Golden Gate Ventures’ Report on Startup Ecosystem Trend in the Next 10 Years

Celebrating their 10th Anniversary, Golden Gate Ventures (GGV) launched a report on the startup ecosystem in Southeast Asia. It elaborates essential points about the trend of the startup ecosystem in the last 10 years and its predictions in the next 10 years.

Founded in 2011, GGV has invested in around 60 startups and launched four fund initiatives. The investment thesis focuses on the growing presence of the consumer class in Southeast Asia. In Indonesia, its portfolio includes Alodokter, BukuWarung, Side, Alami, and GoPlay.

Startup ecosystem trend in the past 10 years

In the past decade, startups in the Southeast Asia region have experienced very fast growth. Especially in terms of capital inflows, it is estimated to have increased by 50x from $130 million in 2010 to $6.5 billion in 2020.

In its report, GGV noted more capital coming from the United States. These include Kleiner Perkins, Accel, KKR, Tiger Global and Warburg Pincus. In addition, funding also came from countries such as China and Japan. Not only are these countries leading large-scale funding, but these countries have also invested heavily in large companies in Southeast Asia.

The venture capitalists that later became leaders include Sequoia, Softbank, Tencent, and Alibaba. The business verticals that have received the most funding over the last 10 years are e-commerce, fintech, and entertainment. Meanwhile, GGV also noted that the fastest growing business verticals were food and logistics.

GGV’s report on Southeast Asia’s investment / GGV

An interesting fact discovered by GGV is that the expansion in various stages of funding is getting more mature in line with the growing interest of regional and global investors for SEA. Series A round became the funding stage that experienced the fastest growth. Meanwhile, later stage funding (series C and above) experienced the highest jump (worth 100x) considering that there was no such round in the previous decade. The number of early stage and seed funding rounds has increased by up to 30x.

GGV’s report on Southeast Asia’s investment / GGV

Another interesting point that GGV presented in its report is the increasing presence of Corporate Venture Capital (CVC) in Southeast Asia. There were only a handful of CVCs in 2010, which were usually branches of businesses established in family businesses, telecommunications companies, or super apps. Currently, there are more than 50 CVCs are listed.

In 2020, several CVCs have been involved in around 8.7% of all VC transactions and have led several funding rounds, especially in seed and series A. In Indonesia, several CVCs that are quite active in investing include MDI Ventures and Prasetia Dwidharma .

Indonesia also surpassed Singapore to become the country with the highest startups concentration with the best capital. On average, Indonesian startups have closed relatively larger funding rounds. Singapore recorded the largest VC capital is in 2010 (90%) but their share shrank to 40% in 2020.

Another captivating infornmation by GGV is that Indonesia has become a market demand for around 75% of unicorns in Southeast Asia, and is claimed to be the most successful market for investing in the Southeast Asian region.

Startup ecosystem trend in the next 10 years

In its report, GGV also conveys a number of trends in the startup ecosystem in the next 10 years. Among those is the increasingly widespread presence of social commerce. Its GMV is predicted to exceed $5 billion by 2025 and $25 billion by 2030 as it will continue to increase in e-commerce adoption, mixed with per capita GDP growth over the next decade.

In addition, another sector that is predicted to experience growth is healthtech. In this case, it is a platform that provides access to healthcare for a larger demographic, and improves infrastructure in Southeast Asia, especially after the pandemic.

Another prediction by GGV is the increasing number of IPO activities in Southeast Asia, which is expected to exceed 300 IPOs by 2030, as more local startups seek potential exits in the domestic public market.

Meanwhile, for Indonesia and Malaysia, it is estimated that there will be larger market growth for platforms that target Muslims. Indonesia and Malaysia’s market size will grow about 8x from its current size by 2030, including the Muslim lifestyle/halal economy in various industries such as fashion, food and finance.

Another trend that discussed in the report is that startups targeting media and entertainment will gain a stronger following and funding as the industry begins to shift its focus to digital solutions, including TV/film, live streaming, and esports. Funding in this area is predicted to exceed $700 million by 2030.

The large number of unbanked population in Southeast Asia creates huge opportunities that can trigger the growth of unicorn startups specifically for fintech. Potential services to be disrupted by fintech platforms include digital wallets, Neobanks, BNPL, and other forms of financing.

Mergers and acquisitions (M&A) activities are also predicted to increase in the next 10 years. As companies continue to compete for the top positions in its verticals, there will be more mega-mergers in Southeast Asia.

After Indonesia, which became the most targeted market by venture capitalists in the last 10 years, GGV predicts that within the next 10 years, Vietnam will become the targeted country for investors in Southeast Asia. Vietnam will emerge in 2022 as the premier startup ecosystem in Southeast Asia. This is visible with the increasing number of venture capitalists who then allocate their funds to invest in startups from Vietnam.

Meanwhile, for venture capitalists, it is predicted that within the next 10 years, the Assets Under Management (AUM) will be doubled. AUM has been increasing on a steady track over the last decade and it is estimated that it will exceed $300 billion by 2030.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Gambar Header: Depositphotos.com

Laporan Golden Gate Ventures tentang Tren Ekosistem Startup 10 Tahun ke Depan

Merayakan HUT mereka yang ke-10,  Golden Gate Ventures (GGV) meluncurkan laporan tentang ekosistem startup di Asia Tenggara. Di dalamnya memaparkan poin penting tentang tren ekosistem startup dalam waktu 10 tahun terakhir dan prediksi mereka dalam waktu 10 tahun ke depan.

Didirikan tahun 2011 lalu, saat ini GGV telah berinvestasi ke sekitar 60 startup dan meluncurkan empat inisiatif fund. Tesis investasi berfokus pada maraknya kehadiran kelas konsumen di Asia Tenggara. Di Indonesia portofolio mereka termasuk Alodokter, BukuWarung, Sampingan, Alami, dan GoPlay.

Tren ekosistem startup 10 tahun terakhir

Dalam satu dekade terakhir, startup di kawasan Asia Tenggara telah mengalami pertumbuhan sangat cepat. Terutama dalam hal masuknya modal, ditaksirkan telah meningkat hingga 50x lipat dari $130 juta pada tahun 2010 menjadi $6,5 miliar pada tahun 2020.

Dalam laporannya, GGV melihat makin banyak kapital yang datang dari Amerika Serikat. Termasuk di dalamnya Kleiner Perkins, Accel, KKR, Tiger Global, dan Warburg Pincus. Tercatat juga pendanaan datang dari negara seperti Tiongkok dan Jepang. Bukan hanya banyak memimpin pendanaan dalam skala yang besar, namun negara-negara tersebut juga telah banyak berinvestasi kepada perusahaan besar di Asia Tenggara.

Adapun pemodal ventura yang kemudian menjadi pemimpin di antaranya adalah Sequoia, Softbank, Tencent, dan Alibaba. Vertikal bisnis yang paling banyak mendapatkan pendanaan selama 10 tahun terakhir adalah e-commerce, fintech, hingga hiburan. Sementara GGV juga mencatat vertikal bisnis yang paling cepat mengalami petumbuhan adalah makanan dan logistik.

Hal menarik yang juga dipaparkan oleh GGV adalah ekspansi di berbagai tahapan pendanaan semakin mature seiring dengan tumbuhnya minat investor regional dan global untuk SEA. Putaran pendanaan seri A menjadi tahapan pendanaan yang mengalami pertumbuhan paling cepat. Sementara itu untuk pendanaan later stage (seri C ke atas) mengalami lompatan paling tinggi (bernilai 100x) mengingat tidak adanya putaran seperti itu dalam waktu satu dekade sebelumnya. Untuk pendanaan early stage dan putaran pendanaan awal telah bertambah jumlahnya hingga 30x.

Laporan GGV tentang investasi di Asia Tenggara / GGV

Poin menarik lainnya yang juga dipaparkan oleh GGV dalam laporannya adalah makin banyaknya kehadiran Corporate Venture Capital (CVC) di Asia Tenggara. Tercatat hanya ada segelintir CVC pada tahun 2010, yang biasanya merupakan cabang usaha yang didirikan dalam bisnis keluarga, perusahaan telekomunikasi, atau super app. Saat ini tercatat jumlahnya ada lebih dari 50 CVC.

Pada tahun 2020, beberapa CVC telah terlibat dalam sekitar 8,7% dari semua transaksi VC dan telah memimpin sejumlah putaran pendanaan, terutama di putaran seed dan seri A. Di Indonesia sendiri beberapa CVC yang cukup aktif melakukan investasi di antaranya MDI Ventures dan Prasetia Dwidharma.

Indonesia tercatat juga telah melampaui Singapura menjadi negara dengan konsentrasi tertinggi untuk startup yang memiliki modal terbaik. Rata-rata startup Indonesia telah menutup putaran pendanaan yang relatif lebih besar. Tercatat Singapura meraup bagian terbesar dari modal VC pada tahun 2010 (90%) tetapi bagian mereka menyusut menjadi 40% pada tahun 2020.

Laporan menarik lainnya yang juga dipaparkan oleh GGV adalah Indonesia telah menjadi menjadi kebutuhan pasar untuk sekitar 75% unicorn di Asia Tenggara, dan diklaim menjadi pasar paling sukses untuk berinvestasi di kawasan Asia Tenggara.

Tren ekosistem startup 10 tahun ke depan

Dalam laporannya GGV juga menyampaikan sejumlah tren ekosistem startup dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Di antaranya adalah makin maraknya kehadiran social commerce. GMV-nya diprediksi akan melampaui $5 miliar pada tahun 2025 dan $25 miliar pada tahun 2030 karena akan terus meningkat dalam adopsi e-commerce, bercampur dengan pertumbuhan PDB per kapita selama dekade berikutnya.

Selain itu, sektor lainnya yang juga diprediksi bakal mengalami pertumbuhan adalah healthtech. Dalam hal ini adalah platform yang menyediakan akses layanan kesehatan untuk demografi yang lebih besar, dan meningkatkan infrastruktur di Asia Tengara, terutama setelah pandemi.

Prediksi lainnya yang kemudian dipaparkan oleh GGV adalah makin besarnya kegiatan IPO di Asia Tenggara, yang diperkirakan akan melampaui 300 IPO pada tahun 2030, karena lebih banyak startup lokal yang mencari potensi exit di pasar publik domestik.

Sementara itu untuk Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan makin banyak pertumbuhan pasar untuk platform yang menyasar kalangan muslim. Ukuran pasar Indonesia dan Malaysia akan tumbuh sekitar 8x dari ukuran saat ini pada tahun 2030, termasuk gaya hidup muslim/ekonomi halal di berbagai industri seperti fesyen, makanan, dan finansial.

Tren lainnya yang juga dibahas adalah, startup yang menyasar kepada media dan hiburan akan mendapatkan jumlah pengikut dan pendanaan yang lebih kuat, sejalan dengan industri yang mulai mengalihkan fokusnya ke solusi digital, termasuk TV/film, live streaming, dan esports. Pendanaan di bidang ini diprediksi akan melampaui $700 juta pada tahun 2030.

Masih besarnya jumlah populasi yang tidak memiliki rekening bank di Asia Tenggara, menciptakan peluang besar yang dapat memicu tumbuhnya startup unicorn khusus fintech. Potensi layanan yang kemudian masih bisa di disrupsi oleh platform fintech di antaranya adalah dompet digital, Neobanks, BNPL, dan bentuk lain dari pembiayaan.

Kegiatan merger dan akuisisi (M&A) juga diprediksi akan makin banyak terjadi dalam waktu 10 tahun ke depan. Ketika perusahaan terus bersaing untuk posisi teratas dalam vertikal mereka, akan lebih banyak mega-merger di Asia Tenggara.

Setelah Indonesia yang menjadi pasar paling banyak dituju oleh pemodal ventura dalam waktu 10 tahun terakhir, diprediksi oleh GGV dalam waktu 10 tahun ke depan, Vietnam akan menjadi negara pilihan investor di Asia Tenggara. Vietnam akan muncul pada tahun 2022 sebagai ekosistem startup utama di Asia Tenggara. Hal ini mulai terlihat dengan semakin banyaknya venture capital yang kemudian mengalokasikan dana mereka untuk berinvestasi kepada startup asal Vietnam hingga saat ini.

Sementara itu untuk pemodal ventura di prediksi dalam waktu 10 tahun ke depan akan meningkatkan Assets Under Management (AUM) menjadi dua kali lipat. AUM telah meningkat pada jalur yang stabil selama dekade terakhir dan diperkirakan jumlah tersebut akan melampaui $300 miliar pada tahun 2030.

Gambar Header: Depositphotos.com