Akankah Indonesia Menjadi Kiblat Esports Mobile Dunia?

Perkembangan esports di Indonesia terbilang begitu cepat. Salah satu perubahan yang cukup terasa datang dari sisi sistem kompetisi. Sekitar tahun 2016-2017 model kompetisi liga cukup jarang ditemukan di skena esports lokal. Tanpa liga rutin, para pemain terpaksa loncat dari satu turnamen ke turnamen lain untuk bisa terus bertanding dan menyambung hidup.

Tayangan esports juga terbilang kurang “seksi” bagi sponsor karena tayangannya tidak konsisten dan cuma berlangsung sesekali. Satu-satunya kompetisi liga esports di masa itu mungkin cuma League of Legends Garuda Series, liga utama League of Legends skena lokal. Walau menjadi salah satu pionir yang cukup sukses, sayangnya liga tersebut tutup usia tahun 2018 pasca Garena pamit undur diri mengurus server League of Legends lokal.

Lompat beberapa tahun ke depan, Indonesia kini punya tiga liga esports yang terbilang liga primer di tahun 2020. Tiga liga esports tersebut adalah yaitu MPL ID untuk Mobile Legends: Bang-Bang, PMPL ID untuk PUBG Mobile, dan FFML untuk Free Fire.

Dari tiga liga tersebut, Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID) terbilang sebagai salah satu yang berandil besar terhadap hidupnya kembali ekosistem esports lokal. MPL ID tak hanya membuat pasar esports lokal bergeliat, tetapi juga menunjukkan potensi pasar esports lokal Indonesia untuk menjadi pusat perkembangan game mobile. Bukti pernyataan tersebut bisa kita lihat dari laporan data Esports Charts. Laporan turnamen esports terpopuler bulian September dari Esports Charts menunjukkan bagaimana MPL ID memiliki jumlah penonton yang bersaing, bahkan dengan League of Legends World Championship 2020 ataupun liga LoL primer seperti LCK Korea Selatan ataupun LEC Eropa.

Berangkat dari data tersebut saya jadi ingin mencari tahu lebih, kira-kira sudah sampai sejauh mana tren perkembangan esports Indonesia saat ini? Dengan menggunakan liga MPL ID sebagai sampel, Indonesia ternyata punya potensi untuk menjadi pusat perkembangan esports game mobile di masa depan. Apa benar? Inilah argumentasi saya.

 

Melihat Perkembangan Esports Indonesia tahun 2020 dari Tren Penonton Babak Regular Season MPL ID 2020 Season 6

MPL Indonesia memulai musim pertamanya pada tahun 2018. Ketika itu belum banyak orang tahu game Mobile Legends. Bahkan saya ingat game ini sempat cuma jadi pengisi dadakan di salah satu event gaming/esports terbesar di tahun 2017, yaitu Indonesia Games Championship. Tetapi semenjak final MPL ID Season 1, pandangan orang-orang terhadap Mobile Legends berubah. Turnamen yang diselenggarakan di Mall Taman Anggrek tersebut menarik begitu banyak pengunjung, membuat orang-orang jadi tertarik dengan potensi bisnis gaming/esports. Kini MPL ID sudah mencapai musim ke-6. Banyak hal berubah di MPL ID selama dua tahun-lima musim perjalanannya, termasuk model liga MPL yang berubah jadi model franchise sejak Season 4 tahun 2019 lalu.

MPL ID bergulir sebanyak 2 Season setiap tahun. Awal tahun 2020 dibuka dengan pertandingan MPL ID Season 5 yang diumumkan 30 Januari 2020 kemarin. Setelah babak Grand Final MPL ID Season 5 usai bulan April 2020, MPL ID lalu berlanjut ke Season 6 yang berlangsung di paruh kedua tahun 2020. MPL ID Season 6 diumumkan tanggal 23 Juli 2020. Tim pesertanya masih sama yaitu Rex Regum Qeon, EVOS Esports, ONIC Esports, Genflix Aerowolf, Geek Fam ID, Bigetron Esports, dan AURA Esports, yang merupakan 8 organisasi esports investor liga franchise MPL ID.

Pertandingan perdana babak Regular Season MPL ID Season 6 dimulai tanggal 14 Agustus 2020. Pertandingan bergulir selama 8 pekan dengan format double Round-Robin hingga 4 Oktober 2020. Pertandingan Regular Season MPL ID sempat dilaksanakan secara offline pada Season 5 lalu namun regulasi pembatasan berkumpul dari pemerintah membuat MPL ID Season 6 digelar secara online selama masa pandemi.

MPL ID di tahun 2020 terbilang punya jumlah views yang cukup stabil. Sebelum laporan ini, Hybrid.co.id sudah melaporkan tren viewership liga esports primer Indonesia pada bulan Agustus 2020 lalu. Ditulis oleh rekan saya Ellavie Ichlasa Amalia, laporan tersebut berisi tren viewership tiga liga esports utama Indonesia di paruh pertama 2020, termasuk MPL ID Season 5.

Sumber: Hybrid.co.id
Sumber: Hybrid.co.id

Berdasarkan dari catatan Ellavie, MPL ID Season 5 berhasil mendapatkan jumlah total views sebanyak 73,6 juta views jika menyertakan jumlah views babak Playoff, dan 59,6 juta views jika hanya menjumlahkan babak Regular Season saja. Jumlah views MPL ID Season 5 di YouTube tak pernah kurang dari 1 juta, dengan catatan views tertinggi di musim itu ada pada babak Playoff, yaitu 2,4 dan 2,8 juta views.

Lalu bagaimana dengan Season 6? Seperti musim sebelumnya, MPL ID Season 6 sebenarnya menghadapi banyak tantangan. Secara teknis, koneksi internet masih menjadi momok terbesar bagi pertandingan online. Kontroversi pause pun tak terhindarkan gara-gara hal tersebut. MPL ID juga menghadapi perebutan penonton dengan skena esports lain di kancah lokal, yaitu PMPL, dan FFML.

Sementara dari sisi internasional, tayangan MPL ID pekan-pekan terakhir juga sempat bersinggungan dengan League of Legends World Championship 2020. Terlepas dari itu tren jumlah views babak Regular Season MPL ID Season 6 masih mirip dengan musim sebelumnya, yaitu tidak pernah kurang dari 1 juta, kecuali di satu week 3 day 1. Tren jumlah views saya kumpulkan dari kanal YouTube resmi Mobile Legends: Bang-Bang dan merupakan jumlah views dari tayangan berbahasa Indonesia.

Sumber: Hybrid.co.id
Tren penonton tayangan Regular Season MPL ID Season 6 Bahasa Indonesia (YouTube). Sumber: Hybrid.co.id – Akbar Priono.

Seperti saya sebut sebelumnya, Week 3 Day 1 menjadi satu-satunya pertandingan Regular Season MPL ID yang jumlah views-nya turun ke bawah satu juta. Jumlah views pertandingan hari itu hanya 980.605 saja. Alasan fenomena tersebut adalah karena ada masalah teknis dalam pertandingan antara ONIC Esports melawan EVOS Legends. Ketika itu ONIC Esports menang sempurna 2-0 gara-gara EVOS Legends kehabisan waktu pause ketika masih dalam kendala teknis. Keadaan tersebut membuat para fans kecewa, sehingga jumlah views menurun drastis. Walaupun begitu kejadian tersebut tidak menurunkan semangat penggemar di hari berikutnya, jumlah views pun kembali melejit menjadi 2.116.934 pada pertandingan Week 3 hari kedua.

Jumlah views babak Regular Season MPL ID Season 6 berangsur stabil pasca kejadian tersebut, bahkan kembali melejit di Week 6. Pertandingan pekan tersebut menyajikan matchup menarik seperti ONIC Esports vs Alter Ego, dan EVOS Legends vs Genflix Aerowolf. Berkat hal tersebut, pertandingan Week 6 Day 2 menjadi pertandingan dengan jumlah views terbanyak sepanjang babak Regular Season, dengan total sebanyak 2.298.721 views.

MPL ID 2020 Season 6 juga memiliki tayangan bahasa Inggris seperti pada beberapa musim sebelumnya. Namun tayangan bahasa Inggris babak Regular Season MPL ID Season 6 terbilang underperform, kalah jauh dari tayangan berbahasa Indonesia dari segi viewership. Bahkan tren penonton tayangan bahasa Inggris MPL ID Regular Season 6 malah berangsur menurun.

Puncak keramaian tayangan bahasa Inggris hanya ada di pekan-pekan awal. Jumlah views terbanyak tayangan bahasa Inggris mentok di angka 299.001 views, yang terjadi di pertandingan Week 2 Day 3. Setelah itu jumlah penonton tayangan bahasa Inggris turun ke angka 58.034 views di Week 3 Day 1 dan terus stabil pada kisaran 50 sampai 135 ribu views hingga week 8 day 2.

Sumber: Hybrid.co.id
Perbandingan viewership tayangan bahasa Indonesia vs bahasa Inggris babak Regular Season MPL ID Season 6 (YouTube). Sumber: Hybrid.co.id – Akbar Priono.

Lewat perbandingan jumlah views tayangan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris pertandingan Regular Season MPL ID Season 6, kita dapat melihat bagaimana kuatnya esports mobile Indonesia dari segi penonton. Tentunya kesimpulan tersebut saya ambil dengan asumsi bahwa tayangan bahasa Indonesia ditonton oleh orang Indonesia dan tayangan bahasa Inggris ditonton oleh khalayak internasional.

Tapi fakta menarik yang saya temukan adalah tayangan bahasa Inggris yang ternyata masih ramai dipenuhi oleh komentar bahasa Indonesia. Memang tayangan bahasa Inggris babak Regular Season MPL ID Season 6 menggunakan shoutcaster lokal Indonesia. Juga sejauh yang saya tahu, usaha Moonton mempromosikan tayangan bahasa MPL berbahasa Inggris ke khalayak internasional masih terbilang kurang getol.  Alhasil jumlah views terbanyak tayangan bahasa Inggris MPL ID Regular Season 6 (299.001 views) pun jadi cuma seperempat dari jumlah views terendah tayangan bahasa Indonesia MPL ID Regular Season 6 yaitu sebanyak 980.605 views.

Namun hal tersebut tidak menghilangkan fakta bahwa jumlah views tayangan esports berbahasa Indonesia memiliki jumlah yang sangat besar, bahkan hampir menyaingi tayangan internasional. Tetapi perlu dicatat bahwa statistik views terbilang kurang reliabel untuk dijadikan patokan karena satu orang bisa menyumbang beberapa views. Terlepas dari itu, data jumlah views bisa dibilang sebagai satu-satunya yang tersedia secara umum di internet. Jadi jika Anda hanya ingin mendapat gambaran kasar saja, data jumlah views terbilang jadi salah satu patokan.

 

Potensi Indonesia Menjadi Pusat Perkembangan Esports Mobile Asia Tenggara

Sejak Juli hingga September 2020 kemarin, pasar esports Indonesia ramai dibahas oleh salah satu perusahaan statistik viewership esports, yaitu Esports Charts. Selain Mobile Legends, khalayak Indonesia di pertandingan PUBG Mobile World League 2020 East Season Zero juga turut menjadi pembahasan.

Laporan bulan Juli 2020 mengatakan bahwa Indonesia adalah konsumen tayangan PMWL 2020 East Season Zero – Opening Weekend terbesar kedua setelah India. Catatan Esports Charts mengatakan bahwa konsumsi orang Indonesia terhadap tayangan menonton PMWL 2020 East Season Zero adalah selama 1,18 juta watch hour. Jumlah tersebut terpaut tips dengan penonton India yang mencatatkan total konsumsi sebesar 1,23 juta watch hour.

Setelah itu di akhir musim pertandingan PMWL 2020 Season Zero East Region, penonton Indonesia malah mencatatkan jumlah konsumsi yang lebih tinggi lagi, kali ini lebih tinggi dari jumlah konsumsi penonton dari India.

Dalam laporan yang diterbitkan tanggal 13 Agustus 2020, Indonesia mencatatkan konsumsi tayangan PMWL 2020 Season Zero East selama 14 juta watch hour. Jumlah tersebut adalah sebesar 37% dari total watch hour keseluruhan dan merupakan nomor 1 terbanyak. Kemenangan Bigetron RA melalui pertarungan sengit di ronde-ronde akhir bisa dibilang jadi salah satu alasan kenapa penonton Indonesia begitu getol menonton PMWL 2020 Season Zero East Region. Sementara di sisi lain, India kali ini hanya mengisi peringkat 2 dengan proporsi sebesar 35,8% dari total watch hour keseluruhan.

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Dari segi jumlah viewers, pertandingan ronde 24 di PMWL 2020 Season Zero East Region juga berhasil menyodok di posisi pertama dalam daftar turnamen esports paling populer bulan Agustus menurut Esports Charts. Data tersebut tidak menjelaskan secara spesifik asal negara penonton, namun pertandingan dengan peak viewers sebanyak 1.153.865 orang tersebut menampilkan pertarungan dramatis tim Bigetron RA dari Indonesia dalam usahanya merebut titel juara Asia.

Esports Charts juga kembali menampilkan catatan menarik pada tanggal 9 Oktober 2020 lalu, yang lagi-lagi menampilkan superioritas Indonesia di kancah esports mobile lewat sebuah artikel blog yang bertajuk Most popular mobile esports teams in SEA. Laporan tersebut cenderung tidak komprehensif karena hanya menunjukkan data-data yang tersedia secara umum di internet. Data yang ditunjukkan adalah data jumlah followers media sosial yang ramai digunakan oleh masyarakat digital Asia Tenggara, yaitu data followers TikTok, Twitter, YouTube, Instagram, dan Facebook digabung menjadi satu.

Hasilnya empat besar dari 10 tim esports terpopuler di Asia Tenggara yang dipaparkan oleh Esports Charts berasal dari Indonesia. Organisasi Esports Indonesia yang mengisi posisi empat besar adalah EVOS Esports di peringkat 1 dengan 6,4 juta total followers, AURA Esports di peringkat 2 dengan 5,8 juta followers, RRQ di peringkat 3 dengan 4,1 juta total followers, dan Bigetron Esports di peringkat 4 dengan 2,3 juta total followers.

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

ONIC Esports juga masuk dalam daftar, berada di peringkat 6 dengan total 1,2 juta total followers. Selain jumlah followers, proporsi perwakilan Indonesia dalam daftar ini juga sangat mendominasi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Dari 10 tim yang masuk daftar, 5 tim berasal dari Indonesia, 2 tim dari Thailand (POPS Bacon Time dan Buriram United Esports), 2 tim dari Vietnam (Heavy dan Team Flash), dan 1 tim dari Malaysia (Team Boskurr).

Potensi lain juga cukup terlihat jika kita mencoba membandingkan jumlah penonton MPL ID dengan jumlah penonton League of Legends World Championship 2020. Saya tahu perbandingan ini mungkin sedikit terdengar konyol atau malah terasa kurang apple-to-apple. Tapi kenyataan yang tidak bisa saya tampik adalah temuan saya yang mengatakan bahwa jumlah views tayangan bahasa Indonesia MPL ID yang memang bersaing dengan jumlah views tayangan Group Stage Worlds 2020.

Perbedaan jumlah views tertinggi Group Stage League of Legends World Championship 2020 dengan jumlah views tertinggi babak Regular Season MPL ID 2020 Season memang terpaut sangat jauh, hampir dua kali lipat jumlahnya. Jumlah views tertinggi Group Stage Worlds 2020 adalah 4.101.334 views, sementara jumlah views tertinggi babak Regular Season MPL ID Season 6 adalah 2.298.721 views, keduanya terpaut sekitar 1,8 juta views. Namun satu yang menarik adalah, jumlah views tertinggi babak Regular Season MPL ID Season 6 yang ternyata menempel cukup tipis dengan jumlah views terendah Group Stage Worlds 2020.

Sumber: Hybrid.co.id - Akbar Priono
Tren Viewership Group Stage League of Legends World Championship 2020 (Twitch) Sumber: Hybrid.co.id – Akbar Priono

Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di atas, jumlah views terendah Group Stage Worlds 2020 ada pertandingan day 6 yang mempertandingkan grup B. Tim pengisi grup B sendiri mungkin terbilang kurang menarik bagi penonton internasional. Grup tersebut memiliki dua tim kuat yaitu Damwon (LCK Korea Selatan) dan JD Gaming (LPL Tiongkok), namun dua tim sisanya adalah tim-tim yang terbilang kurang bersaing di kancah internasional yaitu PSG Talon (PCS Asia Pasifik) dan Rogue Esports (LEC Eropa). Dengan melihat pesertanya, hasil pertandingan grup B terbilang 80% bisa ditebak. Alhasil pertandingan Day 6 hanya berhasil mengumpulkan 2.315.843 views saja. Jika membandingkan jumlah views tersebut dengan pertandingan Week 6 Day 2 Regular Season MPL ID Season 6 (2.298.721 views), maka perbedaan views antar keduanya jadi hanya terpaut 17 ribu views saja.

Kenapa perbandingan jumlah views antara babak Regular Season MPL ID Season 6 dengan Group Stage Worlds 2020 menjadi penting untuk pembuktian pasar esports Indonesia? Alasan terpentingnya menurut saya adalah karena perbedaan bahasa antar dua tayangan tersebut.

2 juta penonton yang menonton babak Regular Season MPL ID Season 6 tersebut adalah penonton yang menonton tayangan berbahasa Indonesia. Sementara tayangan Group Stage Worlds 2020 menggunakan bahasa Inggris. Karena bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa internasional, maka asumsi saya tayangan Worlds 2020 dapat ditonton dan dimengerti oleh lebih banyak orang dari seluruh dunia.

Dengan menggunakan asumsi tersebut, maka kita mendapat kesimpulan sementara bahwa jumlah viewers esports Indonesia hampir membalap jumlah viewers esports dunia. Kesimpulan sementara tersebut tentunya berdasarkan asumsi lain bahwa penonton tayangan esports berbahasa Indonesia adalah orang Indonesia. Karena bisa saja ada orang Malaysia atau orang negara lain yang tidak mengerti bahasa Indonesia menonton tayangan, cuma gara-gara penasaran.

Tetapi asumsi saya soal tayangan Group Stage Worlds 2020 yang ditonton oleh khalayak internasional juga bisa jadi salah. Bisa jadi tayangan Group Stage Worlds berbahasa Inggris hanya ditonton oleh negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama atau sekunder, seperti Amerika Serikat atau negara-negara Eropa.

Kenapa bisa demikian? Karena tayangan Group Stage Worlds 2020 sebenarnya juga diproduksi dalam bahasa lokal, khususnya untuk negara-negara di Asia. Contoh dari hal tersebut adalah channel YouTube LCK Korea Selatan, yang juga memproduksi tayangan pertandingan Worlds 2020 namun dengan bahasa Korea.

Jadi apakah bisa dibilang jumlah penonton esports Indonesia sudah hampir mengalahkan penonton esports internasional? Belum tentu, karena statistik views yang tidak sepenuhnya reliabel dan juga faktor-faktor lain, seperti tayangan bahasa Indonesia yang tidak ditonton oleh orang Indonesia, atau tayangan bahasa Inggris yang hanya ditonton oleh penonton berbahasa Inggris.

Tetapi satu hal yang pasti, jumlah views tertinggi Regular Season MPL ID Season 6 sedikit banyak membuktikan kekuatan jumlah penonton tayangan esports berbahasa Indonesia yang ternyata jumlahnya bisa mengalahkan tayangan bahasa Inggris, yang seharusnya bisa lebih diterima oleh masyarakat dunia secara umum.

Masih penasaran, saya lalu juga mencoba membandingkan jumlah penonton MLBB dengan penonton internasional Dota 2. Agar sebanding, saya mencoba membandingkan antara jumlah penonton M1 MLBB World Championship 2019 dengan Dota 2 The International 2019. Untuk kali ini data yang saya ambil adalah data dari Esports Charts, demi memastikan pencatata yang sedikit lebih akurat. Walupun viewership Regular Season MLBB hampir menyaingi babak grup League of Legends Worlds, tetapi pertandingan internasional MLBB ternyata masih belum sebanding dengan pertandingan internasional Dota 2.

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Data Esports Charts mengatakan bahwa Peak Viewers Dota 2 The International 2019 adalah sebanyak 1.968.497 orang, dengan total 88.418.374 total watch hours dari 120 jam tayangan mengudara. Lalu bagaimana dengan M1 World Championship? Peak Viewers M1 World Championship adalah sebanyak 648.069 orang, dengan 9.914.215 total watch hours dari 60 jam tayangan mengudara. Perbedaan viewership Dota 2 The Internationals 2019 dengan M1 World Championship ternyata terpaut cukup jauh. Dari segi Peak Viewers keduanya terpaut sekitar 1,3 juta peak viewers, dengan selisih total konsumsi konten mencapai 78,5 watch hours.

Asumsi saya terkait data M1 vs TI 9 masih mirip seperti asumsi saya soal tayangan bahasa Inggris MPL ID Season 6, yaitu usaha Moonton memasarkan MLBB ke tingkat internasional yang terbilang masih kurang getol. Kekalahan ini juga jadi hal yang wajar, mengingat M1 World Championship adalah kali pertama Moonton mengadakan pertandingan MLBB tingkat internasional sementara The International 2019 adalah kali ke-9 Valve mengadakan pertandingan Dota 2 tingkat internasional.

Jadi apa kesimpulan sementara yang bisa kita tarik dari pembahasan ini? Pembuktian potensi Indonesia sebagai pasar esports mobile games terbesar di Asia Tenggara adalah salah satunya. Dulu atau malah mungkin sampai sekarang, banyak yang nyinyir mengatakan “Mobile Legends hanya terkenal di Indonesia saja”.

Namun menurut saya “hanya terkenal di Indonesia” bisa menjadi hal yang baik. Berkat Moonton Indonesia jadi bisa membuktikan bahwa negara kita adalah pasar esports mobile dengan potensi yang besar. Apa buktinya? Lihat saja viewership tertinggi tayangan bahasa Indonesia babak Regular Season MPL ID Season 6 yang jumlahnya hampir menyaingi tayangan Worlds 2020. Indonesia juga terbilang superior di kancah mobile esports Asia Tenggara jika dilihat dari segi jumlah followers media sosial. Data dari Esports Charts sedikit banyak membuktikan hal tersebut, yang menampilkan 4 organisasi esports Indonesia sebagai pengisi peringkat teratas.

Namun penting untuk dicatat jika developer/publisher ingin memaksimalkan potensi tersebut, maka lokalisasi jadi satu elemen penting. Seperti kebanyakan negara di Asia, Indonesia terbilang lebih mengutamakan khasanah lokal. Bukan hanya bahasa, tetapi juga termasuk sosok-sosok personal ataupun brand esports, yang lebih mengutamakan lokal dulu. Maka dari itu penting bagi developer/publisher untuk menggandeng kerja sama entitas esports lokal jika ingin lebih memaksimalkan pasar esports Indonesia yang jumlahnya bersaing dengan pasar esports internasional.

Moonton terbilang menjadi salah satu developer yang berhasil menerapkan strategi tersebut, sehingga MPL ID bisa berkembang sampai sebesar ini di musimnya yang ke-6. Tencent Games juga jadi contoh lain yang berhasil membuat PUBG Mobile menjadi salah satu game/esports primer di Indonesia berkat strategi lokalisasi. Melalui inisiatif-inisiatif lokal, PMPL ID menjadi liga esports lain di Indonesia yang berhasil menyentuh jutaan views di setiap tayangan, dengan puncaknya ada di pekan ketiga yang mencatatkan total views sebanyak 2,3 juta di platform Facebook Gaming.

Karena potensinya yang besar, tidak heran jika developer/publisher lain jadi semakin melirik pasar esports lokal. Riot Games adalah salah satu developer/publisher lain yang terlihat sedang gencar melakukan pedekate terhadap pasar Indonesia. Usaha-usaha tersebut terlihat lewat sajian bahasa Indonesia untuk game terbaru besutan mereka yaitu VALORANT dan Wild Rift. Bahkan jika kita bicara Wild Rift, Riot Games juga memperlakukan pasar Indonesia dengan cukup istimewa lewat sajian Official Page berbahasa Indonesia dan mendahulukan Indonesia untuk sesi Early Access walaupun durasinya terbilang singkat.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi, sepertinya belum ada tanda-tanda perlambatan perkembangan pasar esports Indonesia. Malah jika teknologi semakin mudah diakses dan ekonomi makro terus meningkat, bukan tidak mungkin jika Indonesia akan menjadi pusat perkembangan esports mobile Asia Tenggara di masa depan.

Mineski Filipina Perpanjang Kerja Sama Dengan Globe Telecom

Globe Telecom, perusahaan telekomunikasi asal Filipina, telah memperpanjang kerja samanya dengan salah satu perusahaan esports terbesar di Asia Tenggara, Mineski Filipina. Perpanjangan kerja sama ini akan fokus pada kancah lokal, yaitu kelanjutan dari tim Liyab Esports dan juga turnamen Philippine Pro Gaming League (PPGL).

Liyab Esports sendiri bisa dibilang sebagai salah satu organisasi esports yang cukup besar di Asia Tenggara, terutama Filipina. Terbentuk berkat kolaborasi Globe Telecom dengan Mineski, Liyab Esports memiliki 5 divisi hingga saat ini, termasuk Hearthstone, Arena of Valor, League of Legends, StarCraft II, dan Call of Duty Mobile yang baru diumumkan 8 Agustus 2020 lalu.

Salah satu divisi dari Liyab Esports, League of Legends. Sumber: Liyab Esports
Salah satu divisi dari Liyab Esports, League of Legends. Sumber: Liyab Esports

Mengutip dari Esports Insider, Jil Bausa Go, selaku Head of VAS Product Management dari Globe Telecom mengatakan. “Kerja sama ini telah membuahkan hasil yang sangat baik bagi Mineski dan Globe sampai saat ini. Ini adalah sebuah perjalanan panjang yang ditandai dengan pencapaian yang terlihat dari terbentuknya Liyab, PPGL, dan tentunya akan terus berlanjut demi tercapainya visi atas esports Filipina yang berkembang semakin kuat dan tahan banting.”

Ronald Robins, Founder dan CEO Mineski Global menambahkan. “Kerja sama ini tentu akan menjadi lembar baru yang akan sangat menyenangkan, dan kami gembira sekali memiliki rekan seperti Globe yang tetap teguh, serta berkomitmen untuk mendorong maju usaha kami untuk mengembangkan industri esports. Terlepas dari situasi saat ini, kolaborasi kami berjanji untuk mempromosikan pentingnya esports, dan komunitas yang menyokongnya dari tingkat lokal atapun global, secara lebih jauh lagi.”

Sumber: Esports Insider
Sumber: Esports Insider

Hampir tak bisa dipungkiri bahwa peran Mineski dalam perkembangan esports di Asia Tenggara cukuplah besar, terutama di Filipina. Untuk Filipina sendiri, mereka sempat bekerja sama dengan Riot Games untuk membuat Youth Esports Program pada Juni 2020 lalu. Kolaborasi tersebut tak hanya menghasilkan sebuah turnamen VALORANT dan Legends of Runeterra khusus mahasiswa saja, tetapi juga berbagai workshop, dan juga kompetisi membuat konten VALORANT.

Peran mereka juga tidak kalah besar dalam mengembangkan esports di Indonesia. Salah satu bentuk nyata usaha tersebut ada pada tahun 2018 lalu, ketika Mineski mengumumkan bahwa mereka menyiapkan 30 miliar rupiah untuk menggarap esports di Indonesia.

Perpanjangan kerja sama dengan Globe di Filipina tentu menjadi sesuatu yang penting bagi Mineski, terutama dalam melanjutkan kelangsungan Liyab Esports dan gelaran PPGL.

Gen.G Dikabarkan Akan Lakukan Ekspansi Ke Pasar Asia Tenggara

Gen.G, organisasi esports asal Korea Selatan, dikabarkan akan melakukan ekspansi ke Asia Tenggara. Kabar ini menyeruak setelah Gen.G Esports mengumumkan kerja samanya dengan perusahaan marketing agency bidang olahraga bernama Red Card Global, mengutip laporan Esports Insider.

Belakangan, Gen.G memang sedang mengalami perkembangan yang pesat. Dalam satu tahun terakhir, tim asal Korea Selatan ini telah menerima setidaknya dua kali pendanaan. Satu kali sebesar 46 juta dollar AS dari sejumlah investor Silicon Valley, dan satu kali lagi dari akselerator New York yang sayangnya tidak disebutkan jumlah pendanaannya.

Gen.G Korea Regional Finals 2018
Walau kini sudah berkembang ke berbagai ekosistem esports, namun kesuksesan tersebut tidak terlepas dari tim League of Legends milik Gen.G yang bisa dibilang sebagai salah satu yang paling berprestasi di LCK | Sumber: Gen.G

Red Card Global merupakan marketing agency berbasis di Singapura yang sudah cukup lama ada di pasar Asia Tenggara. Berdiri sejak 2005, marketing agency ini terlibat dengan berbagai macam kerja sama di ekosistem olahraga, termasuk dengan brand ternama seperti Coca-Cola, Puma, dan Toyota. Red Card Global memiliki beberapa rekan yang punya nama besar di ekosistem olahraga Asia Tenggara, seperti Asian Football Confederation (AFC) dan International Premier Tennis League.

R Sasikumar, Founder Red Card Global mengatakan. “Esports merupakan satu area bisnis yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Kami telah terlibat dalam berbagai kesepakatan bisnis olahraga tradisional di Asia selama 15 tahun terakhir, dan kami sangat bangga bisa membangun kerja sama dengan Gen.G, memungkinkan rekan baru kami mendapatkan jaringan bisnis yang kuat di Asia Tenggara. Pekerjaan kami sudah dimulai, dan kami mengerjakan ini untuk mencari kemenangan di awal.”

Kerja sama ini tentu dapat membuat pasar esports di Asia Tenggara menjadi semakin berkembang. Menurut laporan Niko Partners pada November 2019, pasar game di Asia Tenggara dan Taiwan diprediksi akan mencapai valuasi sekitar 116,8 triliun rupiah di tahun 2023. Melihat ini, tidak heran jika Asia Tenggara menjadi pasar game dan esports baru yang ingin dikejar oleh raksasa-raksasa industri game dan esports dunia.

Sumber: HLTV
Sebelum lakukan ekspansi ke Asia Tenggara, Gen.G sendiri sudah memiliki pemain asal Indonesia yaitu BnTeT pada divisi CS:GO. Sumber: HLTV

Terakhir kali, skena PUBG Mobile Asia Tenggara mungkin bisa dibilang sebagai ekosistem esports paling menarik minat investor dari barat. Beberapa waktu ke belakang kita melihat organisasi sebesar seperti FaZe Clan yang mengakuisisi tim PUBG Mobile Thailand, dan Team Secret yang mengakuisisi tim PUBG Mobile asal Malaysia.

Tidak berhenti sampai situ, pengembang sebesar Riot Games sekalipun kini jadi semakin tertarik dengan kesempatan di pasar Asia Tenggara, dan Indonesia. Ketertarikan ini diungkap sendiri oleh Justin Hulog General Manager Southeast Asia and Taiwan for Riot Games, dalam sebuah wawancara eksklusif bersama Hybrid.

Melihat ini, sepertinya esports di Asia Tenggara terlihat masih akan berkembang selama beberapa waktu ke depan, dan belum akan berhenti.

Singapura Bentuk Singapore Games Association Untuk Bantu Perkembangan Esports dan Game

Singapura dikabarkan akan membuat sebuah badan perniagaan untuk games dan esports yang memiliki nama Singapore Games Association (SGGA). Mengutip dari ZDnet, badan ini dibuat dengan tujuan untuk membangun dan mendorong keberlangsungan hidup ekosistem game dan esports di Negeri Singa. Masih dari ZDnet beberapa usaha yang dilakukan termasuk menyokong developer game lokal, dan mempromosikan game hasil kreasi lokal.

Bisnis gaming dan esports di Singapura menggeliat lincah belakangan. Beberapa waktu kita melihat ada beberapa pemberitaan terkait hal tersebut, seperti munculnya The Gym sebagai co-working space khusus esports, Esports Player League yang mendapat pendanaan sebesar 14 miliar rupiah, ataupun kehadiran turnamen esports eSPL yang muncul sebagai pengganti atas liga sepak bola Singapura yang sedang rehat.

Acara pembukaan The Gym. | Sumber: The Esports Observer
Acara pembukaan The Gym. | Sumber: The Esports Observer

Terkait esports, dikatakan bahwa SGGA ingin bisa mendorong agar Singapura menjadi hub atau pusat niaga dalam perkembangan bisnis esports Asia Tenggara, serta menjadikan sang Negara Singa sebagai negara pilihan untuk acara turnamen esports. Nantinya, usaha-usaha tersebut akan dilakukan sub-divisi SGGA yang bernama Singapore Esports initiative.

Jayf Soh sebagai salah satu anggota, yang merupakan CEO dan Founder Resurgence mengatakan. “Esports adalah industri baru yang sedang berkembang dengan potensi luar biasa besar. Tujuan akhirnya adalah untuk menciptakan lingkungan yang sejahtera, dan ekosistem yang sustainable di Singapura, baik untuk bisnis esports, juga untuk semua pemangku kepentingan yang turut berjuang. Inisiatif ini adalah langkah awal dengan fokus utama untuk membuat persepsi serta mengubah pola pikir masyarakat, sambil membangun fondasi agar industri ini dapat berdiri di atasnya nanti.”

Sumber: PONEesports
Resurgence, tim esports asal Singapura, yang musim lalu berhasil menjadi juara MPL MY/SG/ Sumber: ONEesports

Ketua untuk asosiasi ini adalah Gwen Guo, Co-Founder serta Creative Director dari sebuah studio audio game bernama Imba Interactive. Selain itu, asosiasi ini juga disokong oleh beberapa nama besar sebagai penasihat, seperti Je Alipio yang menjabat sebagai South Asia-Pacific and MENA Director and Head of Games untuk The Walt Disney Company, David Tse yang merupakan Esports Director Razer, dan Daryl Chow yang merupakan Board Game Designer untuk Origame.

SGGA akan berfungsi sebagai asosiasi yang bersifat non-profit dan berbasis pada membership. Nantinya, anggota terdaftar akan mendapat kesempatan untuk terhubung dengan ekosistem game dan esports, baik lokal ataupun internasional, serta menuntun agar pelaku bisnis bisa berkembang dengan menggunakan strategi terbaik, sambil mencari kesempatan bisnis leven internasional.

Rencana terdekat asosiasi ini termasuk berkolaborasi dengan penyelenggara acara GamesCom Asia yang akan diselenggarakan pada 14-17 Oktober 2021, untuk memamerkan game buatan lokal. SGGA juga berencana untuk membuat workshop serta program pengembangan untuk menyokong perkembangan untuk para gamers profesional serta para talent esports.

Point Blank SEA 2020, Turnamen Online Tingkat Asia Tenggara

Setelah kembali diasuh oleh sang pengembang, Point Blank mengalami beberapa perubahan dari sisi skena kompetitif. Contohnya seperti pada tahun 2019 lalu, ketika skena kompetitif Point Blank jadi punya lebih banyak cabang. Tahun 2020 skena kompetitif Point Blank kemungkinan akan sedikit terhambat.

Salah satu alasannya karena wabah virus Corona yang menjadi momok bagi masyarakat di wilayah Asia. Dampaknya kepada skena kompetitif PB adalah pembatalan PBWC 2020, yang rencananya akan diadakan di Indonesia.

Seakan tidak ingin tinggal diam, Zepetto lalu mencoba menghadirkan kompetisi lain sebagai alternatif. Salah satunya adalah dengan menghadirkan Point Blank SEA 2020 (PBSEA 2020), sebuah kompetisi untuk para pemain Point Blank di regional Asia Tenggara.

Kompetisi ini akan diikuti oleh tiga negara, yaitu Indonesia, Filipina, dan Thailand. Salah satu alasan turnamen ini hanya mencakup Asia Tenggara saja, karena pertandingannya yang menggunakan sistem online.

Kehadiran turnamen ini tentu akan menambah ragam dari kompetisi internasional Point Blank. Sebelumnya Point Blank sudah memiliki dua jenis kompetisi internasional, yaitu Point Blank International Championship dan Point Blank World Challenge. Memperebutkan total Hadiah sebesar US$4.600 (sekitar Rp65 juta), turnamen ini akan diselenggarakan pada 14 – 15 Maret 2020 mendatang.

Sumber: Zepetto
PBSEA, menjadi turnamen online Point Blank tingkat regional yang pertama. Sumber: Zepetto

Perwakilan Indonesia diambil dari juara dan peringkat dua Point Blank Star League yang diselenggarakan pada Januari sampai Februari 2020 lalu. Kedua tim yang akan mewakili Indonesia adalah Royal Raftel Sades (juara PBSL) dan The Prime (runner-up PBSL). Tak hanya itu saja, PBSEA 2020 juga akan menghadirkan pertandingan para ladies trooper.

Untuk cabang perempuan, Indonesia juga mengirimkan dua wakil yang berasal dari Point Blank Ladies League 2020. Kedua tim tersebut adalah SBE by TF2W Esports (peringkat 2 PBLL 2020) dan NOKI Ladies (peringkat 3 PBLL 2020).

Kehadiran turnamen seperti PBSEA 2020 diharapkan tidak hanya menjadi kompetisi pelengkap saja, namun menjadi bagian dari struktur turnamen skena kompetitif Point Blank secara global yang lebih rapih dan kompetitif. Bagi Anda yang ingin menyaksikan, pertandingan ini akan ditayangkan secara live stream pada channel Youtube Zepetto PB Indonesia.

Kenapa Perusahaan Tiongkok Mau Masuki Pasar Esports Asia Tenggara?

Dari segi total hadiah, turnamen esports kini bisa menawarkan total hadiah setara atau bahkan melebihi kompetisi olahraga tradisional. Contohnya, The International 2019 yang menawarkan total hadiah lebih dari US$34 juta (sekitar Rp476 miliar). Dan turnamen esports kini tak melulu mengadu game PC. Mobile esports juga mulai menjadi semakin populer. Tencent bahkan menyiapkan US$5 juta (sekitar Rp70,6 miliar) untuk semua turnamen esports PUBG Mobile pada tahun depan.

Tahun ini, PUBG Mobile Club Open Fall Split Global Finals merupakan turnamen PUBG Mobile dengan total hadiah terbesar. Turnamen tersebut menawarkan total hadiah sebesar US$500 ribu (sekitar Rp7 miliar) Sebesar US$180 ribu (sekitar Rp2,5 miliar) dibawa pulang oleh Bigetron yang keluar sebagai pemenang. Diadakan di Malaysia, PMCO Fall Split Global Finals diselenggarakan oleh VSPN, perusahaan penyelenggara turnamen esports asal Tiongkok. Perusahaan smartphone asal Tiongkok, vivo, menjadi salah satu sponsornya. Selain itu, ada beberapa perusahaan Malaysia yang juga menjadi sponsor seperti merek minuman 100 Plus, perusahaan pengantar makanan Hungry, dan perusahaan telekomunikasi Yoodo. Meskipun begitu, vivo tetaplah menjadi salah satu rekan bisnis terbesar dari Tencent Esports.

“Saya tidak bisa mewakili Tencent dan vivo, tapi saya percaya, tujuan kami sama — untuk menjadi perusahaan global, tidak hanya perusahaan Tiongkok,” kata Wang Chenfan, Vice President of VSPN, pada The Esports Observer, ketika ditanya mengapa perusahaan-perusahaan Tiongkok — Tencent, VSPN, dan vivo — tertarik untuk masuk ke pasar esports Asia Tenggara. “Sejak VSPN didirikan pada 2016, kami telah mengadakan beberapa turnamen esports di luar Tiongkok; khususnya di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik, termasuk demonstrasi kompetisi esports dalam Asian Games di Jakarta, 2018 PUBG Mobile Star Challenge (PMSC) di Dubai, dan PMSC di Taipei tahun ini.”

Acara PMCO Fall Split Global Finals. | Sumber: VSPN/Tencent via The Esports Observer
Acara PMCO Fall Split Global Finals. | Sumber: VSPN/Tencent via The Esports Observer

Tidak aneh jika perusahaan Tiongkok tertarik untuk masuk ke pasar esports di Asia Tenggara. Asia Tenggara merupakan kawasan dengan pertumbuhan industri gaming paling besar pada tahun ini. Pada 2019, industri gaming di kawasan itu naik 17,4 persen dari tahun lalu, menurut Newzoo. Tak hanya itu, esports juga mulai diakui sebagai olahraga di negara-negara Asia Tenggara. Hal ini terlihat dari diadakannya pertandingan eksibisi esports dalam Asian Games pada 2018 dan esports menjadi cabang olahraga bermedal dalam SEA Games 2019.

Meskipun begitu, pasar Asia Tenggara juga menawarkan tantangan tersendiri. Salah satunya adalah bahasa. Negara-negara di Asia Tenggara memiliki bahasa masing-masing. “Jika dibandingkan dengan Tiongkok, Asia Tenggara terdiri dari sejumlah negara dengan bahasa dan budaya yang berbeda,” ujar Chenfan. “Kami perlu menyiapkan beberapa penerjemah dan shoutcaster dari beberapa bahasa.” Sebagai perbandingan, di Tiongkok, turnamen esports biasanya hanya memiliki shoutcaster dalam tiga bahasa, yaitu Inggris, Mandarin, dan Korea. Masalah lainnya adalah budaya. Penyelenggara turnamen harus menyiapkan tempat untuk ibadah bagi pemain muslim yang berasal dari negara dengan mayoritas beragam Islam, seperti Indonesia.

Empat Perwakilan Liga1PES Bertanding di SEA Finals 2019 Akhir Pekan Ini

Final dari kompetisi kasta tertinggi jagat kompetitif Pro Evoulution Soccer Indonesia, Liga1PES, baru saja berakhir. Setelah perjalanan panjang, akhirnya terpilih empat pemain yang akan mewakili Indonesia di ajang PES South East Asia Finals (SEA Finals), yang akan diadakan di Bangkok, Thailand.

Memasuki musim keempat, SEA Finals tampil beda tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah karena bertambahnya jumlah negara partisipan SEA Finals, dari enam menjadi delapan negara se-Asia Tenggara. Delapan negara peserta SEA Finals tersebut adalah: Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura, Myanmar, Laos, dan Kamboja.

Sumber: Facebook @Liga1PES
Sumber: Facebook @Liga1PES

Event kompetisi SEA Finals terbilang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dalam dua tahun terakhir, kompetisi ini berhasil menambah empat negara partisipan, yaitu Singapura dan Myanmar yang bergabung tahun 2018, serta Laos dan Kamboja yang bergabung dalam SEA Finals mulai tahun 2019 ini.

Selama 3 tahun belakangan, jagat kompetitif PES di Asia Tenggara bisa dibilang masih dikuasai oleh Vietnam. Hal ini terbukti dari keberhasilan Vietnam memenangkan SEA Finals 3 kali berturut-turut dengan 2 pemain mereka: Duy Map di tahun 2016, 2017, dan Le Tam di tahun 2018.

Sementara kalau dari Indonesia sendiri, salah satu fakta menariknya adalah, perwakilan Indonesia untuk SEA Finals yang selalu berubah setiap tahun. Ada Rizky Fadian di SEA Finals 2016, lalu Ady Qwa di SEA Finals 2017, dan terakhir ada Akbar Paudie dari Gorontalo yang dapat runner-up di SEA Finals 2018.

Dengan semakin berkembangnya komunitas SEA PES di Asia Tenggara, kini semakin banyak pihak yang melirik jagat kompetitif PES. Setelah kemarin game PES bisa masuk cabang demonstrasi esports di Asian Games, kini SEA Finals di Thailand juga didukung penuh oleh Thailand E-Sports Federation (TESF) dan Siamsport.

PES SEA Finals 2019 akan diadakan pada 3 Maret 2019 mendatang, di Thailand Esports Arena. Kompetisi ini memperebutkan total hadiah sebesar US$1800 (Sekitar Rp25 juta) dan juga satu slot untuk bertanding di kejuaraan tingkat Asia.

Sumber: Facebook @Liga1PES
Empat wakil SEA Finals yang merupakan empat besar dari kompetisi Liga1PES. Sumber: Facebook @Liga1PES

Melihat geliat esports PES di tanah air serta Asia Tenggara yang begitu aktif, hal ini tentu bisa menjadi peluang bagi para sponsor nantinya. Apalagi gelaran SEA Finals yang kini punya jenjang ke tingkat Asia dan sampai ke Internasional, tentu membuat jagat kompetitif PES, termasuk Liga1PES jadi semakin menjanjikan bagi ekosistem esports Indonesia.