Enam Tim Berhasil Lolos dari Free Fire Master League 2020

Free Fire Master League (FFML) telah selesai diselenggarakan. Setelah satu bulan pertandingan berjalan (14 Januari 2020 – 14 Februari 2020) dengan format liga, akhirnya terpilih sudah 6 tim yang akan melanjutkan perjuangan ke strata selanjutnya, yaitu Free Fire Indonesia Masters. Menyandang status sebagai liga kasta utama Free Fire Indonesia, FFML diikuti oleh 22 organisasi esports di Indonesia dan 24 tim peserta.

Free Fire Master League sendiri diumumkan pertengahan Januari 2020 kemarin. Kompetisi ini menjadi percobaan Garena Indonesia menggunakan format liga sekaligus franchise model untuk ekosistem esports Free Fire.

Setelah pertandingan yang sengit, enam tim yang berhasil lolos ke babak selanjutnya adalah Rosugo Esports, RRQ Hades, AURA Esports, EVOS Esports, Bigetron Magix, dan ONIC Olympus. Enam tim ini bertarung dengan sangat apik, namun satu aksi paling memukau datang dari tim EVOS Esports.

Pemain kunci dari tim tersebut adalah SAM.13. Pada ronde pertama dan kedua, pemain ini masih terlihat belum menarik perhatian. Saat ronde ketika, ia mulai terlihat menccolok setelah berhasil menyumbang 5 kill dari 19 kill yang didapatkan oleh EVOS Esports. Puncaknya adalah ketika ia seorang diri berhasil mendapatkan 10 kill seraya membawa sang harimau biru mendapatkan Booyah di ronde ke empat.

Dengan ini, maka berikut perolehan poin terakhir dari enam tim yang berhasil lolos ke Free Fire Indonesia Masters 2020.

  • Rosugo Esports (Pot A) 70 poin
  • RRQ Hades (Pot B) 76 poin
  • Aura Esports (Pot C) 67 poin
  • EVOS Esports (Pot D) poin 91
  • Bigetron Magix (Pot E) poin 79
  • ONIC Olympus (Pot F) poin 82

Dengan total hadiah sebesar Rp1,2 miliar, enam tim tersebut masing-masing menerima hadiah sebesar Rp200 juta dan akan melaju ke Free Fire Indonesia Masters 2020 Spring (FFIM 2020); yang gelaran puncaknya akan diselenggarakan pada 14 – 15 Maret 2020 mendatang.

Walaupun FFML adalah liga kasta utama di skena kompetitif Free Fire, namun FFIM 2020 sendiri merupakan puncak dari struktur skena kompetitif Free Fire di Indonesia. Tak hanya mendapatkan tahta sebagai tim Free Fire terbaik di Indonesia, memenangkan FFIM juga memberi kesempatan kepada tim untuk melaju ke pertandingan internasional Free Fire Champions Cup yang diselenggarakan di Jakarta pada April 2020 mendatang.

Selamat bagi keenam tim! Semoga sukses di gelaran FFIM 2020 dan bisa menorehkan raihan positif di gelaran internasional Free Fire Champions Cup 2020!

Free Fire Champions Cup 2020 Akan Diadakan di Indonesia

Esports dan pariwisata mungkin menjadi satu topik yang sedang jadi pembicaraan belakangan ini. Seiring membesarnya ekosistem ini, esports lama-lama juga turut memberikan dampak ekonomi yang berarti kepada daerah yang menjadi tempat diadakannya acara. Sudah ada beberapa contoh akan hal ini, seperti gelaran Rainbow Six Raleigh Major atau League of Legends Championship Series, yang keduanya memberi dampak ekonomi mencapai puluhan miliar rupiah.

Hal ini juga tidak hanya terjadi pada konteks internasional saja. Pada konteks lokal Indonesia, baru-baru ini negara kita ternyata terpilih menjadi tuan rumah gelaran Free Fire Champions Cup 2020 (FFCC). Hal ini diumumkan lewat sebuah gelaran konfrensi pers yang dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio dan Sektretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga, Gatot S.  Dewa Broto sore tadi (Senin, 10 Februari 2020) di kompleks Gelora Bung Karno.

Sumber: Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Hybrid – Akbar Priono

Sebelumnya bernama Free Fire World Cup, gelaran Free Fire Champions Cup akan bergulir di Jakarta pada 19 April 2020 mendatang. Merupakan kompetisi tingkat internasional, FFCC 2020 akan diikuti 12 tim yang berasal dari empat benua, yaitu Asia, Amerika Serikat, Eropa, dan Afrika. Kompetisi ini akan memperebutkan total hadiah sebesar Rp8,18 miliar.

Pemilihan Indonesia sebagai tuan rumah sendiri terjadi setelah melewati proses seleksi yang cukup panjang. Indonesia harus berebut gelar tuan rumah bersama beberapa negara yang juga punya pasar Free Fire yang besar, seperti Thailand, Vietnam, ataupun Brazil.

“Indonesia sendiri terpilih setelah melalui proses seleksi. Dua faktor yang menjadi pertimbangan sendiri adalah dari sisi market, apakah negara tuan rumah tersebut merupakan negara dengan jumlah pemain Free Fire yang banyak. Kedua adalah dari sisi prestasi secara esports. Indonesia memenuhi dua faktor tersebut sebagai negara dengan jumlah pemain Free Fire yang banyak, dan punya prestasi lewat kemenangan EVOS Esports di Free Fire World Cup 2019 lalu.” ucap Hans Kurniadi Saleh, Direktur Garena Indonesia.

Sumber: Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Hybrid – Akbar Priono

Tim yang menjadi wakil Indonesia dalam gelaran FFCC 2020 sendiri akan disaring lewat struktur kompetisi nasional yang sebelumnya sudah sempat diumumkan pada kesempatan sebelumnya. “Setelah melalui FF Master League dan FF Indonesia Masters, nantinya akan dipilih satu atau maksimal dua tim Indonesia yang akan melaju ke FFCC 2020.” Hans menjelaskan.

Esports dan Pariwisata Untuk Indonesia

Melihat kehadiran Wishnutama sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam konfrensi pers ini, memunculkan rasa penasaran soal anggapan pemerintah terhadap esports dan pariwisata di Indonesia, atau mungkin sesuatu yang bisa disebut sebagai esports tourism. Apalagi, di luar negeri, esports tourism belakangan sedang menjadi perbincangan dan dianggap sebagai potensi ekonomi baru bagi negara.

Pada kesempatan ini Wishnutama memberikan sedikit pandangannya terkait topik yang satu ini. Satu hal yang pasti, ia tidak menampik soal potensi ekonomi dari esports itu sendiri. Apalagi melihat esports yang kini sudah semakin berkembang, sehingga pemerintah hanya cukup memberi dukungan saja ke depannya.

“Sebelumnya juga sudah ada instruksi dari Pak Presiden, untuk terus mendorong perkembangan sports tourism di Indonesia. Maka dari itu, gelaran seperti FFCC ini juga bisa menjadi salah satu cara untuk menunjukkan daya tarik indonesia di mata internasional. Maka dari itu, saya sebelumnya mengingatkan kepada pihak penyelenggara agar FFCC ini kualitasnya tidak sama dengan apa yang diadakan di Brazil atau Thailand, harus lebih baik.” ucapnya saat membahas FFCC dari sudut pandang Kementrian PAREKRAF.” ucap Wishnutama.

Sumber: Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Hybrid – Akbar Priono

Membahas aspek pariwisata dari gelaran esports, Wishnutama lalu melanjutkan pendapatnya. “Kalau pada olahraga lain, misalnya balap sepeda, memang yang jadi nilai jual adalah keindahan alam Indonesia. Tapi kalau bicara soal esports sebagai pariwisata, yang jadi nilai jual adalah cara penyelenggaraan dan experience yang diberikan kepada para pengunjung.”

“Maka dari itu suatu event jangan pernah dianggap sebagai hal yang sederhana. Harus diselenggarakan secara professional. Kita ambil saja contoh Coachella atau Tommorowland. Kalau dilihat secara awam, itu acara apa sih? Cuma duduk-duduk di rumput, atau duduk-duduk di pasir. Tetapi karena gelaran itu diselenggarakan dengan baik, memberi nilai hiburan, dan experience yang berkesan kepada pengunjung, tak heran jika gelaran tersebut jadi memberi nilai jual pariwisata juga.” tutupnya memberi pendapat soal esports tourism.

Seiring dengan berkembangnya esports mobile, Indonesia jadi salah satu negara cukup dilirik. Apalagi secara prestasi, Indonesia di skena esports mobile juga bersinar lewat beberapa kemenangan, seperti Bigetron di gelaran PMCO, EVOS di FFWC 2019 atau EVOS MLBB di M1 World Championship. Melihat hal ini, mari kita doakan agar esports bisa terus berkembang dan memberi dampak positif bagi masyarakat di Indonesia.

SEACA 2019 Ingin Menjadi Gerbang Pemain Amatir Untuk Menjadi Profesional

Tanggal 8 November 2019 telah menjadi momen pembukaan dari salah satu gelaran esports terbesar di Indonesia, Southeast Asia Cyber Arena. Para peserta dari berbagai daerah di Indonesia datang untuk berkompetisi dan beradu gengsi mulai dari 8 sampai 10 November 2019 di Kartika Expo, Balai Kartini, Jakarta.

Mengusung sistem kompetisi terbuka, kompetisi ini berhasil menjaring 10.000 tim peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Semua peserta memberikan usaha terbaiknya demi mendapat tempatnya bertanding di Grand Final UniPin SEACA 2019. Kualifikasi dibagi jadi dua bagian kualifikasi, yang dimulai sejak April 2019 lalu. Untuk kualifikasi Indonesia ada UniPin Indomaret Championship dan UniPin City League. Begitu juga dengan kualifikas tingkat Asia Tenggara yang dibagi menjadi, Unipin KK Mart Championship (UKK Championship yang diselenggarakan di Malaysia dan UniPin SEACA 2019 Phillippine Qualifer.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Setelah pertandingan demi pertandingan berlangsung, kini tersisa 464 peserta saja, yang terbaik ke dalam 66 tim. Total peserta tersebut bertanding terbagi ke dalam 3 cabang game yang dipertandingkan oleh SEACA 2019, yaitu Dota 2, Free Fire, dan PUBG Mobile. Mereka akan memberikan jerih payah terbaiknya untuk memperebutkan total hadiah sebesar Rp2,4 Miliar.

Advokasi Sistem Terbuka dan SEACA 2019 Sebagai Wadah Berkompetisi Amatir/Semi-Pro

Sebelum ini, Hybrid sudah sempat membahas soal sistem liga kompetisi yang umum digunakan di dunia olahraga. Dua sistem ini adalah sistem kompetisi tertutup atau dikenal juga sebagai franchise model, satu lagi sistem terbuka atau dikenal sebagai european sports system.

Keduanya punya kelebihannya masing-masing. Sistem tertutup mungkin lebih untung bagi pemodal besar, karena memastikan sustanability ekosistem bisnis suatu liga. Di Indonesia sistem ini pertama kali dicoba untuk MPL ID Season 4. Sementara sistem terbuka cenderung lebih menguntungkan komunitas, karena semua orang punya kesempatan yang sama untuk bertanding di panggung utama.

Ashadi Ang, CEO dan CoFounder UniPin menekankan bahwa dirinya ingin mendorong sistem kompetisi terbuka yang bisa memunculkan bibit-bibit unggul untuk ekosistem esports, lewat SEACA. “Kami ini menerbangkan juara-juara dari kotanya masing-masing ke Jakarta, dan mereka yang kami terbangkan tersebut adalah pemain tingkat amatir atau semi-pro. Lewat SEACA para pemain jadi bisa menunjukkan bakatnya, dan harapannya mereka nantinya bisa direkrut oleh organisasi esports profesional.”

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Saat diwawancarai dalam sesi doorstop oleh awak Media, Ashadi juga mengemukakan sedikit pendapatnya terhadap sistem kompetisi tertutup. “Balik lagi, visi saya adalah agar SEACA bisa menjadi wadah bagi pemain dari berbagai kalangan yang ingin menunjukkan bakatnya, dan membuat kompetisi ini sebagai gerbang menuju tingkat profesional. Contohnya seperti SEACA tahun lalu saat juara SEACA 2018 direkrut oleh tim profesional. Dari saya, SEACA tujuannya adalah untuk mencari bibit-bibit baru di ekosistem esports. Hal ini tentunya tidak mungkin dilakukan jika saya langsung meminta biaya investasi sebesar US$1 juta kepada para peserta. Tapi kalau soal sistem terbuka atau tertutup, nantinya mungkin tergantung dari regulasi PB (Pengurus Bersama) Esports saja. Saya sebagai swasta akan mengikuti regulasi yang ada nantinya.”

Satu kekhawatiran dari sistem kompetisi seperti SEACA mungkin adalah soal para pemain yang nantinya jadi terlalu cepat matang atau ibarat matang dikarbit.  Namun demikian, inisiatif seperti tetap menjadi salah satu yang dibutuhkan, sebagai wadah putra daerah untuk unjuk kemampuan mereka di tingkat nasional.

Grand Final First Warriors Menjadi Puncak Ajang Pencarian Bakat Esports

Setelah dua bulan kualifikasi First Warriors diselenggarakan, akhir pekan lalu (27 Oktober 2019) menjadi puncak dari ajang pencarian bakat esports yang dibesut oleh First Media. Main Atrium Mall Taman Anggrek, Jakarta, menjadi saksi terpilihnya 8 pemain untuk dikontrak eksklusif ke dalam tim First Raiders, tim esports milik First Media.

Kualifikasi First Warriors sendiri diadakan di enam kota besar di Indonesia, yaitu Medan, Surabaya, Bandung, Batam dan Semarang (online) dan Jabodetabek. Dari kualifikasi, terpilih 48 peserta terbaik yang akan bertanding di gelaran Grand Final.

Masing-masing peserta sendiri datang sebagai individu, lalu mereka disatukan ke dalam satu tim yang sudah dipersiapkan, dan dikarantina agar mampu bersinergi dengan baik. Bertempatkan di Aryaduta Hotel, Lippo Village Karawaci, para peserta digembleng mulai dari 12-26 Oktober 2019, oleh sosok-sosok ternama di ekosistem esports tanah air.

Sumber: First Media Official Release
Sumber: First Media Official Release

Mereka yang turut melatih para peserta tersebut adalah,  Richard Permana (CEO NXL eSports), Eddy Lim (Ketua Umum IESPA), Ghea Amalia Arpandy (Psikolog), Wijaya Nugroho (Garena Indonesia), dan Joey Siagian (Former Vice President EVOS eSports). Selain dari nama-nama tersebut, para pemain juga mendapat bimbingan dari para juri dan mentor yaitu: Kapten Liong (YouTuber & Content Creator), Meri Olivia (Garena Free Fire Gaming Video Creator), Skyla (Caster & Coach Professional Team), dan duo Kulgar (Gaming Developer & Content Creator Free Fire).

Pada kompetisi Grand Final First Warriors, 48 peserta yang dibagi menjadi 12 tim, kembali bersaing demi mewujudkan mimpi menjadi pemain profesional. Pertarungan berjalan sengit, karena pertaruhan kompetisi sangatlah besar. Bagaimana tidak, ada total hadiah senilai Rp1,3 miliar dan satu unit mobil Renault KWID Climber bagi peraih predikat Most Valuable Player, dan kontrak eksklusif tim First Raiders. Ditambah lagi, dari 12 tim yang saling berkompetisi, hanya 2 tim yang terpilih untuk menjadi bagian dari First Raiders.

Setelah kompetisi yang panjang, berikut para juara-juara dari gelaran final First Warriors:

Sumber: First Media Official Release
Sumber: First Media Official Release

Catastrophe (Champion)

  • Falih “FORGETYU” Hibatullah – Bandung
  • Muhammad “BOAMKZ” Haerul – Batam
  • Moh “AchilGMG” Rifa’i – Batam
  • Ahmad “8BallPBM” Iqbal – Batam

Epic Warriors (Runner Up 1)

  • Jaya “TangCity.Man” Putra – Jabodetabek
  • Arief “TJSImBOT” Virgiawan – Bandung
  • Rizqi “ANT.ArizSMART” Safaraz – Medan
  • Muhammad “StarKill” Akbar – Medan

Kulgar Diamond (Runner Up 2)

  • Aulia “JEND.NJ” Syahrul – Surabaya
  • Tuhusetia “BGL.Legend” Mahadhika – Semarang
  • Walian “DsID.DarkLwx” Mursidan – Jabodetabek
  • Said “DsID.DarkLᴡx” Khairiza – Medan

Miracle (Runner Up 3)

  • Nuruzzahri “NEWREY” – Medan
  • Ridhwan “XBRUTALX” Alaudin – Bandung
  • Dani “MRCL.Dnh” Hermawan – Bandung
  • Suriadi “SΕS.Mr.LANG” – Batam

Dari jajaran juara tersebut, nama Moh “AchilGMG” Rifa’i asal Batam terpilih untuk menerima gelar Most Valuable Player. Rifa’i berhak mendapatkan hadiah berupa Renault KWID Climber, yang juga merupakan sponsor utama dari ajang First Warriors.

Sumber: First Media Official Release
Kiri ke kanan, Melissa Kusuma, Head of Business Development First Media, Marlo Budiman, Presiden Direktur & CEO First Media bersama dengan Ferliana Suminto, Content & eSports Director First Media. Sumber: First Media Official Release

Selesainya gelaran First Warriors tentu menjadi awal karir bagi tim juara dan runner-up 1 di kancah kompetisi Free Fire. Terkait hal ini, Marlo Budiman, Presiden Direktur & CEO PT Link Net Tbk mengatakan. “Kami berharap para pemenang Grand Final First Warriors yang secara resmi akan bergabung sebagai First Raiders, mampu mengharumkan nama Indonesia di berbagai kompetisi lokal hingga internasional.”

“Tidak berhenti sampai di sini, kami mau menjadi penggerak ekosistem esports di tanah air dengan terus mencari talenta berbakat lainnya. Maka dari itu kami akan menyelenggarakan First Warriors Season 2 yang akan hadir tahun depan. Tentunya kompetisi ini akan hadir dengan kualitas yang lebih baik dan menjangkau lebih luas ke berbagai kota lain di Indonesia, seiring dengan ekspansi jaringan yang kami lakukan.” lanjut Marlo.

Selamat bagi para pemenang! Semoga bisa memberikan yang terbaik di kancah esports Free Fire baik lokal maupun internasional!

Kualifikasi Piala Presiden Esports 2020 Regional Thailand Temukan Illuminate dan EVOS MG Sebagai Wakil

19 Oktober 2019 kemarin, menjadi ajang penentuan wakil Thailand untuk Piala Presiden Esports 2020. Dua belas tim bertanding, beradu kemampuan dan ketangkasan selama tujuh ronde, demi memperebutkan 2 slot untuk dapat bertanding di Piala Presden Esports 2020. Akhirnya, setelah kualifikasi cukup panjang, Illuminate Slow Twok (Illuminate) dan EVOS Memorial Gamer (EVOS MG) menjadi dua wakil Thailand untuk Piala Presiden Esports 2020.

Adapun dua bleas tim yang berpartisipasi dalam kualifikasi regional Thailand adalah: EVOS Insight, EVOS Memorial Gamer , Expension, Illuminate Slow Twok, Lynx Freedom, King of Gamer Sniper, NEX Shin Apollo SPY, Nonnoy 100% Esports, Pinto Nakbon, RRQ Sumpawaysi, Wisdom Esport, dan Xavier E-Sports.

Kualifikasi ini berjalan dengan cukup ketat. Tidak ada satupun tim yang berhasil mendapatkan dua kali Booyah selama tujuh ronde pertandingan tersebut. Illuminate yang menempati peringkat teratas dengen perolehan 84 poin sekalipun, hanya mendapat Booyah satu kali saja. Namun, permainan mereka cukup konsisten, yang menjadi alasan Illuminate berhasil mengamankan peringkat teratas.

Sumber: PR Megapro
Total perolehan poin setelah 7 ronde di kualifikasi Piala Presiden Esports 2020 regional Thailand. Sumber: PR Megapro

Sementara itu, EVOS MG meraih 73 poin selama kualifikasi ini. Mereka sebenarnya punya kesempatan untuk merebut posisi puncak klasemen dari tangan Illuminate. Sayang, harapan mereka harus pupus setelah gugur terlalu dini di ronde ketujuh.

Menariknya tak hanya EVOS MG yang luput pada ronde ketujuh, Illuminate ternyata juga mengalami nasib serupa. Situasi ini membuka peluang bagi Wisdom Esport dan RRQ Sumpawaysi, yang ketika itu mengisi peringkat tiga dan empat. Namun, keduanya ternyata juga mengalami nasib buruk pada ronde tersebut.

Wisdom menjadi tim keempat yang pulang ke Lobby, sementara RRQ Sumpawaysi gagal meraih Booyah yang sudah hampir berada di genggamanannya. Nonnoy 100% Esports, yang berada di papan bawah ketika itu, malah secara mengejutkan menyodok, melibas kedua tim tersebut, dan mendapat Booyah pada ronde ketujuh.

Sumber: Youtube IESPL_ID
Booyah tim Nonnoy 100% Esports yang tidak terduga di ronde tujuh. Sumber: Youtube IESPL_ID

Dengan ini, maka sudah ada tiga tim yang lolos ke Grand Final Piala Presiden Esports 2020. Selain dari EVOS MG dan Illuminate yang lolos dari kualifikasi Thailand, Dranix Esports selaku juara Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2 juga secara otomatis mendapat tempat untuk bertanding di Grand Final Piala Presiden Esports 2020.

Setelah Thailand, kualifikasi selanjutnya adalah untuk regional Vietnam. Kualifikasi tersebut akan berjalan dengan format yang kurang lebih sama, 12 tim, 7 ronde, dan 2 slot tim untuk menuju ke Grand Final Piala Presiden Esports 2020.

Untuk menonton rekaman kualifikasi Piala Presiden Esports 2020 regional Thailand, Anda dapat pergi ke channel Youtube IESPL_ID. Kira-kira, siapakah tim berikutnya yang berhak bertanding Piala Presiden Esports 2020?

BOOM Cerberus Menangkan Metaco Circuit Cup Season 2

BOOM Cerberus keluar sebagai juara dari Metaco Circuit Cup Season 2. Pertandingan final diadakan di Ligagame Esports Arena pada Sabtu, 19 Oktober 2019. Dalam babak final, BOOM harus bertanding dengan 11 tim lain yang lolos babak kualifikasi. Metaco Circuit Cup menggunakan format terbuka, Itu artinya, semua tim — mulai dari amatir, semi-pro, sampai profesional — dapat ikut serta dalam babak kualifikasi. Dari sekitar 2000 tim yang tertarik, terpilih 192 tim untuk bertanding dalam 4 babak kualifikasi. Dalam setiap babak kualifikasi, ada tiga tim yang lolos untuk bertanding di babak final. Sehingga pada pertandingan final, akan ada 12 tim yang bertanding. Dua belas tim tersebut antara lain BOOM Cerberus, Armored Project Kraken, Team NXL, RRQ Hades, RRQ Poseidon, Onic Olympus, Onic Valhalla, BDRX Oxygen, Bigetron Ult, WAW MXM, The Prime Esports, dan Rone Maximum.

Di babak final, dua belas tim finalis harus bertanding dengan satu sama lain dalam lima ronde. Dalam pertandingan pertama, Bigetron berhasil mendominasi dan mendapatkan Booyah. Sementara BOOM harus puas dengan posisi ke-5. Tim BOOM baru berhasil mendapatkan Booyah pada ronde kedua. Pada ronde ke-3 dan ke-4, performa BOOM kembali turun. Mereka harus puas dengan posisi ke-7 dan poin 100 pada ronde ke-3. Ronde ketiga dimenangkan oleh BDRX Oxygen yang mendapatkan nilai total 360. Pada ronde ke-4, performa BOOM kembali membaik. Walau tidak mendapatkan Booyah, mereka berhasil mendapatkan skor 200. Ronde ke-4 dimenangkan oleh The Prime Esports yang mendapatkan poin 480.

Perolehan nilai Metaco Circuit Cup | Sumber: Dokumentasi Hybrid
Perolehan nilai Metaco Circuit Cup | Sumber: Dokumentasi Hybrid

BOOM berhasil kembali menguasai pertandingan pada ronde ke-5. Mereka mendapatkan Booyah dan mendapatkan skor 500. Dengan total nilai 1380, BOOM Cerberus keluar sebagai juara dari Metaco Circuit Cup Season 2. Posisi kedua diduduki oleh Onic Valhalla dengan nilai 1145 dan posisi ketiga didapatkan oleh Onic Olympus dengan nilai 1075. Menariknya, kedua tim Onic tak pernah sekalipun mendapatkan Booyah. Meskipun begitu, selama lima ronde, kedua tim tersebut berhasil memberikan performa yang stabil, memungkinkan mereka untuk mengumpulkan skor tinggi pada akhir pertandingan.

Saat diwawancara setelah pertandingan, anggota tim BOOM Cerberus mengaku baru merasa percaya diri akan bisa memenangkan turnamen pada ronde terakhir. Mereka merasa, semua tim yang harus mereka hadapi kali ini adalah musuh berat. Karena itu, mereka memutuskan untuk tidak menargetkan tim tertentu selama pertandingan. Sebagai gantinya, mereka akan menyerang semua tim yang mereka temui. Bermain sabar dan disiplin, itu strategi yang mereka gunakan. Meskipun begitu, Mereka bercerita, emosi salah satu anggotanya, Angga “Whynot” Dwi Subadjo sempat meninggi. Untungnya, Deyo “Weezer” Satria Ariga berhasil menenangkan. Pada akhir pertandingan, Whynot bahkan dinobatkan sebagai MVP. Selain Whynot dan Weezer, Mohammad “GunZ” Juliantoro dan Akmar “Mystic“ melengkapi roster BOOM Cerberus.

Saat ditanya soal persiapan menjelang turnamen, GunZ berkata, “Dua minggu, kita latihan rutin. Dari Senin sampai Jumat, dari jam dua siang sampai ponsel lowbat.” Whynot menambahkan, bahwa mereka kembali berlatih pada malam hari. Sebagai bagian dari latihan, dia mengatakan, mereka berusaha untuk mencari tahu tentang kesalahan dan kekurangan dari gameplay mereka. Pada akhirnya, latihan dan kerja keras mereka berbuah manis. Selamat bagi tim BOOM Cerberus, yang berhasil menyabet gelar juara di Metaco Circuit Cup Season 2.

Disclosure: Hybrid adalah media partner Metaco Circuit Cup

ManggisKun Bicara Soal Free Fire Indonesia Masters dan Fenomena Star Syndrome

Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2 telah selesai digelar. Tim Dranix Esports berhasil menjadi juara, setelah 7 ronde pertarungan pada map Bermuda dan Purgatory. Di tengah euforia selebrasi kemenangan Dranix Esports, saya menemui Muhammad Darmawan, shoutcaster Free Fire yang lebih dikenal dengan nama ManggisKun oleh komunitas.

Dalam perbincangan singkat tersebut, kami membahas soal kemenangan Dranix Esports di Free Fire Indonesia Master, serta fenomena star syndrome yang pasalnya menjangkiti para pemain Free Fire Indonesia. Berikut hasil perbincangan saya dengan Muhammad “ManggisKun” Darmawan.

Akbar (A): Halo bro ManggisKun, boleh perkenalan terlebih dahulu mungkin.

ManggisKun (M): Halo semua, nama gue Muhammad Darmawan, biasa dipanggil ManggisKun. Gue adalah shoutcaster Free Fire.

A : Oke, pertanyaan pertama nih, menurut lo sendiri, apa sih faktor kemenangan Dranix Esports di Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2?

M : Memang menurut gue karena gameplay Dranix Esports selalu konsisten. Ini dimulai sejak dari ESL Jagoan Series tempo hari. Mereka bahkan sempat mengamankan kill lebih dari 15 kill di dalam satu ronde. Hal itu membuktikan bahwa mental kompetisi mereka sudah terbentuk dari awal.

Di Grand Final FFIM 2019 Season 2, jadi lebih gila lagi. Mereka dapat Booyah 3 kali, walau sempat too soon, tapi poin mereka tetap sulit dikejar. Ini karena mereka bermain tanpa ragu, jadi kalau Booyah, mereka juga memastikan untuk dapat kill yang sangat banyak.

Hal itu berhasil mereka pertahankan sejak dari ESL Jagoan Series tempo hari, yang membuat mereka jadi juara di Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2.

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

A: Bicara soal scene kompetisi Free Fire, kita melihat fenomena tim yang sebelumnya juara, malah jadi ciut di kompetisi berikutnya. Apa sih penyebab hal tersebut?

M: Mungkin sedikit kasar sih ya….menurut gue, mereka terlalu fokus untuk kejar pamor. Akhirnya fokus untuk latihan hilang, lalu mereka terlalu mengejar exposure dan cuma ingin terkenal aja. Jadi mereka sudah di atas, lupa fokusnya di mana, dan malah tidak mengejar kewajiban utama mereka (sebagai pro player).

Menurut gue ini faktor utama yang membuat tim-tim juara jadi jatuh. Hal ini, bukan masalah mereka saja, tapi juga jadi hal yang perlu kita atasi bersama. Ini tentunya juga jadi PR buat teman-teman survivor yang ingin jadi seperti Dranix Esports. Karena tanpa juara, pemain itu bukan siapa-siapa. Sudah jadi juara pun, kita tetap bukan siapa-siapa jika tidak bisa mempertahankannya.

A: Bicara soal Dranix, menurut lo apakah mereka akan terjebak di siklus yang sama seperti EVOS Capital atau tim Island of Gods?

M: Menurut pendapat gue, jika melihat anak-anaknya, harusnya nggak sih. Empat orang ini adalah tipikal orang yang tidak suka bermain media sosial, dan memang pekerja keras di kancah Free Fire.

Gue beberapa kali main bareng sama mereka, knowledge in-game mereka sangat baik sekali. Bahkan kadang-kadang pengetahuan gue bisa kalah jika dibanding mereka. Jadi menurut gue mereka itu pemain dengan kualitas paket lengkap.

A: Lalu menurut ManggisKun, bagaimana potensi Dranix Esports untuk Free Fire World Series 2019 nanti?

M: Kalau menurut gue pribadi, selama mereka masih bisa konsisten dengan performanya seperti di FFIM 2019 Season 2 ini, harusnya itu bakal jadi gampang banget buat mereka.

A: Terima kasih banyak ManggisKun atas waktunya

M: Sama-sama, terima kasih juga atas wawancaranya.

Soal star syndrome mungkin memang jadi salah satu masalah yang cukup menggerogoti scene esports. Hybrid juga sempat membicarakan ini dalam topik regenerasi di ekosistem esports. Mungkin karena pelakunya yang memang masih belum dewasa, baik secara usia ataupun mental. Tapi apa yang saya setuju dengan ManggisKun adalah, bahwa masalah ini adalah sesuatu yang perlu kita selesaikan bersama.

 

Juarai Dunia Games Golden Ticket, RRQ.Hades Siap Melaju ke Free Fire Indonesia Masters

Sabtu, 28 September 2019, Tennis Indoor Senayan menjadi saksi ketangguhan tim RRQ.Hades di kancah Free Fire. Merupakan babak final ajang Dunia Games Golden Ticket, tim yang dipimpin Richard “Legaeloth” William Manurung berhasil jadi juara, walau cuma satu kali saja mendapatkan Booyah!.

Pertandingan ini terdiri dari 7 ronde, dengan 12 tim yang bertarung dengan sambil menjaga permainan mereka tetap stabil agar dapat menjadi juara. Menariknya, dari 7 ronde tersebut, malah Bigetron Academy dan Star8 Esports yang cukup rajin memenangkan ronde.

Tercatat, Bigetron Academy dan Star8 Esports masing-masing berhasil mendapatkan Booyah! sebanyak dua kali. Bigetron Academy mengamankan Booyah! pada ronde 3 dan ronde 7. Sementara Star8 Esports memenangkan ronde 2 dan juga ronde 4.

Booyah dari Bigetron Academy sayangnya tidak membawa kemenangan kepada tim ini. Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Booyah dari Bigetron Academy sayangnya tidak membawa kemenangan kepada tim ini. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sementara itu, tim yang menjadi favorit penonton, AURA NESC, malah terbilang cukup ketinggalan di dalam kompetisi ini. Berkali-kali mereka hampir mendapatkan Booyah!, pada ronde 3 salah satunya. Namun sayang ketika itu kesempatan mereka digagalkan oleh Bigetron Academy.

Ditambah lagi, permainan AURA NESC juga cukup inkonsisten di ronde-ronde lainnya. Ronde 7, ronde terakhir, jadi contoh nyata hal tersebut. Ketika itu, AURA NESC masih punya sedikit kesempatan terpaksa tereliminasi dengan cukup dini, karena permainan mereka yang terlalu sembrono. Terjebak di ladang terbuka, mereka harus merelakan nyawa dan terbunuh oleh musuh yang sudah bersiaga.

Sementara tim Booyah! milik tim RRQ.Hades sendiri mereka amankan pada ronde 6. Ketika itu permainan terbilang sedang berjalan dengan cukup pasif karena banyak tim yang cenderung bertahan. Namun, RRQ.Hades memikirkan cara lain, mereka bergerak dari satu area ke area lain untuk mencari musuh-musuhnya. Strategi tersebut ternyata berhasil mereka berhasil mendapatkan banyak kill ditambah dengan bonus sebuah Booyah!

Masuk ronde terakhir, RRQ.Hades sebenarnya cukup berhasil mengulang strategi ini di ronde terakhir. Merekapun berhasil amankan kill yang cukup banyak, walau gagal dapat Booyah! Kegagalan RRQ.Hades di ronde ini terbilang cukup lucu, karena mereka terjebak di antara zona dan juga sebuah pagar pembatas. Ruang gerak mereka jadi terlalu sempit, yang langsung dimanfaatkan oleh tim lain yang melihat keadaan mereka.

RRQ.Hades Dalam DG Golden Ticket dan Menuju Free Fire Indonesia Masters

Kemenangan ini bisa dibilang menjadi awal bagi perjalanan RRQ.Hades. Kemenangan ini sekana memberi beban tambahan pada mereka, karena mereka harus mempersiapkan diri untuk bertanding di liga kasta utama Free Fire, yaitu Free Fire Indonesia Masters (FFIM). Sebelum membahas lebih lanjut soal hal tersebut, simak terlebih dahulu roster tim RRQ.Hades.

DG GT #1
Dari kiri ke kanan, Legaeloth, Fallenz, Lorddd, Yamil. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono
  • Richard “Legaeloth” William Manurung (Captain)
  • Syahadi “FallenZ” Putra
  • Agung “Lorddd” Hotami
  • Laode “Yamil” Purbin Yamil

Lebih lanjut membahas soal kemenangan di DG Golden Ticket dan proyeksi mereka menuju FFIM, kami mewawancara sang kapten, Richard “Legaleoth”.

Walau mereka berada di peringkat pertama, namun beda poin antara RRQ.Hades dengan peringkat 2, Star8 Esports, terbilang cukup tipis. “Memang mereka (Star8 Esports) adalah salah satu lawan yang berat. Mereka pintar menebak zona, punya aim tajam, dan juga sangat baik dalam positioning.” Ujar Richard.

Walau RRQ.Hades tidak selalu berada di peringkat pertama, namun mereka berhasil terus mempertahankan agar tetap di atas. Terkait ini, Richard mengatakan bahwa peran kawan-kawan dan juga coach. “Nggak lupa juga, kita mainnya lepas dan have fun supaya tidak terbebani.” Richard menambahkan.

“Kalau peran coach salah satunya yang cukup terasa adalah ia terus menyemangati kami ketika hasil tidak maksimal. Ia juga terus mengingatkan bahwa ini adalah jalan terakhir kami untuk dapat bertanding di FFIM dan juga mengingatkan soal latihan yang telah kami lakukan demi mempersiapkan hal ini.”. Richard mengatakan.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Setelah dari kompetisi ini, mereka akan bersiap bertanding di Free Fire Indonesia Masters. Terkait ini Richard juga menjawab soal rencananya. “Kita kemungkinan akan tetap mengikuti kompetisi lain. Tujuannya, selain menjadi juara, juga untuk menjaga performa tim kami.”

Terakhir,  menghadapi FFIM, Richard juga menceritakan soal proyeksi yang ia bayangkan. “Kalau bicara lawan-lawan di FFIM, pastinya akan sangat berat. Sebenarnya kami sebelumnya sudah sempat ikut kualifikasi, untuk masuk ke FFIM, tetapi gagal. Tapi nanti di FFIM kita akan berusaha semaksimal mungkin. Kalau kami latihan dengan konsisten, kami yakin akan dapat memenangkan kompetisi tersebut.” Richard  mengatakan kepada redaksi Hybrid.

Kemenangan ini memberikan RRQ.Hades hadiah berupa uang tunai sebesar Rp100 juta, dan juga kesempatan untuk bertanding di Free Fire Indonesia Masters. Mari kita beri dukungan terbaik agar tim RRQ Hades dapat memberikan permainan terbaiknya di Free Fire Indonesia Masters!

 

Grand Final Dunia Games Golden Ticket 2019 Ajang Pembuktian tim Free Fire se-Indonesia

Setelah perjalanan kualifikasi panjang di hampir seluruh wilayah Indonesia, Dunia Games Golden Ticket (DGGT) akhirnya sudah hampir mencapai puncaknya. Diselenggarakan di Tennis Indoor Senayan, tanggal 28 September 2019 mendatang akan menjawab pertanyaan, siapa tim Free Fire terbaik yang berhak untuk turut bertanding di Free Fire Indonesia Masters 2019.

Kualifikasi dari DG Golden Ticket sendiri mencakup beberapa area. Ada area 1 (Sumatera), area 2 (Jabodetabek Jabar), area 3 (Jawa, NusRa, Bali), dan area 4 (Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan). Dari masing-masing area, hanya tiga tim terbaik saja yang bisa berlanjut ke babak Grand Final DG Golden Ticket, yang berarti akan ada 12 tim yang bertanding di Tennis Indoor Senayan nantinya.

Sumber: Dunia Games Official Media
Sumber: Dunia Games Official Media

Dari 12 tim yang lolos ke Jakarta, ada beberapa nama organisasi yang sudah cukup disegani di peta persaingan esports Indonesia. Ada nama-nama seperti Bigetron Esports, AURA Esports, BOOM Esports, dan Star8 Esports. Menariknya, DG Golden Ticket sendiri mencoba hadir dengan tidak hanya sekadar menghadirkan kompetisi saja.

Selain dari kompetisi sengit dari tim-tim terbaik se-Indonesia, DG Golden Ticket juga menghadirkan beberapa konten sampingan yang tak kalah menarik. Salah satunya ada kehadiran para cosplayer ternama. Tak main-main, para cosplayer yang hadir termasuk nama-nama besar seperti Lola Zieta, Punipun, KameAam dan lain sebagainya.

Tak lupa, para shoutcaster papan atas juga turut memeriahkan acara ini. DG Golden Ticket sendiri akan menghadirkan para caster dan host yang mungkin sudah Anda cukup kenal seperti, Oh Baby, Mochalatte, Janitra, Manggiskun, Skyla, dan juga Adji “Sven”.

Sumber: Dunia Games Official Media
Sumber: Dunia Games Official Media

Terakhir, gelaran ini jadi semakin lengkap karena juga menghadirkan penampilan dari salah satu band Rock Alternatif ternama di Indonesia, NTRL (atau sebelumnya dikenal dengan nama Netral).

Bagi Anda yang ingin menyaksikan keseruan aksi pertandingan tim Free Fire terbaik di Indonesia, dan menikmati sajian hiburan yang lengkap di Grand Final DGGT 2019, Anda dapat langsung melakukan registrasi pada laman resmi Dunia Games.

Memperebutkan total hadiah Rp300 juta, hanya akan ada satu tim, yaitu sang juara, yang akan bertanding di gelaran Free Fire Indonesia Master 2019. Siapakah tim yang mampu membuktikan dirinya adalah yang terbaik dan mengambil kejayaan tersebut? Anda juga dapat menyaksikan aksi pertandingan para tim tersebut secara online lewat Youtube Channel Dunia Games.

 

Ajang First Warrior Coba Kombinasikan Esports Dengan Reality Show

PT Link Net lewat brand First Media mengumumkan program esports terbaru mereka yang bertajuk First Warriors. Dalam konfrensi pers yang diselenggarakan di Plaza Senayan, 22 Agustus 2019, First Warrior mengumumkan sebuah kompetisi esports dengan konsep baru yang segar.

Jadi, kompetisi First Warriors ini hadir dengan satu ekosistem tersendiri yang diciptakan oleh First Media. Juaranya akan direkrut dan dibina ke dalam tim yang bernama First Raiders, selain dari itu, proses seleksi ajang ini yang akan membuat kompetisi ini jadi menarik.

Sebelum lebih lanjut membahas soal keunikkannya, kualifikasi kompetisi ini dibagi menjadi dua jenis, kualifikasi offline dan online. Lebih lanjut, berikut timeline kualifikasi First Warriors:

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

– Medan, Sun Plaza, 15 September 2019.
– Surabaya, Galaxy Mall, 22 September 2019.
– Bandung, Istana Plaza, 29 September 2019
– Jakarta, Lippo Mall Puri, 6 Oktober 2019.

Sedangkan untuk kualifikasi online hanya ada 2 fase saja yaitu:

– Batam, 9-13 September 2019.
– Semarang, 19-20 September 2019.

Dalam kompetisi yang mempertandingkan Free Fire ini, akan ada 2 tim terbaik yang akan jadi bagian dari tim First Raiders. Pada prosesnya, dari 1500 peserta yang diharapkan, para pemain akan disaring sampai tersisa menjadi 48 pemain saja.

Dari 48 pemain disaring lagi menjadi 8 orang pemain yang jadi anggota tim First Raider. Proses penyaringan ini jadi menarik, yang mana mereka akan melewati proses karantina serta pelatihan selama 16 hari, dan prosesnya akan dibuat menjadi sebuah 13 episode reality show.

Esports dan Reality Show

Esports reality show ini adalah suatu konsep yang baru di Indonesia. Bahkan, First Warrior bisa dibilang adalah yang pertama membuat sebuah esports reality show. Mengingat dunia esports yang punya irisan dengan dunia entertainment akankah konsep ini bisa berhasil dan menjadi satu tontonan yang menarik bagi para gamers?

Mempertanyakan hal tersebut, ternyata konsep seperti ini sudah sempat coba dijalankan di beberapa negara. Sejauh ini, tercatat ada tiga negara yang mencoba melakukan strategi serupa, membuat konten esports reality show.

Ada The Next Gamer, esports reality show yang berceritakan tentang pencarian bakat pemain League of Legends di wilaya Australia dan Oseania. Berikutnya ada juga Gamerz sebuah esports reality show berasal dari Swedia yang berceritakan tentang pencarian bakat pemain CS:GO.

Terakhir ada God of Overwatch, satu program esports reality show yang digagas KBS, salah satu jaringan televisi besar di Korea Selatan, pada Maret 2019 lalu. Program ini bercerita tentang pencarian bakat pemain Overwatch di Korea Selatan, yang mana para pemain tersebut nantinya akan dipertandingkan dalam kompetisi profesional.

Menariknya Victor Indajang, Deputy CEO PT Link Net Tbk, mengatakan bahwa First Warriors justru lebih terinspirasi dari ajang pencarian bakat lokal yang berdasar dari dunia entertainment.

“Dalam penggarapan acara ini kita terinspirasi dari talent show di Indonesia seperti The Voice atau Indonesian Idol. Jadi ini kita berembuk bersama-sama dengan Yamisok, kenapa kita nggak coba bikin seperti ini, tapi untuk esports?” ujar Victor kepada Hybrid saat diwawancara pada gelaran konfrensi pers.

Akankah Esports Reality Show Menjadi Tren Konten di Industri Esports?

Kembali belajar dari apa yang sudah dilakukan di negara lain, ternyata ada satu kenyataan pahit yang harus diterima dari percobaan pembuatan esports reality show ini. Mengutip DotEsports, kedua reality show tersebut (Gamerz dan The Next Gamer) ternyata malah bermasalah.

Dikabarkan, pemain yang jadi peserta Gamerz tidak dibayar selama dia tampil di acara, sementara The Next Gamer hanya bertahan selama satu musim saja. Jika Anda mencoba melihat ke Youtube channel resmi Gamerz, GAMERZglobal, jenis konten seperti ini ternyata tidak terlalu menarik perhatian; hanya bisa mencatatkan 10ribuan penonton setiap episodenya.

Nantinya, konten reality show dari proses karantina First Warriors ini akan tayang pada channel khusus esports yang bisa dinikmati para pengguna internet dan televisi kabel First Media. “Kami juga akan menghadirkan in-house channel khusus esports di layanan tv First Media di channel #999 yang mulai tayang pada Oktober 2019.” ujar Victor.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Untungnya, reality show dalam First Warriors hanya menjadi satu bagian dari seluruh ekosistem ajang yang dibuat oleh First Media yang satu ini. Seburuk-buruknya, jika tayangan reality show tersebut tidak sepenuhnya berhasil, para pemain bisa mengejar prestasi mereka ketika sudah membawa bendera tim First Raiders.

Ultimately, yang paling utama kita kejar adalah prestasinya. Entertainment sendiri bisa dibilang sebagai tambahannya, karena kita sendiri adalah perusahaan yang menyajikan entertainment. Visi utama kami lewat gelaran ini tetaplah membina pemain yang bisa berprestasi di tingkat nasional dan hopefully, internasional.” Victor menjabarkan soal visi gelaran First Warriors.

Ajang ini akan memperebutkan total hadiah sebesar Rp1,3 miliar, dengan pendaftaran dibuka mulai hari ini. Jika Anda adalah pemain Free Fire yang ingin unjuk bakat dalam gelaran ini, Anda dapat langsung mendaftar lewat laman firstmedia.com/firstwarriors.id.

Walau kesuksesan konsep esports reality show belum bisa dibuktikan, namun ini tetap menjadi suatu hal yang menarik untuk disimak. Apalagi mengingat hal ini juga belum pernah diterapkan sebelumnya di Indonesia.

Seperti saat MPL S4 mencoba menerapkan sistem liga franchise, satu hal yang saya setuju adalah ekosistem esports Indonesia butuh terus melakukan inovasi. Agar ekosistemnya bisa terus belajar dan berkembang nantinya.