengan RRQ dan EVOS. Dokumentasi Hybrid - Novarurozaq Nur
Edwin Stuiono, Direktur PT. Dua Kelinci, saat menjelaskan alasan kolaborasi mereka dengan RRQ dan EVOS. Dokumentasi Hybrid – Novarurozaq Nur

Kehadiran PT. Dua Kelinci dalam ekosistem esports tentu membantu mengembangkan ekosistem industri. Namun mungkin yang jadi pertanyaan khalayak adalah kenapa harus EVOS dan RRQ lagi? Menurut opini saya sendiri, karena memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa kedua tim tersebut masih merupakan dua organisasi esports paling besar, profesional, dan terorganisir di Indonesia.

Keduanya bersaing ketat baik itu dalam segi prestasi, mengorganisir para pemain, dan saling bersaing dalam menciptakan branding yang baik di kalangan para pecinta esports Indonesia; yang tentunya bakal menarik perhatian para brand. Walau demikian Edwin kembali menambahkan bahwa dirinya dan PT. Dua Kelinci tidak pernah menutup kemungkinan untuk sponsori klub esports lainnya atau mungkin sponsori sebuah event esports.

Tampil Percaya Diri, BOOM.ID Kembali Lolos Kompetisi Minor Dota Pro Circuit

BOOM.ID kembali buktikan diri bahwa mereka adalah tim Dota 2 terbaik di Indonesia. Kali ini Fervian dan kawan-kawan kembali lolos ke kompetisi minor DPC 2018-2019, yaitu kompetisi StarLadder ImbaTV Minor. BOOM.ID berhasil lolos setelah berhasil kalahkan tim Lotac, tim yang didirikan oleh senior-senior di jagat kompetitif Dota 2 Asia Tenggara.

Roster tim Lotac bukan sembarang pemain, di sana ada nama-nama seperti Raven, Chuan, Ohaiyo, bahkan juga pemain salah Shadow Fiend legenda, Yamateh. Menariknya, walau BOOM.ID melawan pemain-pemain berpengalaman, mereka malah tak gentar dan menunjukkan permainan yang percaya diri.

Pada game pertama contohnya, awal game mereka cukup terseok. Beberapa kali mereka kalah rotasi, terutama pada awal game saat Raven dan Yamateh berhasil membuat Timbersaw dari Fbz kewalahan. Namun mereka berhasil bangkit berkali-kali dan membalas rotasi tersebut setelahnya.

Permainan dari Mikoto adalah salah satu penyebab kemenangan BOOM.ID di game pertama. Menggunakan Pugna, ia berkali-kali berhasil melakukan burst down kepada tim dan juga bangunan mereka; yang membuat Lotac kewalahan. Permainan berakhir cukup cepat, jelang menit 30 BOOM.ID sudah amankan keunggulan gold sebanyak 12 ribu, juga keunggulan jumlah tower yang dihancurkan. Akhirnya mereka tak lagi menunggu lama-lama langsung saja habisi Lotac.

Masuk game kedua BOOM.ID tak mau lagi mengulang kesalahan, kini mereka mencoba melakukan tekanan kepada Lotac sejak awal. Namun tekanan tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan bagi BOOM.ID, karena keunggulan gold yang mereka dapatkan tidak seberapa bahkan sampai menit 20 . Untungnya BOOM.ID mendapat momen emas ketika masuk menit 30.

Fervian mencoba untuk memancing pergerakan pemain Lotac di tengah, sementara kawan-kawan BOOM.ID lainnya smoke dari kejauhan. Tindakan tersebut ternyata berhasil memancing Lotac keluar, yang tentunya langsung dilahap dengan mudah oleh BOOM.ID. Menit 31 Lotac sudah tak lagi mampu membendung serangan liar dari The Beast dan akhirnya BOOM.ID menang 2-0 dari Lotac.

BOOM.ID saat final qualifier Indonesia untuk Predator League 2019.Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Dengan ini maka BOOM.ID harus melakukan persiapan ekstra keras untuk kembali menghadapi kompetisi sebesar Minor. Terkait persiapan, Hybrid kembali mewawancara Brando Oloan, Manajer Tim Dota 2 BOOM.ID. Menghadapi dua kompetisi, Grand Final Acer Predator League dan StarLadder IMBA TV Kiev Minor ini, BOOM tentu perlu menentukan prioritas.

Namun menurut Brando, mereka sendiri fokus ke Final APAC Predator League terlebih dahulu yang akan diselenggarakan pada 15-17 Februari 2019 mendatang. “Kita sih fokus Predator League dulu, soalnya ini (Predator League) kan Februari, sementara si Kiev Minor itu awal Maret” Brando menjawab.

Lalu bagaimana dengan visa? Seperti yang kita tahu, selama ini visa kerap menjadi sumber masalah keberangkatan pemain untuk menuju ke kompetisi internasional. Brando kembali menjawab bahwa hal itu juga dilakukan setelah Predator League. “Karena paspor dipakai untuk ke Bangkok, jadi tentunya setelah Predator League baru bisa urus visa” tambah Brando.

Sumber:
Sumber: Dunia Games

Bagaimana dengan persiapan khusus? Latihan selain mekanik? Latihan mental misalnya? Sebab tantangan atlet esports tak hanya dari aspek mekanik saja, tapi juga ada tantangan dari aspek mental  seperti yang sempat dibahas Hybrid. Brando lalu menceritakan secara singkat, “Latihan kita sih nggak banyak yang spesial ya buat kompetisi ini. Paling yang akan kami fokuskan adalah mempelajari lawan di sana, supaya nggak keteteran kayak waktu Bucharest kemarin. Terus juga kami perluas hero pool pemain, supaya strategi bisa lebih banyak variasi. Soal mental, BOOM.ID sih nggak ada plan latihan mental, gue percaya diri sama kekuatan mental player Dota 2 BOOM.ID”.

Kalau prediksi saya pribadi, fans BOOM.ID mungkin belum bisa berharap muluk terhadap hasil tim ini di Kiev Minor, lolos grup saja mungkin sulit. Namun saya berharap mereka kini bisa memberikan perlawanan yang lebih berarti atau bahkan mencuri poin di Kiev Major; setelah pelajaran mereka di Bucharest Minor kemarin.

Satu hal yang pasti, mari kita doakan semoga BOOM.ID bisa mendapatkan hasil yang maksimal, baik di Predator League maupun dalam kompetisi Kiev Minor.

AT&T Jalin Kerjasama Tahunan Dengan NBA, Termasuk 2K League

Belakangan esports genre sports memang sedang jadi sorotan para sponsor, terutama di industri esports barat sana. Alasannya mungkin cukup sederhana, genre ini bisa ditonton berbagai demografi usia, juga mudah dimengerti oleh orang awam. Kalau kemarin ada FIFA yang kerjasama dengan ELEAGUE, kali ini ada kerjasama lain yang terjalin dari game olahraga bola basket.

Kerjasama ini sebenarnya terjadi antara liga bola basket profesional Amerika Serikat, NBA, dengan penyedia layanan telekomunikasi, AT&T. Namun kerjasama ini ternyata tidak berhenti kepada liga bola basket NBA saja, namun juga pada liga esports bola basket, NBA 2K League atau yang juga disebut 2K League.

Sumber
Sumber: Flurry Sports

Tahun lalu, NBA 2K League sudah berjalan selama satu musim mulai dari bulan Mei 2018. Kompetisi tersebut mempertandingkan 17 tim yang pada akhirnya memunculkan tim New York City sebagai pemenang. Tahun ini NBA 2K League akan kembali berlangsung dengan penambahan jumlah tim menjadi 21. Seperti tahun lalu, musim kompetisi NBA 2K League 2019 dimulai pada bulan Mei nanti.

Liga esports dari game NBA 2K ini sebenarnya cukup menarik. Karena diselenggarakan atas kerjasama NBA dengan sang pengembang game, Take-Two Interactive, jadinya tim peserta liga ini juga adalah tim yang masuk dalam franchise liga bola basket NBA. Jadi kalau menonton 2K League, Anda bisa melihat nama-nama besar seperti LA Lakers, Miami Heat, atau Golden State Warriors, namun dengan branding yang berbeda.

Walau baru berjalan selama satu musim, kompetisi ini terbilang berjalan dengan cukup sukses. Secara bisnis, mereka berhasil mengamankan berbagai sponsor dari brand endemik seperti HyperX, Scuf Gaming, Intel, Alienware, dan juga kerjasama dengan Twitch untuk menjadi official live streaming partner. Jumlah penonton liga ini juga cukup lumayan, walau meski jumlahnya memang belum sebesar seperti kompetisi MOBA.

Sumber:
Sumber: Yahoo! Sports

Mengutip dari Esports Watch jumlah penonton terbanyak dari NBA 2K League ini baru mencapai 28.850 penonton secara bersamaan. Jumlah ini memang tak besar namun cukup wajar, mengingat NBA 2K League baru berjalan selama satu musim. Jika harus dibandingkan, jumlah ini terpaut cukup jauh jika dibandingkan dengan Dota 2 Chongqing Major yang memiliki jumlah penonton terbanyak mencapai 503.727 penonton secara bersamaan.

NBA 2K League juga menawarkan konsep permainan yang unik. Kalau game olahraga FIFA biasanya mengandalkan satu orang pemain untuk memainkan satu tim sepakbola. NBA 2K League malah membuat game olahraga jadi seperti MOBA. Format pertandingan 2K League adalah 5v5, yang mana setiap pemain mengendalikan pebasket virtual mereka sendiri. Alhasil jika ingin menang, sang atlet esports NBA 2K League ini juga harus mengerti dasar-dasar formasi, strategi, dan pergerakan pemain di dalam bola basket.

Electronic Arts Kerjasama Dengan ELEAGUE Untuk Kompetisi FIFA 19

ELEAGUE, salah satu penyelenggara kompetisi esports yang terkenal berkat kompetisi CS:GO, umumkan akan selenggarakan kompetisi FIFA 19. Hal ini dilakukan ELEAGUE setelah kerjasama antara mereka dengan sang pengembang FIFA 19, Electronic Arts, akhirnya resmi terjalin.

Bentuk kerjasama antar keduanya adalah penyelenggaraan serta penayangan kompetisi FIFA 19 oleh ELEAGUE, termasuk kompetisi FIFA 19 Global Series (salah satu kompetisi kelas Major dari game FIFA 19). Selain itu karena kepemilikan Turner (konglomerasi media di Amerika Serikat) terhadap ELEAGUE, maka kerjasama ini juga menawarkan integrasi unik antara FIFA 19 dengan kompetisi sepakbola itu sendiri serta kesempatan untuk menayangkan esports di jaringan televisi TBS.

Sumber: Esports Observer
Esports FIFA 19, menjadi salah satu game yang banyak dilirik oleh ekosistem industri hiburan esports di luar negeri sana. Sumber: Esports Observer

Kerjasama ini tentu menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi EA sendiri selaku pengembang FIFA. Alih-alih sekadar menayangkan kompetisi mereka di Twitch dengan menggunakan branding ELEAGUE, tawaran agar game FIFA 19 bisa tayang di televisi tentu jadi tawaran rekanan yang sulit untuk dilewatkan.

“Hal ini adalah kesempatan yang besar. Sejak awal kami memang sudah melihat peluang pada game FIFA 19. Dengan aset yang kami miliki, kami merasa kerjasama ini adalah kesempatan untuk membuat esports jadi lebih dikenal lagi, memberi pengalaman yang lebih menyeluruh namun tetap otentik kepada para fans. Menurut kami, ini adalah nilai pembeda dari ELEAGUE; sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh ESL ataupun MLG.” Kata Craig Barry, Executive Vice President dan Chief Content Officer dari Turner Sports kepada Esports Observer.

Seperti tadi sudah disebutkan, ELEAGUE selama ini terkenal sebagai salah satu penyelenggara dari kompetisi Major CSGO. Namun portfolio pengalaman mereka tak terbatas pada  CSGO saja. Selama kurang lebih 4 tahun pengalaman, mereka juga sudah menggelar kompetisi beragam game, contohnya seperti Super Smash Bros, Street Fighters, Injustice 2,  dan juga Rocket League.

Sumber: Esports Observer
Sumber: Esports Observer

Dengan semua pengalaman tersebut, ELEAGUE menjanjikan produksi berkualitas tinggi seperti kompetisi lainnya yang pernah mereka jalankan. Barry pun kembali menambahkan soal evolusi teknologi serta industri game yang kini semakin bergeser nilainya. Kembali mengutip dari Esports Observer, menurutnya salah satu pelajaran terbesar dalam industri tersebut adalah keharusan untuk mendengar masukan dari para fans dan ekosistem.

Salah satu contoh terbesar hal ini adalah Fortnite, yang mana game tersebut tak lagi hanya sekadar game. Fortnite, terutama di Amerika Serikat sana, seakan jadi perpanjangan tangan dari kultur serta cara anak muda untuk bersosialisasi, layaknya seperti bagaimana popularitas Mobile Legends mengakar di Indonesia.

Dorong Kesadaran Akan Kesehatan Mental, CLG Kerjasama Dengan NAMI

Perkara kesehatan mental memang selalu jadi topik yang susah-susah-gampang untuk dicerna masyarakat umum. Penyebabnya adalah karena kesehatan mental tidak seperti kesehatan fisik yang terlihat. Masalah ini juga sebenarnya bukan cuma terjadi di Indonesia, bahkan Amerika Serikat juga turut mengalami ini. Alhasil, permasalahan ini masih terus disuarakan oleh berbagai pihak agar bisa dimengerti oleh khalayak umum.

Maka dari itu organisasi esports Counter Logic Gaming (CLG) menjalin kerjasama yang unik dengan asosiasi yang bergerak di bidang kesehatan mental bernama NAMI (National Alliance on Mental Illness). Seperti yang sudah Hybrid bahas, perjuangan atlet esports dari sudut pandang psikologi memang sangat keras. Maka rekanan ini dilakukan salah satunya untuk meningkatkan kesadaran akan isu kesehatan mental, dan untuk meningkatkan kondisi kesehatan mental para atlet esports.

1
Counter Logic Gaming, organisasi esports yang dibangung dari sebuah tim League of Legends. Sumber: Twitter @clgaming

Mengutip dari Esports Insider, Nick Allen selaku COO Counter Logic Gaming mengatakan “Yang NAMI lakukan dalam hal meningkatkan kesadaran akan isu kesehatan mental sangat terasa dampaknya dan kami percaya komunitas gaming bisa mendapat keuntungan dari usaha mereka (NAMI) untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang menderita penyakit mental”

Masih dari Esports Insider, Mary Giliberty CEO dari NAMI juga mengatakan “NAMI sangat senang bisa rekanan dengan CLG dan berkomitmen bergabung bersama kami untuk melawan stigma soal penyakit mental melalui edukasi, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan tentunya gerakan sosial”.

Sumber: Rift Herald
Dengan penonton sebanyak ini, kerjasama dengan niat mulia ini tentu diharapkan bisa mempengaruhi banyak orang terutama anak muda gamers. Sumber: Rift Herald

Selama ini kerjasama antar brand dalam esports kebanyakan cenderung adalah bentuk kerjasama bisnis. Melihat kerjasama antara CLG dengan NAMI ini tentu adalah sesuatu yang baru, juga tentunya diharapkan bisa berdampak positif, baik bagi komunitas gamers, juga bagi masyarakat secara keseluruhan.

CLG sejauh ini sudah melakukan rekanan dengan berbagai macam brand baik itu endemik ataupun non-endemik. Beberapa di antaranya seperti OMEN by HP, Squarespace, Spectrum, ataupun MAXNOMIC by NEEDforSEAT. Berbasis di Amerika Serikat, organisasi esports Counter Logic Gaming merupakan salah satu yang terbesar di Industri. Berangkat sebagai tim League of Legends, kini CLG punya beberapa divisi seperti tim CS:GO, Smite, H1Z1, Fortnite, Clash Royale, dan Super Smash Bros.

Cari Bibit Atlet Esports, IESPA Gelar IEL University Series 2019

Menghadapi industri esports di Indonesia yang berkembang dengan pesatnya, pemerintah pun semakin giat memberikan dukungan. Setelah kemarin kita mendengar kehadiran Piala Presiden Esports 2019 dan Youth National Esports Championship (YNEC) dari KEMENPORA, kali ini ada IEL University Series 2019 yang digagas IESPA bekerjasama dengan MIX 360 yang tentunya kembali didukung oleh berbagai elemen pemerintahan.

Seperti namanya, IEL University Series 2019 ini akan mempertandingkan para mahasiswa yang diikuti oleh 12 kampus ternama di Indonesia. Kompetisi ini didukung oleh berbagai elemen pemerintahan, yaitu Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI), dan tentunya Indonesia Esports Association (IESPA).

Kehadiran kompetisi ini memang diniatkan menjadi wadah untuk mencari bibit-bibit anak muda di bidang esports. Harry Kartono selaku Chief Operational Officer dari MIX360 mengatakan bahwa misi penyelenggaraan IEL University Series 2019 adalah untuk mempersiapkan calon atlet esports.

Dokumentasi Hybrid - Novarurozaq Nur
Harry Kartono, COO MIX360 yang merupakan penyelenggara dari IEL University Series 2019. Dokumentasi: Hybrid – Novarurozaq Nur

“Untuk memajukan esports kita harus mengubah paradigma tradisional para orang tua dan institusi pendidikan. Maka dari itu kami mempersiapkan calon atlet esports di tingkat universitas agar bisa masuk ke PELATNAS Indonesia untuk persiapan SEA Games 2019 di Manila yang digelar tahun ini” tambah Harry.

Lalu bagaimana IEL University Series 2018 ini bisa terintegrasi dengan ekosistem esports secara keseluruhan? Bagaimana para atlet esports mahasiswa semi-pro ini nantinya bisa menuju ke jenjang yang lebih tinggi, jenjang profesional entah lokal atau internasional? Harry mengatakan bahwa ini alasan mereka menggandeng beberapa sponsor seperti meta.us dan juga Razer.

Meta.us sebagai platform untuk menunjukkan skill seoarang pemain ini nantinya berfungsi sebagai cara untuk menunjukkan kemampuan para pemain IEL University Series 2019 ke para pencari bakat dari organisasi esports yang berasal dari berbagai negara. Lalu bagaimana dengan jenjang yang lebih tinggi setelah IEL University Series yang merupakan kompetisi tingkat nasional?

Dokumentasi Hybrid - Novarurozaq Nur
Eddy Lim, Ketua Umum IESPA saat diwawancara oleh televisi nasional. Dokumentasi: Hybrid – Novarurozaq Nur

Eddy Lim selaku ketua umum IESPA pun menjawab hal ini. Ia mengatakan bahwa tujuan dari kerjasama IESPA dengan AESF selaku Federasi esports Asia adalah untuk dapat mencapai hal tersebut. “Jadi selain di Indonesia, beberapa negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand, Vietnam, dan lain sebagainya juga akan memulai liga universitas seperti ini. Nantinya setelah liga nasional selesai, kompetisi ini akan berlanjut ke tingkat yang lebih tinggi” Jawab Eddy.

Babak final dari IEL University Series 2019 direncanakan digelar pada 27-28 April 2019 mendatang. Namun sebelumnya tentu akan ada babak penyisihan terlebih dahulu yang diselenggarakan dari Januari hingga Maret 2019 mendatang. Kompetisi ini akan mempertandingkan dua game MOBA terpopuler di Indonesia; Mobile Legends sebagai cabang mobile games dan Dota 2 sebagai cabang PC games. Pada babak final yang akan diadakan di LigaGame Arena, atlet esports kampus tersebut akan memperebutkan total hadiah sebesar Rp1 milyar.

League of Legends MSI 2019 akan Digelar di Taiwan dan Vietnam

Kalau bicara soal MOBA terpopuler di dunia, tak bisa dipungkiri nama League of Legends masih belum bisa digeser sampai saat ini. Mengapa demikian? Kita bicara data saja, kompetisi internasional mereka saja, Worlds 2018, ditonton oleh 200 juta orang secara bersamaan, angka yang mengagumkan bukan?

Meski begitu selama ini fokus pemasaran mereka adalah pasar game yang memang terbilang sudah matang, seperti pasar barat (Eropa dan Amerika Serikat), Korea Selatan, juga Tiongkok. Namun lewat gelaran MSI (Mid Season Invitational), Riot Games sepertinya ingin buktikan bahwa mereka tidak tutup mata dengan potensi besarnya League of Legends di Asia Tenggara.

2
Sumber: RedBull esports

Senin lalu, 28 Januari 2019, Riot Games lewat laman resminya mengumumkan bahwa MSI 2019 akan diadakan di Vietnam dan juga Taipei. Untuk babak Play-in dan Group Stage kompetisi akan diadakan di dua kota besar Vietnam, Ho Chi Minh City dan Hanoi. Sementara Taipei akan menjadi tuan rumah untuk gelaran Semifinal dan Final.

Mungkin Anda cukup bingung melihat bagaimana kompetisi MSI digelar di dua negara, namun ini bukan kali pertama bagi Riot Games. Riot Games sempat menyelenggarakan gelaran kompetisi internasional dengan konsep serupa, yaitu menggunakan dua negara tuan rumah, tepatnya pada MSI 2018 lalu. Tahun lalu, MSI diselenggarakan di Jerman dan Perancis, yang mana keduanya merupakan negara yang belum pernah dirambah event internasional League of Legends sebelumnya.

Walau masih satu negara, pada Worlds 2018 tahun lalu, event tersebut digelar di dua kota besar yaitu Busan dan Seoul. Gelaran MSI merupakan kompetisi internasional tahunan dari League of Legends. Berbeda dengan Dota 2, kebanyakan kompetisi League of Legends digelar dengan format liga dengan skala lokal atau regional.

Sumber:
Sumber: LoL esports

Seperti namanya, gelaran MSI digelar di tengah musim kompetisi League of Legends, sementara Worlds digelar sebagai penutup musim kompetisi. Di MSI juga, setidaknya di 2 tahun sebelumnya, tim-tim Vietnam berhasil menunjukkan taringnya seperti EVOS Esports di 2018 dan Gigabyte Marines di 2017 yang berhasil meraih posisi 5-6