Vexanium Wants to Transform Loyalty Program using Blockchain

Another blockchain-based platform will arrive in indonesia. Vexanium has two Co-Founders, Danny Baskara and Robin Jang. The company focused on creating PaaS (Platform as a service) product for recording reward, loyalty point, creating voucher/coupon tokens, also advertising platform.

In this early stage, Vexanium debuts with ICO (Initial Coin Offering) campaign. As any other blockchain startups, they deliver new crypto token called “VEX” as the medium for a transaction. Along with this writing, Vexanium has come to a phase 1 of ICO, after successfully closing the pre-ICO phase.

A decentralized model blockchain is considered to offer efficiency in marketing. In the implementation, Vexanium system will be embedded with business players’ service or app. VEX Token will be the transaction base, company will use the related platform to buy and use it as a loyalty program.

Vexanium business model

Services provided in Vexanium platform / Vexanium
Services provided in Vexanium platform / Vexanium

Vexanium platform ecosystem consists of three main systems. First, Vex Airdrop, is designed to facilitate “blockchain exchanger” business players to distribute VEX token. Second, VEX Platform consists of VEXM Generator and VEXplorer, is designed to facilitate business players to make and manage its own token for marketing. Third, Voucher Exchange, it allows VEX token to be operated by business merchant and consumer.

The loyalty program, for example, allows a business to buy VEX token. After the customization (for example with a business brand), Vexanium system can automatically distribute token in the specific amount to users based on marketing target. Due to its nominal, the token can be exchanged to subsidize purchasing of related products, users can also sell it using the exchange channel connected with VEX, the token will be available in INDODAX.

“Vexanium will be focusing its service in Indonesia, we’ll start from targeting tech-savvy companies. The platform is ready enough, blockchain process is backend, users or merchants have no major difference regarding UI/UX, it looks like loyalty or vouchers in general,” Baskara said to DailySocial.

Massive publication

A number of digital business players in Indonesia have joined Vixanium. Some of those are Calvin Kizana (PicMix), Jason Lamuda (Berrybenka), Anton Soeharyo (Touchten), Edi Sulistyo (Loket.com), and Joseph Aditya (Ralali). These advisors are rumored to be Vexanium’s angel investor.

The advisor’s confidence may be due to the business model and the founder experience in the previous business. Danny Baskara is known as a founder of E-voucher platform. He and his team are currently making a transformation of the previous work using blockchain mechanism. However, he assured that Evoucher and Vexanium are two different entities.

“Vexanium and Evoucher are two separate entities, Evoucher’s business model is centralized like the usual tech startups, as a middleman or a bridge between merchants and customers. Vexanium has a very different business model, the similarity is they act as a bridging solution between merchant and customer,” he added.

As an effort to increase participation in ICO stage, he did some intensive publications in various blockchain events, either local or international level.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Vexanium ingin Transformasikan Platform Loyalitas dengan Blockchain

Satu lagi platform berbasis blockchain akan hadir di Indonesia. Vexanium digagas oleh dua Co-Founder, yakni Danny Baskara dan Robin Jang. Fokusnya menciptakan produk Platform as a Service (PaaS) untuk pencatatan reward, loyalty point, pembuatan tokenisasi voucher/coupon hingga platform periklanan.

Di tahap awal ini, Vexanium mengawali debutnya dengan melakukan kampanye ICO (Initial Coin Offering). Layaknya startup blockchain pada umumnya, Vexanium melahirkan token kripto baru bernama “VEX” untuk dijadikan medium transaksi. Hingga tulisan ini dibuat, Vexanium telah memasuki ICO fase 1, setelah sebelumnya sukses menutup fase pra-ICO.

Model desentralisasi yang ditawarkan blockchain dinilai dapat menghadirkan efisiensi dalam pemasaran. Dalam implementasinya, sistem Vexanium akan di-embed bersama layanan atau aplikasi yang sudah dimiliki oleh pemilik bisnis. Token VEX akan menjadi basis transaksi di dalamnya, perusahaan yang menggunakan platform terkait dapat membeli dan menggunakan untuk program loyalitas.

Model bisnis Vexanium

Layanan yang akan disediakan di platform Vexanium / Vexanium
Layanan yang akan disediakan di platform Vexanium / Vexanium

Ekosistem platform Vexanium terdiri dari tiga sistem utama. Pertama ada Vex Airdrop, ini didesain untuk memudahkan pebisnis “blockchain exchanger” mendistribusikan atau membagikan token VEX. Kemudian yang kedua ada VEX Platform, terdiri dari VEXM Generator dan VEXplorer, didesain untuk memudahkan pebisnis membuat dan mengelola token yang dimiliki perusahaan untuk kegiatan pemasarannya. Yang ketiga ada Voucher Exchange, di dalamnya memungkinkan token VEX dioperasikan oleh merchant bisnis dan konsumen.

Misalnya untuk program loyalitas, sebuah bisnis bisa saja membeli token VEX. Setelah kustomisasi (misalnya dengan brand bisnis), sistem Vexanium dapat secara otomatis membagikan token dengan jumlah yang ditentukan kepada pengguna sesuai target promosi. Karena bersifat nominal, token tersebut dapat ditukarkan untuk menyubsidi harga pembelian terhadap produk terkait, atau pengguna juga dapat menjualnya melalui kanal pertukaran yang nantinya terhubung dengan VEX, token tersebut juga diperjualbelikan di INDODAX.

“Vexanium akan fokus dulu di Indonesia dan sasaran awal kami adalah perusahaan yang sudah melek dengan teknologi. Untuk (platform) sudah cukup siap, proses blockchain hanya terjadi di backend jadi dari sisi user ataupun merchant tidak ada banyak perbedaan dalam hal UI/UX, hampir mirip seperti layanan loyalty atau vouchers pada umumnya,” terang Danny kepada DailySocial.

Gencar melakukan publikasi

Sejumlah pelaku bisnis digital di Indonesia telah tergabung sebagai advisor di Vexanium. Beberapa di antaranya adalah Calvin Kizana (PicMix), Jason Lamuda (Berrybenka), Anton Soeharyo (Touchten), Edi Sulistyo (Loket.com), dan Joseph Aditya (Ralali). Advisor tersebut dikabarkan juga bertindak sebagai angel investor untuk Vexanium.

Keyakinan para advisor tersebut mungkin dikarenakan model bisnis dan kiprah founder dalam bisnis yang sebelumnya. Danny Baskara dikenal sebagai pendiri platform Evoucher. Yang dikerjakan saat ini oleh Danny dan timnya ialah membuat transformasi dari apa yang sebelumnya dilakukan melalui mekanisme blockchain. Kendati demikian Danny menegaskan bahwa Evoucher dan Vexanium adalah dua entitas yang berbeda.

“Vexanium dan Evoucher adalah dua entitas terpisah, kalau Evoucher bisnis modelnya tersentralisasi seperti tech startup pada umumnya, yakni sebagai middleman atau perantara antara merchant dan pembeli. Sedangkan Vexanium bisnis modelnya sangat berbeda namun persamaannya adalah sama-sama menjadi solusi antara merchant dan pembeli,” ungkap Danny.

Untuk meningkatkan partisipasi di tahap ICO, Danny cukup intensif melakukan publikasi di berbagai acara blockchain, baik acara tingkat lokal maupun internasional.

Mengenal Investasi Cryptocurrency

Di artikel sebelumnya, DailySocial telah mengulas konsep dasar cryptocurrency (mata uang kripto) sebagai alat transaksi dan varian yang ada saat ini beserta kelebihan dan kekurangannya.

Komoditas mata uang kripto di Indonesia mulai diminati kalangan luas. Komunitas trader makin mudah dijumpai. Umumnya mereka melakukan jual-beli mata uang kripto untuk investasi, mengingat harganya saat ini cenderung sangat fluktuatif. Di lain sisi, blockchain sebagai fondasi dari mata uang kripto juga tengah menjadi teknologi yang disoroti sektor finansial.

Sementara blockchain sebagai platform digital masih terus dieksplorasi, mata uang kripto sebagai pengajawantahan blockchain, terus tumbuh subur di kalangan konsumen. Selain kaitannya dengan transaksi, ICO (Initial Coin Offerings) juga menjadi proses yang mulai bisa dijumpai di kalangan pebisnis. ICO adalah proses penggalangan dana untuk membangun aplikasi berbasis blockchain, bentuknya beragam mulai dari mata uang kripto baru, smart contract, hingga smart ledger.

Pundi X hadirkan platform Point of Sale yang terima transaksi Bitcoin / Pundi X
Pundi X hadirkan platform Point of Sale yang terima transaksi Bitcoin / Pundi X

Di Indonesia sendiri setidaknya sudah ada tiga bisnis yang mencoba melakukan ICO, di antaranya Tokenomy, Pundi X, dan Vexanium. Masing-masing menawarkan karakteristik yang berbeda, dengan proses bisnis yang berbeda pula.

Berinvestasi pada mata uang kripto

Popularitas investasi mata uang kripto didorong oleh kemudahan transaksi. Setiap orang kini bisa membuat “dompet mata uang kripto”, sebutan untuk rekening digital yang digunakan dalam menampung dan berjual-beli. Di Indonesia sudah ada beberapa platform yang melayani proses pembuatan dompet kripto tadi. Termasuk untuk mempermudah pengguna menghubungkan dompet tersebut dengan rekening bank seperti PayPal guna proses pembayaran atau penukaran.

Proses di atas dapat dikatakan sebagai mekanisme registrasi awal sebelum pengguna dapat melakukan transaksi pada mata uang kripto populer seperti Bitcoin. Dengan memberikan identitas yang detail, biasanya prosesnya hanya memakan waktu beberapa menit saja. Selanjutnya pengguna dapat dengan leluasa melakukan transaksi pembelian aset digital tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan

Jika mengikuti tren Bitcoin atau mata uang kripto populer lainnya, maka terlihat jelas bagaimana fluktuasi nilai terjadi dengan sangat liar, tidak terprediksi. Di satu waktu bisa saja harga turun, di waktu lainnya harga meningkat derastis. Para investor mata uang kripto mencoba memanfaatkan gejolak nilai ini dengan harapan mendapatkan untung saat melakukan pembelian dengan nominal yang lebih sedikit. Sayangnya untuk mata uang kripto populer nilainya sudah sangat tinggi, sehingga untuk investasi membutuhkan banyak kejelian.

Disarankan untuk investor awal mulailah dari nilai yang kecil dan membeli mata uang kripto yang memiliki kredibilitas baik. Memantau harga dan perkembangan pasar mata uang kripto juga harus menjadi makanan sehari-hari para investor. Hal ini sekaligus membawa para investor untuk memahami target yang harus ditentukan, misalnya menargetkan nilai investasinya pada titik tertentu, untuk selanjutnya kembali ditarik atau menambah modal dengan melakukan pembelian aset baru.

Di banyak platform jual beli mata uang kripto, menyediakan layanan limit nominal pembelian. Pengguna bisa menyetel dompet digital untuk melakukan pembelian ataupun penjualan secara otomatis pada batas nilai tertentu. Otomasi ini juga membantu investor pemula dalam melakukan pengamatan terhadap gejolak pasar. Yang perlu dipahami sejak awal, proses penjualan aset digital jauh lebih sulit ketimbang proses membelinya. Namun dengan menjamurnya platform jual-beli aset digital, membuat transaksi tersebut jauh lebih mudah.

Cryptocurrency dari sudut pandang investasi / DailySocial
Cryptocurrency dari sudut pandang investasi / DailySocial

Tentang ICO dan investasi di dalamnya

Pada proses penggalangan dana, pengusung ICO biasanya menawarkan sejumlah token yang dihargai dengan satuan mata uang kripto. Kepada investor, pebisnis meyakinkan token ini akan bernilai tinggi seiring dengan keberhasilan proyek yang sedang dikerjakan. Secara regulasi di Indonesia belum ada aturan yang pasti terkait ICO, umumnya investor yang tertarik hanya berbekal spekulasi dan keyakinan terhadap proyek blockchain di masa mendatang. Ethereum adalah salah satu contoh keberhasilan proyek berbasis ICO, menawarkan implementasi blockchain untuk fitur smart contract.

Seperti layaknya investasi, tidak ada yang menjamin kesuksesan kampanye ICO sebuah bisnis. Bahkan untuk beberapa penawaran, justru terindikasi sebagai scam, karena produknya terlihat tidak jelas atau tidak mungkin diwujudkan. Tidak sedikit proyek ICO yang gagal memenuhi pendanaan sampai tahap waktu yang ditentukan. Namun demikian, melihat potensi blockchain banyak yang meyakini beberapa platform dapat menjadi penopang bisnis untuk masa mendatang.

Sehingga dapat disimpulkan beberapa tips sederhana jika ingin terlibat dalam investasi melalui ICO:

  • Pahami dan teliti secara detail produk yang akan dikembangkan. Baca referensi mengenai masa depan produk tersebut dari sisi pangsa pasar dan kemungkinan realisasi.
  • Pelajari tentang founder yang melakukan kampanye ICO, pastikan memiliki pengalaman dan track-record yang jelas. Diutamakan memang founder berpengalaman di bidang yang tengah digarap.

Masih berisiko

Mata uang kripto menghadirkan berbagai perspektif, baik yang menyiratkan pandangan positif atau negatif. Sebagai pandangan subjektif dari penulis, saat ini investasi berbasis kripto masih terlihat kurang stabil. Memang, adanya demand-supply besar mengindikasikan bahwa di dalamnya mengandung pergerakan ekonomi yang kuat. Kesimpulannya tetap layak dijadikan sebagai komoditas investasi, dengan nilai yang terbatas dan bersifat sekunder.

Cara paling relevan untuk meningkatkan skalabilitas mata uang kripto salah satunya adalah dukungan regulator, dalam hal ini Bank Indonesia. Sampai tahap ini, pihak regulator masih terus mendalami berbagai kemungkinan yang dapat dihasilkan oleh blockchain. Potensinya besar, pembuktiannya yang masih terus menjadi tantangan oleh para pelaku. Meyakini sesuatu investasi bukan hal yang salah, karena tiap investasi selalu mengandung risiko. Untuk saat ini, risiko investasi mata uang kripto cukup besar dengan berbagai kemungkinan di pangsa pasar.

Pundi X Berhasil Kantongi $4 Juta di Periode Pre-Sale ICO

Pundi X salah satu perusahaan yang menyediakan solusi berupa perangkat dan sistem POS (Point of Sale) berbasis cryptocurrency baru saja menyelesaikan masa pre-ICO (Initial Coin Offering) mereka. Berlangsung hampir satu bulan, Pundi X berhasil mengumpulkan dana sebesar $4 juta. Selanjutnya Pundi X akan memulai ICO pada saat 20 November hingga 20 Desember.

Keberhasilan ini disambut baik oleh Product Manager Pundi X Indra Winarta. Ia juga berterima kasih atas kepercayaan dari para investor dan sambutan masyarakat untuk proyek Pundi X ini. Salah satu bentuk antusiasme masyarakat juga tergambar dari suksesnya acara meetup di Jakarta, Singapura, Seoul, Tokyo dan co-founder Pundi X juga didapuk menjadi pembicara di beberapa acara bertajuk Blockchain.

Indra nilai keberhasilan pre-sale ICO Pundi X mendulang kesuksesan karena konsep dari Pundi X yang menarik bagi investor. Pundi X disebut menjadi proyek pertama yang menggunakan perangkat keras (mesin POS) untuk cryptocurrency yang kebanyakan menggunakan kartu debit yang diterbitkan Visa. Pundi X juga diklaim bisa diintegrasikan dengan proyek-proyek cryptocurrency lainnya sebagai kanal distribusi sehingga potensi Pundi X untuk berkembang terbuka lebar.

“Pundi X juga memiliki berbagai macam fitur yang dapat diaktif/nonaktifkan berdasarkan regulasi yang berlaku di suatu negara, sebagai contoh regulasi di Indonesia tidak mengizinkan penggunaan cryptocurrency/mata uang lain sebagai alat tukar (hanya rupiah). Maka kami menonaktifkan fitur Berbelanja dengan Cryptocurrency dan hanya memperbolehkan konsumen untuk menjual cryptocurrency-nya terlebih dahulu (ditukar menjadi rupiah) sebelum melakukan transaksi pembelian barang,” ujar Indra menjelaskan.

Setelah masa pre-sale ICO lewat Pundi X akan fokus pada ICO yang akan berlangsung pertengahan November. Dana yang dikumpulkan pada masa pre-sale ICO merupakan 5% dari total target ICO secara keseluruhan, jadi dengan kata lain masih terdapat 95% dari total target $80 juta yang berusaha dipenuhi selama masa ICO.

Sementara untuk saat disinggung mengenai rencana ke depan Indra menjelaskan:

“Dalam waktu dekat ini, kami akan melakukan roll out perangkat Pundi X POS kami ke beberapa kota (Jakarta, Bali, Singapore, Seoul, dan Tokyo) untuk pilot testing project kami. Setelah ICO, kami akan mendistribusikan Pundi X POS di merchant-merchant di Jakarta dan Singapore (karena masyarakat di sana sangat antusias akan proyek ini).”