Pembelajaran Peserta Google Launchpad Accelerator Batch Ketiga

Setelah mengikuti program intensif selama 2 minggu di San Francisco, Amerika Serikat, para peserta Google Launchpad Accelerator tahap ketiga telah kembali ke tanah air dan berbagi pengalamannya dengan awak media. Istilah seperti “Design Sprint” dan Objective and Key Results (OKR)” menjadi jargon yang diangkat penggiat startup yang merasakan langsung bagaimana belajar dengan para mentor berpengalaman.

PicMix, Ruma, Qlue, Snapcart, Jurnal, dan iGrow adalah 6 startup yang beruntung mengikuti program Launchpad Accelerator kali ini. Beragam pengalaman menarik dan unik disampaikan oleh mereka, tapi 2 poin menjadi hal yang terus menerus disebut, yaitu penerapan Design Sprint dan OKR dalam pengembangan produk dan startup itu sendiri.

Menurut manifestonya, Design Sprint adalah proses dalam waktu 5 hari untuk menjawab pertanyaan bisnis critical melalui proses desain, prototyping, dan pengetesan idenya langsung ke konsumen.

CEO Ruma Aldi Haryopratomo mengungkapkan awalnya pihaknya tidak percaya Design Sprint mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi startupnya. Setelah bertemu dengan mentor-mentor yang ahli di bidang ini, ia akhirnya yakin bahwa Design Sprint adalah konsep yang harus digunakan oleh setiap startup untuk memastikan produk yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Identifikasi konsumen dan validasi ide menjadi hal yang dianggap penting ketika startup ingin mengembangkan produk untuk menyelesaikan suatu masalah. Para peserta Launchpad batch ketiga ini mengamini bahwa seandainya mereka bisa mengubah waktu dan menjalankan startupnya dari nol, maka hal-hal ini yang bakal dilakukannya pertama kali.

Penentuan metrik fokus juga menjadi titik penting bagi sebuah startup. Melalui metodologi OKR, startup bisa menemukan metrik mana yang seharusnya menjadi fokus perhatian (dan tujuan) sebuah startup. Sebelum menggunakan OKR, kebanyakan startup mungkin hanya peduli soal metrik pendapatan, metrik jumlah unduhan, atau bahkan rating di toko aplikasi. Ternyata hal tersebut belum tentu benar jika tujuannya untuk mendapatkan data valid dari konsumen atau menyelesaikan permasalahan konsumen.

Tentu saja Launchpad tidak melulu soal problem teknis. Banyak sisi bisnis yang dibahas untuk membantu startup menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

“Program Launchpad Accelerator Google benar-benar mengubah cara pandang saya tentang bagaimana menjalankan bisnis,” kata CEO Jurnal Daniel Witono.

Setelah masa akselerasi intensif selama 2 minggu, selama 6 bulan ke depan startup peserta Launchpad Accelerator akan tetap mendapatkan bimbingan dengan para mentor melalui video conference. Mereka juga mendapatkan dana non-ekuitas senilai $50 ribu yang kebanyakan bakal dimasukkan ke dalam pool of fund pengembangan produk. Secara total, sampai batch ketiga, Google telah memberikan pendanaan sebesar $1 juta untuk startup Indonesia

Launchpad Accelerator tahap keempat dan Android Kejar

Google juga mengumumkan pembukaan Launchpad Accelerator tahap keempat yang bakal dibuka hingga 24 April 2017 dan kegiatan Android Kejar di Indonesia. Rangkaian kegiatan ini adalah realisasi janji Google untuk membantu Pemerintah Indonesia melatih 100 ribu pengembang.

Launchpad tahap keempat akan menambah jumlah peserta dari negara-negara baru di kawasan Eropa Timur, Amerika Latin, dan Asia. Diharapkan peserta dari Indonesia tetap 6 tim seperti batch sebelumnya. Salah satu perkembangan Launchpad saat ini adalah penggunaan tempat terdedikasi di Launchpad Space, jumlah mentor yang mencapai lebih dari 150 orang, dan slot-slot waktu yang terdedikasi untuk topik penting, seperti Design Sprint,

Ketika ditanya tentang keragaman startup peserta, misalnya startup yang berbasis soal perempuan atau produk perempuan, Program Manager Developer Relation Google Asia Tenggara Erica Hanson menjawab pihaknya berharap bisa merangkul lebih banyak startup di segmen ini. Selama tiga batch berlangsung, Launchpad baru sekali mengambil startup yang berbasis produk perempuan, yaitu HijUp.

Android Kejar, di sisi lain, adalah program pengajaran pemrograman Android melalui workshop dan didukung pembelajaran online melalui Udacity. Sepanjang tahun 2016 disebutkan para mentor Google telah melatih 3311 pengembang Indonesia.

Pengalaman Startup Indonesia yang Mengikuti Google Launchpad Accelerator Batch Kedua

Bersamaan dengan digelarnya Google for Indonesia kemarin, Google juga membawa kembali enam startup Indonesia yang mengikuti bootcamp Google Launchpad Accelerator batch kedua. Selain mendapat dana “gratis” $ 50 ribu, enam startup Indonesia ini juga berkesempatan menimba ilmu dari sejumlah orang-orang brilian pilihan Google, baik dari luar maupun dalam negeri. Di sisi lain, hari ini (10/8) angkatan pertama Google Launchpad Accelerator juga melakukan Graduation Ceremony.

Google Launchpad Accelerator batch kedua kali ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan batch pertama. Perbedaan yang ada hanya terdapat dari sisi jumlah peserta dan negara yang mengikuti batch kedua. Di batch kedua ini ada enam negara yang berpartisipasi dan masing-masing diwakili oleh enam startup.

Indonesia sendiri di batch kedua diwakili oleh Jarvis Store, Talenta, Ruangguru, IDNtimes, Codapay, dan Hijup yang menjadi satu-satunya startup di bidang e-commerce dan juga pendiri wanita. Masing-masing pendiri memiliki pengalaman pelatihan yang tidak jauh berbeda, mulai dari UI/UX, cara akuisisi pengguna dan juga talenta, hingga penempatan investasi di channel yang tepat.

President CodaPay Paul Leisshman mengatakan, “Hal yang paling menantang adalah menyeimbangkan semua informasi yang kami terima dan teknologi baru yang kami pelajari, memilih mana yang relevan, dan apa yang akan kami lakukan dengan bisnis kami berikutnya. […] Ini sedikit banyak mengubah rencana kami ke depannya. Paling dekat, kami ingin segera mengimplementasikan teknologi progressive web app dalam platform kami.”

Lain Paul, lain lagi pengalaman yang diperoleh CEO Talenta Joshua Kevin. Bagi Joshua pelajaran yang paling berharga adalah materi UI/UX. Joshua sendiri berencana untuk segera mengoptimasi UI/UX mereka lebih baik lagi, apalagi Talenta sendiri baru-baru ini telah mendapatkan pendanaan.

Sementara itu CEO Hijup Diajeng Lestari menjelaskan, “Kami mendapatkan ilmu mengenai bagaimana mengoptimalisasi funnel. Mulai acquisition cost-nya sampai si customer itu sudah masuk dalam customer base kami. […] Istilahnya performance analysis, jadi [kami bisa] invest di kanal-kanal yang terbaik saja untuk akusisi pengguna.”

Developer Relationship Program Manager Google Erica Hanson menyampaikan bahwa di batch kedua ini Hijup dan Ruangguru sendiri cukup menarik perhatian. Hijup sebagai startup e-commerce dinilai mampu menciptakan emotional connection dengan penggunanya. Sedangkan Ruangguru dari model bisnisnya yang baru pertama kali ini ada di program Launchpad Accelerator.

Di sisi lain, pada batch pertama, eFishery dinilai memiliki model bisnis paling unik bersama dengan Kerjabilitas. Erica juga berjanji bahwa ke depannya Google akan terus mencari startup yang mampu memecahkan masalah dengan cara yang unik lewat teknologi di Indonesia.

Sebagi informasi, di batch kedua ini ada beberapa peserta dari batch pertama yang menjadi mentor untuk peserta batch kedua. Contohnya Razi Thalib dari Setipe yang menjadi mentor untuk Hijup.

Graduation Ceremony Google Launchpad Accelerator angkatan pertama

Google Launchpad Accelerator angkatan pertama, mentor dan Googlers di Graduation Ceremony / DailySocial
Google Launchpad Accelerator angkatan pertama, mentor dan Googlers di Graduation Ceremony / DailySocial

Dengan kembalinya enam startup batch kedua, program Google Launchpad Accelerator batch pertama pun berakhir. Hari ini, delapan startup yang menjadi angkatan pertama pun mengadakan Graduation Ceremony mereka di Hotel Mulia, Jakarta dan menyampaikan pelajaran apa saja yang telah mereka ambil selama mengikuti program bimbingan dari Google tersebut. Mereka adalah Kerjabilitas, Setipe, Jojonomic, eFishery, Seekmi, HarukaEdu, dan Kakatu.

CEO HarukaEdu Novistar Rustandi menyampaikan bahwa pelajaran paling berharga yang didapatnya adalah mengenai pemahaman user experience. Berangkat dari sana, kini pihaknya telah membangun versi baru dari sistem yang sudah ada dan disebut sudah melalui uji coba hingga dua kali saat ini. Versi baru ini pun disebut Novistar memiliki UI/UX yang benar-benar berbeda dari yang sebelumnya.

CEO Kibar Yansen Kamto yang turut hadir dan juga menjadi salah satu mentor dalam program Launchpad Accelerator mengatakan, “Tidak mudah menjadi entrepreneur di Indonesia, tetapi sekarang kita bisa melihat para pendiri startup hebat […] yang mampu memecahkan masalah. […] Ini [lewat Launchpad Accelerator] sebenarnya bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk belajar dari mentor dan startup lain di dunia. […] Kita harus bisa menjaga momentum ini agar ekosistem startup di Indonesia terus tumbuh.”

Selain pendanaan bebas ekuitas sebesar $ 50 ribu dan pelatihan gratis selama dua minggu langsung di kantor pusat Google, perusahaan­-perusahaan startup yang ikut di batch kedua tersebut akan mendapat mentoring selama enam bulan sekembalinya ke Indonesia sekaligus akses ke alat dan sumber daya Google. Google juga berencana akan membuka pendaftaran untuk kelas Launchpad Accelerator ke­-3 pada 2017. Namun, detail berapa jumlah peserta yang bisa berangkat dan detail-detail lainnya masih belum bisa diungkap saat ini.

Google Buka Pendaftaran Gelombang Kedua Program Launchpad Accelerator

Hari ini (3/3) Google mengumumkan telah membuka kembali program Google Launchpad Accelerator gelombang kedua. Sedikit berbeda dengan gelombang pertama, di gelombang kedua ini Google hanya akan menerima lima startup untuk berpartisipasi. Program Launchpad Accelerator dari Google sendiri merupakan bagian keinginan Google untuk membantu melatih 100.000 pengembang aplikasi di Indonesia hingga 2020.

Launchpad Accelerator adalah program percepatan pertumbuhan startup dari Google yang akan memberikan peluang pendanaan bebas ekuitas sebesar $50.000, bootcamp selama dua minggu di kantor pusat Google, pembinaan berkelanjutan selama enam bulan, dan akses ke peralatan dan sumber daya Google.

[Baca juga: Pengalaman Mereka Mengikuti Google Launchpad Accelerator Bootcamp]

Dalam gelombang pertama yang dianggap sukses, ada tiga negara yang berpatisipasi dengan diwakili delapan startup dari masing-masing negara, yakni Indonesia, India, dan Brazil. Indonesia diwakili oleh Seekmi, Jojonomic, Kurio, Kakatu, Kerjabilitas, Setipe, HarukaEdu, dan eFishery.

Untuk gelombang kedua kali ini, Google hanya akan mencari lima startup yang berpartisipasi dan menambahkan Meksiko sebagai negara baru yang akan ikut serta dalam program ini.

[Baca juga: Seekmi Google Launchpad Accelerator dan Fokusnya di Tahun 2016]

“Kami mencari startup yang sudah cukup matang. Idealnya mereka juga sudah punya aplikasi mobile, tapi bila belum ada juga tidak masalah. Punya unique problem solving untuk masalah di Indonesia dan juga punya tim pendiri yang solid,” ujar Developer Relationship Program Manager Google Erica Hanson ketika menjelaskan kriteria startup yang dicari untuk berpartisipasi di batch kedua ini.

Pendaftaran program Google Launchpad Accelerator gelombang kedua akan dibuka hingga tanggal 31 Maret 2016 dan akan berjalan pada bulan Juni 2016 nanti.

Melatih 100.000 developer Indonesia hingga 2020

Delapan startup Indonesia angkatan pertama program Google Launchpad Accelerator / DailySocial

Selain membuka pendaftaran program Launchpad Accelerator gelombang kedua, Google juga berkomitmen untuk melatih 100.000 pengembang aplikasi Indonesia hingga tahun 2020. Untuk mencapai target tersebut, Erica menjelaskan ada tiga langkah yang akan diupayakan oleh Google.

Pertama, melalui kursus online platform Udacity. Kursus ini akan diajar oleh instruktur ahli dari tim Developer Relations Google dan dapat diakses secara gratis melalui berbagai perangkat. Selain itu, Google juga sedang dalam tahap menerjemahkan semua kursus penting yang berkaitan dengan pelatihan developer ke Bahasa Indonesia.

Kedua, melalui kemitraan dengan universitas. Lewat kemitraan ini Google ingin menjangkau mahasiswa ilmu komputer di tahun terakhir dan menerapkan kurikulum selama satu semester mengenai cara mengembangkan aplikasi Android yang berkualitas.

Ketiga, melalui grup studi Indonesia Android Kejar. Indonesia Android Kejar adalah serangkaian kegiatan belajar bersama (grup) developer Indonesia dalam mengembangkan aplikasi mobile melalui kursus online Udacity dan pertemuan offline. Kegiatan ini dijalankan oleh developer dan komunitasnya, mulai dari level Beginner, Intermediate, dan Advance. Google sendiri berencana untuk mengadakan program ini di lima kota besar Indonesia, seperti Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta.

Google Selenggarakan Launchpad Week Jakarta, Pertama di Asia Tenggara

Google yang sangat memahami potensi dan perkembangan startup di dunia turut mengambil perannya pada industri ini di Indonesia. Launchpad Week Jakarta yang merupakan program pre-inkubasi startup telah dijalankan untuk pertama kalinya di wilayah Asia Tenggara. Di antara ratusan pendaftar, hanya 13 startup yang terpilih mengikuti serangkaian program selama lima hari ini. Di hari terakhir, startup Paket.id, RumahBengkel, dan GoArchipelago, mendapatkan anugerah sebagai startup dengan hasil pitching terbaik.

Continue reading Google Selenggarakan Launchpad Week Jakarta, Pertama di Asia Tenggara