Dengan Halodoc 2.0, Go-Med dan Halodoc Menjadi Lebih Terintegrasi

Hari ini Halodoc mengumumkan secara resmi kehadiran Halodoc versi 2.0. Jika Anda mengakses menu Go-Med dari Go-Jek, menu pemesanan obat tidak lagi terdapat di dalam aplikasi. Anda akan dibawa ke aplikasi Halodoc atau disarankan mengunduh aplikasi tersebut jika belum memilikinya. Integrasi ini menjanjikan proses pemesanan dalam waktu 30 detik, tidak lagi puluhan menit seperti sebelumnya.

Proses “melepas” menu Go-Med ke aplikasi tersendiri mengingatkan kita dengan pengalaman yang sama ketika mengakses fitur-fitur Go-Life. Pihak Go-Jek dan Halodoc mengungkapkan keputusan ini didasari bahwa seharusnya kebutuhan kesehatan, yaitu pemesanan obat dan konsultasi dengan dokter, dilakukan di media yang sama.

Founder dan CEO Halodoc Jonathan Sudharta dalam acara media hari ini (16/5), menyebutkan langkah ini merupakan hasil pembelajaran pihaknya selama setahun terakhir. Mereka juga menghapus ketersediaan aplikasi Apotik Antar yang sebelumnya sempat hadir secara terpisah. Kini semuanya terpusat di satu aplikasi.

Jonathan menceritakan rahasia kecepatan pemesanan di aplikasi versi baru ini adalah simplifikasi sistem. Dulu setiap pemesanan memerlukan penawaran harga dari berbagai apotek dan diperlukan beberapa langkah untuk memastikan transaksi. Waktu rata-rata untuk setiap transaksi disebutkan mencapai lebih dari 40 menit karena harus menunggu konfirmasi dari apotek dan konfirmasi dari konsumen.

Halodoc 2.0 mencoba memangkas kerumitan sistem lama dengan memberlakukan sistem inventori apotek yang diklaim hampir akurat secara real time. Jika konsumen mencari sebuah obat sakit kepala merk tertentu, sistem secara otomatis akan mencari apotik terdekat yang memiliki inventori produk tersebut. Hal ini sejalan dengan tagline baru Halodoc, simplifying healthcare.

Karena menerapkan sistem baru, Halodoc harus back to basic. Mereka memperbarui kemitraan dengan apotik untuk memastikan keakuratan sistem inventorinya. Untuk itu mereka kembali mengerucutkan layanan ke Jabodetabek sebelum mengembangkan layanan ke kota-kota lain.

Adaptasi ke user experience baru

Perubahan ini tidak mudah. Ada beberapa hal yang “dikorbankan” di awal, seperti hilangnya dukungan pembayaran melalui Go-Pay dan konsumen diwajibkan kembali mengisi data pelanggan. Jika konsumen ingin membeli obat melalui Halodoc, platform sementara ini hanya mendukung pembayaran secara tunai. Keuntungannya saat ini platform membebaskan biaya antar.

Jonathan mengakui hal ini sebagai kerikil yang bakal diselesaikan di iterasi pengembangan selanjutnya. Menu lain yang bakal ditambahkan kembali adalah fitur Lab yang sedang disempurnakan.

Di versi awal, yang tersedia di Halodoc selain menu Pharmacy Delivery adalah Contact Doctor. Jonathan menyebutkan fitur ini kini menggunakan engine baru untuk meningkatkan kualitas percakapan melalui video dan suara.

“Untuk layanan Contact Doctor, saat ini sudah ada 19.000 dokter yang bisa diajak berdiskusi oleh pengguna kapanpun. Sementara untuk pharmacy delivery sudah ada 1000 apotek di berbagai wilayah di Indonesia yang bergabung dengan Halodoc,” ujar Jonathan.

Rencana pengembangan

Dalam jangka waktu dekat, selain pengalaman penggunaan yang lebih seamless dan integrasi metode pembayaran Go-Pay, Jonathan dan Go-Jek bakal mengembangkan Halodoc dan Go-Med agar kembali tersedia di semua kota tempat Go-Jek beroperasi.

Menanggapi solusi ini, pihak penyedia layanan apotek tidak menganggapnya sebagai ancaman. Direktur Eksekutif GP Farmasi dan Majelis Kehormatan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Darodjatun Sanusi mengungkapkan, “Keberadaan solusi digital seperti layanan dari Halodoc dan Go-Jek ini tidak hanya membantu masyarakat memperoleh kemutuhan medisnya dengan mudah dan aman, tetapi juga membantu apotek memperluas pasarnya. Jadi ini merupakan simbiosis mutualisme yang patut kita dorong.”

Application Information Will Show Up Here

 

DScussion #66: HaloDoc dan Mimpi Besar Layanan Teknologi Kesehatan yang Ideal

DailySocial berbincang-bincang dengan CEO HaloDoc Jonathan Sudharta di kantor HaloDoc yang terletak di Kuningan, Jakarta Selatan. Startup teknologi kesehatan ini mencoba untuk menjadi pemberi solusi untuk mempermudah akses kesehatan di Indonesia yang bisa dibilang masih jauh dari kata ideal.

Selain soal impian tersebut, Jonathan menjelaskan posisi Apotikantar saat ini, Go-Med, dan target HaloDoc 2-3 tahun mendatang. Simak cerita lengkapnya dalam DScussion kali ini.

Startup Teknologi Kesehatan HaloDoc Peroleh Pendanaan Seri A

Startup teknologi kesehatan HaloDoc mengumumkan perolehan pendanaan Seri A dari grup investor yang terdiri dari Clermont Group, Go-Jek, Blibli, dan NSI Ventures. Meskipun tidak spesifik menyebutkan perolehan di putaran kali ini, HaloDoc menyebutkan total pendanaan yang diperoleh oleh HaloDoc sebesar $13 juta (sekitar 170 miliar Rupiah). Pendanaan akan digunakan untuk meningkatkan kualitas aplikasi yang dikembangkan oleh grup, termasuk Apotik Antar, dan untuk membantu melayani dan mengatasi permasalahan akses kesehatan di seluruh Indonesia.

Bersamaan dengan pendanaan ini, HaloDoc juga secara resmi mengumumkan kolaborasi dengan investornya, Go-Jek, untuk pengembangan Go-Med sebagai layanan pengantaran produk kesehatan secara on-demand.

Pendiri dan CEO HaloDoc Jonathan Sudharta dalam rilisnya menyebutkan, “Visi kami untuk HaloDoc adalah membantu membawa layanan kesehatan yang lebih baik ke jutaan orang Indonesia. Kami ingin mengatasi [permasalahan ini] melalui teknologi untuk isu seperti sulitnya akses kesehatan. Putaran pendanaan ini membantu kami untuk terus membangun sumberdaya engineer dan mengembangkan produk yang paling cocok untuk adopsi yang lebih luas dalam rangka mencapai tujuan tersebut.”

HaloDoc diluncurkan bulan April lalu, HaloDoc memiliki sejumlah fitur kesehatan, seperti konsultasi medis menggunakan fitur video call (teleconsultation), pembelian obat melalui Apotik Antar yang lebih dulu hadir, pemeriksaaan lab secara on-demand, dan informasi direktori yang memuat informasi dokter dan pusat kesehatan di Indonesia.

Sepanjang tahun ini banyak startup teknologi kesehatan yang mendapatkan pendanaan baru. Meskipun demikian, menurut survei yang dilakukan DailySocial, penetrasi layanan teknologi kesehatan di Indonesia masih rendah karena hanya sepertiga responden yang mengenal startup di sektor ini.

Pendanaan seperti ini, menjadi titik tolak bagi HaloDoc untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas, yang tidak hanya belum mengerti soal produk-produk teknologi kesehatan, tapi juga kekurangan akses kesehatan yang memadai.

Application Information Will Show Up Here

Go-Med, Layanan Kesehatan Kolaborasi Go-Jek dan Apotik Antar, Tinggal Tunggu Pembaruan Aplikasi Resmi (UPDATED)

Lebih dari sebulan yang lalu, kami memberitakan soal Go-Med, sebuah layanan yang kabarnya bakal menjadi kolaborasi Go-Jek dan Apotik Antar dalam menyediakan obat dari apotek secara on-demand. Berdasarkan pengamatan kami, rilis resmi Go-Med tinggal menunggu pembaruan Go-Jek berikutnya. Situs yang didedikasikan khusus untuk Go-Med sudah tersedia dan kami sudah mendapatkan gambaran bagaimana Go-Med (dan Go-Auto) diintegrasikan ke dalam aplikasi.

Go-Med pada dasarnya sama dengan layanan Apotik Antar saat ini. Mitra pengemudi Go-Jek membantu konsumen membeli obat-obatan, vitamin, dan peralatan medis dari apotek yang berlisensi. Sesungguhnya Apotik Antar pun dari awal tahun pun sudah menggunakan Go-Jek sebagai mitra transportasi, apalagi Go-Jek merupakan investor grup pendiri Apotik Antar.

Tampilan Go-Auto dan Go-Med di aplikasi Go-Jek
Tampilan Go-Auto dan Go-Med di aplikasi Go-Jek

Titik kritisnya, seperti yang sudah saya jelaskan di artikel sebelumnya, ada dua macam:

Ada dua isu yang menjadi pusat perhatian jika Go-Med benar-benar diluncurkan. Pertama adalah bagaimana streamline prosedur pencarian obat dari tim Apotik Antar ke tim dan mitra pengemudi Go-Jek. Di Apotik Antar, pencarian obat dilakukan oleh tim internal karena ketersediaan suatu obat sangat bervariasi antara satu apotek dan apotek yang lain. Hal ini berbeda dengan Go-Mart yang praktis barang dagangannya lebih seragam dan lebih umum.

Masyarakat tidak biasanya menunggu lama dan waktu tunggu saat mencari ketersediaan sebuah obat di apotek terdekat harus benar-benar diminimalisir.

Hal kedua adalah soal obat dengan resep dokter dan jenis obat-obat yang tidak dijual bebas. Memang benar bahwa dalam syarat dan ketentuannya mereka tidak mengakomodasi hal ini, tapi di lapangan siapa berani bertanggung jawab? Kedua hal menjadi titik krusial kesuksesan Go-Med yang harus siap mengakomodasi jenis dan jumlah konsumen yang lebih beragam.

Selain itu kami juga telah mendapatkan gambaran bagaimana Go-Med dan Go-Auto dimasukkan ke dalam halaman depan aplikasi. Go-Auto sendiri saat ini baru bisa diakses melalui situsnya dan kanal Go-Jek di LINE.

Tak cuma sekedar fitur membersihkan kendaraan, Go-Auto sudah berkembang untuk mengakomodasi servis berkala (misalnya penggantian oli) atau kebutuhan darurat (misalnya ban kempes atau kebutuhan derek kendaraan). Pasti bakal sangat berguna jika sehandal yang diharapkan, apalagi saat kendaraan mogok di jalan tol atau saat malam hari.

Berikut ini adalah screenshot menu Go-Med:

Sementara berikut ini adalah screenshot menu Go-Auto:

Update: Go-Auto mulai diintegrasikan di dalam aplikasi untuk sejumlah pelanggan terpilih.

Application Information Will Show Up Here

Go-Med dan Ketergantungan dengan Layanan On-Demand

Sekitar dua hari yang lalu, sebuah akun Twitter populer yang membahas soal startup, @startupwati, “membocorkan” dokumen tentang kerja sama Go-Jek dan Apotik Antar untuk mengembangkan fitur Go-Med dalam aplikasi Go-Jek. Go-Med bakal membantu konsumen membeli obat tanpa perlu pergi apotek, seperti halnya fitur Go-Mart untuk minimarket dan pasar swalayan. Sejauh ini kami belum mendapat konfirmasi, baik dari pihak Go-Jek maupun Apotik Antar, meskipun domain Go-Med.co.id sendiri sudah dimiliki Go-Jek. Kehadiran Go-Med bakal mengukuhkan posisi Go-Jek sebagai layanan on-demand yang memudahkan hidup.

Ide Go-Med sebenarnya sudah diaplikasikan dalam layanan Apotik Antar versi baru yang tersedia sejak awal tahun dan juga diintegrasikan dalam satu payung HaloDoc. Saya pribadi sudah beberapa kali mencobanya. Konsumen meminta Apotik Antar untuk membelikan obat tertentu, pihak Apotik Antar mencarikan ketersediaan obat, dan nanti diantar menggunakan armada Go-Jek. Kemitraan ini lancar karena Go-Jek sendiri adalah salah satu investor di perusahaan pengembang Apotik Antar dan HaloDoc.

Mengembangkan Go-Med di dalam aplikasi Go-Jek berarti meningkatkan exposure fitur ini ke konsumen yang lebih luas. Go-Jek sendiri di platform Android kini sudah diunduh lebih dari 10 juta kali.

Ada dua isu yang menjadi pusat perhatian jika Go-Med benar-benar diluncurkan. Pertama adalah bagaimana streamline prosedur pencarian obat dari tim Apotik Antar ke tim dan mitra pengemudi Go-Jek. Di Apotik Antar, pencarian obat dilakukan oleh tim internal karena ketersediaan suatu obat sangat bervariasi antara satu apotek dan apotek yang lain. Hal ini berbeda dengan Go-Mart yang praktis barang dagangannya lebih seragam dan lebih umum.

Masyarakat tidak biasanya menunggu lama dan waktu tunggu saat mencari ketersediaan sebuah obat di apotek terdekat harus benar-benar diminimalisir.

Hal kedua adalah soal obat dengan resep dokter dan jenis obat-obat yang tidak dijual bebas. Memang benar bahwa dalam syarat dan ketentuannya mereka tidak mengakomodasi hal ini, tapi di lapangan siapa berani bertanggung jawab? Kedua hal menjadi titik krusial kesuksesan Go-Med yang harus siap mengakomodasi jenis dan jumlah konsumen yang lebih beragam.

Kehadiran Go-Med dan Go-Auto, yang terakhir baru saja diluncurkan, menunjukkan besarnya pasar on-demand di sektor apa saja di Indonesia. Masyarakat semakin terbiasa dimanja dengan kemudahan datangnya barang-barang yang diinginkan tanpa perlu susah payah mencari penyedianya dan bisnis segala lini harus siap jemput bola.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here