Smartphone, Generasi Baru Untuk Fotografi Mobile

Dulu, satu-satunya cara untuk mengambil foto adalah dengan menggunakan kamera yang berisi film. Dengan memulainya era digital, kini kamera dengan film telah menjadi hasil karya seni yang cukup langka, sementara ilmu fotografi digital menjadi tren terkini. Hanya bermodalkan kamera digital SLR, seorang fotografer amatir dapat menghasilkan gambar yang begitu menawan, bagaikan seorang profesional. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari kamera tersebut agar setiap jepretan yang Anda ambil merupakan sebuah karya indah.

Membeli kamera digital yang paling mahal, dengan harapan gambar yang Anda ambil akan selalu bagus, bukanlah solusi terbaik. Terutama apabila Anda tidak mengerti cara menggunakannya. Perlu memperhatikan beberapa hal pada kamera digital, guna memastikan bahwa tiap foto yang Anda hasilkan tidak perlu melalui software edit lagi.

Megapiksel bukan segalanya

Satu hal yang orang awam fotografi tanyakan adalah beberapa besar MP (megapiksel) kameranya. Berbeda dengan prosesor komputer, dimana semakin besar angka di depan huruf “GB” berarti lebih baik, keterangan megapiksel kamera tidak selalu menjamin image yang bagus. Megapiksel itu sendiri hanya menjelaskan kepadatan dari piksel pada foto yang dihasilkan. Angka yang MP yang tinggi berguna apabila ingin membesarkan image, tapi kalau hanya untuk di-share media sosial atau cetak ukuran postcard, MP yang terlalu besar tak berguna.

Untuk menjamin setiap hasil jepretan Anda sempurna, pastikan bahwa kamera memiliki Dual Pixel. Teknologi ini dikembangkan guna menghasilkan image yang selalu fokus dan tidak buram. Dengan sensor canggih ini, tiap jepratan Anda akan menyerupai hasil karya fotografer professional. Ada beberapa kamera digital SLR yang tersedia untuk pemula, bahkan kamera mirrorless yang menawarkan fitur DPMP (Dual Pixel Megapixel). Jadi kamera dengan MP rendah pun dapat menghasilkan foto bagus apabila dibekali teknologi Dual Pixel. Fotografer smartphone pun dapat menghasilkan foto seperti professional, apabila gadget-nya dilengkapi fitur ini.

Seberapa besar aperture pada kamera

Bagi yang masih awam fotografi, aperture adalah besaran bukaan lensa yang membolehkan cahaya masuk kebagian bodi kamera. Menyerupai kornea pada bola mata. Pada umumnya, aperture ditunjukkan dengan tulisan f/nomor, sebagai contoh f/1.7. Semakin kecil angka aperture, berarti semakin besar bukaan cahaya pada lensa dan justru semakin besar aperture, bukaan lensa semakin kecil. Pada angka aperture tinggi, foto yang dihasilkan akan lebih fokus, serta aperture yang kecil cenderung menghasilkan foto dengan latar belakang buram.

Dapatkah foto saat dalam keadaan rendah cahaya?

Cahaya merupakan sebuah elemen yang sangat penting bagi fotografer. Sulit bagi fotografer untuk mengambil foto dalam keadaan gelap atau remang-remang. Salah satu solusi adalah meningkatkan ISO, membesarkan aperture dan mengurangi shutter-speed. Fitur tersebut biasanya hanya terdapat pada kamera digital yang sudah canggih, tapi dengan perkembangan teknologi, berbagai fitur pengaturan mulai merambah ke kamera sederhana, bahkan ke kamera pada smartphone. Dengan sedikit pengetahuan tentang cara mengatur kamera dan Anda dapat berfoto dalam kondisi remang-remang.

Tangan tenang menghasilkan foto gemilang

Tidak jarang goyangan tangan sang fotografer dapat merusak hasil foto itu sendiri. Hanya karena bergeser sedikit saat menekan tombol kamera, image dalam foto bisa jadi blur. Oleh karena itu, tidak jarang fotografi menggunakan tripod atau monopod, guna memastikan kamera tidak bergoyang saat pengambilan gambar. Tapi kadang membopong tripod cukup merepotkan. Untuk mengurangi resiko foto blur, sebagian besar kamera digital dilengkapi fitur OIS (optical image stabilization). Fitur unik ini memastikan bahwa obyek yang Anda foto akan sampai ke CMOS (sensor kamera) selalu lurus sehingga blur dapat terhindar. Hasil foto terjamin selalu bagus walaupun fotografer banyak bergerak.

Fitur-fitur di atas merupakan beberapa hal yang dapat membantu Anda untuk selalu mendapatkan hasil jepretan yang sempurna, apabila menggunakan kamera digital SLR atau mirrorless. Apabila Anda ingin tahu tehnik mengambil foto yang bagus menggunakan kamera simpel seperti yang ada pada smartphone, jelas kalau harus mencari sebuah gadget yang menawarkan fitur-fitur tersebut. Tapi adakah smartphone yang menawarkan fitur fotografi yang hampir mendekati kualitas kamera digital SLR?

 

*) Artikel ini hadir atas kerjasama dengan Samsung. Gambar header: Pixabay.

Kamera Saku Terbaru Sony Punya Lensa Zoom yang Amat Jauh dan Electronic Viewfinder

Sony baru saja meluncurkan kamera saku yang cukup menarik perhatian, yakni Cyber-shot DSC-HX80. Menarik karena ia merupakan kamera termungil yang dilengkapi dengan kemampuan optical zoom yang sangat jauh, tepatnya 30x atau 24 – 720 mm.

Lensa zoom ini dikemas dalam bodi yang amat ringkas, bahkan lebih kecil ketimbang lini RX100, menjadikannya mudah disimpan di dalam saku kemeja. Meski demikian, spesifikasi yang ditawarkan cukup wah jika dibandingkan rival-rivalnya yang seukuran.

Sony HX80 ditenagai oleh sensor Exmor R 18,2 megapixel dan prosesor BIONZ X yang akan memastikan kualitas gambar maupun video 1080p yang ditangkap tetap bagus di segala kondisi. Sony tidak lupa membekalinya dengan sistem image stabilization 5-axis supaya hasil jepretannya tidak mudah blur akibat genggaman pengguna yang kurang stabil.

Sony HX80

Panel belakangnya didominasi oleh layar 3 inci beresolusi 921 ribu dot yang bisa diputar ke depan untuk keperluan selfie. Lebih menarik lagi, HX80 juga mengemas sebuah electronic viewfinder berpanel OLED dengan mekanisme pop-up seperti milik RX100. Menemani EVF tersebut adalah sebuah pop-up flash di bagian tengah panel atasnya.

Pengguna bisa meneruskan hasil jepretannya dengan mudah via Wi-Fi dan NFC. Kamera ini juga kompatibel dengan sejumlah aplikasi PlayMemories yang dirancang untuk meningkatkan fungsionalitas kamera.

Sony akan mulai memasarkan HX80 pada bulan April mendatang. Harganya cukup terjangkau di angka $350.

Sumber: Sony.

Nikmati Pemandangan Kota New York Dalam Foto Interaktif 20-Gigapixel Ini

Fotografi digital merevolusi industri dengan memangkas waktu dan biaya penyajian foto. Kini internet merupakan medium terpopuler untuk menyimpan serta saling berbagi hasil jepretan, dan mungkin Anda sudah sempat melihat seperti apa foto panorama terbesar di dunia. Kali ini seorang fotografer bernama Jeffrey Martin memilih kota New York sebagai basis dari kreasinya.

Karya tersebut dipamerkan di 360 Gigapixels, diklaim sebagai foto terbesar kota New York yang menampilkan pemandangan seluas 360 derajat berukuran 20-gigapixel. Proyek ini ialah upaya komersialisasi jasa tim 360 Gigapixels untuk digunakan dalam kampanye marketing sampai promosi turisme. Meskipun belum mengalahkan in2white, jangan kira proses pembuatannya mudah.

Foto 360 derajat kota New York tersebut terdiri dari 2.000 jepretan terpisah yang disulam menjadi satu, totalnya 203.200×101.600-pixel. Jika dicetak di resolusi standar 300dpi, ukurannya mencapai 18×9 meter. Di situs 360 Gigapixels, Anda dipersilakan menikmati foto dalam enam mode – view normal, fisheye, architectural, stereographic (memberi efek 3D), little planet dan Panini.

360 Gigapixel 02

Untuk menciptakannya, Jeffrey Martin menghabiskan dua hari di puncak Empire State Building. Ia menggunakan kamera standar Canon 5Dsr dengan lensa 135-milimeter, membutuhkan waktu total selama empat jam buat menjepret semuanya. Martin mulai mendalami fotografi panorama sejak tahun 2000. Bersama sang adik, ia mulai mengembangkan software khusus untuk menyatukan gambar-gambarnya.

Foto kota New York bukanlah satu-satunya hasil karya Jeffrey Martin, Tom Mills dan Holger Schulze. Sebelumnya, tim sempat mendaki Tokyo Tower, Tokyo Rappongi Hills, serta mengunjungi kota Praha, Ljubljana, Roma sampai London. Sejauh ini, foto London merupakan pemegang rekor terbesar mereka, yaitu 320-gigapixel. Jepretan terdiri atas 48.640 frame, diambil dari BT Tower, gedung terbesar urutan ke-10 di sana.

360 Gigapixel 03

Proyek di tahun 2012 tersebut sedikit ‘lebih serius’ dibandingkan foto 360 derajat kota New York karena dibuat untuk memperingati Summer Olympic. Tim memanfaatkan kamera Canon EOS 7D serta lensa EF 400mm f/2.8 IS II USM dengan Extender EF 2x III, plus panorama heads Rodeon VR Head ST dari Clauss. Seandainya dicetak, dimensinya bahkan lebih lebar lagi, yakni 98×23-meter, hampir selebar Istana Buckingham.

Via DailyMail, direktur 360Cities menjelaskan bahwa pengambilan foto di ketinggian menyimpan banyak tantangan tak terduga, seperti angin kencang, hujan dan temperatur yang rendah. Selain kesiapan masing-masing individu, sisi software dan hardware harus memperoleh dukungan maksimal. Hebatnya, Jeffery Martin serta kawan-kawan tidak luput dalam mengambil satu frame sekalipun.

Sigma Luncurkan Duo Kamera Mirrorless Perdananya, sd Quattro dan sd Quattro H

Nama Sigma selama ini dikenal oleh para fotografer sebagai salah satu produsen lensa terlengkap untuk berbagai merek. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Sigma juga terus bereksperimen dengan kamera buatannya sendiri, utamanya adalah lini Sigma DP Quattro, kamera compact dengan wujud dan jenis sensor tidak umum.

Kini Sigma terus menggenjot inovasi mereka di bidang fotografi lewat duo kamera mirrorless perdananya, sd Quattro dan sd Quattro H. Keduanya sama-sama memakai sensor Foveon yang cukup unik. Unik karena sensor ini pada dasarnya terdiri dari sejumlah lapisan, memungkinkan kamera untuk menangkap gambar dengan warna yang lebih kaya dan resolusi lebih tinggi dibanding teknologi sensor gambar pada umumnya.

Sigma sd Quattro dan sd Quattro H

Sigma sd Quattro dan sd Quattro H punya fisik yang sama persis. Letak perbedaannya hanya pada ukuran sensor yang dipakai: sd Quattro mengemas sensor berukuran APS-C, sedangkan sd Quattro H punya sensor APS-H yang ukurannya sekitar 30 persen lebih besar.

Sensor milik sd Quattro punya resolusi 19,6 megapixel, sedangkan sd Quattro H 25,5 megapixel, masing-masing dengan sistem autofocus hybrid. Namun mengingat teknologi yang dipakai sensor Foveon ini berbeda, masing-masing sensor punya resolusi setara 39 megapixel dan 51 megapixel pada sensor bertipe Bayer yang dipakai oleh hampir semua kamera digital saat ini.

Sigma sd Quattro

Selain penggunaan teknologi sensor yang tidak umum, desain duo sd Quattro ini juga bisa dibilang sedikit aneh. Hand grip-nya lebih pendek ketimbang bagian bodi yang mengemas sensor. Hal ini disebabkan Sigma sengaja merancang keduanya agar kompatibel dengan seluruh lini lensa yang mereka produksi, termasuk halnya lensa untuk kamera DSLR. Alhasil, ‘rumah’ lensanya pun harus dibuat lebih besar.

Di belakang, pengguna akan berjumpa dengan electronic viewfinder beresolusi 2,3 juta dot, dengan sudut pandang mendekati 100 persen, menurut klaim Sigma. Di bawahnya, ada LCD 3 inci dengan resolusi 1,62 juta dot. Uniknya, LCD ini sebenarnya terdiri dari dua layar; layar kecil yang ada di sebelah kanan akan menampilkan pengaturan kamera secara konstan. Semua ini dikemas dalam bodi berbahan magnesium yang tahan air dan debu.

Sigma sd Quattro

Sejauh ini belum ada informasi mengenai harga dan ketersediaannya. Sigma sedang memamerkan keduanya di hadapan pengunjung event CP+ 2016 yang digelar di Yokohama, Jepang.

Sumber: DPReview.

Nikon Luncurkan Lini Kamera Compact Baru, Nikon DL

Setelah keluar dari zona nyamannya dengan memperkenalkan sebuah action camera di event CES 2016 kemarin, Nikon kini kembali berfokus pada bidang fotografi. Rival terbesar Canon itu baru saja mengumumkan lini kamera compact baru yang terdiri dari tiga perangkat: DL24-85, DL18-50 dan DL24-500.

Jangan heran melihat nama-namanya. Angka-angka tersebut merupakan penanda jenis lensa yang dimiliki oleh masing-masing kamera. Contoh: DL18-50 punya lensa dengan panjang fokal 18 – 50 mm. Mereka ini bukan termasuk kamera mirrorless, jadi lensanya tidak bisa dilepas-pasang.

Meski mengusung lensa dan bodi yang berbeda-beda, ketiganya sama-sama ditenagai oleh sensor CMOS 1 inci beresolusi 20,8 megapixel dan prosesor Expeed 6A. Perpaduan ini juga memungkinkan ketiganya untuk merekam video 4K 30 fps, atau video slow-motion dalam resolusi 1080p 120 fps dan 720p 240 fps.

Nikon DL24-85

Lini Nikon DL juga menjanjikan performa yang cepat. Ketiganya sanggup memotret dalam kecepatan 20 fps dalam mode continuous, atau malah 60 fps kalau titik fokusnya sudah ditetapkan sebelumnya. Autofocus-nya sendiri menganut sistem hybrid, yang mencakup 105 titik phase-detection dan 171 titik contrast-detection.

Lalu kamera mana yang harus Anda pilih? Jawabannya tergantung kebutuhan. DL24-85 punya fitur eksklusif Super Macro Mode untuk membantu pengguna memotret close-up, sedangkan lensa DL18-50 yang lebih wide sangat ideal dipakai untuk fotografi landscape maupun arsitektur. Keduanya sama-sama punya lensa dengan aperture f/1.8-2.8, jadi kualitas bokeh-nya sudah pasti cukup terjamin.

Nikon DL24-500

DL24-500 berbeda sendiri. Bodinya paling bongsor, tapi lensanya juga paling istimewa dengan jangkauan 21x optical zoom. Ia juga satu-satunya yang mempunyai electronic viewfinder OLED dengan resolusi 2,36 juta dot – dua kamera lainnya hanya punya layar sentuh, tapi DL24-500 juga turut dilengkapi komponen serupa.

DL24-85, DL18-50 dan DL24-500 bakal dipasarkan mulai awal musim panas tahun ini. Masing-masing dihargai $650, $850 dan $1.000.

Sumber: Nikon via Engadget.

Pentax K-1 Ramaikan Persaingan Kamera DSLR Full-Frame

Setelah cukup lama memproduksi kamera DSLR APS-C dan medium format, Pentax kini mulai mengincar ranah baru, yaitu DSLR full-frame. Yup, perusahaan yang diakuisisi oleh Ricoh di tahun 2011 ini sekarang punya rival yang pas untuk Canon 5DS maupun Nikon D810.

Dinamai Pentax K-1, ini merupakan debut Pentax di ranah DSLR full-frame. Oleh karena itu, tidak kaget apabila sensor gambarnya yang menjadi sorotan utama di sini. K-1 mengemas sensor CMOS full-frame beresolusi 36,4 megapixel. Sensitivitasnya mencapai angka ISO 204800, dan absennya filter anti-aliasing memastikan hasil fotonya bebas dari efek moiré.

Pentax K-1

Tak hanya mengemas sensor gambar yang canggih, K-1 juga dibekali sistem image stabilization 5-axis yang sangat efektif untuk mencegah hasil fotonya tampak blur akibat genggaman yang kurang stabil. Bahkan di saat melakukan teknik panning, sistem akan memprediksi ke mana arah kamera digerakkan oleh pengguna, lalu menerapkan kompensasi yang optimal.

Satu-satunya hal yang mungkin akan membuat konsumen sedikit kecewa adalah, opsi perekaman videonya cuma terbatas di resolusi 1080p 30 fps saja, belum 4K. Beruntung hal tersebut bisa ditutupi oleh sistem autofocus yang begitu andal yang mencakup 33 titik – 25 di antaranya merupakan titik cross-type – serta performa burst shooting 4,4 fps.

Pentax K-1

Selain mengandalkan kualitas gambar, K-1 rupanya juga menyimpan sejumlah fitur unik yang hingga kini belum dimiliki rival-rivalnya. Yang pertama adalah LCD 3,2 inci yang sangat fleksibel. Layar ini bisa Anda miringkan secara horizontal, vertikal maupun diagonal – sesuaikan saja dengan kebutuhan. Kalau tidak terbiasa menggunakan LCD, pengguna bisa memanfaatkan viewfinder-nya yang punya sudut pandang hampir 100 persen.

Yang kedua adalah fitur bernama Operation Assist Light. Sesuai namanya, fitur ini dirancang untuk memudahkan pengguna mengoperasikan kamera di kondisi gelap. Sejumlah lampu LED tersebar di beberapa bagian bodi seperti di atas lensa dan di slot memory card. Tujuannya adalah supaya pengguna bisa melepas-pasang lensa atau mengganti memory card dengan mudah ketika lokasi pemotretan memang benar-benar minim cahaya.

Pentax K-1

Semua ini dikemas dalam bodi yang tahan air, tahan debu dan tahan terhadap suhu dingin. Ukurannya juga cukup ringkas untuk ukuran DSLR full-frame, dengan bobot 1 kg lebih sedikit, sudah termasuk baterai.

Buat konsumen setia Pentax yang sudah menanti-nanti kehadiran DSLR full-frame, K-1 bisa dibeli mulai bulan April mendatang seharga $1.800 (body only). Pentax juga akan menawarkan 12 lensa full-frame baru untuk menemani DSLR andalannya tersebut.

Sumber: PetaPixel dan DPReview.

Canon Luncurkan Dua Kamera Compact Baru: PowerShot G7 X Mark II dan SX720 HS

Canon baru saja meluncurkan dua kamera compact baru yang tergabung dalam lini PowerShot besutannya: G7 X Mark II dan SX720 HS. Keduanya sama-sama ditujukan buat pengguma umum maupun sebagai kamera cadangan para fotografer profesional.

Canon PowerShot G7 X Mark II

Canon PowerShot G7 X Mark II

Melihat namanya, kelihatan jelas kalau kamera ini merupakan suksesor dari G7 X yang dirilis di tahun 2014. Perubahan fisiknya tidak terlalu banyak, namun penambahan sebuah hand grip tentunya dapat meningkatkan ergonomi kamera ini secara keseluruhan.

G7 X Mark II masih mempertahankan predikat kamera compact premium yang diusung pendahulunya berkat sensor CMOS 1 inci beresolusi 20,1 megapixel. Ukuran bidang sensor ini jauh lebih besar ketimbang yang dimiliki kamera saku pada umumnya, sanggup menghasilkan gambar yang lebih jernih dan detail pada kondisi minim cahaya.

Sensor ini ditemani oleh prosesor anyar DIGIC 7 yang menjanjikan performa lebih cepat, utamanya dalam hal tracking autofocus pada subjek yang bergerak dan kecepatan pemotretan dalam format RAW di angka 8 fps. Sensitivitasnya terhadap cahaya cukup tinggi di angka ISO 12800 (dapat dinaikkan lagi menjadi 25600), dan video bisa ia rekam dalam resolusi maksimum 1080p 60 fps.

Canon PowerShot G7 X Mark II

Melengkapi semua ini adalah lensa 24 – 100 mm f/1.8 – 2.8 yang dilengkapi sistem image stabilization. Lensa ini juga menjanjikan hasil foto dengan bokeh (biasan titik-titik cahaya) yang berkualitas berkat pemakaian 9 bilah aperture. Tidak ketinggalan juga layar sentuh 3 inci yang bisa dipakai untuk ber-selfie ria dan konektivitas NFC serta Wi-Fi untuk memudahkan proses transfer foto dan video ke perangkat mobile.

Canon PowerShot G7 X Mark II rencananya akan dipasarkan mulai Mei 2016 dengan harga $700.

Canon PowerSHot SX720 HS

Canon PowerShot SX720 HS

Suksesor SX710 HS ini masih diposisikan sebagai kamera superzoom dengan fisik yang ringkas. Kamera ini mengandalkan sensor CMOS 20,3 megapixel dan prosesor DIGIC 6 sebagai pengolah gambarnya, sekaligus memberikan kemampuan merekam video dalam resolusi 1080p 60 fps.

Namun yang menjadi unggulan SX720 HS adalah lensa baru dengan jangkauan zoom amat jauh, tepatnya 24 – 960 mm, atau 40x optical zoom. Agar foto yang dijepret dari jarak jauh tidak kelihatan blur, Canon turut menyematkan sistem image stabilization pada lensa ini.

Canon PowerShot SX720 HS

Sama seperti G7 X Mark II, kamera ini turut dilengkapi dengan konektivitas NFC dan Wi-Fi. Panel belakangnya didominasi oleh LCD 3 inci – sayangnya bukan layar sentuh dan tidak bisa dimiringkan.

Penjualan Canon PowerShot SX720 HS akan dimulai pada bulan Maret mendatang dengan banderol harga $380.

Sumber: Canon via Engadget.

LINE Luncurkan Foodie, Aplikasi Kamera Khusus untuk Fotografi Makanan

Selain foto selfie, kemungkinan besar galeri foto smartphone Anda juga banyak diisi oleh foto-foto makanan. Entah kenapa memotret makanan itu memang rasanya sangat memuaskan, apalagi setelah melihat banyaknya like yang didulang di media sosial.

Tren fotografi makanan ini rupanya ditanggapi cukup serius oleh LINE. Perusahaan asal Jepang tersebut baru saja meluncurkan aplikasi anyar bernama Foodie. Foodie tak lain dari aplikasi kamera yang didedikasikan untuk mengabadikan santapan-santapan lezat Anda.

Foodie datang bersama sejumlah fitur standar seperti pengaturan gelap-terang, tapi di saat yang sama juga menghadirkan 24 filter khusus yang diklaim telah dioptimalkan untuk fotografi makanan. Masing-masing filter tersebut dikategorikan berdasarkan jenis makanan, entah itu “Meat”, “Sushi”, “Cake”, “BBQ” dan masih banyak lagi.

LINE Foodie

Yang tak kalah menarik dari Foodie adalah fitur Best Angle. Fitur ini pada dasarnya akan memudahkan pengguna untuk memotret makanan dari sudut pandang atas meja. Jadi saat Anda hendak memotret, tombol shutter akan berubah dari bulatan hitam menjadi putih dikitari blok warna kuning untuk menandakan bahwa smartphone Anda sudah berada dalam posisi yang sejajar dengan makanan di atas meja.

Foodie juga mengemas fitur Auto Blurring dimana kamera akan mengenali letak makanan, lalu membuat area di sekitarnya menjadi sedikit kabur untuk memberikan efek yang biasanya kita dapat dari kamera DSLR. Semua foto yang ditangkap dengan Foodie bisa dibagikan ke sejumlah media sosial, termasuk Facebook, Twitter dan Instagram, jadi tidak terbatas pada aplikasi LINE saja.

Aplikasi ini memang terdengar amat sederhana, tapi bisa amat membantu bagi yang gemar berwisata kuliner selagi mengabadikan santapannya. Foodie saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma di iOS dan Android.

Sumber: LINE via TheNextWeb.

Application Information Will Show Up Here

Makin Serius Hadapi Tren Selfie, Panasonic Merilis Lumix GF8

Selfie terus memegang peran penting dalam keseharian umat manusia generasi terkini. Hal ini bisa dibuktikan dari semakin banyaknya populasi kamera mirrorless yang mengedepankan fitur selfie.

Panasonic adalah salah satu pabrikan kamera yang getol dengan ide ini. Tahun lalu, pionir kamera mirrorless tersebut meluncurkan Lumix GF7, yang merupakan kamera mirrorless kelas entry dengan misi utama mengakomodasi hasrat selfie para konsumen. Di tahun 2016 ini, mereka sudah siap dengan penerusnya, yakni Lumix GF8.

Panasonic Lumix GF8 pada dasarnya merupakan Lumix GF7 dengan ilmu selfie yang semakin lengkap. Spesifikasi dasarnya tidak berubah banyak, masih mencakup sensor Micro Four Thirds 16 megapixel dengan sensitivitas ISO 200 – 25.600 dan kemampuan merekam video beresolusi 1080p 60 fps.

Panasonic Lumix GF8

Fisiknya kurang lebih sama, namun kini tampak lebih chic berkat empat pilihan warna baru, yaitu silver, coklat, pink dan oranye. Di saat yang sama, Lumix GF8 turut mengemas tombol shutter kedua yang berada di sebelah kiri, yang berarti Anda bebas mengambil selfie menggunakan tangan kanan atau kiri.

Sebagai kamera selfie sejati, tentu saja LCD-nya dapat diputar hingga 180 derajat menghadap ke depan. Saat layar sentuh 3 inci ini diputar, kamera akan mengaktifkan mode Self Shot secara otomatis. Dalam mode ini, pengguna bisa mengaplikasikan sederet fitur untuk menyempurnakan hasil selfie, seperti misalnya Soft Skin, Defocusing dan bahkan efek Slimming – pastinya akan terdengar sangat menggiurkan di telinga konsumen perempuan.

Lebih lanjut, GF8 juga dibekali fitur Beauty Retouch untuk memoles penampilan wajah pengguna menjadi lebih atraktif lagi, mulai dari membersihkan tekstur kulit, memutihkan gigi atau memberi makeup tertentu pada wajah. Dipadukan dengan efek Slimming tadi, tentunya GF8 akan semakin menarik perhatian konsumen perempuan.

Panasonic Lumix GF8

Konektivitas Wi-Fi bisa dipastikan ikut tersedia di sini. Panasonic bahkan tak segan memberikan bonus penyimpanan 100 GB di Google Drive bagi para konsumen. Bonus ini valid selama dua tahun sejak pertama kali diaktifkan.

Panasonic belum mengungkapkan harga dan ketersediaan Lumix GF8, namun kemungkinan besar tidak jauh berbeda dari GF7 yang dihargai $599 pada saat dirilis. Kalau melihat gambarnya, kemungkinan besar lensa kit yang disertakan juga sama, yakni 12 – 32 mm f/3.5-5.6.

Sumber: DPReview.

Canon Umumkan Kamera DSLR Tercanggihnya, 1D X Mark II

Meski dewasa ini sudah semakin banyak orang yang percaya dengan kamera mirrorless, Canon ingin membuktikan bahwa masih ada keistimewaan yang bisa ditawarkan sebuah DSLR. Untuk itu, pabrikan asal Jepang tersebut mengungkap generasi terbaru DSLR unggulannya, Canon 1D X Mark II.

Canon menilai kamera ini sebagai kombinasi menakjubkan antara inovasi dan penyempurnaan, mengandalkan tenaga dan kecepatan di atas segalanya. Di balik bodinya yang begitu bongsor, Canon telah menanamkan sensor full-frame baru beresolusi 20,2 megapixel. Sensor ini amat sensitif terhadap cahaya, dengan rentang ISO 100 – 51.200 (bisa ditingkatkan lagi sampai 409.600).

Sensor baru tersebut ditemani oleh sepasang prosesor DIGIC 6+ yang bertanggung jawab atas kegesitan kamera. Tidak main-main, 1DX Mark II dapat menjepret foto tanpa henti dengan kecepatan hingga 14 fps dalam posisi autofocus menyala. Kalau itu masih kurang cepat, ada opsi memotret dalam kecepatan 16 fps dengan posisi titik fokus dan exposure tetap.

Lalu bagaimana dengan kinerja autofocus-nya, mengingat seri 1D memang sangat dikenal akan kemampuannya membekukan objek yang bergerak dalam kecepatan tinggi? Well, di sini 1D X Mark II masih mengemas 61 titik fokus, akan tetapi area yang terjangkau kini lebih besar, sehingga kinerjanya pun bisa lebih fleksibel.

Canon 1D X Mark II

Beralih ke sektor video, 1D X Mark II sudah dilengkapi kemampuan merekam video 4K dalam kecepatan 60 fps. Lebih istimewa lagi, kamera ini sanggup merekam video dalam durasi yang amat panjang – sampai sekitar 30 menit sekaligus. Anda suka slow-motion? Kamera ini siap merekam video full-HD dalam kecepatan 120 fps.

Namun yang sangat menarik adalah fitur baru bernama Digital Lens Optimizer. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan 1D X Mark II untuk mengenali kelemahan lensa-lensa tertentu yang dipasangkan, lalu memperbaikinya secara real-time.

Kelemahan lensa yang dimaksud adalah chromatic aberration, distorsi dan blur saat menggunakan aperture kecil. Biasanya, para fotografer akan membetulkan kekurangan-kekurangan ini pasca pemotretan dengan bantuan software. Tapi dalam kasus 1D X Mark II, langkah ekstra tersebut bisa dilewatkan.

Canon 1D X Mark II

Fisik 1DX Mark II tidak banyak berubah dibanding pendahulunya. Kendati demikian, LCD 3,2 incinya kini dibekali panel sentuh, memungkinkan pengguna untuk mengatur titik fokus hanya dengan menyentuh bagian layar. Resolusinya pun juga lebih tinggi di angka 1,62 juta dot.

Bodi besar ini juga berdampak pada baterai yang lebih tahan lama. 1D X Mark II bisa digunakan untuk menjepret hingga 1.210 foto sebelum baterainya perlu diisi ulang. Sebagai pelengkap, Canon juga telah membekalinya dengan modul GPS.

Canon berencana memasarkan kamera DSLR kelas profesionalnya ini mulai April mendatang dengan harga $5.999, belum termasuk lensa sama sekali.

Sumber: PetaPixel.