Optimisme Igloo Digitalkan Sistem Keagenan Asuransi

Walau digitalisasi tumbuh pesat, ternyata belum mampu menggeser peranan manusia dalam memasarkan produk asuransi. Peran mereka dinilai vital dalam meningkatkan penetrasi, inklusi, dan literasi asuransi yang angkanya masih rendah di Indonesia.

Kendati begitu, operasional para agen asuransi ini belum sepenuhnya terdigitalisasi, masih melibatkan proses manual untuk penerbitan polis, misalnya. Belum lagi terdapat aturan dari regulator yang membatasi mereka untuk menjual produk dari berbagai perusahaan asuransi.

Di saat bersamaan, mereka juga dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dan pengetahuannya. Kesempatan tersebut digarap oleh sejumlah pemain insurtech, salah satunya adalah Igloo melalui Ignite, produk khusus keagenan asuransi.

“Agen asuransi itu sangat penting hadir di Indonesia karena kebanyakan orang mau beli asuransi berdasarkan relationship dan kepercayaan mereka kepada agennya. Terlebih itu ada gap, secara tradisional kerja mereka lama, produknya terbatas. Dari sisi kami ingin bantu mereka dengan aplikasi yang dibuat menyesuaikan kebutuhan agen,” terang Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson saat ditemui DailySocial.id.

Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson / Igloo

Aplikasi Ignite kini ditenagai dengan fitur yang lebih lengkap, berfokus membantu agen dalam pekerjaan administratif dan penawaran produk, serta membantu para pelanggan menemukan produk yang tepat. Fitur-fitur tersebut di antaranya:

  1. Tampilan antar muka didesain untuk pengalaman menjelajah yang lebih cepat dan lancar;
  2. Fast quote mempersingkat alur pembelian dengan menghitung premi dan menghasilkan penawaran hanya dalam hitungan detik;
  3. Proses pembayaran yang terjamin membantu pelanggan bertransaksi dengan rasa aman dan nyaman;
  4. Alat manajemen data untuk tim dan penjualan menggunakan teknologi analisis data dan mengurangi waktu pelaporan manual;
  5. Pelacakan dan pelaporan komisi yang langsung disambungkan ke rekening bank agen secara real-time.

“Mitra (sebutan agen di Igloo) bisa monitor nasabah mereka, produk apa saja yang dibeli nasabahnya, cek pendapatan, komisi, dan poinnya. Lalu ada juga artikel dan video agar mereka semakin teredukasi.”

Igloo bekerja sama dengan belasan perusahaan asuransi meracik lebih dari 30 paket asuransi umum, termasuk asuransi kendaraan, perjalanan, kecelakaan diri, dan properti. Sejumlah perusahaan asuransinya adalah Asuransi Mega Syariah, Asuransi Rama, Asuransi Tugu, Asuransi Staco Mandiri, dan Asuransi Sinar Mas.

Bidik penambahan agen

Perusahaan mengincar para agen asuransi jiwa, agen perjalanan, agen properti, dan anggota MLM sebagai mitra Ignite. Henry menjelaskan, dengan menempatkan para agen sebagai mitra perusahaan, maka memungkinkan mereka untuk bergabung sebagai pengguna Ignite, dan menjual berbagai produk asuransi dari banyak perusahaan.

Terlebih itu, para agen asuransi jiwa existing biasanya sudah memiliki jaringan nasabah, yang mana mereka pasti punya kebutuhan untuk membeli asuransi umum, dan hal pertama yang dilakukan nasabah tersebut adalah menanyakannya ke agen mereka.

“Jadi agen asuransi jiwa ini tetap buka relationship dengan konsumennya. Salah satunya kita lengkapi dengan Ignite. Mereka bisa berjualan semua produk asuransi yang ber-partner dengan Igloo, menawarkan asuransi mobil dari perusahaan asuransi mana saja yang cocok dengan preferensi konsumennya.”

Dari segi edukasi, para agen asuransi jiwa ini biasanya terbilang lebih familiar untuk mempelajari produk asuransi umum yang lebih simpel daripada produk asuransi jiwa. Walau begitu, Igloo juga menyasar para mitra asuransi berasal dari kalangan agen properti dan agen perjalanan. Kedua bisnis ini juga erat kaitannya dengan kebutuhan untuk mencari asuransi.

“Kami juga mengincar para mitra dari kalangan non-agen, seperti masyarakat umum, anggota multi level marketing. Memang proses edukasinya lebih panjang karena harus training, asah soft skill-nya. Tapi aplikasi ini sudah intuitif, untuk knowledge-nya bisa belajar dari aplikasi.”

Ignite tidak hanya hadir di Indonesia, juga hadir di Vietnam, mengingat Igloo adalah perusahaan regional yang beroperasi di sejumlah negara. Diklaim jumlah mitra yang bergabung di Ignite saat ini sebanyak 22 ribu orang. Tidak dirinci masing-masing kontribusi dari kedua negara ini, begitupun peta persebarannya ada di mana saja.

Ditargetkan sampai akhir tahun ini Igloo dapat meningkatkan jumlah mitranya hingga 50 ribu orang dan menjual polis dengan peningkatan hingga 50 kali lipat (Gross Written Premium) dibandingkan tahun sebelumnya. Walau target naik, perusahaan berkomitmen untuk tetap menjaga kualitas pelayanan para mitranya, mengingat bisnis asuransi ini bicara mengenai kepercayaan orang. Target tersebut juga akan dicapai dengan ekspansi Ignite ke negara lainnya.

Tidak hanya jumlah agen, perusahaan juga akan menambah rangkaian produk asuransi yang dapat dijual para agen. Menurutnya, DNA perusahaan adalah inovasi berdasarkan data, jadinya akan selalu sigap dengan semua masukan di lapangan.

Henry juga membuka kemungkinan untuk mulai menjual produk asuransi jiwa, namun untuk produk tertentu saja. “Kita mengedepankan affordability dan accessibility, misal ada nasabah yang sudah punya life insurance tapi belum ada yang cover critical illness misalnya, bisa ditambahkan.”

Produk asuransi lainnya

Sebagai full-stack insurtech, Igloo tidak hanya bermain di bisnis keagenan asuransi saja, tapi juga B2B2C dan direct-to-consumer (situs & aplikasi). Salah satu produk inovatif yang sudah dirilis perusahaan adalah Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain untuk petani.

Henry mengungkapkan produk tersebut baru hadir di Vietnam, dan kini sedang dipersiapkan kehadirannya di Indonesia. Hanya saja, ia belum bisa memberikan detail spesifik mengenai waktunya. Ia berdalih bahwa perusahaan masih berdiskusi dengan berbagai pemangku kepentingan mengenai skema model bisnisnya.

“Kami masih coba dari beberapa channel, bisa dengan kementerian terkait, perbankan yang kasih pinjaman ke petani, asosiasi petani, atau startup. Kami ingin edukasi para petani yang punya kebutuhan ini tapi enggak tahu kalau ada produk ini.”

Menurutnya, produk asuransi ini menggunakan smart contract yang dapat mengotomatisasi klaim berdasarkan tingkat curah hujan yang terjadi. Bila menggunakan asuransi konvensional biasanya harga premi yang dipatok mahal karena harus didatangi petugas, baik saat beli premi ataupun klaim.

“Petani jadi susah untuk beli, belum lagi ada kecenderungan scam. Nanti ketika petani beli tinggal masukkan lokasi, jenis tanaman, dan luas sawah. Bila cuaca jelek, tanpa mereka harus klaim sendiri, secara sistem akan langsung dibayarkan.”

Produk ini nantinya akan dijual mulai dari seharga puluhan ribu saja dan dihitung berdasarkan musim tanam dan per hektar tanah.

Di Vietnam, perusahaan menggunakan data-data dan bekerja sama dengan PVI Insurance, Administrasi Meteorologi dan Hidrologi Vietnam (VNMHA), Saigon Hanoi Insurance Corporation (BSH), dan reasuransi internasional SCOR untuk memperluas Asuransi Indeks Cuaca ini kepada petani kopi, dari sebelumnya untuk petani padi.

Harga preminya mulai dari VND 1.000.000 (Rp600 ribu) per hektar, dengan area cakupan minimum 0,1 hektar dan cakupan hingga VND 40.000.000 (Rp25,6 juta) per hektar. Diluncurkan akhir tahun lalu, Asuransi Indeks Cuaca untuk petani padi kini telah mencakup lebih dari 6.000 hektar sawah di 8 provinsi di Vietnam.

“Bahkan kami sedang mengembangkan produk yang lebih universal, jadi bisa untuk semua jenis tanaman karena pada dasarnya ini semua bergantung pada cuaca,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Startup Insurtech Igloo Seriusi Lini Keagenan Lewat Aplikasi Ignite

Startup insurtech Igloo makin menyeriusi bisnis keagenan asuransi dengan menambah beragam fitur terbaru di platform Ignite, bersamaan dengan rebranding logo. Prospek bisnis ini dinilai lebih menjanjikan karena agen memainkan peranan penting dalam inklusi produk asuransi di kawasan Asia Tenggara.

Country Manager Igloo Indonesia Henry Mixson menyampaikan, pihaknya memahami bahwa karakter orang Indonesia yang suka membangun hubungan personal, termasuk dengan agen asuransi mereka. Berdasarkan wawasan tersebut dan pemahamannya tentang pasar dan teknologi terkini, pihaknya meyakini dapat memberdayakan agen untuk menjadi penasihat terpercaya bagi para pelanggan.

Rebranding Ignite akan memberikan berbagai fitur baru yang dapat meningkatkan pengalaman agen dan produktivitas mereka, serta mengatasi berbagai kendala yang dihadapi pelanggan. Kami yakin versi terbaru Ignite akan menyediakan teknologi yang dibutuhkan para agen untuk mengembangkan kemampuan, berkolaborasi dengan agen lain, serta memastikan mereka memenuhi kebutuhan para pelanggan,” jelas Henry dalam keterangan resmi, Selasa (25/7).

Fitur Ignite

Homepage Ignite

Dalam versi teranyarnya, Ignite menghadirkan 20 fitur terbaru dari sebelumnya tersedia sembilan fitur. Keseluruhan fitur ini membantu agen dalam pekerjaan administratif dan penawaran produk, serta membantu para pelanggan menemukan produk yang tepat. Terlebih, kini Ignite memiliki lebih dari 30 paket asuransi, termasuk asuransi roda dua, perjalanan, kecelakaan diri, dan properti. Adapun fitur-fitur baru ini meliputi:

  • Tampilan antarmuka baru untuk pengalaman menjelajah yang lebih cepat dan lancar;
  • Fast quote mempersingkat alur pembelian dengan menghitung premi dan menghasilkan penawaran hanya dalam hitungan detik;
  • Proses pembayaran yang terjamin membantu pelanggan bertransaksi dengan rasa aman dan nyaman;
  • Alat manajemen data untuk tim dan penjualan menggunakan teknologi analisis data dan mengurangi waktu pelaporan manual;
  • Pelacakan dan pelaporan komisi yang langsung disambungkan ke rekening bank agen secara real-time.

“Agen memainkan peran penting dalam inklusi layanan asuransi terutama di kawasan Asia Tenggara, karena sentuhan manusiawi mereka tetap menjadi kekuatan utama dalam penjualan asuransi. Pembaruan platform Ignite menunjukkan komitmen kami terhadap pertumbuhan industri, menjembatani kesenjangan dalam rantai nilai asuransi, dan mewujudkan misi kami yaitu Insurance for All,” tambah Co-founder dan CEO Igloo Raunak Mehta.

Sejak dirilis pada tahun lalu, diklaim Ignite telah merekrut lebih dari 22 ribu agen di Indonesia dan Vietnam, memfasilitasi lebih dari 36 ribu polis. Diterangkan, dengan Ignite, para agen dapat menjangkau konsumen dengan mudah, sehingga pekerjaan mereka tetap relevan di tengah digitalisasi industri asuransi.

Selain mendigitalkan operasi agen asuransi, Ignite juga mendigitalkan proses asuransi untuk lebih dari 10 perusahaan asuransi, termasuk Sinarmas Insurance, Tugu Insurance, dan Asuransi Takaful.

Ditargetkan pada akhir tahun ini, Ignite dapat meluncur di berbagai negara, dengan target menjangkau 50 ribu agen dan menjual polis dengan peningkatan hingga 50 kali lipat (Gross Written Premium) dibandingkan tahun sebelumnya.

Dipaparkan, perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 55 perusahaan di tujuh negara, di antaranya Singapura, India, Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, dengan pusat teknologi di Tiongkok dan India. Dari kemitraan tersebut, perusahaan menawarkan lebih dari 15 produk asuransi dengan lebih dari 300 juta polis terfasilitasi dan kenaikan premi bruto sebesar 15 kali lipat sejak 2019.

Tantangan keagenan asuransi

Sebelumnya, Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing merinci ada beberapa permasalahan mendasar yang ada dalam industri asuransi. Misalnya, inovasi yang tidak terlalu kencang, produk yang tidak terjangkau untuk masyarakat luas, hingga proses bisnis banyak yang masih manual. Dari sini, banyak sekali kesempatan digitalisasi yang dapat dilakukan oleh pemain insurtech.

Berangkat dari kondisi tersebut, PasarPolis mengambil pendekatan: membangun “digital engagement”, menautkan asuransi sebagai bagian dari gaya hidup digital masyarakat Indonesia, dengan menghadirkan layanan “embedded insurance”.

“Seperti saat orang membeli barang di marketplace, asuransi berasa seperti udara [sesuatu yang mengiringi, dalam hal ini untuk perlindungan barang]. Jadi tujuannya mendatangkan asuransi ke kehidupan orang, bukan orang yang datang untuk mencari asuransi. Kemitraan ini adalah strategi terbaik untuk mengakses pelanggan,” jelas Cleo.

Co-founder & COO Qoala Tommy Martin menambahkan, tiap kali ada inovasi yang mengubah perilaku masyarakat akan menimbulkan risiko baru. Kesempatan inilah yang bisa digarap perusahaan asuransi, sehingga produknya juga dituntut untuk terus berinovasi. Dunia asuransi itu sendiri dikenal sebagai industri yang kaku dengan proses kerja yang tidak sedinamis layanan insurtech.

“Asuransi harus menjadi lifestyle yang bukan dicari untuk satu tahun, tapi bisa dibeli beberapa kali dalam setahun. Makanya harus dikaitkan dengan lifestyle,” ujarnya.

Kedua perusahaan di atas juga mulai tancap gas memanfaatkan kanal distribusi yang paling banyak dicari konsumer, yakni keagenan. Fuse bahkan hanya memfokuskan diri di model bisnis ini saja.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menyampaikan, bagi perusahaan asuransi jiwa, agen itu ibarat darah segar. Bila tidak melakukan rekrutmen, akan membahayakan perusahaan yang mengadopsi strategi agency. Namun catatan ini hanya berlaku bagi perusahaan asuransi jiwa yang menggunakan agency sebagai kanal distribusinya.

Togar juga menegaskan model keagenan tidak bisa dipisahkan dari budaya masyarakat Indonesia hingga seluruh masyarakat memahami pentingnya proteksi asuransi jiwa bagi dia dan keluarganya. Sebab, produk asuransi sampai saat ini masih ‘dijual’, bukan ‘dibeli’.

Bisnis keagenan ini termasuk mahal dan memiliki turnover yang tinggi. Kendati begitu, perusahaan yang mengandalkan kanal ini tetap harus melakukan perekrutan agar tetap tumbuh dalam kondisi apapun. Togar menyebut ada rumusan umum dalam merekrut agen, yakni 10:3:1. Artinya, dari setiap 10 orang yang diundang, hanya tiga orang yang tertarik dan mengikuti pelatihan. Namun pada akhirnya hanya satu orang yang bersedia menjadi agen asuransi jiwa.

“Kalau dianalogikan, mie instan itu tinggal taruh di-display, lalu orang datang membelinya. Produk asuransi jiwa enggak bisa begitu. Dia harus ditawarkan. Nah, inilah yang menyebabkan kenapa peranan tenaga pemasar asuransi jiwa menjadi penting,” katanya.

Application Information Will Show Up Here

Echelon Ignite Thailand Kembali Diadakan September Mendatang

Salah satu perhelatan konferensi startup terbesar di Asia Tenggara besutan e27, Echelon Ignite Thailand akan kembali digelar dalam edisi kedua. Acara yang berisikan conference serta workshop dari berbagai praktisi startup kelas dunia itu rencananya akan digelar pada  5-6 September 2013 mendatang di Bangkok University, Thailand. Acara ini digelar tidak hanya untuk meningkatkan pertumbuhan tech industry di Thailand semata namun juga untuk meningkatkan awareness bagi pelaku industri global dalam perkembangan tech industry di regional Asia Tenggara. Continue reading Echelon Ignite Thailand Kembali Diadakan September Mendatang