Pencapaian GnB Accelerator Batch 2 dengan Keragaman Jenis Startup

Setelah sebelumnya menyukseskan batch pertamanya di pertengahan tahun 2016, GnB Accelerator kembali mengumumkan tujuh startup yang berhasil lolos untuk mengikuti agenda akselerasi batch kedua. Kepada DailySocial, SEA Regional Manager Fenox Venture Capital Jeff Quigley sebagai inisiator program akselerasi tersebut mengatakan bahwa yang menjadi pembeda signifikan di batch kedua ini ialah jenis startup yang makin beragam.

Dibanding batch pertama yang mayoritas berupa layanan on-demand, batch kedua menghadirkan startup dengan beragam model bisnis untuk menjawab berbagai permasalahan di tanah air. Mulai dari SaaS, on-demand platform, marketplace, IoT, on-board entertainment platform, direct marketing platform hingga big data analytics.

Tujuh startup yang terpilih untuk program akselerasi ini meliputi Bukapintu, Fitnesia, HaloHola, Paprika, PesanLab, PopLegal, dan TeleCTG. Jeff turut menceritakan beberapa hal yang menjadi kriteria utama dalam perekrutan di batch kedua. Di antaranya startup yang hendak mendaftar harus memastikan dirinya telah berbadan hukum.

GnB Accelerator juga tidak menerima startup yang baru di tahap pencetusan ide. Harus sudah ada produk yang berwujud. Bahkan Jeff mengatakan jika perlu mereka sudah mampu mendefinisikan MVP atau minimal mengeluarkan versi beta.

“Fokus utama dari GnB Accelerator ialah membantu para startup terpilih untuk menemukan product market fit. Selama program ini, kami mengundang mentor dari ekosistem startup untuk berbagi wawasan tentang beragam topik, mulai dari membahas bagaimana melakukan perekrutan hingga strategi ekspansi,” ujar Jeff.

Selain itu Fenox Venture Capital juga berusaha untuk memanfaatkan jaringan bisnisnya di kancah regional dan global untuk membantu setiap startup mampu menjalin kemitraan bisnis dan pengalaman dana di babak berikutnya.

“Kami ingin setiap startup yang lulus dari program ini siap untuk melakukan scale-up dan memberikan dampak di ekosistem startup. Sebagai VC, kami memiliki prioritas untuk memastikan setiap startup memenuhi kriteria untuk penggalangan dana di tahap berikutnya,” lanjut Jeff.

Untuk kegiatan GnB Accelerator tahap ketiga, laman registrasi kini telah dibuka hingga tanggal 30 April mendatang. Di batch ketiga ini kriterianya yang ditekankan pun masih sama, selama startup tersebut di bidang teknologi telah memiliki produk yang matang serta perizinan legal, maka GnB bisa menjadi tempat untuk meningkatkan kematangan startup.

Program GnB Accelerator sendiri merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sebesar $50 ribu (sekitar Rp666 juta), fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

“Kami sangat optimis melihat antusias anak muda Indonesia dalam membangun bisnis startup mereka. Startup yang mereka bangun benar-benar menjadi solusi untuk menjawab berbagai permasalahan yang beragam, khususnya di ibukota. Dengan jaringan global yang kita miliki di lingkungan investor dan perusahaan multinasional, kami yakin mampu menjadikan ketujuh startup tersebut sebagai game changer di Asia Tenggara” ujar Program Manager GnB Accelerator Kentaro Hashimoto.

Hipcar Andalkan Teknologi Canggih untuk Hadirkan Layanan Car Sharing di Indonesia

Satu lagi layanan transportasi on-demand hadir di Indonesia. Kali ini berupa car sharing dengan sistem otomatis khusus untuk warga Jakarta. Didirikan oleh Founder Leo Tanady, Hipcar yang telah hadir sejak akhir tahun 2015 merupakan layanan transportasi car sharing pertama di Indonesia.

“Berawal dari pengalaman pribadi saya saat studi di Amerika Serikat, saya melihat layanan car sharing di sana yaitu Zipcar cukup populer dan terbilang sukses, melihat makin maraknya layanan on-demand di Indonesia kemudian saya coba terapkan teknologi tersebut di Indonesia,” ujar Leo kepada DailySocial.

Secara keseluruhan teknologi yang digunakan oleh Hipcar diandalkan hanya dalam aplikasi dengan sistem remote control yang dibuat dan diterapkan secara khusus dalam Hipcar. Dengan melakukan pemesanan penyewaan mobil dalam aplikasi, pengguna bisa langsung mengambil sendiri mobil yang telah dipesan dengan menggunakan remote control.

“Teknologi yang digunakan oleh Hipcar dibuat secara khusus dari Eropa, dengan menggabungkan sistem yang ada pengguna bisa mengakses mobil tanpa adanya kunci hanya dalam satu sentuhan di aplikasi, mudah, aman dan cepat itulah keistimewaan dari Hipcar,” kata Leo.

Saat ini Hipcar sudah bisa diunduh di aplikasi mobile platform Android dan iOS. Usai pengguna melakukan registrasi nantinya bisa memilih mobil berdasarkan lokasi terdekat atau nearby. Setelah ada informasi ketersediaan mobil pengguna akan diberikan informasi berupa tipe mobil dilengkapi dengan transmisi dan jumlah seat penumpang yang tersedia dan estimasi harga per jamnya.

Setelah proses pemesanan dilakukan timer secara otomatis akan berjalan sampai pengguna tiba di pick-up point Hipcar. Saat ini Hipcar baru memiliki dua lokasi pick-up point, yaitu di sekitar kawasan kampus Universitas Tarumanegara dan Universitas Bina Nusantara.

“Kami sengaja menargetkan kalangan mahasiswa untuk konsumen dari Hipcar, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saat melakukan pemesanan pengguna kami minta untuk menyertakan foto diri, KTP dan SIM,” kata Leo.

Untuk pembayaran Hipcar memberlakukan credit point yang bisa ditransfer oleh pengguna melalui bank-bank ternama, nantinya dalam akun masing-masing biaya penyewaan mobil akan di potong credit oleh Hipcar saat check-out atau waktu penyewaan selesai.

“Saat ini Kami memiliki 4 unit mobil yang terdiri dari Toyota Avanza dan Agya, perjamnya untuk Agya kami kenakan biaya Rp 30 ribu sementara untuk Avanza Rp 40 ribu,” kata Leo.

Kebanyakan pengguna yang menyewa mobil di Hipcar menggunakan mobil minimal 2-3 jam dan maksimal sampai satu hari penuh. Jika waktu sudah mencapai lebih dari 24 jam, secara otomatis biaya akan dikenakan hanya Rp 450 ribu saja tanpa adanya tambahan.

“Sejak awal kami telah melakukan monetisasi dan tidak memberikan subsidi, sehingga biaya oprasional bisa kami gunakan untuk mengembangkan produk dan menambah jumlah tim yang ada,” kata Leo.

Menargetkan 2 ribu mobil dalam 5 tahun ke depan

Mencoba untuk menjadi perusahaan teknologi yang menjalankan bisnisnya secara efisien, Hipcar yang mendapatkan pendanaan awal dari angel investor dan saat ini masih menjalani program akselerator dari GnB Accelerator. Hipcar juga masih terus melakukan penggalangan dana yang nantinya diharapkan dapat digunakan untuk menambah jumlah mobil, mengembangkan produk dan menambah fitur terbaru.

“Target kami hingga 5 tahun kedepan telah memiliki 2 ribu mobil, menambah inovasi di fitur dan memperluas layanan lokasi, saat ini kami hanya bisa melayani pengguna di kawasan Jakarta bagian barat saja,” kata Leo.

Tanpa memanfaatkan pemasaran digital seperti Google Ads dan Facebook Ads, saat ini Hipcar mengklaim telah memiliki sekitar 300 pengguna terdaftar dan 50 pengguna aktif setiap harinya. Promosi yang dilakukan sepenuhnya berupa kegiatan offline saja seperti mendirikan booth di kampus hingga menyebarkan brosur saja.

Enggan bermitra dengan kalangan individu dan rental mobil konvensional

Layanan car sharing yang ditawarkan Hipcar sekilas memang mirip dengan layanan yang ditawarkan oleh rental mobil umumnya, namun Leo menegaskan sebagai perusahaan teknologi Hipcar memiliki perbedaan yang cukup signifikan mulai dari layanan, fitur serta pendekatan yang ada kepada pengguna.

“Dengan mengedepankan layanan on-demand tentunya Hipcar mengandalkan kecepatan dan kenyamanan dalam hal ketersediaan mobil, dengan alasan itulah Hipcar melihat tidak akan melakukan kemitraan dengan car rental atau kalangan individu karena kami membutuhkan dedicated car yang selalu siap 24 jam untuk disewa kepada pengguna,” kata Leo.

Leo menambahkan saat ini sudah banyak jasa rental mobil dan kalangan individu yang menawarkan untuk menjadi mitra dari Hipcar, namun untuk saat ini dan diperkirakan seterusnya kemitraan tersebut tidak akan dilancarkan.

Bukan hanya mengembangkan produk dan layanan di Indonesia, produk Hipcar yang saat ini sudah dipatenkan di Dirjen HAKI Hak Kekayaan Intelektual, rencananya akan dikembangkan secara regional. Hal ini dilakukan melihat lanskap dan tren layanan transportasi yang sama dengan Indonesia.

“Untuk ke depannya kita berencana untuk melebarkan ekspansi produk Hipcar ke negara lainnya di Asia Tenggara seperti Thailand dan Filipina, tentunya setelah Hipcar sudah menjadi layanan car sharing favorit di Indonesia,” pungkas Leo.