Halodoc Rumahkan Karyawan untuk Jaga Pertumbuhan

Startup healthtech Halodoc merumahkan (PHK) sejumlah karyawannya. Perusahaan berdalih, langkah ini diambil dalam rangka merespons perubahan besar dalam situasi makroekonomi, politik, dan geopolitik secara global dan domestik.

“Mengharuskan seluruh pelaku bisnis untuk terus beradaptasi, mengevaluasi strategi bisnis secara berkala, hingga bertransformasi demi memastikan strategi terbaik untuk menghadapi dinamika industri,” ujar VP Government Relations & Corporate Affairs Halodoc Adeline Hindarto dalam keterangan resmi.

Dia melanjutkan, sebagai perusahaan teknologi di industri kesehatan, adaptasi dan kelincahan menjadi mantra perusahaan sejak hadir di Indonesia. Menghadapi iklim industri saat ini, perusahaan perlu menyiapkan organisasi yang tanggap dengan perubahan masa depan, dan untuk itu perusahaan harus melakukan rightsizing.

Tidak disebutkan total karyawan yang terdampak dari keputusan ini. Sumber menyebutkan dari sekitar 1.300 karyawan tersisa 950 orang, atau hampir 30% yang terkena PHK.

Adeline memastikan perusahaan tetap memenuhi hak-hak karyawan sesuai peraturan dan hukum yang berlaku. Setiap karyawan akan memiliki perlindungan asuransi kesehatan hingga Desember 2024.

Menurutnya, langkah transformasi ini diambil dengan pertimbangan matang demi menjaga relevansi dan keberlanjutan perusahaan di masa mendatang. Dipastikan ke depannya, Halodoc akan terus fokus untuk meningkatkan layanan dan memperluas akses layanan kesehatan bagi masyarakat, dengan berorientasi pada produktivitas, agility dan keberlangsungan bisnis jangka panjang.

Menurut catatan kami, saat ini Halodoc menjadi pemain healthtech terbesar di Indonesia dengan kisaran valuasi $600 juta. Startup ini juga digadang-gadang berpotensi menjadi unicorn berikutnya dari sektor kesehatan. Layanan Halodoc cukup menyeluruh, khususnya di sisi consumer healthcare. Selain telemedis, mereka juga menjalankan model bisnis e-farmasi, layanan kesehatan on-demand, produk wellness, hingga layanan kesehatan mental.

Baru umumkan pendanaan seri D

Pada Juli 2023, Halodoc baru mengantongi pendanaan seri D yang dipimpin oleh Astra Digital sebesar $100 juta, beserta investor lainnya Openspace dan Novo Holdings yang berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Investasi ini diharapkan dapat membawa integrasi antara Grup Astra, melalui Hermina dan Halodoc, dan ekosistem Astra, dalam rangka menciptakan pengalaman pasien yang lebih lancar. Juga, membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan secara merata dan berkualitas seantero negeri.

Halodoc menggunakan dana tersebut untuk empat hal:

  1. Memperkuat ekosistemnya yang terintegrasi dengan lebih banyak pelaku kesehatan mulai dari dokter, apoteker, rumah sakit, klinik, hingga penyedia asuransi;
  2. Mengembangkan berbagai layanan kesehatan bersifat preventif, di antaranya layanan Home Lab yang memungkinkan pengguna mendapatkan berbagai layanan tes kesehatan dari rumah secara nyaman dan privat;
  3. Mengembangkan Asuransiku, agar pengguna bisa mendapatkan layanan kesehatan yang telah terintegrasi dengan layanan asuransi secara lebih seamless dan terjangkau;
  4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan pentingnya menjaga kesehatan sebelum sakit.

Di Indonesia sendiri, Halodoc berkompetisi langsung dengan sejumlah pemain. Beberapa di antaranya adalah Alodokter, Good Doctor, KlikDokter, Prixa, dan beberapa lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Ini Dia Startup dan Investor di Ekosistem Healthtech Indonesia

Sektor kesehatan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari disparitas pemenuhan dokter, sebaran fasilitas kesehatan yang kurang merata, hingga inovasi di bidang medis yang masih relatif lambat — sehingga menciptakan gap yang cukup kentara di banyak wilayah.

Misalnya terkait dokter spesialis, menurut Dirjen Tenaga Kesehatan Kemenkes rasionya masih sangat kecil, pemerintah menargetkan bisa mencapai target rasio 0,28: 1.000 sehingga saat ini masih dibutuhkan 30 ribu dokter spesialis.

Terlepas dari upaya yang dilakukan di hulu, kini pendekatan berbasis teknologi mulai digencarkan untuk bisa memicu adopsi layanan kesehatan yang lebih baik ke semua kalangan masyarakat, termasuk melalui aplikasi digital. Bahkan untuk menciptakan iklim inovasi yang lebih kondusif, Kemenkes telah membangun unit khusus (DTO/Digital Transformation Office) dan roadmap yang cukup jelas mengenai inovasi layanan kesehatan di Indonesia.

DTO mendorong hadirnya regulasi yang lebih bersahabat untuk ekosistem healthtech di Indonesia, implikasinya inovasi-inovasi teknologi kesehatan kini menjadi lebih mudah diuji, diaplikasikan, dan dikomersialisasikan. Di samping itu ada misi untuk menata ulang pencatatan dan digitalisasi data untuk kepentingan jangka panjang.

Tentu ini menjadi peluang besar untuk para inventor healthtech di Indonesia yang diproyeksikan mencapai $1,7 miliar pada 2023 dan akan tumbuh dengan CAGR 10,35% sampai 2028 mendatang senilai $2,9 miliar.

Pemain healthtech terbesar

Startup healthtech sudah mulai bermunculan sejak era perkembangan awal startup. Dimulai dari portal informasi kesehatan, layanan telemedis, e-pharmacy, layanan kesehatan O2O, hingga kini menuju ke inovasi babak selanjutnya: biotech.

Didasarkan pada data pendanaan yang diumumkan publik, tiga startup saat ini diproyeksikan telah menjadi centaur (sejauh ini belum ada unicorn lokal dari vertikal healhtech).

Startup Pendanaan Estimasi Valuasi (Venture Cap)
Halodoc · Seri D: $100 juta (Astra Digital, Openspace, Novo Holdings, dll).

· Seri C: $80 juta (Astra, Temasek, Telkomsel MItra Inovasi, Novo Holdings, Bangkok Bank dll).

· Seri B: $65 juta (UOB Venture, Singtel Innov8, KIP, Melinda Gates Foundation, Prudential, Allianz X, dll).

· Seri A: $13 juta (Clermont Group, Go-Jek, Blibli, NSI Ventures).

· Seed: Undisclosed.

± $600 juta
Alodokter · Venture Round: Undisclosed (Marubeni Corp, MDI Ventures, Samsung Ventures).

· Seri C+: Undisclosed (MDI Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Heritas, Hera Capital).

· Seri C: $33 juta (Sequis Life, Philips, Heritas Capital, Hera Capital, Dayli Partners dll).

· Seri B: Undisclosed (Softbank, Golden Gate Ventures dll)

· Seri A: $2,5 juta (Golden Gate Venture, angel investor)

· Seed: Undisclosed (Fenox, 500 Startups, Golden Gate Ventures)

± $130 juta
Good Doctor Indonesia · Seri A: $10 juta (MDI Ventures, Grab, Softbank)

· Seed: Undisclosed (Grab, Ping An)

mendekati $100 juta

Investor di vertikal healthtech

Dalam satu tahun terakhir, sektor healthtech dan turunannya memiliki momentum pertumbuhan yang sangat pesat. Ini mendorong para investor untuk mempertajam hipotesis mereka untuk turut andil di dalam vertikal industri ini. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah pemodal ventura juga telah mengalokasikan dana kelolaan khusus yang difokuskan untuk  berinvestasi ke startup healthtech.

Berikut ini daftar investor aktif di Indonesia yang memiliki fokus mendanai startup di bidang teknologi kesehatan:

Healthcare Fund dari East Ventures

Bulan lalu pemodal ventura yang dinakhodai Willson Cuaca ini baru mengumumkan inisiatif Healthcare Fund senilai $30 juta. Dana ini akan disalurkan ke startup healthtech dan turunannya di kawasan ini. Sejauh ini mereka juga sudah banyak berinvestasi ke startup healthtech (dan turunannya). Disampaikan sekurangnya ada 30 startup di Indonesia dan wilayah regional.

Di vertikal bisnis ini, East Ventures juga tampak lebih serius memperdalam keterlibatannya di area genomik – terutama di lini biotech dan deeptech. Berikut ini sejumlah daftar investasi terbarunya:

Startup Solusi Tahap Investasi
Moosa Genetics Pengembangan teknologi genetik untuk meningkatkan sektor peternakan Seed
Mesh Bio Layanan manajemen penyakit kronis dan analisis prediktif Seed
Etana Startup biofarmasi yang menghadirkan bahan baku obat biologis untuk kanker dan penyakit kronis lainnya Seed
AMILI Pengembang solusi pengobatan mikrobioma usus pertama di Asia Tenggara Seed
Aevice Health Alat monitoring kesehatan untuk solusi pernapasan kronis Seed

Dana Kelolaan CVC BUMN

MDI Ventures dan Bio Farma telah membentuk dana kelolaan bertajuk “Bio Health Fund” dengan komitmen investasi awal $20 juta. Mereka akan menginvestasikan dana tersebut ke startup tahap awal dan berkembang yang fokus di bidang biotech dan inovasi layanan kesehatan di Indonesia. CVC BUMN lainnya, yakni Mandiri Capital Indonesia, juga mengatakan bahwa mereka merilis thematic fund dengan salah satu fokusnya di bidang biotech.

MCI sendiri memang sedang fokus memperdalam hipotesis impact investment mereka melalui sejumlah co-investment, salah satunya bersama UNDP. Mereka mengeksplorasi startup yang berpotensi mendisrupsi sektor riil berdampak dengan inovasi teknologi.

MDI sendiri saat ini adalah investor dari sejumlah startup healthtech seperti Alodokter, Good Doctor, SwipeRx, CXAGroup, Pixa, dan Heals. Melalui unit lainnya, Telkomsel Mitra Inovasi yang juga merupakan anak perusahaan Telkom Group, mereka juga berinvestasi ke Halodoc dan Zi.Care.

Daftar VC yang berinvestasi ke healthtech

Kendati tidak memiliki dana kelolaan khusus, selain pemodal ventura yang sudah disebutkan namanya di atas, sejumlah pemodal ventura juga memiliki ketertarikan untuk berinvestasi ke startup healthtech lokal dalam dua tahun terakhir. Berikut daftar selengkapnya:

  1. AC Ventures
  2. Astra Digital
  3. GK-Plug and Play
  4. Golden Gate Ventures
  5. Iterative
  6. Jungle Ventures
  7. Kenangan Fund (Kopital Ventures)
  8. Openspace Ventures
  9. Skystar Capital
  10. Softbank
  11. Teja Ventures
  12. Venturra
  13. Wavemaker Partners

Selain itu sejumlah angel investor juga mulai turut andil dalam berinvestasi ke startup healthtech, terutama dalam putaran pre-seed atau seed.

Lanskap Teknologi Kesehatan Indonesia Tahun 2023

Kesehatan merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Namun, Indonesia adalah salah satu negara dengan akses dan infrastruktur kesehatan yang kurang memadai (atau pemerataannya masih jauh dari ideal). Setuju atau tidak, pandemi selama lebih dari tiga tahun terakhir, membuka mata banyak pihak untuk memperbaiki industri kesehatan di tanah air.

Dalam ringkasan laporan yang disusun DS/X Ventures, nilai industri healthcare di Indonesia diproyeksi mencapai $68 miliar di 2030, berpotensi untuk memberikan dampak signifikan dengan melibatkan adopsi teknologi. Untuk lebih lengkapnya, DailySocial.id merangkum beberapa poin menarik terkait lanskap kesehatan Indonesia.

Transformasi kesehatan Indonesia

Terlepas potensinya, healthtech Indonesia terhalang sejumlah hambatan yang menghalangi pengembangan inovasi di bidang kesehatan. Menurut Chief Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes Setiaji, sulit untuk mendisrupsi industri ini karena, salah satunya, tidak ada keterhubungan data antar-fasilitas kesehatan.

Ada 400 aplikasi di bidang kesehatan, 70 aplikasi puskesmas, dan 50 aplikasi RS yang memiliki sistem sendiri-sendiri.

Masalah klasik lainnya adalah sulitnya masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan karena keterbatasan biaya dan lokasi fasilitas kesehatan. Kemenkes mencatat rasio dokter hanya berkisar 0,38 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur di RS adalah 1,2 per 1.000 populasi pada 2020. Adapun, rata-rata biaya kesehatan per kapita Indonesia di 2022 turun 6,39% menjadi Rp32,1 ribu dari tahun sebelumnya sebesar Rp34,3 ribu.

Padahal, inovasi di bidang kesehatan dapat membantu proses bisnis di sektor kesehatan dan membuka akses lebih luas terhadap masyarakat. Adopsinya juga dapat didorong melalui kolaborasi antara faskes tradisional, seperti klinik, RS, dan farmasi dengan penyedia solusi digital untuk saling memperkuat pengetahuan, infrastruktur, dan ekspertis dalam menjangkau pengguna yang lebih besar.

Beberapa inovasi kesehatan antara lain:

  1. Data kesehatan dan analitik
    Data-data yang dikumpulkan dapat dianalisis untuk menghasilkan insight bernilai bagi pemangku kepentingan di industri kesehatan. Misalnya, pengembangan obat yang dapat dipersonalisasi, pencegahan penyakit, dan pengelolaan kesehatan masyarakat.
  2. Aksesibilitas dan keterjangkauan
    Infrastruktur kesehatan yang kurang memadai di negara berkembang, termasuk Indonesia, menyulitkan masyarakat di daerah untuk melakukan pengobatan. Belum lagi, biaya berobat di Indonesia, terutama di RS, masih terbilang tinggi. Digitalisasi rantai klinik yang dikembangkan Klinik Pintar menjadi salah satu upaya untuk mempermudah akses kesehatan bagi segmen akar rumput.
  3. Pengelolaan data pasien
    Industri kesehatan adalah salah satu industri yang sulit untuk didisrupsi karena proses bisnisnya sebagian besar masih manual. Rekam medis dan administrasi kebanyakan ditulis di kertas. Nature bisnis kesehatan yang sangat teregulasi juga menyulitkan platform healthtech untuk mengembangkan inovasi, misalnya digitalisasi rekam medis.

Kabar baiknya, tahun lalu Kemenkes telah menerbitkan regulasi tentang penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik (RME) pada fasyankes; tertuang dalam PMK No. 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis yang merupakan perubahan dan pemutakhiran dari peraturan sebelumnya PMK No. 269 Tahun 2008.

Menurut Setiaji, aturan baru ini akan memberikan dukungan signifikan terhadap tercapainya keterhubungan data yang selama ini menjadi isu utama pelaku healthtech. Otomatis, regulasi ini dinilai akan memudahkan pelaku healthtech untuk mengembangkan inovasi.

Peta Jalan Transformasi Digital Kesehatan / Sumber: Kemenkes

Upaya pemerintah untuk mentransformasi digital industri kesehatan juga akan menjadi langkah penting untuk memberikan dampak signifikan terhadap perbaikan industri kesehatan di Indonesia. Ada tiga agenda utama yang menjadi prioritas Kemenkes, yaitu integrasi dan pengembangan pada sistem data, aplikasi pelayanan, dan ekosistem di bidang teknologi kesehatan (healthtech).

Healthtech di Indonesia

Adopsi layanan healthtech Indonesia naik signifikan saat pandemi Covid-19. Telemedis adalah layanan healthtech yang paling banyak digunakan, memungkinkan masyarakat untuk berkonsultasi online dengan tenaga kesehatan melalui aplikasi. Platform Halodoc dan Alodokter adalah contoh aplikasi telemedis terpopuler.

Sumber: Statista / Diolah kembali DS/X Ventures

Namun, perkembangan healthtech Indonesia tak terbatas pada adopsi layanan telemedis saja. Pelaku startup mengembangkan inovasi untuk layanan pencegahan penyakit, digitalisasi klinik dan rumah sakit, hingga kesehatan mental. Beberapa di antaranya ada Fita, Klinik Pintar, dan Riliv.

Ekosistem healthtech di Indonesia / Sumber: DS/X Ventures

Selama tiga tahun terakhir, healthtech Indonesia juga diguyur investasi yang menandakan sektor ini memiliki potensi untuk berkembang. Halodoc, sejauh ini, telah mengumpulkan pendanaan hingga $180 juta dari Gojek, Astra, Telkomsel, Singtel, hingga Temasek. Sementara, Alodokter mendapat dukungan investasi dengan total $51,5 juta, salah satunya dari SoftBank.

Data yang dihimpun oleh DS/X Ventures mencatat bahwa selama sepuluh tahun terakhir, sektor healthtech di tanah air telah mendapat total pendanaan dari investor sebesar $231,7 juta, kebanyakan dikucurkan untuk startup tahap awal dan seri A.

Eksplorasi genomik

Genomik menjadi salah satu studi yang tengah disorot dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Meski masih terbilang tahap awal, studi tentang keseluruhan gen sebuah organisme (genom) telah banyak dilakukan karena potensinya sangat besar terhadap aspek kehidupan masyarakat di masa depan.

Berdasarkan laporan yang diterbitkan East Ventures di 2023, genomik memiliki sejumlah manfaat yang dapat diaplikasikan ke area yang lebih luas, termasuk:

  1. Pengembangan obat
    Pemanfaatan genomik dapat mendorong penelitian terhadap obat-obatan yang lebih efektif dan akurat bagi individu.
  2. Pengobatan prediktif
    Dengan mengidentifikasi penanda genetik terkait risiko penyakit, diagnosis berbasis genomik dapat memungkinkan pengobatan prediktif sehingga individu yang lebih rentan terhadap penyakit tertentu dapat mendeteksi lebih awal dan memungkinkan pencegahan tepat waktu.
  3. Metode pengobatan
    Genomik diyakini dapat merevolusi metode pengobatan. Misalnya, terapi gen untuk mencari kesalahan spesifik yang dikodekan dalam DNA kita. Ini memungkinkan perawatan yang lebih efisien dan efektif bagi individu.

Secara umum, inovasi genomik dapat berdampak signifikan terhadap pengembangan obat-obatan, diagnosis, hingga metode pengobatan, yang mana dapat meningkatkan tindakan perawatan pasien dan menghasilkan perawatan yang lebih terpersonalisasi.

Disclosure: DS/X Ventures merupakan bagian dari grup DailySocial.id

Astra Kembali Pimpin Pendanaan Seri D Rp1,5 Triliun untuk Halodoc [UPDATED]

PT Astra International Tbk melalui anak usahanya, PT Astra Digital International (Astra Digital), memimpin putaran pendanaan seri D untuk Halodoc senilai $100 juta (lebih dari Rp1,5 triliun). Disebutkan total investasi yang telah dikucurkan Astra untuk Halodoc mencapai $135 juta (lebih dari Rp2 triliun).

Dalam keterangan resmi yang disampaikan pada hari ini (28/7), Openspace dan Novo Holdings, investor dari Denmark, turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Perseroan memercayai bahwa kolaborasi ini dapat memberikan solusi inovatif bagi masyarakat, serta memberikan dampak positif bagi industri kesehatan dan pertumbuhan ekonomi digital di tanah air.

Perseroan melakukan sejumlah investasi untuk industri kesehatan di Indonesia, yakni Halodoc (2021 dan 2023) dan Hermina (2022). Mereka percaya dengan sinergi antara Halodoc, Hermina, dan ekosistem Astra dapat menciptakan perjalanan pasien yang lancar, serta membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan secara merata dan berkualitas seantero negeri.

“Tingginya permintaan terhadap layanan akses kesehatan yang berkualitas telah mendorong meningkatnya adopsi teknologi digital pada layanan kesehatan. Astra menilai sektor kesehatan di Indonesia memiliki prospek pertumbuhan yang baik dalam jangka panjang. Hal ini turut didukung oleh upaya-upaya pemerintah memajukan sektor layanan kesehatan di tanah air,” ucap Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro.

Partner Openspace Shane Chesson menyampaikan, pihaknya bangga dapat berpartisipasi dan melanjutkan kemitraan yang sudah dijalin bersama Halodoc sejak 2017. “Pilihan layanan kesehatan digital menjadi pilihan utama bagi pasien, dan Halodoc menjadi yang terdepan, telah membangun hubungan kepercayaan dan berbagai layanan yang memberikan special insights,” ujarnya.

CEO & Co-Founder of Halodoc Jonathan Sudharta menambahkan, setelah dampak pandemi, Indonesia berada pada momen yang sangat penting bahwa ada tantangan bagaimana perusahaan dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat terhadap akses layanan kesehatan yang berkualitas di Indonesia. Perusahaan pun memfokuskan diri sebagai penyedia solusi dari masalah kesehatan yang dialami oleh para pengguna, dengan menyederhanakan akses kesehatan.

“Apresiasi kami berikan terhadap kepercayaan Astra dan para pemangku kepentingan kami, merupakan dukungan yang tak ternilai dalam perjalanan kami menerapkan teknologi untuk kebutuhan kesehatan,” ujar dia.

Dana segar ini nantinya akan difokuskan untuk empat hal:

  1. Memperkuat ekosistemnya yang terintegrasi dengan lebih banyak pelaku kesehatan mulai dari dokter, apoteker, rumah sakit, klinik, hingga penyedia asuransi;
  2. Mengembangkan berbagai layanan kesehatan bersifat preventif, di antaranya layanan Home Lab yang memungkinkan pengguna mendapatkan berbagai layanan tes kesehatan dari rumah secara nyaman dan privat;
  3. Mengembangkan Asuransiku, agar pengguna bisa mendapatkan layanan kesehatan yang telah terintegrasi dengan layanan asuransi secara lebih seamless dan terjangkau;
  4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dan pentingnya menjaga kesehatan sebelum sakit.

Di Indonesia sendiri, Halodoc berkompetisi langsung dengan sejumlah pemain. Beberapa di antaranya adalah Alodokter, Good Doctor, KlikDokter, Prixa, dan beberapa lainnya.

Pencapaian Halodoc

Aplikasi Halodoc

Momentum pandemi COVID-19 secara tidak langsung mendorong masyarakat menggunakan layanan telemedik misalnya konsultasi medis secara online. Berdasarkan data dari Aliansi Telemedik Indonesia (Atensi) terdapat kurang lebih 17,9 juta aktivitas konsultasi kesehatan yang berasal dari 19 perusahaan telemedisin pada 2022 lalu. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa teknologi digital memainkan peran kunci pada kemajuan industri kesehatan pada saat ini.

Sejak diluncurkan pada 2016, Halodoc telah membuka akses ke lebih dari 20.000 praktisi medis, 3.300 rumah sakit, dan 4.900 apotek. Pada 2022, terdapat lebih dari 20 juta pengguna aktif bulanan terhubung dengan platform Halodoc.

Halodoc mengambil pendekatan terhadap teknologi memiliki layanan kesehatan bagi masyarakat yang terintegrasi, mulai dari telemedik dengan dokter terdaftar, pemesanan obat yang terpercaya, reservasi layanan diagnosa lab, reservasi kunjungan dengan dokter di rumah sakit hingga pengurusan asuransi, pembayaran dan administrasi pihak ketiga.

Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, Halodoc mengedukasi kesehatan masyarakat yang fokus pada tindakan preventif, di antaranya melalui artikel kesehatan yang dapat ditemukan secara mudah pada aplikasi dan blog Halodoc.

Hal tersebut menjadi strategi Halodoc untuk menyasar potential user melalui pendekatan yang lebih relevan. Lalu, menghadirkan solusi layanan preventif Halodoc seperti Home Lab yang memungkinkan masyarakat melakukan tes kesehatan dari rumah secara privat dan seamless.

Dari sisi profil pengguna pun, aplikasi Halodoc telah dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan kesehatan bagi seluruh kelompok umur, mulai dari gen Z, millennial, hingga baby boomers. Beberapa inovasi yang dihadirkan mulai dari layanan Janji Temu, Home Lab, Mental Health, dan Animal Health.

Bagi generasi muda dengan jumlah mencapai 53,81% dari total populasi Indonesia, layanan berbasis teknologi yang praktis dan instan telah menjadi kebutuhan dalam keseharian mereka. Oleh karena itu, Halodoc mengintegrasikan berbagai layanan kesehatan secara seamless hanya dalam satu aplikasi.

Sementara itu, Halodoc pun menunjukkan kepeduliannya terhadap pengguna di kalangan usia lansia dengan menghadirkan layanan yang memudahkan proses konsultasi dengan dokter bagi para caregiver (anggota keluarga yang merawat) dengan layanan Elderly Care maupun fitur Langganan yang membantu mengingatkan dan memudahkan pembelian produk kesehatan secara rutin bagi orang tua.

Berdasarkan data Statista, diprediksi pada 2027 mendatang, industri kesehatan digital akan bernilai $3,97 miliar, tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 15% dari nilai pasar pada 2022 sebesar $1,98 miliar.

*) Kami menambahkan informasi tambahan: investor lainnya yang bergabung dan penggunaan dana investasi

Application Information Will Show Up Here

Raih Penghargaan Bergengsi, Ini Rahasia Halodoc Hadirkan Inovasi Relevan bagi Penggunanya

Platform layanan kesehatan digital Halodoc baru saja meraih sejumlah penghargaan bergengsi dalam waktu kurang dari tiga bulan secara berturut-turut. Penghargaan yang berhasil diraih adalah Marketeers Youth Choice Award (YCA) 2023, Fortune Indonesia Change the World 2022, Katadata25: The Game Changer in Digital, dan PPKM Award 2023 dari Pemerintah Indonesia

Melalui berbagai penghargaan ini, Halodoc kini membuktikan menjadi salah satu platform kesehatan digital pilihan dan andalan masyarakat. Saat ini, Halodoc telah digunakan oleh lebih dari 20 juta pengguna aktif per bulannya, dengan pengguna yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Maluku, Kepulauan Riau, Kalimantan, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

Chief Operating Officer Halodoc, Veronica Sari Utami, menyatakan pencapaian ini tak terlepas dari inovasi Halodoc yang relevan dengan kebutuhan pengguna dan strategi marketing berbasis data yang tepat dan konsisten. “Kami mengucapkan terima kasih atas kepercayaan pengguna, dukungan stakeholder serta media yang telah menjadi faktor penting di balik semua manfaat baik yang diberikan oleh tim Halodoc saat ini. Selama hampir tujuh tahun beroperasi, Halodoc terus berinovasi guna menghadirkan akses layanan kesehatan yang dapat diandalkan pengguna kapan pun dan dimana pun,” ujar Veronica.

“Di Halodoc kami selalu mengedepankan kepentingan pengguna patient first. Kemudahan dan kenyamanan mereka dalam mengakses layanan kesehatan menjadi fokus Halodoc. Kami juga bersyukur bahwa berbagai inovasi yang telah kami hadirkan kini menjadi solusi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan semakin menjadi bagian dari keseharian masyarakat,” sambungnya.

Tak cuma inovasi layanan end-to-end, Halodoc juga sadar demi mempermudah akses layanan kesehatan, mereka butuh strategi marketing yang tak cuma untuk memperluas telehealth, tetapi juga bagaimana layanan ini bisa diterima dengan  baik oleh masyarakat. Pada awal Halodoc berdiri di 2016, telehealth masih menjadi konsep yang awam, tetapi berkat strategi marketing yang konsisten, telehealth sekarang telah menjadi bagian gaya hidup sehat banyak orang.

Veronica menekankan, strategi marketing yang dimaksud meliputi strategi berbasis data yang fokus ke 7P (product, promotion, people, place, price, process, dan physical evidence). Selain itu, lanjutnya, Halodoc juga terus mengedukasi masyarakat dengan informasi yang fokus pada tindakan preventif seperti artikel kesehatan yang bisa mudah dicari lewat aplikasi dan blog Halodoc, serta hadirnya solusi layanan preventif Home Lab untuk memungkinkan penggunanya melakukan tes kesehatan dari rumah.

Aplikasi Halodoc sendiri dirancang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan berbagai generasi, mulai dari gen Z, millennial, hingga baby boomers. Sejauh ini, Halodoc telah menghadirkan sederet inovasi mulai dari layanan Janji Temu, Home Lab, Mental Health, dan Animal Health. Layanan kesehatan Halodoc juga terintegrasi dalam satu aplikasi untuk memudahkan kebutuhan pengguna gen Z dan milenial yang kini jumlahnya mencapai 53,81% dari total populasi Indonesia.

Tak lupa untuk kalangan lansia, Halodoc pun menghadirkan layanan yang semakin memudahkan caregiver dalam merawat keluarganya salah satunya dengan fitur Langganan untuk reminder dan membantu pembelian produk kesehatan orang tua secara rutin.  Ke depannya, Halodoc akan fokus untuk terus mengembangkan berbagai layanan kesehatan preventif dan menjadikan aplikasi Halodoc semakin relevan untuk masyarakat di berbagai kalangan usia.

“Sebagai platform layanan kesehatan berbasis digital, kami berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dari berbagai kalangan masyarakat. Kami melihat bahwa masih terdapat pain points bagi masyarakat yang ingin terus menjaga kesehatannya dan para caregiver yang merawat orang tua mereka. Oleh karena itu, kami fokus untuk menghadirkan layanan kesehatan seamless yang dapat diandalkan sehingga mereka dapat #TenangMenjaga kapan pun dan di mana pun,” tutup Veronica.

 

7 Aplikasi Kesehatan sebagai Solusi Terbaik Berobat Jarak Jauh

Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah merambah ke berbagai bidang, tanpa terkecuali di bidang kesehatan. Salah satu bentuknya adalah dengan berkembangnya layanan telemedicine.

Telemedicine sendiri merupakan layanan kesehatan berbasis teknologi yang memungkinkan penggunanya untuk berkonsultasi kesehatan secara jarak jauh dengan tenaga medis atau profesional di bidangnya. Telemedicine disebut-sebut sebagai revolusi bagi dunia kesehatan, sebab dengan bantuan aplikasi, masyarakat tidak perlu lagi melakukan tatap muka untuk mengakses layanan kesehatan.

Nah, kali ini Daily Social sudah merangkumkan 7 aplikasi kesehatan yang populer digunakan di Indonesia.

Halodoc

halodoc
©googleplay

Halodoc merupakan salah satu aplikasi layanan kesehatan yang paling populer di Indonesia. Dengan aplikasi ini, kamu bisa melakukan konsultasi kesehatan dengan dokter dari beragam spesialis mulai dari dokter umum hingga dokter kesehatan jiwa, membeli obat, hingga melakukan pemeriksaan laboraturiom melalui smartphone.

Halodoc sendiri memiliki dua jenis konsultasi yang dapat dilakukan oleh pasien. Pertama adalah konsultasi yang bersifat emergensi yang 68 persen dapat diselesaikan dengan tindakan medis digital. Sementara yang kedua, pasien yang sudah bertemu dengan dokter dapat melakukan follow up dari perawatan yang dijalani.

Alodokter

alodokter
©googleplay

Alodokter juga merupakan salah satu aplikasi telemedicine yang cukup populer digunakan di Indonesia. Aplikasi ini menyediakan berbagai fitur utama, yakni konsultasi dengan dokter, membuat janji konsultasi hingga mencari rumah sakit pilihan.

Kamu bisa melakukan konsultasi dengan dokter secara online pada kolom Tanya Dokter. Tak hanya itu, kamu juga bisa membaca berbagai artikel kesehatan yang ditulis oleh dokter yang berpengalaman.

KlikDokter

klikdokter
©googleplay

KlikDokter merupakan aplikasi kesehatan yang sudah berdiri sejak tahun 2008 yang lalu. Kini, KlikDokter memfokuskan diri untuk menyediakan informasi dan layanan kesehatan secara daring dengan mengembangkan berbagai fitur kesehatan.

Kamu bisa mencari berbagai informasi mengenai penyakit, diagnosis, gejala, hingga pengobatannya melalui fitur Indeks Penyakit. Tak hanya itu, kamu juga bisa memesan obat atau alat kesehatan lain secara daring melalui aplikasi ini.

SehatQ

sehatq
©googleplay

Meski tergolong baru, aplikasi SehatQ hadir dengan berbagi fitur kesehatan yang tentunya dapat memudahkanmu dalam mengaksesnya. Dengan aplikasi ini, kamu dapat menikmati berbagai macam layanan kesehatan, mulai dari klinik gigi, klinik kecantikan, laboratorium, dan lain sebagainya.

Tak hanya itu saja, kamu juga bisa menikmati berbagai paket kesehatan yang ditawarkan, seperti paket vitamin, paket sunat, dan promosi kesehatan yang menarik lainnya.

Medi-call

medi-call
©googleplay

Seperti layanan telemedicine pada umumnya, Medi-call juga melayani berbagai macam masalah kesehatan. Bedanya, aplikasi ini tidak hanya menawarkan konsultasi dengan tenaga kesehatan secara daring saja, tetapi kamu juga bisa meminta mereka untuk datang ke rumah.

Aplikasi ini juga menawarkan layanan kesehatan, seperti terapi infus, vaksi, dan vitamin dengan tarif yang bervariasi. Kisaran tarifnya mulai dari Rp. 150.000 hingga Rp. 300.000 tergantung pada jenis pengobatan yang kamu butuhkan.

Good Doctor

good doctor
©googleplay

Good Doctor merupakan salah satu aplikasi layanan kesehatan yang pertama kali hadir sebagai bagian dari Grab pada akhir tahun 2019. Pada Maret 2020, Good Doctor resmi meluncurkan aplikasi layanan telemedicine di Google Play dan App Store.

Dengan aplikasi ini, kamu bisa melakukan konsultasi dan tanya jawab dengan tenaga kesehatan ahli, membeli obat, hingga membuat janji kunjungan rumah sakit atau klinik pilihan.

Riliv

riliv
©googleplay

Berbeda dengan beberapa aplikasi sebelumnya yang menyediakan layanan untuk berbagai macam masalah kesehatan, Riliv hadir sebagai platform khusus yang melayani masalah kesehatan mental pertama di Indonesia. Aplikasi yang didirikan sejak tahun 2015 ini memposisikan diri sebagai teman curhat profesional yang siap mendengarkan cerita kliennya kapan saja.

Berbagai layanan kesehatan mental yang disediakan aplikasi ini meliputi meditasi, cerita tidur, hingga konseling online.

Nah, itulah 7 aplikasi kesehatan yang populer di Indonesia. Dengan hadirnya aplikasi-aplikasi tersebut, kini kamu tidak perlu repot lagi jika ingin mengakses berbagai macam layanan kesehatan.

Halodoc Persiapkan Ekspansi Regional

Startup healthtech Halodoc mengungkapkan rencana ekspansi regional. Thailand, Vietnam, dan Malaysia adalah negara tetangga yang dibidik perusahaan karena dinilai punya kesamaan masalah seperti Indonesia.

Mengutip dari wawancara CEO Halodoc Jonathan Sudharta di Nikkei Asia, ia menyebutkan bahwa perusahaan selalu memiliki mimpi untuk menyederhanakan akses kesehatan. “Kami tidak pernah menyebut itu hanya untuk Indonesia,” jelasnya.

Jonathan tidak merinci detail mengenai jadwal ekspansi perusahaannya tersebut. Baik Thailand, Vietnam, dan Malaysia, memiliki masalah yang sama dengan Indonesia, salah satunya adalah kemacetan lalu lintas. Setelah ekspansi regional, Jonathan berniat untuk bergerak ke luar wilayah tersebut.

Ia beralasan, biasanya Indonesia mengimpor solusi dari luar negeri, tetapi sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, memiliki begitu banyak masalah perawatan kesehatan yang berbeda sehingga perusahaan seperti Halodoc dapat menyelesaikan masalah di Indonesia. Ia pun meyakini bahwa solusinya dapat diekspor ke tempat-tempat, seperti AS, Eropa, Jepang, dan Singapura.

Saat dihubungi terpisah oleh DailySocial.id, Jonathan tidak merespons seluruh pertanyaan hingga berita ini diturunkan.

Kompetitor terdekatnya, Alodokter sudah melebarkan sayap ke Thailand sejak 2016 dengan brand PobPad. Sama seperti Alodokter, PobPad juga memberikan informasi seputar kesehatan berbahasa Thailand yang mudah dicerna oleh siapa saja. Namun, solusi PobPad tidak sekomprehensif Alodokter yang menyediakan telekonsultasi, belanja obat, dan buat janji konsultasi dengan dokter dan/atau mencari rumah sakit pilihan.

Fokus solusi preventif

Dalam perjalanan Halodoc sejak 2016, perusahaan aktif menyediakan berbagai solusi kesehatan yang sifatnya kuratif, kini masuk ke solusi-solusi yang berfokus pada preventif. Hal ini bisa ditemukan di dalam aplikasi Halodoc, di antaranya, Risiko Diabetes, Risiko Jantung, Kalender Menstruasi dan Kehamilan, Kalkulator BMI, Pengingat Waktu Minum Obat, Donasi, Cek Stres, Tes Depresi, dan masih banyak lagi.

Halodoc punya empat fitur utama, yaitu Toko Kesehatan, layanan untuk membantu pengguna membeli suplemen, vitamin, dan obat-obatan dengan resep dokter secara cepat, aman & nyaman di lebih dari 4.000 apotek rekanan; Chat Dokter yang memungkinkan pasien untuk berinteraksi dengan lebih dari 20.000 dokter berpengalaman dan terpercaya melalui chat, video call, atau voice call.

Selanjutnya, Janji Temu Dokter yang memungkinkan pengguna untuk membuat janji temu dengan dokter di 2.000 rumah sakit rekanan; dan, Layanan Medis & Lab untuk memesan berabgai layanan tes dan vaksinasi COVID-19 dengan metode walk in atau drive thru.

Di luar itu, perusahaan juga melakukan misi sosial dengan merilis aplikasi Bidanku yang diperuntukkan secara gratis buat para bidan di daerah terpencil. Bidanku menjadi perpanjangan tangan Halodoc untuk masuk ke daerah terpencil, populasi bidan di Indonesia yang populasi sekitar 240 ribu orang.

The Big Leap: Peran Pemasaran dan Upaya Memahami Gen Z

Beberapa waktu lalu, e27 bersama CleverTap menyambangi Jakarta melalui gelaran “The Big Leap“; bagian dari rangkaian acara yang menghubungkan para growth leader di Asia Tenggara, mulai dari founder, VP, Marketing, hingga Product Director.

DailySocial.id berkesempatan hadir mengikuti diskusi panel yang dipandu oleh CEO e27 Mohan Belani, dengan sejumlah pembicara yang terdiri dari SEA Regional VP Sales CleverTap Marc-Antoine Hager, Chief Marketing Officer BlueBird Mediko Azwar, Head of Marketing Pintu Timothius Martin, dan Chief Marketing Officer Halodoc Felicia Kawilarang.

Diskusi santai ini utamanya menyinggung tentang bagaimana marketing dapat memahami karakteristik Gen Z, tantangan, hingga customer experience dalam implikasi sebuah bisnis di masa pandemi Covid-19. Berikut rangkumannya.

Pencapaian, peluang, dan tantangan

Sedikit gambaran, transportasi merupakan salah satu sektor yang terdampak signifikan saat awal pandemi. Sebaliknya, layanan digital di sektor lain, seperti health dan wealth termasuk yang mencicipi kenaikan trafik pada periode tersebut.

Kebijakan pembatasan sosial dalam skala besar (saat itu disebut PSBB) menurunkan mobilitas masyarakat secara drastis. Orang-orang mengurangi perjalanan ke luar, aktivitas kerja dan sekolah dilakukan dari rumah.

Bagi Mediko Azwar, situasi tersebut sangat sulit bagi bisnis BlueBird yang bermain pada jasa transportasi. Malah, kala itu ia baru bergabung dengan perusahaan berlambang burung biru tersebut saat pandemi terjadi. “Ini menjadi tantangan tersendiri karena saya harus meyakinkan tim, bagaimana kita harus dapat memahami perubahan consumer needs dan memenuhi permintaan mereka.”

Sebaliknya, di sektor kesehatan, situasi ini berbuah manis kala pemerintah memberikan lisensi penggunaan telemedis untuk urgensi penanganan Covid-19. “Tiba-tiba ada lonjakan trafik di platform kami. Di situasi tersebut, secara tak langsung, platform telemedis seolah mendapat ‘free marketing‘ karena pemakaiannya langsung dipromosikan pemerintah,” tutur Felicia Kawilarang.

Namun, lonjakan trafik itu justru memunculkan tantangan selanjutnya bagi Halodoc, yakni memastikan aplikasi dapat bekerja memenuhi permintaan tinggi. Pihaknya bekerja keras untuk membuat platform dapat diakses setiap saat sembari mengedukasi dokter terkait Covid-19, dan memahami target pengguna dan perilakunya.

Di sinilah marketing memainkan peran signifikan. “User knowledge comes from the marketing team, that’s how we build the product. We have done a lot of research and survey,” tambah Felicia.

Mediko juga mengungkap bahwa marketing mendorong BlueBird untuk meningkatkan hubungan dengan customer dan mencari peluang pengembangan layanan baru dari customer journey.

Memahami Gen Z

Timothius Martin mengungkap, situasi pandemi memunculkan peluang dalam membentuk pendekatan marketing, terutama bagi Gen Z. Ia berujar, ada banyak kekhawatiran muncul dari masyarakat tentang bagaimana mengamankan uang atau aset mereka saat pandemi.

“Platform kami meluncur saat pandemi, orang-orang saat itu stay at home. Kami melihat [peluang di mana] karakter [yang ingin disasar] ada pada Gen Z. Mereka cari tempat di mana bisa taruh aset dengan mudah, accessible 24/7, gampang dicairkan, dan volatile enough to give that adrenalin pump,” paparnya.

Belum lagi, saat itu, platform kripto yang ada di Indonesia belum banyak dipahami oleh Gen Z. Di sini lah, ia mengawinkan produk dan marketing agar informasi yang dibutuhkan dapat tepat sampai ke penggun alih-alih hanya sekadar viral saja.

Dalam perkembangannya, Timothius mencatat pentingnya melakukan mind shift dalam menentukan strategi marketing. Tidak ada approach yang bersifat satu untuk semua. Misalnya, bagaimana mengubah mindset atasan terkait bagaimana menggunakan budget marketing pada influencer atau iklan. “[Dalam konteks pemanfaatan influencer atau iklan] rather than number of impression, sebaiknya untuk [capai] conversion rate.

Mark menambahkan, pendekatan marketing menggunakan iklan tidak selalu harus dikesampingkan. Setiap strategi punya pendekatan berbeda. Pada kasus Gen Z, mereka termasuk segmen pengguna yang tidak bisa didekati dengan model penjualan langsung atau gamblang (hard sell), tetapi melalui pemanfaatan sebuah produk.

“Bagi kami, untuk bisa evolve di pasar, perusahaan tidak melulu bicara cost dan profit, tetapi fokus ke pengguna agar dapat memahami pasar. Dan marketing punya peran untuk fokus menyuarakan pesan dari customer bukan perusahaan.”

Peranan Startup Memperluas Jangkauan Layanan Kesehatan Mental di Indonesia

Kesehatan mental masih menjadi isu dengan tingkat literasi yang relatif rendah di antara masyarakat Indonesia. Seringkali tidak kasat mata, esensi kesehatan mental tidak kalah penting dengan kesehatan fisik. Keduanya memiliki keterlibatan satu sama lain. Bila seseorang terganggu fisiknya, mungkin saja mental atau psikisnya juga terganggu, begitu pula sebaliknya.

Ada banyak faktor yang memengaruhi tingkat kesehatan mental seseorang, mulai dari sosial, psikologis, dan biologis. Kesehatan mental yang buruk juga dikaitkan dengan perubahan sosial yang cepat, kondisi kerja yang penuh tekanan, diskriminasi gender, pengucilan sosial, gaya hidup tidak sehat, kesehatan fisik yang buruk, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Hal ini makin menjadi di masa pandemi. Kondisi stres, cemas, depresi, hingga keinginan bunuh diri muncul sebagai respons atas isolasi, masa depan yang tak pasti, hingga kondisi ekonomi yang menurun. Rendahnya literasi terkait kesehatan mental membuat banyak persoalan jiwa yang bisa dicegah dan diatasi sejak dini justru ditemukan dalam kondisi berat dan memengaruhi kualitas hidup masyarakat.

Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) mengatakan, kesehatan mental adalah salah satu bidang kesehatan masyarakat yang paling terabaikan. Hampir 1 miliar orang di dunia memiliki gangguan kesehatan mental, 3 juta orang meninggal setiap tahun akibat penggunaan alkohol yang berbahaya, dan satu orang meninggal setiap 40 detik karena bunuh diri.

Sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016 menunjukkan adanya 1.800 laporan bunuh diri per tahun di Indonesia atau setara lima orang per hari menghabisi nyawa mereka sendiri. Dari total tersebut, 47,7% korban bunuh diri ditengarai pada usia 10-39 tahun yang merupakan usia anak remaja dan usia produktif.

Selain itu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan adanya lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami masalah mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami depresi. Dengan total lebih dari 30 juta masyarakat yang berpotensi membutuhkan penanganan mental, Indonesia baru memiliki sekitar 2500 psikolog klinis dan 600-800 psikiater yang terdaftar.

Sekumpulan fakta di atas menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi berbagai pihak dan mendorong hadirnya inovasi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan mental di seluruh tingkatan. Juga makin banyak platform yang fokus menjangkau masyarakat yang rentan dengan isu kesehatan mental. Perlahan tapi pasti, isu kesehatan mental mulai mendapat perhatian dan menciptakan potensi bisnis.

Layanan konseling di masa pandemi

Seiring perkembangan dan pemanfaatan teknologi yang semakin luas, inovasi mulai hadir dalam industri kesehatan mental. Di masa pandemi yang membatasi ruang gerak dan interaksi sosial masyarakat, mulai bermunculan startup yang fokus menawarkan layanan konseling online, seminar mendalam bersama praktisi profesional, serta aktivitas lain yang menunjang kesehatan mental pada umumnya.

Sebut saja KALM. Layanan yang mulai beroperasi di tahun 2018 ini merupakan salah satu aplikasi konseling online yang menyediakan layanan yang fleksibel, privat, dan terjangkau dengan para profesional. Selain konseling online, KALM juga menawarkan fitur penulisan jurnal dengan ekspektasi untuk membantu memperbaiki pola pikir positif, menurunkan tingkat stres, dan memperbaiki tidur.

Karina Negara, Psikolog Klinis & Co-Founder KALM, mengungkapkan, pada awalnya konseling online dianggap hanya sebagai pelengkap, namun di masa sekarang, konsep ini telah menjadi pilihan bagi sebagian besar masyarakat. Di akhir tahun 2020, menurut data dari KALM sendiri, 60% pengguna mengaku baru pertama kali menggunakan layanan konseling online.

Senada dengan Karina, Chief Visionary Officer (CVO) Kalbu Iman Hanggautomo juga mengungkapkan peningkatan signifikan di jumlah pengguna platform-nya. Berdasarkan keterangan beberapa praktisi yang sudah terdaftar di Kalbu, seorang psikolog yang biasanya menangani 1-2 pasien per hari, di masa pandemi pandemi meningkat jadi 8-10 pasien. Kalbu sendiri menawarkan berbagai layanan untuk pemulihan serta pemeliharaan kesehatan mental.

Di Indonesia, sudah ada beberapa layanan yang lebih dulu menyasar segmen ini, seperti Satu Persen, Bicarakan.id dan Riliv yang baru saja mendapat pendanaan tahap awal dari East Ventures.

Kehadiran platform-platform ini memberikan validasi terhadap kebutuhan layanan kesehatan mental di Indonesia. Pendanaan yang berhasil dituai pun menunjukkan segmen ini mulai dilirik investor.

Nama Biaya Konseling Pengguna Psikolog
Riliv Mulai dari Rp100ribu/sesi 500 ribu+ 100+
Kalm Mulai dari Rp250 ribu/minggu 12 ribu+ 167
Bicarakan.id Mulai dari Rp189 ribu/sesi 5 ribu+ 26
Satu Persen Mulai dari Rp250 ribu/sesi 270 ribu+ 9
Kalbu Rp300-350 ribu/sesi 200+ 15

Salah satu platform healthtech terkemuka Halodoc juga melihat potensi besar yang ada di segmen ini. Mulai tahun 2020 lalu, Halodoc sudah memiliki kanal atau fitur khusus untuk memberikan layanan konsultasi kesehatan mental bagi penggunanya dengan dukungan 500 psikolog dan psikiater. Kompetitornya, Alodokter, juga menawarkan fitur ini dan mengaku mengalami kenaikan jumlah sesi konsultasi kesehatan mental selama pandemi.

Potensi di sektor B2B

Salah faktor yang memicu isu kesehatan mental adalah lingkungan pekerjaan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2019 menyebut kelelahan mental sebagai “fenomena yang dipicu pekerjaan”. Dampak masalah kesehatan mental di tempat kerja memiliki konsekuensi serius. Tidak hanya untuk individu, tetapi juga untuk produktivitas perusahaan.

Menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan mental terhadap kinerja karyawan, beberapa perusahaan mulai mencari solusi untuk mengatasi hal ini. Karina mengungkapkan, sejak awal tahun 2020 permintaan perusahaan untuk layanan kesehatan mental semakin tinggi. Hal ini menjadi salah satu alasan KALM mulai menjalankan KALMporate, layanan kesehatan mental untuk korporasi, di akhir kuartal pertama 2020.

Di sisi lain, startup kesehatan mental memiliki layanan yang terbatas karena menyasar ceruk pasar yang lebih sempit dibandingkan layanan healthtech pada umumnya. Potensi layanan kesehatan mental dinilai akan lebih maksimal diarahkan pada kebutuhan korporasi. Konsep ini dinilai lebih scalable sekaligus dapat menjangkau pasar yang lebih luas.

“Kita merasa dengan menyediakan layanan KALMporate, bisnis akan lebih scalable secara finansial. Tentunya sembari tetap mempertahankan kualitas layanan B2C kita,” tambah Karina.

Terkait potensi skema B2B untuk layanan kesehatan mental, Riliv telah meluncurkan Riliv for Company, sementara Kalbu juga menyasar institusi dan komunitas. Dalam wawancara terpisah, Iman mengungkapkan bahwa konsep B2B ini juga sebagai upaya tepat untuk meningkatkan literasi kesehatan mental di ranah institusi dan komunitas.

“Tantangannya ada dalam hal literasi kesehatan mental pada masyarakat Indonesia. Maka dari itu, kami mulai masuk dari penetrasi ke beberapa sekolah yang masif, juga perusahaan besar dengan harapan informasi dapat tersebar secara inklusif,” ungkap Iman.

Tantangan yang membayangi

Dengan hadirnya berbagai layanan kesehatan mental beserta potensinya, masih ada beberapa tantangan yang masih membayangi di segmen ini. Salah satunya adalah stigma negatif yang masih kuat terhadap orang yang mengalami isu kesehatan mental di Indonesia. Keterbatasan pemahaman dan pengetahuan mengenai kesehatan mental di negara kita tidak dapat lepas dari nilai-nilai tradisi budaya atau kepercayaan masyarakat.

Sebagian masyarakat masih mempercayai penyebab isu kesehatan mental berasal dari hal-hal supernatural atau takhayul sehingga mengategorikan hal tersebut sebagai aib. Pelabelan, pengucilan, dan stereotipe terhadap orang yang mengalami isu kesehatan mental acap kali membuat mereka memilih bungkam atau menolak berkonsultasi kepada ahli.

Di sisi lain, isu finansial kembali mencuat. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalani praktik konseling terkait isu kesehatan mental dinilai tidak sebanding. Pasalnya, layanan yang diberikan hanya dianggap sebatas “curhat” dan tidak menawarkan tindakan medis khusus dengan harga yang tidak jauh berbeda ketika melakukan konsultasi ke dokter spesialis.

Selain itu, akses yang tidak merata juga menjadi tantangan tersendiri. Di Indonesia, masih banyak provinsi yang tidak memiliki instansi khusus serta sumber daya profesional untuk isu kesehatan mental ini. Kementerian Kesehatan Indonesia memprediksi setidaknya 90% orang dengan gangguan kesehatan mental tidak mendapatkan akses terhadap perawatan yang memadai.

Tantangan lain datang dari sisi pengguna. Dengan berbagai solusi yang ditawarkan platform kesehatan mental, bagaimanapun juga, isu yang kerap memicu tidak stabilnya mental seseorang datang dari ranah yang cukup privat. Untuk itu tidak mudah bagi pengguna untuk langsung memutuskan berbagi (ke orang lain) terkait persoalan pribadi.

Salah seorang pengguna layanan konseling yang berdomisili di Jakarta mengakui dampak positif dari layanan konsultasi kesehatan mental pada dirinya. Meskipun harus melalui lebih dari satu kali pertemuan di beberapa platform berbeda, ia akhirnya menemukan konselor yang tepat dan nyaman untuk membagikan beban emosionalnya.

“Nyamannya orang beda-beda. Syukur kalau bisa langsung ketemu yang pas. Kalau enggak, ya harus cari-cari lagi,” tuturnya.

Demikian juga ketika melangsungkan sesi konseling. Layaknya sebuah treatment atau perawatan, konseling didesain untuk berkelanjutan. Karina menuturkan, “Untuk setiap sesi kita akan tentukan goal-nya apa dan akan ada ‘pekerjaan rumah’ yang harus diselesaikan.”

Lagipula, seseorang yang mengalami masalah hidup selama bertahun-tahun tidak akan seketika pulih dalam konseling yang ditargetkan selesai dalam satu jam.

Mimpi Karina adalah memosisikan layanan kesehatan mental setara dengan layanan kesehatan pada umumnya. Semakin kuat penetrasi layanan kesehatan mental di Indonesia, maka pemahaman terkait kesehatan mental diharapkan bisa lebih mendalam dan merata. Dengan demikian jalan untuk mengatasi tantangan-tantangan lainnya disinyalir akan lebih mulus.

Halodoc Rilis Aplikasi “Bidanku”, Sederhanakan Proses Administrasi dan Operasional Bidan

Halodoc meresmikan kehadiran aplikasi Bidanku setelah dikembangkan sejak pertengahan 2021. Aplikasi ini hadir untuk mendigitalkan proses administrasi layanan bidan, dengan demikian mereka dapat fokus memaksimalkan kualitas kesehatan ibu dan anak. Selain itu, layanan teranyar ini ditujukan memperkuat ekosistem teknologi Halodoc yang sudah ada, yaitu untuk menyederhanakan akses kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Aplikasi ini sebenarnya hadir sebagai bentuk realisasi investasi yang diberikan oleh Bill & Melinda Gates Foundation pada Juli 2019 dalam putaran pendanaan seri B+. Bidanku hadir murni untuk kegiatan sosial, bersifat gratis untuk para bidan di daerah terpencil. Bidan menjadi perpanjangan tangan Halodoc untuk masuk ke daerah terpencil. Saat ini, Bidanku telah digunakan oleh bidan-bidan di berbagai wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua.

“Di tengah populasi penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 270 juta jiwa, akses layanan kesehatan masih menjadi tantangan bagi masyarakat di berbagai wilayah. Peran bidan dalam bantu jaga kesehatan ibu dan anak juga menjadi sangat penting di tengah kondisi penyebaran jumlah dokter dan fasilitas kesehatan yang belum merata di Indonesia,” terang Co-founder dan CEO Halodoc Jonathan Sudharta dalam keterangan resmi, Kamis (3/2).

Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjasmi mengungkapkan pentingnya implementasi teknologi kesehatan dalam mendukung kualitas bidan. Dia bilang, bidan menjadi profesi yang unik dan spesifik dalam membangun generasi yang berkualitas karena bidan bisa fokus pada kesehatan reproduksi perempuan, perencanaan keluarga, hingga kesehatan bayi dan balita.

Bidan menjadi tenaga kesehatan yang strategis karena berada di tengah masyarakat dan mereka menjadi garda terdepan dalam pelayanan kesehatan, apalagi sebagian besar bidan di Indonesia berada di daerah terpencil. Bahkan, dokter sekalipun masih sangat terbatas untuk bisa menjangkau masyarakat di daerah.

“Saya menyambut baik adanya platform digital yang mempermudah tugas bidan dalam menjangkau sasaran. Di Indonesia sendiri, tercatat ada 5,5 juta ibu hamil dan 80% di antaranya dipantau oleh bidan. Platform digital akan mempermudah tugas bidan, memberikan hak masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan secara real time,” terang Emi.

Sementara itu, bidan juga dinilai memiliki peran penting dalam membantu fokus pemerintah mengentaskan stunting di Indonesia. Data Litbang Kemenkes menyebut Indonesia masih memiliki prevalensi stunting pada anak sebesar 30%.

Per Desember 2021, tercatat 266 ribu bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia yang tersebar di sekitar 74.000 desa. Dari angka tersebut, sekitar 37 ribu bidan membuka praktiknya sendiri. Bidan juga bertanggung jawab untuk membantu 62% kelahiran di Indonesia dan 85% pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) secara nasional.

Oleh karenanya, Halodoc menghadirkan inovasi Bidanku untuk permudah bidan menghadapi berbagai tantangan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, mengingat peran vital mereka yang begitu penting.

Fitur Bidanku

Bidanku memiliki tiga fitur utama, yaitu fitur pengingat pasien otomatis & ringkasan kesehatan, untuk meningkatkan dan memantau kunjungan kembali pasien, sehingga mengurangi kemungkinan kehamilan berisiko tinggi yang tidak diketahui, memantau keberlanjutan kontrasepsi sebagai bagian dari program Keluarga Berencana (KB), serta mengetahui keberlanjutan imunisasi.

Kemudian, fitur manajemen pasien, untuk mempermudah administrasi bidan dalam satu klik. Fitur ini mendigitalisasi perawatan kesehatan keluarga dari kehamilan hingga imunisasi; terakhir, in-app education library, untuk membantu bidan dalam melakukan edukasi pasien dengan cara yang lebih interaktif. Fitur ini dikembangkan berdasarkan fakta bahwa bidan memiliki peran penting dalam mengedukasi pasien. Sehingga, materi edukasi yang interaktif akan membantu pasien memahaminya lebih baik.

Dalam kegiatan terpisah, sebelumnya Jonathan menjelaskan Halodoc ingin menyelesaikan bagaimana bidan bisa menangani pasien lebih baik dengan output angka kelahiran lebih baik, tingkat kematian rendah, dan sebagainya. Aplikasi ini fokus menyelesaikan masalah administrasi yang sebelumnya para bidan harus melowongkan waktu setidaknya dua jam setiap harinya untuk mengurusnya.

Tak hanya itu, aplikasi ini dapat mengelola data dan kartu digital pasien, akses riwayat kunjungan pasien dengan terangkum otomatis dalam laporan Puskesmas digital, dan mengirim pengingat kunjungan ke WhatsApp, dan cek rekap praktik untuk kelola & kembangkan praktik. “Para bidan yang sebelum dan setelah pakai aplikasi, jumlah kunjungan naik dua kali lipat karena sebelum ada app banyak yang jadwalnya tidak terkontrol,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bidanku disebutkan menjadi salah satu dukungan Halodoc pada program Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024 yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan. Terkait itu, Chief of Product Officer Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Farzikha Indrabhaskara Soerono mengatakan, tantangan terbesar dalam strategi transformasi digital di sektor kesehatan adalah pengumpulan data primer masyarakat.

Di daerah, data kelahiran bayi masih sangat lambat, bahkan harus menunggu berbulan-bulan untuk datanya bisa terekam di puskesmas. Padahal dari data-data ini, pemerintah bisa mengetahui risiko anak yang mengalami gizi buruk, misalnya. “Sehingga melalui platform ini, diharapkan akan memperluas jangkauan secara cepat dan di tengah pandemi, platform digital terbukti menjadi katalisator percepatan layanan kesehatan di Indonesia,” kata Farzikha.

Dia melanjutkan, “Namun, transformasi digital tidak berhenti di sini. Mimpi besar kita semua adalah ke depannya masyarakat bisa punya akses ke personal health record, bahkan sebelum ibu hamil, sehingga mereka lebih paham dengan risiko, menentukan tindakan preventif, harapannya, bayi bisa lahir dengan baik dan progres kesehatannya bisa terus dipantau.”

Application Information Will Show Up Here