Perkuat Lini B2C, Startup Insurtech Igloo Luncurkan Platform D2C di Indonesia

Igloo, perusahaan insurtech regional, resmi meluncurkan platform direct-to-consumer (D2C) bernama igloo.co.id di Indonesia. Platform ini memberikan fleksibilitas bagi masyarakat untuk memilih asuransi yang sesuai dengan kebutuhan gaya hidup mereka, mulai dari asuransi hewan peliharaan hingga kendaraan listrik.

Peluncuran ini dilatarbelakangi oleh penetrasi asuransi di Indonesia yang masih rendah, hanya 2,7% menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Melalui platform baru ini, Igloo berharap dapat meningkatkan inklusi dan literasi asuransi di kalangan masyarakat, terutama generasi muda yang semakin sadar akan pentingnya perlindungan finansial.

Pada platform igloo.co.id, pengguna dapat memilih berbagai produk asuransi dari penyedia terkemuka seperti Zurich, Sompo, Sinar Mas, dan Oona. Produk-produk ini mencakup asuransi hewan peliharaan, perjalanan, mobil, sepeda motor, dan kendaraan listrik. Selain itu, Igloo juga berencana menambahkan asuransi kecelakaan pribadi pada akhir bulan Oktober.

“Platform ini memberikan kebebasan bagi konsumen untuk menjelajahi, mempelajari, dan memilih produk asuransi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Kami berkomitmen untuk mengatasi tantangan aksesibilitas dan keterjangkauan dalam adopsi asuransi di Indonesia,” ujar Co-founder dan CEO Igloo Raunak Mehta.

Utamakan pengalaman pengguna

Lewat platform D2C ini, Igloo menghadirkan fitur-fitur unggulan yang dirancang untuk memudahkan pengguna, seperti Fast Quotes untuk mendapatkan penawaran asuransi cepat, Buy-Now-Upload-Later untuk pengajuan dokumen yang fleksibel, serta Claims Support yang siap membantu pelanggan selama proses klaim. Dukungan pelanggan juga tersedia melalui WhatsApp dan saluran digital lainnya.

Sejak soft launch pada Mei lalu, platform ini telah menarik hampir 20.000 pengunjung setiap bulan. “Kami terus menyempurnakan layanan berdasarkan umpan balik pelanggan untuk memastikan pengalaman yang optimal,” ungkap Head of D2C Igloo Indonesia Delta Andreansyah.

Dengan peluncuran igloo.co.id, Igloo memperluas jangkauannya di pasar Indonesia dan semakin mendekatkan asuransi ke masyarakat, sesuai dengan misinya untuk mendemokratisasi asuransi melalui teknologi.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

PasarPolis Perdalam Kerja Sama Strategis dengan Gojek

PasarPolis mengumumkan perluasan kemitraan strategis dengan Gojek. Kolaborasi ini bertujuan untuk mendemokratisasi asuransi dengan membuat produk yang lebih mudah diakses oleh jutaan orang di Indonesia melalui ekosistem digital GoTo.

GoTo sendiri, melalui Argor (Go-Ventures) dan Tokopedia, punya kepemilikan saham PasarPolis. Mereka masuk dalam putaran investasi seri A sejak tahun 2018.

Dalam kerja sama ini, PasarPolis akan menyediakan berbagai solusi asuransi yang terintegrasi langsung dengan layanan sehari-hari seperti transportasi, pengiriman, dan logistik. Produk asuransi yang ditawarkan termasuk SafeTrip untuk pengguna layanan transportasi Gojek, asuransi pengiriman paket untuk GoSend, asuransi pengiriman barang skala besar untuk GoBox, dan asuransi pengiriman B2B2C untuk GoKilat.

“Kami senang dapat bermitra dengan PasarPolis untuk memberikan pengalaman yang aman dan tanpa hambatan bagi konsumen serta mitra driver kami. Ini merupakan bukti komitmen kami untuk memastikan keselamatan dan kepuasan konsumen,” kata Head of Transport and Logistics Gojek Steven Halim.

PasarPolis Insurance Broker, yang berperan sebagai perantara dalam kerja sama ini, memanfaatkan platform teknologi canggih untuk mengelola proses penerbitan polis dan klaim secara otomatis. Dengan kapasitas penerbitan hingga 100 polis per detik, sistem ini menjamin kecepatan dan kemudahan bagi pengguna dalam mendapatkan perlindungan asuransi.

Presiden PasarPolis Peter Van Zyl mengungkapkan, “Kami sangat bangga atas kepercayaan yang diberikan oleh GoTo. Melalui kolaborasi ini, kami berkomitmen untuk menyediakan solusi asuransi inovatif, terjangkau, dan mudah diakses bagi semua segmen pasar di Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Startup Insurtech Rey Umumkan Pendanaan Tambahan Rp53 Miliar

Startup insurtech Rey mengumumkan tambahan pendanaan sebesar $3,5 juta atau setara Rp53 miliar. Pendanaan ini dipimpin CyberAgent Capital, Arthazen Capital, dan PT Gametraco Tunggal, serta didukung investor sebelumnya, termasuk Trans Pacific Technology Fund (TPTF), Genesia Ventures, dan Reycom Document Solusi (RDS).

Dengan dana segar ini, Rey ingin memperkuat visinya untuk mentransformasi proteksi kesehatan melalui layanan yang holistik, terjangkau, dan sepenuhnya digital. Hingga saat ini, Rey telah melayani lebih dari 50.000 pengguna dan 100 organisasi.

Selain menawarkan layanan kesehatan individu dan organisasi, Rey mencatat keberhasilan dengan rasio klaim produk asuransi yang terintegrasi hanya sekitar 50%, jauh lebih rendah dibandingkan asuransi kesehatan konvensional yang mencapai 105,7% pada semester pertama 2024. Rey juga tidak pernah menaikkan premi sejak 2022, menjadikannya solusi yang kompetitif.

Inovasi Rey

Rey juga terpilih sebagai salah satu penyelenggara Inovasi Digital Kesehatan (IDK) di Regulatory Sandbox Kementerian Kesehatan pada tahun 2024. Sebelumnya, Rey menyelesaikan Regulatory Sandbox Inovasi Keuangan Digital dari OJK, menegaskan perannya sebagai pionir dalam integrasi layanan kesehatan dan keuangan.

Rey menawarkan solusi baru untuk sistem administrasi pihak ketiga (TPA) yang selama ini cenderung administratif. Melalui teknologi dan ekosistemnya, Rey memperkenalkan active health management, yang mengedepankan keterlibatan kesehatan berkelanjutan, baik preventif maupun kuratif. Langkah ini menjadi solusi bagi tantangan industri asuransi kesehatan yang menghadapi peningkatan klaim.

Sebagai pionir di industri ini, Rey juga mengembangkan sistem berbasis generative AI dan rekam medis elektronik untuk klaim dan underwriting. Teknologi ini telah dipaparkan dalam Indonesia Underwriting Summit 2024 dan diklaim mendapat respons positif dari berbagai perusahaan asuransi di Indonesia.

Tahun 2024 menjadi tahun yang sibuk bagi Rey, dengan pendanaan baru, partisipasi dalam program IDK Kemenkes, penyelesaian Regulatory Sandbox OJK, serta prestasi internasional dengan masuk sebagai Top 4 di ajang Fintech Elevator Pitch Competition di Hong Kong.

“Kami bangga dengan pencapaian tahun ini dan akan terus berinovasi untuk menghadirkan solusi proteksi kesehatan yang berkelanjutan,” ujar Co-Founder & CEO Rey Evan Tanotogono.

Sebelumnya Rey terakhir kali mengumumkan pendanaan pada Juli 2022 lalu. Kala itu perusahaan mengumumkan pendanaan baru sebesar $4,2 juta (lebih dari 63 miliar Rupiah) dipimpin oleh Trans-Pacific Technology Fund (TPTF), Genesia Ventures, dan PT Reycom Document Solusi (RDS).

TPTF merupakan investor pra-awal Rey yang menyuntik dana sebesar $1 juta pada September 2021. Bersamaan dengan itu, perusahaan juga merilis fitur pendukung untuk kartu keanggotaan dinamai ReyCare, ReyCard, dan ReyFit.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Fuse Tunjuk Ivan Sunandar sebagai CEO, Fokus Perluasan di Asia Tenggara dan Tiongkok

Startup insurtech Fuse resmi menunjuk Ivan Sunandar sebagai Chief Executive Officer (CEO) baru. Sebelumnya, Ivan menjabat sebagai Chief Operation Officer (COO) perusahaan ini. Sementara itu, CEO sebelumnya, Andy Yeung, kini mengambil peran sebagai Ketua Dewan Direksi untuk memimpin arah strategis perusahaan.

Sejak bergabung pada 2018, Ivan dan Andy telah bekerja sama dalam mengembangkan platform mobile Fuse yang inovatif, yang mengubah cara agen asuransi menjual produk serta memperkenalkan asuransi mikro yang terjangkau melalui e-commerce. Kolaborasi ini diklaom berhasil menjadikan Fuse sebagai pemimpin insurtech di kawasan Asia Tenggara.

“Saya merasa terhormat untuk memimpin Fuse di saat penting ini. Bersama tim manajemen, kami akan terus menjalankan misi kami dalam memanfaatkan teknologi mutakhir untuk mendemokratisasi akses asuransi di Asia Tenggara,” ungkap Ivan dalam keterangan resminya pada Senin (23/9).

Andy, yang kini fokus pada peran strategis sebagai Ketua Dewan Direksi, menyatakan kepercayaannya pada Ivan. “Dengan kondisi kesehatan saya, saya memutuskan untuk mundur dari operasional harian. Saya yakin Ivan akan mampu membawa Fuse tumbuh lebih besar dan merevolusi ekosistem asuransi di Asia Tenggara,” ujarnya.

Vincent Chan bergabung sebagai direktur noneksekutif

Fuse juga mengumumkan penunjukan Vincent Chan sebagai Direktur Noneksekutif. Vincent memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang ekuitas swasta di Asia dan telah berinvestasi pada lebih dari 80 perusahaan teknologi di wilayah tersebut. Pengalamannya diharapkan akan membantu Fuse memperkuat posisinya di Asia Tenggara dan memperluas kehadirannya di Kawasan Teluk Besar Tiongkok.

“Saya sangat antusias bergabung dengan Dewan Direksi Fuse. Perusahaan ini telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dan saya berharap dapat berkontribusi dalam perjalanan sukses ini,” ujar Vincent.

Didirikan pada 2017, Fuse dikenal sebagai pionir dalam pengembangan platform teknologi mobile untuk mendistribusikan produk asuransi dengan lebih efisien. Dengan lebih dari 400 karyawan dan 24 kantor cabang di Indonesia, Vietnam, dan Tiongkok, Fuse terus berupaya mempermudah akses asuransi bagi masyarakat melalui kemitraan dengan perusahaan asuransi lokal serta platform e-commerce.

Penunjukan Ivan Sunandar dan bergabungnya Vincent Chan diharapkan akan memperkuat strategi perusahaan dalam memperluas jangkauan dan pengaruhnya di industri insurtech, baik di Asia Tenggara maupun di wilayah lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

PasarPolis Catatkan Penjualan Jutaan Polis di Thailand dan Vietnam, Bersiap Ekspansi ke Singapura

Startup insurtech PasarPolis terus memperkuat posisinya dengan mencatatkan pencapaian signifikan di Thailand dan Vietnam. Setelah berhasil memperluas operasinya sejak 2019, PasarPolis telah menjual jutaan polis di kedua negara tersebut, menegaskan komitmennya untuk mendemokratisasi asuransi melalui inovasi teknologi dan pendekatan yang berpusat pada pelanggan.

Dalam laporan keuangan terbaru, PasarPolis menunjukkan peningkatan pendapatan hingga dua kali lipat sejak putaran pendanaan terakhir, serta lonjakan Gross Written Premium (GWP) sebesar 250% pada tahun fiskal ini. Pencapaian ini mencerminkan pertumbuhan signifikan yang berhasil diraih perusahaan, terutama melalui kolaborasi strategis dengan mitra-mitra utama seperti Shopee, VFS Global, VNtrip, Sendo, dan Chotot.

VP Corporate Finance & Regional Partnership PasarPolis, Brendan Batanghari, menyatakan bahwa keberhasilan di pasar Vietnam dan Thailand didorong oleh kemitraan ekosistem yang tepat dan operasi yang efisien. “Kami bangga dengan pencapaian kami dan berkomitmen untuk terus mendemokratisasi asuransi di seluruh Asia Tenggara,” ujarnya.

PasarPolis juga berencana untuk memperluas jangkauannya ke Singapura, dengan target pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 50% selama empat tahun ke depan. Perusahaan ini berfokus pada profitabilitas, inovasi berkelanjutan, dan penguatan posisinya sebagai pemimpin regional di industri insurtech.

Kemitraan strategis B2B2C dorong kesuksesan

Keberhasilan PasarPolis di Thailand dan Vietnam tidak lepas dari strategi kemitraan B2B2C yang kuat. Di Indonesia, perusahaan ini telah menjalin kerja sama dengan Shopee untuk menawarkan asuransi perangkat elektronik dan layar retak, yang kemudian diperluas ke Thailand dan Vietnam dengan cakupan asuransi yang lebih luas.

Di Vietnam, kemitraan ini mencakup asuransi perangkat elektronik dan tanggung jawab produk, sementara di Thailand, PasarPolis meluncurkan perlindungan digital untuk elektronik, yang mendapatkan adopsi dan kepuasan konsumen yang signifikan.

Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan platform PasarPolis untuk dengan mudah diperluas ke pasar lain dengan investasi minimal. Selain Shopee, PasarPolis juga bermitra dengan VFS Global, serta VNtrip, Sendo, dan Chotot di berbagai pasar.

Rencana ekspansi berikutnya

PasarPolis berencana untuk memperluas jangkauannya ke pasar baru, termasuk Singapura. Perusahaan ini tetap berkomitmen pada inovasi berkelanjutan, dengan rencana untuk memperkenalkan produk baru dan meningkatkan penawaran yang ada guna memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.

PasarPolis berada di jalur yang tepat untuk mencapai profitabilitas, dengan memanfaatkan teknologi, analisis data, dan kemitraan strategis untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan kepemimpinan pasar di sektor insurtech.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

bolttech dan HAVA.id Hadirkan Solusi Proteksi Perangkat untuk Perusahaan

Kemitraan strategis telah terbentuk antara perusahaan insurtech bolttech dan HAVA.id, penyedia layanan B2B procurement terkemuka di Indonesia. Melalui kemitraan ini, HAVA.id akan menawarkan solusi proteksi perangkat bagi para pelanggannya, memberikan perlindungan menyeluruh terhadap inventori perangkat teknologi mereka.

Dengan kerja sama ini, HAVA.id memperluas portofolio layanannya dengan memanfaatkan keahlian bolttech dalam bidang proteksi perangkat. Portofolio ini mencakup program proteksi perangkat yang dirancang sesuai kebutuhan spesifik klien, melindungi berbagai jenis perangkat seperti ponsel pintar, komputer tablet, laptop, dan perangkat keras lainnya dari kerusakan fisik atau cairan setelah masa garansi produsen berakhir selama 12 bulan.

“Kami sangat gembira bermitra dengan bolttech untuk menawarkan layanan proteksi perangkat terbaik bagi klien kami,” ujar CEO HAVA.id Andrew You. “Melalui kemitraan ini, kami semakin meningkatkan solusi pengadaan barang, serta memberikan manfaat tambahan yang membuat klien kami terbebas dari kekhawatiran.”

Keuntungan dari kemitraan ini meliputi kemudahan proses pendaftaran, pengajuan klaim, dan layanan pelanggan khusus yang membantu perusahaan melindungi investasi teknologi mereka dan menjamin efisiensi operasional.

“Kami gembira bermitra dengan HAVA.id untuk menyediakan layanan proteksi perangkat bolttech bagi kalangan perusahaan,” tambah Srinath Narasimhan, General Manager bolttech Indonesia. “Kolaborasi ini sejalan dengan target bolttech untuk menciptakan solusi asuransi dan proteksi perangkat yang lengkap, sehingga perusahaan dapat fokus pada kegiatan inti tanpa rasa khawatir.”

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Hanwha Life Akuisisi 40% Saham NOBU untuk Perkuat Bisnis di Asia Tenggara

Dalam upaya memperluas jaringan dan meningkatkan kapasitas bisnis di kawasan Asia Tenggara, Hanwha Life, perusahaan asuransi dari Korea Selatan, telah resmi mengumumkan akuisisi 40% saham di PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), yang merupakan bagian dari Lippo Group.

Transaksi ini menjadi bagian dari rencana besar Hanwha Life untuk mengintegrasikan bisnis asuransi mereka dengan sektor perbankan global, menandai langkah penting dalam strategi ekspansi mereka.

Dengan transaksi yang difasilitasi oleh Ciptadana Sekuritas, Hanwha Life menginvestasikan sejumlah 560 miliar Rupiah. Pembelian ini mencerminkan komitmen Hanwha untuk mengadaptasi dan menggabungkan inovasi digital dalam operasional perbankan tradisional Bank Nobu, dengan tujuan untuk memberikan layanan yang lebih efisien dan inovatif kepada pelanggan.

“Ini adalah milestone penting dalam usaha kami untuk membangun ekosistem keuangan yang lebih luas dan terintegrasi di Asia Tenggara,” ujar perwakilan Hanwha Life. “Kami percaya bahwa Indonesia, dengan potensi ekonominya yang besar, adalah pasar yang strategis untuk investasi ini.”

Kerja sama ini diharapkan tidak hanya akan memperkuat posisi Hanwha Life di pasar keuangan Asia tetapi juga membawa inovasi dan peningkatan layanan yang berorientasi pada kebutuhan pelanggan di Indonesia.

Integrasi antara teknologi canggih Hanwha dan pengalaman Bank Nobu dalam operasional perbankan domestik diharapkan akan menciptakan sinergi yang menguntungkan kedua pihak dan memperluas jangkauan layanan mereka di kawasan ini.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Strategi Bank Danamon Tetap Relevan dengan Perkembangan Fintech

Sektor fintech di Indonesia terus menunjukan tren pertumbuhan yang pesat setiap tahunnya. Menurut proyeksi dari Google, Temasek, dan Bain & Company, Indonesia diperkirakan akan menjadi pasar pembayaran digital terbesar di Asia Tenggara dengan proyeksi Gross Transaction Value mencapai $760 miliar pada 2030.

Di saat yang sama, pemerintah mendorong penggunaan fintech untuk mencapai target inklusi keuangan sebesar 90% pada tahun ini. Gairah ini membuat banyak pihak berlomba-lomba mengadopsi fintech terkini agar makin relevan dengan perkembangan saat ini. Hal tersebut juga dilakukan oleh Bank Danamon.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Chief Strategy Officer Bank Danamon Reza Iskandar Sardjono menyampaikan berbagai strategi dari internal dan eksternal telah ditempuh perseroan untuk terus mendukung industri fintech ini.

“Salah satunya dengan melakukan penempatan dana di Garuda Fund bersama dengan MUFG dan MUIP (MUFG Innovation Partners), dana ventura yang melakukan investasi strategis pada sektor keuangan digital Indonesia, dengan penekanan pada perusahaan fintech,” ujarnya.

Sebagai catatan, Garuda Fund diumumkan pada Januari 2023 memiliki alokasi dana sebesar $100 juta dengan periode investasi terhitung dari 2023-2028. Fokus investasi Garuda Fund adalah pendanaan seri A ke atas, dengan rata-rata investasi $5 juta dengan tujuan strategis untuk meningkatkan bisnis kolaborasi Danamon dengan para pelaku digital dan fintech di Indonesia.

Startup teranyar yang mendapat pendanaan dari Garuda Fund adalah startup insurtech Qoala yang berpartisipasi dalam putaran seri C diumumkan pada 3 April 2024. Ditargetkan ada sebanyak 15 startup yang akan memperoleh dana dari Garuda Fund hingga 2028 mendatang.

Pada Februari, Bank Danamon juga mengumumkan kemitraan strategis dengan Helicap, startup asal Singapura yang berfokus menghubungkan investor global dengan peluang utang swasta di Asia Tenggara. Tujuan perusahaan adalah untuk mengisi kesenjangan pembiayaan sebesar $500 miliar yang tidak dapat dilayani oleh bank dan menyebarkan modal kepada 300 juta orang yang tidak mempunyai rekening bank melalui 1.000 originator di wilayah tersebut.

“Melalui kerja sama ini, Helicap memperkenalkan ekosistem fintech mereka yang ada di Indonesia ke Danamon. Di sisi lain, Danamon menyediakan portal korporat Danamon (Danamon Cash Connect), dan membantu pengelolaan flow of fund yang lancar dengan pengendalian risiko yang lebih baik kepada Helicap,” lanjut Reza.

Ia juga menyampaikan kolaborasi ini cukup unik karena membantu menyediakan kemudahan bagi Helicap dalam melakukan operasional pendanaan, serta memberikan keamanan dalam melakukan transaksi. Tidak menutup kemungkinan ke depannya, kolaborasi ini akan dilanjutkan dengan entitas di dalam MUFG Group, yakni Adira Finance dan Home Credit.

Transformasi digital

Reza melanjutkan, penguatan internal dengan berinvestasi pada Infrastruktur IT & Digital, Sumber Daya Manusia, Branding, dan Branch Network agar tetap relevan sekaligus dalam rangka meningkatkan pelayanan ke nasabah.

Perseroan berupaya meningkatkan kapabilitas channels, baik fisik (Next Generation Branch) maupun digital (D-Bank PRO dan Danamon Cash Connect), serta memperluas kemitraan digital. D-Bank PRO adalah solusi untuk konsumen, sementara Danamon Cash Connect ditujukan untuk nasabah bisnis.

Melalui digitalisasi tersebut, Reza mengklaim pihaknya berhasil meningkatkan produktivitas SDM di cabang melalui migrasi transaksi-transaksi yang bersifat administratif (penggantian PIN, penggantian kartu debit, dan pengkinian data nasabah) ke digital channel (D-Bank PRO) dan self-service channel (Digital CS).

Sementara bagi nasabah, dengan adanya digitalisasi ini memberikan kemudahan akses dalam bertransaksi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti: pembayaran tagihan, top up, jual/beli valuta asing, QRIS, mengubah transaksi kartu kredit menjadi cicilan (My Own Installment), pengajuan loan dan pembelian wealth management produk, dan berbagai fitur lainnya.

Pihaknya juga secara aktif menyediakan layanan BaaS (Bank-as-a-Service) kepada nasabah di semua segmen melalui pengembangan dan penyempurnaan berbagai layanan API. “Ke depannya, kami berkomitmen untuk senantiasa melakukan pengembangan seluruh channel digital dengan prinsip customer centricity serta memperkuat sinergi dengan jaringan MUFG sehingga dapat memberikan layanan yang komprehensif kepada nasabah.”

Dia beralasan langkah ini ditempuh karena perusahaan merupakan organisasi yang berpusat pada pelanggan, sehingga salah satu strateginya adalah terus engage dengan nasabah dan mengerti kebutuhan mereka. “Dengan interaksi langsung melalui berbagai event maupun melalui research untuk memahami perubahan perilaku nasabah yang berfokus pada berbagai layanan digital perbankan,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Qoala Umumkan Pendanaan Seri C Rp713,3 Miliar Dipimpin PayPal Ventures dan MassMutual Ventures

Startup insurtech Qoala mengumumkan telah menutup pendanaan seri C senilai $45 juta atau setara Rp713,3 miliar. Putaran ini dipimpin PayPal Ventures dan MassMutual Ventures dengan dukungan MUFG Innovation Partners, Ohana Holdings, dan investor sebelumnya termasuk Flourish Ventures, Eurazeo, dan AppWorks.

Sebelumnya Qoala berhasil menutup pendanaan seri B tahun lalu dengan total nilai $70,5 juta (dalam dua putaran). Dengan tambahan dana segar yang baru didapat, kisaran pendanaan ekuitas yang telah dibukukan perusahaan mencapai $139,5 juta atau setara Rp2,2 triliun.

Melalui modal tambahan yang didapat, Qoala berkomitmen meningkatkan bisnis embedded insurance (B2B2C) di Asia Tenggara melalui percepatan pengembangan teknologi (penerapan AI di berbagai lini), meningkatkan pengalaman pelanggan, mitra, dan agen. Qoala juga ingin mengeksplorasi varian produk dan saluran baru di platform agennya dengan menjajaki akuisisi strategis dan kemitraan lintas sektor.

“Dipandu dedikasi yang tak tergoyahkan dari tim kami yang luar biasa dan kepercayaan yang diberikan oleh investor, pendanaan seri C ini menunjukkan kepercayaan pasar terhadap strategi dan misi kami. Misi kami untuk mendemokratisasi asuransi tetap teguh, dan dengan suntikan dana baru ini, kami lebih siap untuk mendorong inovasi dan memberikan dampak pada kehidupan dan penghidupan,” sambut Co-Founder & CEO Qoala Harshet Lunani.

Pertumbuhan bisnis Qoala

Disampaikan perusahaan, sejak tahun 2022 Qoala telah mencatat pertumbuhan premi bruto sebesar 2,5x dan telah memproses 60% dari total klaim secara internal. Pertumbuhan bisnis dini sebagian besar ditopang oleh terdiversifikasinya saluran kemitraan yang berimplikasi pada peningkatan pesat jumlah mitra bisnis. Metrik profitabilitas perusahaan juga diklaim terus mengalami tren peningkatan, melampaui pertumbuhan GWP, dan hal ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap kinerja keuangan berkelanjutan.

Sepanjang 2023, Qoala berhasil memproses 115 ribu klaim dan menjangkau 45 ribu pelanggan baru. Ini juga didukung oleh ragam produk asuransi yang dijajakan pada portal marketplace yang dimiliki, dan didukung lebih dari 60 ribu+ mitra pemasar. Sejak awal, salah satu proposisi nilai penting Qoala pada sistem keagenan digital yang dimiliki. Lewat inovasi yang digulirkan, Qoala berhasil meningkatkan aksesibilitas asuransi dan proses klaim bagi masyarakat secara lebih efisien.

“Kami sangat terkesan dengan pertumbuhan Qoala yang luar biasa sejak investasi pertama kami pada tahun 2019. Kerja keras tim yang konsisten dan kinerja tinggi terbukti dalam posisi mereka sebagai pemimpin pasar. Kami bangga melanjutkan dukungan seiring mereka terus mendefinisikan ulang standar industri dan mendorong inklusi keuangan di wilayah ini,” ujar Managing Partner MassMutual Ventures Ryan Collins.

Di Indonesia, Qoala berhadapan dengan sejumlah kompetitor, di antaranya Fuse, Igloo, PasarPolis, dan Lifepal. Sepanjang tahun 2022, Fuse menerbitkan lebih dari 150 juta polis asuransi dan membukukan pendapatan premi bruto lebih dari Rp 3 triliun. Sementara Lifepal baru saja diakuisisi Roojai Group di awal tahun 2024 ini.

Rencana selanjutnya Qoala

Salah satu fokus pengembangan berikutnya adalah peningkatan pengalaman agen dan efisiensi operasional secara signifikan dengan lebih meningkatkan penggunaan AI generatif. Investasi ini akan memungkinkan Qoala untuk menyempurnakan dan memperluas platform insurtech yang sudah ada, memastikan tetap menjadi yang terdepan dalam teknologi dan mengurangi waktu pemasaran.

Selain itu, Qoala berdedikasi untuk mengembangkan alat yang mendukung mitra asuransinya dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam penjaminan, pemrosesan klaim, dan deteksi penipuan, sehingga memperkuat komitmennya terhadap inovasi dan keunggulan dalam industri.

“Dengan memosisikan dirinya sebagai solusi pilihan bagi platform yang melayani konsumen dan agen tradisional, Qoala menyediakan alat yang sangat dibutuhkan konsumen di seluruh Asia Tenggara untuk mengatasi kesenjangan perlindungan yang terus terjadi,” ujar Principal PayPal Ventures Alexandros Bottenbruch.

Selain di Indonesia, saat ini Qoala juga sudah beroperasi di Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Ekspansinya ini didukung dengan strategi kemitraan strategis dan akuisisi. Di Thailand, mereka beroperasi dengan mengakuisisi startup insurtech lokal Fairdee.

Di tengah kondisi perekonomian makro yang tak menentu, pada pertengahan tahun lalu Qoala juga sempat mengurangi jumlah tim 80 orang di Indonesia dan Malaysia. Disebutkan langkah ini diambil untuk meningkatkan sinergi di dalam dan di setiap departemen dan unit bisnis agar efisien dan berkelanjutan.

Application Information Will Show Up Here

Insurtech Asal Thailand “Sunday” Akuisisi Penuh KSK Insurance Indonesia

Perusahaan insurtech asal Thailand Sunday Ins Holding mengumumkan telah merampungkan akuisisi atas PT KSK Insurance Indonesia pada Januari 2024 usai mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan. Sunday mengakuisisi 99% kepemilikan saham PT KSK Insurance Indonesia dengan nilai yang tidak disebutkan.

Dalam keterangan resminya, akuisisi ini disebutkan telah mempercepat pertumbuhan lini bisnis yang berfokus pada inovasi produk dan saluran distribusi alternatif dalam skala nasional. Lewat kolaborasinya dengan Sunday, KSK Insurance tercatat menghasilkan premi senilai $10 juta pada 2023 untuk asuransi kesehatan dan kendaraan bermotor.

Selain itu, akuisisi ini disebut berpotensi menjadikan Sunday sebagai salah satu grup insurtech terbesar yang memegang lisensi di dua negara, yakni Thailand dan Indonesia sebagai pasar asuransi umum terbesar di Asia Tenggara dengan pendapatan melampaui $100 juta.

Sekadar informasi, PT KSK Insurance Indonesia adalah perusahaan asuransi umum dengan perolehan premi bruto tertanggung mencapai $40 juta pada 2023, mencakup asuransi kendaraan bermotor, asuransi properti, dan asuransi kargo.

“Kemitraan ini menandakan komitmen kami yang mendalam di Indonesia dan misi kami untuk menjadi grup insurtech terdepan di wilayah ini. Fokus utama kami adalah memperluas solusi produk kepada klien korporat, mitra, agen, dan broker dalam ekosistem kami untuk melayani masyarakat kelas menengah yang jumlahnya terus tumbuh dengan layanan klaim, gaya hidup, dan pencegahan risiko yang lebih baik,” ucap Co-Founder & CEO Sunday Cindy Kua.

Sunday memiliki misi menjadi pemimpin grup asuransi digital pertama yang menerapkan kecerdasan buatan (AI) atau machine learning serta arsitektur layanan mikro di seluruh segmen asuransi, mulai dari asuransi kesehatan, asuransi kendaraan bermotor, produk komersial, serta produk retail lainnya di wilayah ini.

Klaimnya, Sunday telah tumbuh organik dua kali lipat secara regional mencapai lebih dari $70 juta premi di 2023. Adapun di Indonesia, Sunday pertama kali beroperasi sebagai insurtech terdaftar dan broker berlisensi pada 2022.

Digitalisasi produk asuransi diproyeksi masih akan terus berkembang di Indonesia. Menurut Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan, pasar insurtech diperkirakan tumbuh empat kali lipat selama 2021-2026 dengan ukuran premi bruto mencapai miliaran dolar AS. Per Oktober 2023, penetrasi asuransi di Indonesia baru menyentuh angka 2,75%.

Terlepas potensinya, industri insurtech masih berupaya untuk mendorong penetrasi layanannya di Indonesia. Menurut Startup Report 2023, beberapa pemain telah pivot dan menutup bisnisnya karena terhambat tantangan sulitnya berinovasi dan menjadi bisnis yang berkelanjutan. Futuready telah menghentikan operasionalnya tahun lalu, sedangkan Aigis beralih menjadi platform finansial dan manajemen proyek dengan brand baru Finnix.

Application Information Will Show Up Here