Fold AR Adalah Game Mirip Pokemon Go, Tapi yang Isinya Bitcoin Ketimbang Monster

Apa jadinya kalau deretan monster di Pokémon Go kita ganti dengan bitcoin? Jadi ketimbang mengelilingi komplek di sekitar rumah untuk berburu Pokémon anyar, yang diburu justru adalah pecahan-pecahan mata uang crypto. Kedengarannya mungkin kelewat utopis, tapi inilah visi yang tengah diwujudkan oleh sebuah startup asal Amerika Serikat bernama Fold.

Tidak tanggung-tanggung, Fold memutuskan untuk langsung bekerja sama dengan pengembang Pokémon Go itu sendiri, Niantic, dalam mewujudkan visinya. Hasil kolaborasinya adalah Fold AR, sebuah game augmented reality sederhana yang banyak terinspirasi oleh Pokémon Go.

Cara bermainnya sangat sederhana: setiap 10 menit, pemain bisa menemukan sebuah blok yang muncul secara acak di sekitarnya dalam radius 15 meter. Hampiri dan buka blok tersebut, maka pemain bakal menerima hadiah. Hadiahnya bisa bervariasi, tapi yang paling utama adalah satoshi — satuan terkecil bitcoin, dengan nilai 1 satoshi setara 0,00000001 BTC.

Premisnya sepintas terdengar seperti mining, tapi yang dapat dilakukan hanya dengan bermodalkan sebuah smartphone. CEO Fold, Will Reeves, percaya bahwa ini bisa menjadi cara termudah bagi banyak orang untuk mendapatkan bitcoin pertamanya.

“Siapapun bisa menggunakan aplikasi kami untuk mendapatkan Bitcoin dan hadiah-hadiah lain dengan menjelajahi dunia di sekitarnya. Bagi kami, sangatlah penting untuk memberikan kemudahan berpartisipasi dalam ekonomi Bitcoin bagi siapapun, terlepas dari latar belakang pendidikan atau pehamahan teknisnya,” terang Will seperti dikutip oleh VentureBeat.

Dalam sebuah posting blog, Will juga sempat menyinggung soal “bitcoin metaverse” dan bagaimana mereka tertarik dengan konsep real-world metaverse yang digagaskan oleh Niantic. Apapun itu, yang pasti bentuk gamification semacam ini memang berpeluang untuk menggaet partisipasi dari banyak orang sekaligus.

Terlepas dari betapa simpel permainannya, Fold AR terus memperkuat tren game play-to-earn (P2E) yang sedang marak belakangan ini, dengan Axie Infinity dan berbagai judul game P2E lain yang terus menjadi topik perbincangan publik.

Sumber: The Verge.

Angry Birds Versi Augmented Reality Siap Meluncur ke iOS

Sebagai seorang penggemar game first-person shooter alias FPS, sudah sejak lama saya memiliki fantasi untuk bermain Angry Birds dari sudut pandang orang pertama. Hingga akhirnya saya dibuat girang sekaligus sedih oleh Rovio pada bulan September tahun lalu.

Kala itu, mereka mengumumkan game baru berjudul Angry Birds FPS: First Person Slingshot untuk AR headset Magic Leap One. Video trailer-nya berhasil membuat saya lompat kegirangan, tapi di saat yang sama, saya juga sedih menghadapi fakta bahwa saya sama sekali tak punya akses ke AR headset tersebut.

Perasaan sedih ini sedikit terobati sebulan yang lalu, tepatnya ketika Angry Birds VR: Isle of Pigs diumumkan. Saya bilang “sedikit”, sebab saya pun tak punya Oculus Rift maupun HTC Vive untuk dapat memainkannya. Namun harapan rupanya belum sepenuhnya hilang.

Angry Birds AR: Isle of Pigs

Di ajang Game Developers Conference (GDC) yang sedang dihelat di kota San Francisco, Rovio menyingkap Angry Birds AR: Isle of Pigs. Ya, ini merupakan game yang sama seperti yang dirilis untuk Oculus Rift dan HTC Vive sebelumnya, akan tetapi label “AR” pada judulnya mengindikasikan bahwa ia dibuat untuk dimainkan menggunakan smartphone.

Benar saja, game bikinan mitra Rovio, Resolution Games, ini sekarang sudah berstatus pre-order di platform iOS, dan kebetulan ponsel yang saya pakai (iPhone 6S) masih tercantum sebagai perangkat tertua yang sanggup memainkannya. Selain di iPhone, tentu saja kita juga bisa memainkannya di iPad.

Angry Birds AR: Isle of Pigs

Tidak seperti game mobile pada umumnya yang bisa kita mainkan kapan dan di mana saja, Angry Birds AR akan lebih ideal dimainkan di kediaman sendiri, atau sejatinya di mana saja ada permukaan datar yang lowong. Memanfaatkan platform ARKit, game akan lebih dulu mendeteksi area di sekitar pemain, lalu struktur kompleks yang menjadi level permainan akan langsung dibangun di atas permukaan datar (meja atau lantai).

Yang membuatnya kurang ideal jika dimainkan di luar adalah, tubuh kita juga harus ikut bergerak untuk bisa mengamati level permainan dari segala sudut. Bermain selagi duduk atau berdiri di satu tempat saja berarti kita bakal kesulitan menemukan titik-titik lemah dari struktur yang harus dihancurkan untuk bisa melanjutkan ke level berikutnya.

Angry Birds AR: Isle of Pigs

Seperti halnya Angry Birds FPS maupun Angry Birds VR, Angry Birds AR juga dikembangkan oleh mitra Rovio, Resolution Games. Pada awal peluncurannya, akan ada 40 level yang bisa dimainkan. Game-nya sendiri baru akan tersedia dan bisa diunduh pada tanggal 11 April, berdasarkan estimasi yang tertera di lamannya di App Store.

Bagaimana dengan versi Android-nya? Sejauh ini belum ada informasi sama sekali, namun tidak ada salahnya berharap mengingat Android juga punya platform ARCore. Catatan terakhir: Angry Birds AR merupakan game free-to-play, akan tetapi seperti apa konten in-app purchase yang bakal tersedia masih belum dirincikan.

Sumber: TechCrunch dan Rovio.

Fitur Terbaru Pokemon GO Ajak Pemain Menjadi Fotografer

Mungkin tidak banyak dari kita yang sadar, akan tetapi sejak tahun lalu, pengalaman AR yang ditawarkan Pokemon GO jauh lebih realistis ketimbang sebelumnya. Ini dikarenakan fitur AR+ yang Niantic kembangkan demi memaksimalkan potensi platform ARKit di iOS dan ARCore di Android.

Kehadiran AR+ pun secara tak langsung mendorong para pemain untuk berkreasi lebih banyak selagi bermain. Screenshot demi screenshot beragam Pokemon di berbagai lokasi di dunia terus bertebaran, hingga akhirnya Niantic merasa diperlukan satu fitur yang dikhususkan untuk ini saja.

Fitur tersebut akhirnya tiba. Dinamai GO Snapshot, fitur ini bisa kita bayangkan sebagai kamera virtual yang selalu dibawa ke mana-mana oleh karakter kita, siap digunakan kapan saja untuk mengabadikan koleksi Pokemon yang kita miliki. Ada dua cara untuk mengakses GO Snapshot: membuka kamera yang ada di dalam tas karakter, atau ketika sedang melihat suatu Pokemon tertentu.

Dari situ pemain tinggal mengaktifkan kepribadian keduanya sebagai fotografer Pokemon profesional. Pilih Pokemon yang hendak dijadikan model, lempar Poke Ball-nya ke titik lokasi yang diinginkan, lalu mulailah mencari angle terbaik demi menghasilkan foto yang paling menarik.

Seumpama Pokemon yang menjadi model teralihkan perhatiannya, pemain bisa mengelusnya untuk membuatnya kembali fokus. Semua foto yang dijepret akan langsung disimpan di galeri foto perangkat secara otomatis, dan tentunya Niantic tak lupa menyediakan akses termudah untuk membagikan foto-fotonya ke media sosial.

Fitur ini kesannya memang sangat sepele, tapi saya yakin hampir semua pemain Pokemon GO akan menggunakannya, atau paling tidak mencobanya selagi ada waktu luang. Tagar #GOSnapshot di Instagram sejauh ini sudah cukup menghibur buat saya, dan saya pun juga sudah menemukan foto favorit saya.

Sumber: SlashGear dan Niantic.

Lego AR Playgrounds Ajak Kita Mengeksplorasi Set Lego Rakitan Secara Digital

Pada konferensi developer yang dihelat Apple Juni lalu, divisi Creative Play Lab dari Lego diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan karya terbarunya di bidang augmented reality, sekaligus menyoroti sederet pembaruan yang dihadirkan pada platform AR bikinan Apple.

Kreasi mereka tersebut adalah Lego AR Playgrounds, yang baru saja dirilis untuk perangkat iOS 12. Premis utama Playgrounds adalah mengajak para pemain untuk berinteraksi dengan balok Lego secara fisik sekaligus elemen-elemen digital yang disajikan aplikasi.

Jadi ketika pengguna mengarahkan kamera iPhone atau iPad-nya ke set Lego yang kompatibel (sementara baru dari seri Lego Ninjago), mereka dapat melihat balok-balok tersebut menjadi ‘hidup’, lengkap dengan tambahan elemen digital lainnya.

Lego AR Playgrounds

Berkat Playgrounds, set Lego yang kita rakit pada dasarnya tidak sebatas menjadi pajangan saja. Pastinya ada kepuasan sendiri bermain-main secara interaktif selagi melibatkan set Lego kebanggaan kita. Lego tidak lupa melengkapinya dengan narasi yang menarik, sehingga anak-anak berusia 9 tahun atau lebih bisa semakin terpikat.

Playgrounds bisa dilihat sebagai tahap eksplorasi lebih lanjut atas set Lego yang kita rakit. Namun seandainya Anda belum mempunyai set Lego yang kompatibel, Playgrounds masih bisa dimainkan hingga lima level pertama; yang Anda butuhkan hanyalah permukaan datar seperti meja guna bermain dalam mode AR-only.

Lego AR Playgrounds saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma dari App Store. Lego memastikan bahwa tidak ada satu pun iklan atau opsi in-app purchase pada aplikasi. Masuk akal mengingat game ini mendorong kita untuk membeli set Lego demi mendapatkan kepuasan yang maksimal.

Sumber: Lego.

Niantic Luncurkan Game AR Baru, Ingress Prime

Niantic punya game augmented reality baru. Judulnya Ingress Prime, dan sama seperti Pokemon Go, game ini juga bakal mengajak para pemainnya untuk berdiri, keluar rumah, berkeliling dan bertatap muka dengan pemain lain.

Secara teknis, Ingress Prime sebenarnya bukanlah sebuah IP (intellectual property) baru, melainkan remake dari game pertama Niantic, Ingress. Ingress diluncurkan di tahun 2012, jauh sebelum pengguna smartphone mengenal istilah AR seperti sekarang.

Ingress Prime di sisi lain benar-benar memaksimalkan perkembangan pesat teknologi AR selama beberapa tahun terakhir. Contoh yang paling gampang adalah, dalam Ingress prime, pemain bisa menempatkan peta 3D dari sebuah lokasi di atas meja makan atau meja ruang tamunya guna mengatur strategi sebelum berkunjung ke tempat tersebut.

Ingress Prime

Konsep permainannya masih sama. Pemain diminta untuk memilih satu dari dua faksi yang ada: The Enlightened yang futurist, dan The Resistance yang konservatif. Kedua faksi pada dasarnya bakal berebut kekuasaan dengan mengamankan portal-portal yang muncul, biasanya di lokasi landmark sungguhan.

Sebelumnya, lokasi portal yang tersedia hanya berjumlah ratusan ribu, tapi sekarang Ingress Prime menawarkan jutaan lokasi yang tersebar di seluruh dunia. Grafis, jalan cerita, semuanya turut diperbarui agar Ingress Prime terasa seperti game modern.

Ingress Prime

Seperti halnya Pokemon Go, Niantic juga berencana menghelat event besar-besaran untuk Ingress Prime. Ada 12 event berskala masif yang sudah direncanakan; tiga untuk kawasan Asia, tiga untuk Eropa, dan tiga sisanya untuk Amerika. Event ini akan dimulai pada 17 November nanti di kota-kota besar seperti Barcelona, Austin maupun Hong Kong.

Ingress Prime bisa dibilang sebagai kulminasi investasi Niantic pada Real World Platform besutannya. Sejumlah perusahaan telah Niantic akuisisi demi mewujudkan visinya ini, yang paling menonjol adalah Escher Reality pada bulan Februari lalu.

Ingress Prime saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma dari Google Play maupun App Store.

Sumber: VentureBeat.

Application Information Will Show Up Here

Tembus 1 Juta Unduhan, Kreator Game AR Osmo Ingin Terus Perluas Bisnisnya

Jauh sebelum Apple memperkenalkan ARKit bersama iOS 11, sudah ada satu startup yang membangun platform augmented reality-nya sendiri di iPad. Mereka adalah Osmo, pencipta permainan-permainan inovatif macam Osmo Pizza Co. dan Osmo MindRacers. Per 2018 ini, gamegame buatan mereka sudah merambah satu juta iPad.

Satu juta bukanlah angka yang kecil, apalagi jika melihat target pasar utama Osmo yang merupakan kalangan anak-anak. Bagi yang tidak tahu, kelebihan utama Osmo adalah bagaimana permainan buatannya bisa memadukan elemen fisik dan digital secara berimbang, sehingga pada akhirnya anak-anak tidak hanya fokus di depan layar saja, tapi juga dengan objek-objek di sekitarnya.

Osmo Pizza Co. adalah contoh terbaik untuk ini. Di sini anak-anak diajarkan untuk menjalankan bisnis pizza-nya sendiri, merangkap tugas sebagai pemilik, koki sekaligus kasir. Menggunakan alat bantu seperti uang-uangan dan pizza mainan, anak-anak dapat belajar berdagang dan menghadapi konsumen yang muncul di hadapan layar iPad.

Puncak popularitas Osmo menurut saya adalah ketika mereka merilis MindRacers tahun lalu, yang merupakan hasil kolaborasinya bersama Hot Wheels (Mattel). Kendati demikian, dalam wawancaranya dengan VentureBeat, Pramod Sharma selaku cofounder sekaligus CEO Osmo bilang bahwa Osmo Pizza Co. masih merupakan salah satu produk mereka yang paling laris.

Osmo MindRacers / Osmo
Osmo MindRacers / Osmo

Saat ini memang sudah ada banyak judul ciptaan Osmo, akan tetapi semuanya tetap bergantung pada satu komponen teknologi yang amat sederhana namun juga sangat inovatif, yakni sebuah cermin yang dipasangkan di atas kamera depan iPad. Berkat komponen ini, iPad jadi bisa ‘melihat’ objek-objek yang berada di depan layarnya, dan dengan bantuan software, mengenali satu per satu objek tersebut.

Dari situ Osmo tinggal mengembangkan jenis permainannya, bisa permainan simulasi, bisa juga balapan. Sekarang, prioritas mereka sudah bergeser ke arah memperluas skala jangkauan produknya, sebab angka satu juta tadi masih kecil jika dibandingkan dengan estimasi 200 juta iPad yang ada di tangan konsumen menurut Pramod.

Osmo Monster / Osmo
Osmo Monster / Osmo

Salah satu caranya adalah dengan menggandeng brandbrand besar lain, macam Sesame Street, serta melisensikan teknologinya ke pihak lain yang tertarik. Satu hal yang pasti, Osmo tidak mau produk yang memanfaatkan teknologinya tidak melibatkan aktivitas hands-on. Kalaupun mereka siap merilis permainan yang diperuntukkan konsumen dewasa nanti, tetap saja aktivitas hands-on bakal menjadi elemen yang utama.

Perluasan skala ini tentunya juga bakal berimbas positif pada penjualan, di mana ongkos produksi bisa ditekan, dan harga jual produknya pun menurun. Saat ini starter kit Osmo dihargai paling murah $100, sedangkan konten tambahannya (seperti Pizza Co. dan MindRacers tadi) berkisar $40 – $60. Harapan Osmo ke depannya adalah, konten ekstranya cukup dihargai $20 – $30 saja.

Baik Mattel dan Collab+Sesame (investment firm di balik Sesame Street) sebenarnya juga merupakan investor dari Osmo. Sejak didirikan di tahun 2013, Osmo sudah mengumpulkan pendanaan hingga sebesar $38,5 juta dari beberapa investor. Selain di iPad, permainan besutan mereka kini juga tersedia untuk iPhone. Ribuan sekolah telah memanfaatkan produk Osmo dalam aktivitas belajar-mengajar.

Di sisi lain, cerita Osmo ini pada dasarnya bisa menjadi contoh karya inovatif yang pada akhirnya dapat dikembangkan menjadi bisnis yang menguntungkan. Harapan pribadi saya adalah, Osmo bisa terus memperluas bisnisnya dan merambah konsumen di lebih banyak negara lagi – sampai saat ini yang paling dekat dengan kita baru Singapura – sehingga ketika anak saya sudah memasuki usia minimum yang disarankan untuk memainkan game-nya (5 tahun), saya bisa langsung membelinya.

Sumber: VentureBeat.

Ghostbusters World Ajak Pemain Menjadi Pemburu Hantu dengan Bantuan Augmented Reality

Dengan dirilisnya ARCore secara resmi, developer langsung tancap gas menggarap aplikasi augmented reality-nya masing-masing. Salah satu yang layak dinanti adalah game berjudul Ghostbusters World, hasil kolaborasi antara Sony Entertainment, Ghost Corps dan publisher FourThirtyThree Inc.

Premis dasar game ini kurang lebih mirip seperti Pokemon Go, di mana pemain akan ditugaskan untuk menangkap berbagai jenis hantu dari franchise Ghostbusters yang berkeliaran. Hantu-hantu virtual itu akan muncul di dunia nyata melalui tampilan kamera ponsel, sama kasusnya seperti di Pokemon Go.

Anggap saja ini sebagai Pokemon Go bertema Ghostbusters. Pemilihan tema tersebut sangat pas, karena pada film aslinya memang hantu-hantu yang berkeliaran tidak kenal tempat. Developer menjanjikan ratusan jenis hantu, termasuk yang baru dan eksklusif untuk Ghostbusters World.

Dalam cuplikan video gameplay-nya di atas, tampak hantu paling ikonik dari franchise ini, Slimer, sedang berkeliaran di trotoar dan menyerang sang pemain. Dengan kombinasi sejumlah tombol pada layar, pemain dapat menangkapnya menggunakan senjata laser proton pack seperti yang ada di film aslinya.

Selain di Android, Ghostbusters World kabarnya nanti juga bakal tersedia di iOS. Pastinya kapan masih belum diketahui, akan tetapi informasi lebih lengkapnya bakal diungkap dalam ajang Game Developers Conference bulan depan.

Sumber: Sony.

Osmo MindRacers Padukan Game Balap ala Mario Kart dengan AR dan Hot Wheels

Apa yang terjadi ketika konsep game balapan ala Mario Kart dikawinkan dengan augmented reality dan Hot Wheels? Jawabannya adalah Osmo MindRacers, sebuah sistem permainan hybrid yang memadukan keseruan video game dan interaksi dengan objek fisik secara apik.

Developer Osmo bekerja sama langsung dengan Mattel selaku pemegang lisensi brand Hot Wheels guna merealisasikan konsep unik ini. MindRacers sejatinya menggunakan sistem yang sama seperti pada permainan simulasi Osmo Pizza Co., yang melibatkan sebuah cermin kecil yang dipasangkan di bagian atas iPad sehingga kamera depannya dapat melihat benda-benda di hadapannya.

Osmo MindRacers

iPad tersebut duduk di atas sebuah platform yang menyambung ke sepasang track, mengindikasikan kalau permainan ini dirancang untuk dua orang – meski tetap ada mode single player. Untuk memulai, masing-masing pemain bisa memilih salah satu dari enam pilihan mobil Hot Wheels yang tersedia, lalu meletakkannya di ujung track itu tadi.

Setelah hitungan mundur, masing-masing pemain dapat menekan tombol untuk melepaskan mobil jagoannya. Kedua mobil lalu akan melaju dan masuk ke dalam kolong di bawah iPad, dan permainan pun berlanjut dalam wujud digital di layar iPad.

Osmo MindRacers

Di sinilah letak keseruan MindRacers dimulai. Selagi kedua mobil Hot Wheels mengadu kegesitannya, pemain dapat melemparkan semacam piringan kecil yang terbuat dari karton ke platform di bagian depan iPad. Secara instan, kamera iPad akan mengenali keberadaan piringan tersebut dan menerjemahkannya menjadi input dalam game.

Input yang dimaksud bisa bermacam-macam, tergantung jenis piringan yang dilemparkan: bisa untuk menambah kecepatan mobil, bisa juga untuk menghambat laju mobil lawan. Total ada 32 piringan yang dapat digunakan, dan sistem buatan Osmo dapat mengenali semuanya dengan baik.

Osmo MindRacers

Seperti halnya Osmo Pizza Co., MindRacers sanggup menyuguhkan porsi yang berimbang antara interaksi fisik dan digital. Harapannya, konsep unik ini bisa menarik perhatian anak-anak generasi terkini yang lebih memilih video game ketimbang board game maupun permainan tradisional lainnya.

Namun di saat yang sama, popularitas Hot Wheels juga dapat menarik perhatian konsumen dewasa yang masa kecilnya diwarnai oleh keceriaan bermain mobil-mobilan tersebut. Hot Wheels, seperti yang kita tahu, bakal menginjak usianya yang ke-50 tahun depan.

Osmo MindRacers saat ini sudah dipasarkan seharga $88 untuk paket lengkapnya yang mencakup Osmo iPad Base, platform plus track, 6 mobil Hot Wheels dan 32 piringan itu tadi. Bagi yang sebelumnya sudah mempunyai Osmo iPad Base, MindRacers bisa dibeli seharga $59 saja.

Sumber: VentureBeat.

The Machines Adalah Game Multiplayer Kompetitif yang Sepenuhnya Bergantung pada AR

Dalam acara peluncuran iPhone X dan iPhone 8 kemarin, tidak kurang penekanan yang diberikan Apple terkait pentingnya augmented reality bagi mereka, bahkan lebih penting ketimbang VR yang belakangan memang mulai menurun hype-nya. Baik iOS 11 maupun hardware kedua iPhone baru tersebut sama-sama dioptimalkan untuk AR, dan ini sejatinya bisa menjadi indikasi akan besarnya industri AR ke depannya.

Sebelum ini, Ikea sudah lebih dulu menunjukkan bagaimana ARKit di iOS 11 memungkinkan mereka untuk menyuguhkan pengalaman AR yang lebih baik dari sebelumnya. AR pun tentu saja juga sangat berpotensi di bidang gaming, seperti yang ditunjukkan oleh developer game asal Tiongkok, Directive Games.

Mereka diberi kesempatan oleh Apple untuk mendemonstrasikan game terbaru mereka di panggung peluncuran iPhone 8. Game berjudul The Machines itu diklaim sebagai game multiplayer kompetitif pertama yang sepenuhnya bergantung pada augmented reality.

Tim Directive Games saat mendemonstrasikan The Machines pada acara peluncuran iPhone 8 / Apple
Tim Directive Games saat mendemonstrasikan The Machines pada acara peluncuran iPhone 8 / Apple

Dalam demonstrasinya, tampak pertempuran mematikan antar robot tengah berlangsung di sebuah medan virtual yang ditempatkan di atas meja. Perpaduan chip A11 Bionic milik iPhone 8 dan ARKit sanggup me-render jutaan polygon beresolusi tinggi secara real-time, menyajikan pengalaman bermain yang mulus di angka 60 fps.

Mengingat ini adalah game AR, tampilannya bisa diubah sesuka hati hanya dengan mengarahkan kamera iPhone atau iPad. Saat perangkat didekatkan ke meja, otomatis tampilan game-nya juga ikut diperbesar, dan yang lebih menarik, volume audionya pun ikut bertambah berkat penerapan teknologi spatial audio.

Sama seperti VR, AR sebenarnya juga bisa menyajikan sensasi seperti sedang berada di dalam game sesungguhnya, walaupun dengan cara yang berbeda. Selain via internet, multiplayer pada The Machines juga bisa dimainkan secara lokal di atas meja yang sama – siap-siap saja tubuh Anda sering berbenturan satu sama lain dengan lawan Anda.

Belum ada informasi mengenai jadwal perilisan The Machines, namun saya kira waktunya akan bertepatan dengan peluncuran iOS 11 pada 19 September nanti. Untuk lebih jelasnya, tonton sendiri video demonstrasi The Machines di bawah ini.

Via: VentureBeat.

Osmo Pizza Co. Bawa Genre Game Simulasi ke Level yang Lebih Tinggi dengan Augmented Reality

Dengan kemudahan pengoperasian dan ketersediaan berbagai game yang menarik, sulit rasanya bagi anak-anak untuk tidak tertarik dengan iPad. Namun seperti yang kita tahu, unsur pendidikan juga bisa ditanamkan ke dalam game, sehingga pada akhirnya anak-anak bisa belajar tentang banyak hal.

Akan tetapi yang kerap mengundang kontroversi adalah bagaimana anak-anak dinilai kecanduan bermain game di iPad dan sama sekali tidak tertarik dengan permainan-permainan tradisional yang melibatkan objek fisik di dunia nyata. Kalau itu yang diperkarakan, augmented reality bisa menjadi solusi yang efektif.

Ambil contoh Osmo Pizza Co., sebuah sistem permainan baru yang tak hanya melibatkan aplikasi iPad saja, tetapi juga sejumlah alat bantu untuk berinteraksi dengan dunia virtual di dalam game. Sederhananya, Pizza Co. ingin mengajak anak-anak usia 5 – 12 tahun untuk belajar mendirikan bisnis pizza-nya sendiri, merangkap tugas sebagai pemilik, koki sekaligus kasir.

Paket penjualan lengkap Osmo Pizza Co. / Osmo
Paket penjualan lengkap Osmo Pizza Co. / Osmo

Cara kerja Osmo Pizza Co. sangat berbeda dari game simulasi pada umumnya. Paket penjualannya mencakup sebuah cermin kecil yang bisa dipasangkan ke kamera depan iPad, sehingga kamera dapat melihat apa yang ada di bawahnya. Dari situ, anak-anak akan menempatkan topping pizza di atas pelat yang menyerupai adonan pizza – juga termasuk dalam paket penjualan.

Tentu saja topping-nya harus disesuaikan dengan pesanan pelanggan yang datang, yang semuanya bisa dilihat di layar iPad. Pesanan tidak sesuai, maka pelanggan pun akan memberikan respon negatif. Dari sini sebenarnya anak-anak sudah bisa belajar bahwa kepuasan pelanggan adalah salah satu prioritas utama dalam berbisnis.

Anak-anak harus menempatkan uang kembalian yang sesuai di atas pelat / Osmo
Anak-anak harus menempatkan uang kembalian yang sesuai di atas pelat / Osmo

Usai makan, pelanggan pasti harus membayar. Di sini anak-anak akan diasah kemampuan berhitungnya. Tapi sekali lagi, ketimbang hanya mengetikkan angka-angka di layar, anak-anak akan diminta untuk menempatkan uang kembalian di atas pelat adonan pizza tadi yang sudah dibalik, lalu kamera dan software Osmo akan mengenali jumlahnya secara akurat, sama seperti caranya mengidentifikasi topping pizza tadi.

Seiring berjalannya waktu dan setelah pendapatannya mulai menggunung, anak-anak bisa meng-upgrade sekaligus mendekorasi kedai pizza-nya dalam game. Di level dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, anak-anak bahkan diminta untuk membeli sendiri perlengkapan dalam game yang dibutuhkan, termasuk memperhatikan stok bahan yang diperlukan.

Secara keseluruhan, Osmo Pizza Co. merupakan alternatif yang sangat menarik jikalau Anda sudah punya iPad dan ingin mengajak anak-anak bermain sambil belajar. Paket penjualan komplitnya (Commerce Kit) dijajakan seharga $59, tapi kalau Anda sebelumnya sudah punya Osmo Starter Kit, Anda hanya perlu membeli Pizza Co. sendiri seharga $39.

Sumber: VentureBeat dan WebWire.