Primeskills Hadirkan Platform Edtech Berbasis “Extended Reality” dan Gamifikasi

Perkembangan teknologi telah menciptakan transformasi di berbagai sektor, salah satunya pendidikan. Proses belajar-mengajar yang semula tradisional kini semakin melibatkan teknologi, seperti yang tengah dikembangkan oleh Primeskills, startup edtech berbasis extended reality (XR) dan gamifikasi.

Startup ini didirikan di 2020 oleh William Irawan dengan misi menciptakan masa depan di mana masyarakat bisa mendapat pendidikan merata dan terdistribusi. Indonesia diprediksi mengalami bonus demografi pada 2030 mendatang. Populasi penduduk usia kerja diperkirakan melebihi 208 juta jiwa dengan sekitar 69% masuk dalam angkatan kerja.

Meski begitu, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka pengangguran di Indonesia telah mencapai 5,83% dari total penduduk usia kerja. Dari jumlah tersebut, hampir 14% di antaranya merupakan lulusan jenjang pendidikan diploma dan sarjana (S1). Primeskills melihat skill gap sebagai salah satu penyumbang tingginya angka pengangguran di Indonesia.

Dalam keterangan resminya, William mengungkapkan, “berangkat dari masalah tersebut, kami mengembangkan inovasi training berbasis XR dan gamifikasi untuk mempersempit jarak keterampilan antara lulusan dan industri saat ini, seperti pembuatan modul dan konten menggunakan teknologi virtual reality (VR) demi meningkatkan kualitas pembelajaran.

Hal ini didukung oleh riset global Price Waterhouse Cooper (PwC) di mana para peserta pelatihan dengan menggunakan AR dan VR mengaku empat kali lebih cepat dan fokus berlatih dibanding di dalam kelas, 275% lebih percaya diri untuk mengaplikasikan pembelajaran keterampilan setelah training, dan 3,75 kali lebih terkoneksi secara emosional dengan materi yang diajarkan. Hal ini membuktikan AR dan VR dapat meningkatkan inovasi dan produktivitas.

Primeskills memosisikan diri sebagai enabler modul pembelajaran menggunakan teknologi terkini, yaitu Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Learning Experience Platform, menjadikan pelatihan menjadi lebih imersif, lebih mudah dipahami, dan lebih efisien dalam proses pembelajarannya.

Melalui model bisnis B2B, Primeskills menyediakan kebutuhan mitra bisnisnya, mulai dari penyediaan perangkat VR Headset, pengembangan modul pembelajaran interaktif yang terkostumisasi dengan kebutuhan mitra bisnis, hingga layanan purna jual secara berkala, serta beberapa sistem pendukung pembelajaran yang memungkinkan mitra bisnis menggabungkan pembelajaran yang sudah ada dan modul yang dihasilkan oleh Primeskills dengan mudah.

Perusahaan membentuk ekosistem teknologi VR, dari proses menyediakan kurikulum, development, penyediaan hardware, hingga after sales. Primeskills telah merampungkan modul untuk beberapa industri, di antaranya industri perbankan, pendidikan, hospitality, dan healthcare.

Teknologi XR yang dikembangkan Primeskills merupakan gabungan dari seluruh immersive technology, seperti AR, VR, dan mixed reality (MR). Primeskills percaya dengan tidak hanya berfokus pada satu atau dua gaya belajar, melainkan menggabungkan dari auditori, visual, serta kinestetik sehingga diharapkan delivery pembelajaran jauh lebih efektif dan lebih mudah dipahami.

Target bisnis

Sepanjang 2022, Primeskills telah bekerja sama dengan beberapa institusi perbankan. Salah satunya, bersama CIMB Niaga telah menyelesaikan total lebih dari 1.500 jam pelatihan modul VR Training dan mendistribusikan total 325 unit VR Headsets ke 95 kota di seluruh Indonesia. Kerja sama ini merupakan salah satu penerapan VR training business-to-business (B2B) terbesar di Asia Tenggara.

Perusahaan juga telah bermitra dengan Universitas Kristen Petra untuk mengembangkan platform pembelajaran dan modul-modul XR interaktif untuk menjangkau pasar B2C. Salah satunya membuat metode pembelajaran berbasis digital yang mengombinasikan visual novel dan XR agar semakin menarik.

Di samping itu, termasuk dalam portofolio Primeskills, salah satu perusahaan retail terbesar Kawan Lama Group. Primeskills berperan menyediakan public showcase pada offline store mereka yang menggabungkan teknologi imersif khususnya VR yang dibuat, seperti situasi kehidupan asli untuk mempromosikan produk-produk unggulan mereka.

Di pemerintahan, Primeskills memenuhi kebutuhan VR Assessment untuk Kemendagri guna kebutuhan penilaian karyawan. Selain itu, pada awal tahun 2022 Primeskills telah menjalin kerjasama lanjutan dengan Kemenag RI untuk mendukung acara tahunan Hari Santri Nasional.

Secara spesifik, di tahun 2023 Primeskills akan terus mendorong peningkatan kualitas keterampilan lulusan universitas agar relevan dengan kebutuhan industri demi menekan angka skill gap di Indonesia, melalui pengalaman praktik dan soft skill training menggunakan teknologi XR dan gamifikasi.

Dalam wawancara terpisah, perusahaan mengungkapkan tengah fokus  adalah pada industri yang membutuhkan banyak pelatihan soft skills karena beberapa produk dan para ahli yang bekerja sama dengan kami bergerak pada bidang pelatihan tersebut seperti pelatihan leadership, coaching, customer services, sales, manners, public speaking, dsb.

“Sasaran target kami dimulai dari industri pendidikan hingga industri yang berfokus pada pengembangan SDM. Harapannya, kami dapat berperan aktif untuk meminimalisasi skill gap dan mendukung lulusan dari industri pendidikan untuk siap kerja,” tambah William.

Pihaknya meyakini teknologi teknologi imersif mampu menjadi solusi untuk tantangan skill gap di masa mendatang. Oleh karena itu, Primeskills akan terus meningkatkan performa kualitas teknologi dan berfokus dengan industri yang relevan, juga disesuaikan dengan tujuan di atas, yakni peningkatan kualitas SDM dengan menyasar human resources dan universitas.

“Sesuai visi kami, untuk memberikan edukasi immersive yang juga menyenangkan bagi masyarakat, kami akan terus berupaya menghadirkan teknologi imersif dan support system-nya menjadi solusi yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Dan dapat dinikmati bagi mitra bisnis kami saat ini maupun untuk calon mitra kami kedepannya baik dari sisi B2B maupun B2C,” tutup William.

Primeskills merupakan salah satu portofolio dari UMG Idealab Indonesia. Berdiri sebagai venture capital, UMG Idealab menyebutkan telah bertransformasi menjadi venture builder pada 2020. Saat ini perusahaan fokus mengembangkan tiga hal krusial, yaitu mengatasi perubahan iklim, mengatasi kesenjangan pendapatan, dan membantu UMKM bersaing secara global.

HTC Tunjukkan Visi Mereka Akan Extended Reality Lewat Headset Project Proton

HTC menyingkap tiga varian baru Vive Cosmos. Dalam kesempatan yang sama, mereka juga mengungkap visinya akan VR headset generasi mendatang. Gambar di atas adalah Project Proton, prototipe XR glasses yang tengah HTC kembangkan.

XR? Ya, cross reality atau extended reality tampaknya bakal menjadi fokus HTC kali ini. Jadi selain menyajikan realitas buatan (virtual), perangkat juga dirancang untuk menyuguhkan realitas tertambah (augmented). Sepasang lingkaran di depan itu adalah kamera, tapi belum jelas apakah gunanya untuk mewujudkan inside-out tracking (VR) atau sebagai passthrough view (AR).

HTC Project Proton

Bentuk Proton juga sangat berbeda dari keluarga besar Vive. Wujudnya mengingatkan saya pada Magic Leap dan Panasonic VR Glasses. Pada kenyataannya, HTC memang merancang Proton supaya lebih terasa seperti kacamata ketimbang headset.

Sejauh ini Proton terdiri dari dua model yang berbeda. Model yang pertama adalah yang bertipe all-in-one, dengan semua unit pemrosesan yang diposisikan ke bagian belakang strap. Dengan demikian, bagian depannya bisa jadi lebih ramping, namun distribusi bobotnya tetap seimbang berkat modul belakangnya.

HTC Project Proton

Model yang kedua malah lebih mirip lagi dengan kacamata biasa, sebab sepasang tangkainya tidak sampai mengitari seluruh kepala. Berhubung tidak punya unit pemrosesan sendiri, model ini harus mengandalkan bantuan perangkat lain, seperti smartphone misalnya. Juga absen di sini adalah sepasang headphone seperti yang terpasang pada strap model yang pertama.

Berhubung Proton masih berstatus eksperimental, HTC belum membeberkan banyak detail. Namun buat yang penasaran apa rahasia di balik wujud ringkasnya, HTC bakal menjawab “microdisplay“. Kekurangan microdisplay sejauh ini adalah viewing angle yang lebih sempit, dan kendala yang sama juga bisa kita jumpai pada prototipe Panasonic VR Glasses itu tadi, yang sendirinya mengandalkan panel micro OLED.

Sumber: Engadget dan Input.

Fasilitasi Perkembangan VR di Tanah Air, Begini Rangkaian Acara XR Meetup Sepanjang 2016

Tahun 2016 akan selalu diingat sebagai tahun kebangkitan virtual reality. Meski topik ini sudah mulai diperbincangkan di tahun-tahun sebelumnya, barulah di tahun kemarin konsumen bisa langsung merasakan pengalaman immersive yang sebenarnya, utamanya berkat kehadiran trio VR headset kelas berat – Oculus Rift, HTC Vive dan PlayStation VR – di pasaran.

Di Indonesia, sampai detik ini pun masih terbilang agak sulit untuk mendapatkan perangkat-perangkat tersebut – terkecuali PSVR. Namun hal itu rupanya tidak meredam antusiasme warga tanah air untuk mendalami virtual reality. Dari situ, terlahir rangkaian acara bernama XR Meetup.

Lho kok XR, bukan VR? Well, pada awalnya acara bulanan tersebut memang mengusung nama VR Meetup. Namun setelah beberapa kali diadakan, topik bahasannya ternyata meluas ke ranah augmented dan mixed reality, hingga akhirnya pihak penyelenggaranya pun memutuskan untuk mengubah namanya menjadi XR Meetup, yang merupakan singkatan dari eXtended Reality.

Setiap bulannya sejak Juli sampai Desember 2016 kemarin, XR Meetup mempertemukan para pelaku industri VR dengan berbagai kalangan yang tertarik untuk mendalami VR, mulai dari para pelajar, gamer, pelaku bisnis sampai sejumlah brand. Setiap event yang dihelat di ibukota ini terbagi menjadi dua sesi, yakni panel talkshow atau diskusi, dan tentu saja yang paling penting adalah uji coba perangkat VR.

VR Meetup 1, 26 Juli 2016

Pada event perdananya yang diadakan di Mozilla Community Space, panitia VR Meetup mengundang pembicara dari Octagon Studio, Mozilla WebVR dan NERD Project yang secara khusus memperkenalkan game The Wandering Catacombs, yang dapat dimainkan menggunakan headset Cardboard dan controller berbasis Bluetooth. Meetup perdana ini juga memperkenalkan HTC Vive yang kala itu baru belum lama dipasarkan.

VR Meetup 2, 27 Agustus 2016

VR bukan soal game semata, anggapan ini dibuktikan lewat meetup kedua yang mengangkat topik “VR and Real Estate”. Bertempat di @america Pacific Place, narasumber yang ditunjuk meliputi Sangkuriang Property VR dan Hologram Indonesia, plus seorang pembicara yang mewakili tim AsiaVR di Singapura, Roy Koo.

Beliau pada saat itu banyak bercerita mengenai perkembangan VR di Singapura sekaligus negara-negara Asia Tenggara lain, dan di saat yang sama, menjalin kerja sama eksklusif bersama Jakarta VR Meetup untuk mengembangkan industri VR dalam skala regional.

VR Meetup 3, 24 September 2016

Meetup yang ketiga bisa dibilang sebagai yang paling dinanti-nanti, karena temanya adalah yang paling menarik perhatian, yaitu “VR and Entertainment”. Acara diadakan bersamaan dengan event Hellofest di JCC Senayan, dengan narasumber dari studio ahli video 360 derajat Festivo, Digital Happiness yang membahas soal game dan animasi horor VR buatan mereka, serta ShintaVR dengan platform kreasi VR mereka yang dijuluki MindVoke.

VR Meetup 4, 26 Oktober 2016

Meetup keempat sedikit lebih teknis dengan membahas secara detail mengenai “VR Input and Controllers”. Narasumber yang ditunjuk adalah mereka yang terlibat dalam pengembangan controller untuk virtual reality: Andrew dari ShintaVR dengan risetnya terhadap voice input dalam VR, dilanjutkan Dennis Adrian dari PrimeTech yang mengembangkan VR controller berupa simulator balapan, lalu ditutup oleh Adityo Pratomo yang menciptakan VR input untuk game golf yang pernah dibuatnya.

Event yang keempat ini juga membawa perangkat VR yang bisa dicoba dalam jumlah terbanyak. Bukan cuma HTC Vive dan PSVR saja, tetapi juga Microsoft HoloLens.

VR Meetup 5, 8 Desember 2016

Menutup tahun 2016, meetup kelima yang diadakan di Auditorium Microsoft Indonesia ini diisi dengan recap mengenai perkembangan VR selama setahun terakhir, lalu dilanjutkan dengan panel diskusi bersama sejumlah narasumber dari industri VR dan AR. Sesi uji coba pada acara ini turut dimeriahkan oleh debut perdana Daydream View dari Google. Perubahan nama dari VR Meetup menjadi XR Meetup juga diumumkan dalam acara ini.

XR Meetup yang keenam rencananya akan diadakan pada tanggal 8 Februari 2017 mendatang di Binus International University fX. Topik yang diangkat nanti adalah dampak VR dan AR dalam dunia pendidikan. Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa langsung mengunjungi Facebook Page XR Meetup.

Disclosure: DailySocial adalah media partner acara XRmeetup. Berbagai informasi tentang kegiatan baik pengumuman acara atau liputan, bisa juga Anda dapatkan nanti di DailySocial.