PasarPolis Perdalam Kerja Sama Strategis dengan Gojek

PasarPolis mengumumkan perluasan kemitraan strategis dengan Gojek. Kolaborasi ini bertujuan untuk mendemokratisasi asuransi dengan membuat produk yang lebih mudah diakses oleh jutaan orang di Indonesia melalui ekosistem digital GoTo.

GoTo sendiri, melalui Argor (Go-Ventures) dan Tokopedia, punya kepemilikan saham PasarPolis. Mereka masuk dalam putaran investasi seri A sejak tahun 2018.

Dalam kerja sama ini, PasarPolis akan menyediakan berbagai solusi asuransi yang terintegrasi langsung dengan layanan sehari-hari seperti transportasi, pengiriman, dan logistik. Produk asuransi yang ditawarkan termasuk SafeTrip untuk pengguna layanan transportasi Gojek, asuransi pengiriman paket untuk GoSend, asuransi pengiriman barang skala besar untuk GoBox, dan asuransi pengiriman B2B2C untuk GoKilat.

“Kami senang dapat bermitra dengan PasarPolis untuk memberikan pengalaman yang aman dan tanpa hambatan bagi konsumen serta mitra driver kami. Ini merupakan bukti komitmen kami untuk memastikan keselamatan dan kepuasan konsumen,” kata Head of Transport and Logistics Gojek Steven Halim.

PasarPolis Insurance Broker, yang berperan sebagai perantara dalam kerja sama ini, memanfaatkan platform teknologi canggih untuk mengelola proses penerbitan polis dan klaim secara otomatis. Dengan kapasitas penerbitan hingga 100 polis per detik, sistem ini menjamin kecepatan dan kemudahan bagi pengguna dalam mendapatkan perlindungan asuransi.

Presiden PasarPolis Peter Van Zyl mengungkapkan, “Kami sangat bangga atas kepercayaan yang diberikan oleh GoTo. Melalui kolaborasi ini, kami berkomitmen untuk menyediakan solusi asuransi inovatif, terjangkau, dan mudah diakses bagi semua segmen pasar di Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

PasarPolis Catatkan Penjualan Jutaan Polis di Thailand dan Vietnam, Bersiap Ekspansi ke Singapura

Startup insurtech PasarPolis terus memperkuat posisinya dengan mencatatkan pencapaian signifikan di Thailand dan Vietnam. Setelah berhasil memperluas operasinya sejak 2019, PasarPolis telah menjual jutaan polis di kedua negara tersebut, menegaskan komitmennya untuk mendemokratisasi asuransi melalui inovasi teknologi dan pendekatan yang berpusat pada pelanggan.

Dalam laporan keuangan terbaru, PasarPolis menunjukkan peningkatan pendapatan hingga dua kali lipat sejak putaran pendanaan terakhir, serta lonjakan Gross Written Premium (GWP) sebesar 250% pada tahun fiskal ini. Pencapaian ini mencerminkan pertumbuhan signifikan yang berhasil diraih perusahaan, terutama melalui kolaborasi strategis dengan mitra-mitra utama seperti Shopee, VFS Global, VNtrip, Sendo, dan Chotot.

VP Corporate Finance & Regional Partnership PasarPolis, Brendan Batanghari, menyatakan bahwa keberhasilan di pasar Vietnam dan Thailand didorong oleh kemitraan ekosistem yang tepat dan operasi yang efisien. “Kami bangga dengan pencapaian kami dan berkomitmen untuk terus mendemokratisasi asuransi di seluruh Asia Tenggara,” ujarnya.

PasarPolis juga berencana untuk memperluas jangkauannya ke Singapura, dengan target pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 50% selama empat tahun ke depan. Perusahaan ini berfokus pada profitabilitas, inovasi berkelanjutan, dan penguatan posisinya sebagai pemimpin regional di industri insurtech.

Kemitraan strategis B2B2C dorong kesuksesan

Keberhasilan PasarPolis di Thailand dan Vietnam tidak lepas dari strategi kemitraan B2B2C yang kuat. Di Indonesia, perusahaan ini telah menjalin kerja sama dengan Shopee untuk menawarkan asuransi perangkat elektronik dan layar retak, yang kemudian diperluas ke Thailand dan Vietnam dengan cakupan asuransi yang lebih luas.

Di Vietnam, kemitraan ini mencakup asuransi perangkat elektronik dan tanggung jawab produk, sementara di Thailand, PasarPolis meluncurkan perlindungan digital untuk elektronik, yang mendapatkan adopsi dan kepuasan konsumen yang signifikan.

Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan platform PasarPolis untuk dengan mudah diperluas ke pasar lain dengan investasi minimal. Selain Shopee, PasarPolis juga bermitra dengan VFS Global, serta VNtrip, Sendo, dan Chotot di berbagai pasar.

Rencana ekspansi berikutnya

PasarPolis berencana untuk memperluas jangkauannya ke pasar baru, termasuk Singapura. Perusahaan ini tetap berkomitmen pada inovasi berkelanjutan, dengan rencana untuk memperkenalkan produk baru dan meningkatkan penawaran yang ada guna memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.

PasarPolis berada di jalur yang tepat untuk mencapai profitabilitas, dengan memanfaatkan teknologi, analisis data, dan kemitraan strategis untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan kepemimpinan pasar di sektor insurtech.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Strategi Bisnis PasarPolis Melalui Tap Insure dan Layanan Keagenan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini memaparkan tingkat penetrasi asuransi di Indonesia saat ini baru tercatat 2,75% dari total penduduk Indonesia, lebih rendah dari negara tetangga di Asia Tenggara. Sementara, tingkat densitas asuransi juga masih berada pada level rendah, tercatat pada akhir tahun lalu angkanya mencapai Rp1,92 juta per penduduk.

Menyikapi data di atas, bukan berarti ini persoalan yang buruk. Dari kacamata bisnis ini jadi persoalan yang baik karena ruang perbaikan masih terbuka lebar. Perspektif inilah yang diambil Tap Insure (PT Asuransi Untuk Semua), perusahaan asuransi umum yang merupakan bagian dari Pasar Polis Group untuk ambil peluang di Indonesia.

PasarPolis Group kini membawahi tiga entitas: PT PasarPolis Insurance Broker, PT PasarPolis Indonesia, dan PT Asuransi Untuk Semua (Tap Insure). Tap Insure menjadi bagian baru di grup sebagai asuransi umum digital setelah mendapatkan persetujuan izin usaha dari OJK pada tanggal 17 November 2022.

Disebutkan Tap Insure adalah satu-satunya perusahaan asuransi baru dalam tiga tahun terakhir yang mendapat izin dari OJK sepanjang tahun tersebut. Di luar itu pada tahun yang sama, di ranah perusahaan teknologi, terdapat Sea Group yang mengakuisisi penuh PT Asuransi Mega Pratama, kini menjadi PT Asuransi Umum SeaInsure.

“Memiliki asuransi [sendiri], jadi game changer buat kami karena kami bisa underwriting sendiri, menentukan premi, dan klaim langsung ditangani sendiri. Kami juga bisa terus berinovasi produk dan membuat banyak diferensiasi di pasar,” terang Presiden PasarPolis Peter van Zyl kepada DailySocial.id.

Zyl baru bergabung di PasarPolis sejak Juli 2023. Ia dikenal sebagai veteran profesional di industri asuransi dengan rekam jejak selama lebih dari 20 tahun. Ia pernah menjabat sebagai Presiden Direktur & CEO Allianz Indonesia selama 7 tahun dan menduduki posisi manajemen senior di AIG selama lebih dari 15 tahun.

Sebelum ada Tap Insure, proses underwriting dan pemrosesan klaim diserahkan langsung oleh mitra asuransi. Sebagai insurtech, PasarPolis hanya bertindak sebagai penghubung antara perusahaan asuransi dengan target konsumen. Misalnya, saat meracik asuransi kecelakaan untuk pengemudi Gojek, pihak PasarPolis bernegosiasi dengan berbagai perusahaan asuransi mencari premi terbaik, sebelum dihadirkan di Gojek.

“Kami memiliki data yang sangat kaya, memungkinkan kami memahami pelanggan mampu membuat produk dengan model prediktif. Untuk distribusinya secara efisien, cepat, dan frictionless. Jadi konsumen bukan sekadar mengambil asuransi, tapi pengalamannya yang menyenangkan karena sekarang kami menjadi perusahaan asuransi full-stack.”

Tap Insure memungkinkan terjadinya peningkatan yang signifikan. Tingkat kepuasan konsumen mencapai 90% karena sebanyak 74% klaim dapat diproses dalam waktu 24 jam, menunjukkan komitmen perusahaan terhadap inovasi dan efisiensi di industri ini.

Kolaborasi teranyar Tap Insure adalah bersama Shinhan EZ General Insurance, mengembangkan proteksi untuk asuransi kendaraan bermotor Tap Auto, yakni Extended Warranty untuk mobil bekas dan baru. Langkah ini sekaligus menandai Shinhan EZ masuk ke Indonesia yang memiliki keahlian di bidang asuransi mikro.

Tap Auto memberikan perlindungan terhadap biaya perbaikan yang tak terduga, mencakup komponen-komponen vital, seperti mesin (termasuk ECU & radiator), transmisi (termasuk ECU & radiator), sistem kemudi, sistem rem, serta peralatan pendingin dan pemanas udara (termasuk AC Compressor).

Di luar itu, Tap Insure memiliki produk asuransi lainnya, seperti: Asuransi Movable Property All Risks, Asuransi Property All Risks, Asuransi Kebakaran, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Pengangkutan Barang, dan Asuransi Gempa Bumi.

Mulai perkuat bisnis keagenan

Bersamaan dengan itu, grup perusahaan juga mulai memperkuat kontribusi bisnis dari jalur keagenan. Menurut Zyl, bisnis PasarPolis sangat bergantung pada saluran B2B2C, yang menyumbang lebih dari 65% total pendapatannya. Kanal ini menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun, meskipun pasarnya jenuh.

Secara kumulatif sejak pertama kali berdiri di 2015 hingga tahun lalu, terdapat lebih dari 1,5 miliar polis yang telah diterbitkan untuk 40 juta konsumen. Mitra ekosistemnya pun beragam, seperti Gojek, Xiaomi, IKEA, Shopee, DANA, dan Home Credit.

Sebaliknya, kanal keagenan dan D2C, memperlihatkan pertumbuhan substansial, melebihi 15% secara month-to-month. Prospek di kanal ini begitu menjanjikan, terlebih masyarakat Indonesia itu masih membutuhkan kehadiran agen secara tatap muka untuk mendapatkan penjelasan terkait produk asuransi yang akan dibelinya.

“Bisa juga tidak perlu tatap muka, agen tidak perlu harus bermacet-macetan di jalan raya. Dengan aplikasi, mereka bisa fokus memberikan pelayanan kepada nasabahnya.”

PasarPolis Mitra

PasarPolis Mitra (PT PasarPolis Indonesia) sudah hadir sejak 2020, diklaim lebih dari 11 ribu agen telah bergabung yang tersebar di lima kota besar, yakni Jakarta, Surabaya, Solo, Semarang, dan Bandung. Aplikasi PP Mitra dilengkapi dengan sejumlah fitur, seperti automasi sistem rekonsiliasi data, mulai dari proses penginputan data polis hingga pembayaran premi, proses pencairan insentif secara instan, penerbitan polis secara real-time, dan pemrosesan klaim yang efisien.

Kemudian, sebanyak 11 perusahaan asuransi bekerja sama memasarkan produknya melalui channel ini, dibantu oleh PasarPolis Insurance Broker. Tap Insure, Allianz, Zurich, SeaInsurance, Sinarmas, adalah beberapa nama yang sudah bergabung.

“Kita akan mendapatkan pertumbuhan eksponensial pada tahun 2024 karena agen menjadi fokus besar. Jadi, kami berencana untuk tetap mempertahankan B2B2C, bukan menguranginya. Di saat yang bersamaan membesarkan keagenan.”

Zyl menuturkan, untuk mengejar kenaikan kontribusi dari kanal keagenan, saat ini perusahaan sedang menandatangani kemitraan dengan perusahaan asuransi yang memiliki jaringan agen terbesar di Indonesia. Ia tidak bisa mendetail lebih lanjut terkait ini, namun diyakini dapat mengubah sepenuhnya dinamika dunia asuransi di Indonesia.

Tak hanya itu, Tap Insure juga memanfaatkan keagenan untuk strategi pemasarannya dengan menghadirkan Tap Partners. Tap Insure menargetkan kemitraan dengan berbagai toko offline. Sejauh ini telah menjalin kerja sama dengan Xiaomi Shop dan hampir 500 pedagang toko offline lainnya.

Salah satu kemudahan yang ditawarkan oleh Tap Partners adalah pembelian ponsel dengan sistem bundling yang mempermudah konsumen untuk langsung memiliki produk asuransi perlindungan gadget, bersamaan dengan transaksi pembelian ponsel di toko offline.

Tap Partners

Sedang galang pendanaan

Dipaparkan lebih jauh, PasarPolis saat ini mulai membuka penggalangan dana. Bila tidak ada aral melintang, ditargetkan dapat ditutup pada kuartal I 2024. Yang pasti, perolehan dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan penawarannya pada aset digital demi menjangkau populasi yang lebih luas. Oleh karena itu, perusahaan akan berinvestasi lebih banyak pada talenta dan teknologi. Terlebih, ambisi untuk menggenjot kontribusi bisnis keagenan pada tahun depan terus dilakukan.

“Jika kita ingin lebih baik 10 kali lipat dalam pelayanan, kecepatan, penawaran produk, kita perlu terus berinvestasi. Kami juga ingin menjadi 10 kali lebih efektif dan efisien dibandingkan rekan atau pesaing kami.”

PasarPolis terakhir kali mengumumkan pendanaan sebesar $5 juta dari International Finance Corportion (IFC) pada Februari 2021. Pendanaan ini direngkuh selang empat bulan pasca mengumumkan putaran Seri B senilai $54 juta. Disebutkan, PasarPolis masuk ke dalam jajaran soonicorn alias valuasinya mencapai $59miliar.

“Penggalangan dana dapat mempercepat perjalanan kita menjadi organisasi yang menguntungkan secara signifikan.”

Bersamaan dengan itu, Zyl menilai bahwa langkah menuju profitabilitas kini menjadi sebuah prioritas, walau membutuhkan waktu. Dalam memperluas aset digital, tentunya memerlukan biaya yang menjadi faktor pemengaruh dalam menentukan pertumbuhan perusahaan. Pihaknya akan terus mengatasi biaya-biaya tersebut agar skala bisnis dapat naik secara efektif.

Akan tetapi, di satu sisi, salah satu aspek utama yang berkontribusi terhadap jalur menuju profitabilitas yakni bagaimana pendekatan interaksi bisnis yang ditempuh di PasarPolis. Menurut Zyl, setiap transaksi yang menghasilkan keuntungan disebut margin kontribusi. Angka tersebut akan terus digenjot untuk seluruh operasional bisnis, makanya setiap kesepakatan bisnis dilakukan setelah memastikan keuntungan yang bakal diperoleh.

“Indonesia memungkinkan kita mengembangkan bisnis secara menguntungkan, dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara karena kami memiliki kombinasi yang bagus. Tujuan kami yang jelas adalah mendapatkan keuntungan pada 2025, bisa lebih cepat atau lambat.”

Pendekatan insurtech dengan blockchain juga turut menjadi perhatian PasarPolis ke depannya. Diskusi internal terkait topik ini masih dini namun dipastikan segera mengimplementasikannya karena manfaat yang ditawarkan sangat besar. Blockchain memberi kemampuan untuk mengelola, memprediksi, deteksi penipuan, dan yang terpenting memastikan perlindungan data pelanggan.

Dia melanjutkan, meskipun saat ini tidak semua orang di Indonesia menggunakan teknologi blockchain, penerapan teknologi blockchain ke dalam bisnis semakin diperlukan. Kekayaan data yang ditawarkan menggarisbawahi pentingnya hal ini dalam lanskap asuransi.

“Walau masih dalam tahap diskusi, potensi manfaat blockchain sudah terlihat tidak hanya bagi kami di PasarPolis, tetapi juga bagi industri secara keseluruhan.”

Di kancah regional, disampaikan saat ini PasarPolis telah melebarkan sayapnya ke Thailand, Vietnam, dan baru-baru ini Singapura. Indonesia tetap menjadi pasar utama perusahaan. Malaysia dan Filipina belum menjadi rencana berikutnya.

Zyl menilai Malaysia adalah negara dengan penetrasi pasar asuransi umumnya sudah matang. Sementara pihaknya kerap mengevaluasi peluang potensial berdasarkan kemitraan dan kesiapan pasar. “Bagi kami, ekspansi bergantung pada kesiapan dan kelangsungan pasar. Kami memprioritaskan pendekatan pragmatis, memastikan bahwa ekspansi kami ke wilayah baru dapat dilaksanakan dan berhasil.”

Saat ini total karyawan perusahaan secara regional hampir mencapai 200 orang, mayoritas merupakan tim dari Indonesia mencapai 160 orang.

“Kesuksesan suatu perusahaan tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah individu yang dipekerjakannya, namun juga oleh kemampuannya. Sebagai perusahaan insurtech, fokus kami terletak pada teknologi, bukan sekadar mengumpulkan tenaga kerja dalam jumlah besar,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Klaim Pertumbuhan Positif, PasarPolis Tunjuk Presiden Baru

Melalui model bisnis dan operasional yang efektif, platform insurtech membuat layanan asuransi lebih mudah diakses dan berorientasi pada pelanggan. Meskipun tantangan masih ada, kerja sama antara startup di bidang ini dan perusahaan asuransi yang mulai terbangun, yang didukung oleh lingkungan regulasi yang kondusif.

Salah satu platform insurtech yang telah berdiri sejak tahun 2015, PasarPolis terus mengembangkan inovasi agar bisa menjadi the next gen digital insurance yang selalu mengikuti tren kebutuhan pasar. Untuk memperkuat posisi mereka di industri, baru-baru ini mereka menunjuk Presiden baru yaitu Peter van Zyl untuk turut menavigasi strategi perusahaan.

Peter dikenal sebagai veteran profesional dengan rekam jejak panjang di industri asuransi selama lebih dari 20 tahun. Sebelum bergabung dengan PasarPolis, Peter menjabat sebagai Presiden Direktur & CEO Allianz Indonesia selama 7 tahun dan menduduki posisi manajemen senior di AIG selama lebih dari 15 tahun.

Presiden PasarPolis Peter van Zyl / PasarPolis

Disampaikan dalam keterangan resmi, untuk jangka pendek Peter akan berfokus memperkuat posisi PasarPolis di pasar dan mengimplementasikan strategi baru guna meningkatkan daya saing perusahaan. Sementara di jangka panjang, visi Peter adalah menjadikan PasarPolis sebagai perusahaan asuransi digital terdepan dengan layanan, produk, dan klaim yang mudah, cepat, dan terjangkau.

“Kami memprioritaskan pengalaman berasuransi yang lebih menyenangkan mulai, dari pemilihan produk hingga klaim yang 10x lebih baik bagi pelanggan kami melalui digitalisasi,” kata Peter.

PasarPolis juga akan memfokuskan kepada peningkatan penetrasi dan literasi asuransi di negara Asia Tenggara lainnya, seperti Vietnam dan Thailand, mengingat potensi yang masih besar, terutama di tengah peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perlindungan asuransi pasca pandemi.

Dari sisi pasar, Vietnam dan Indonesia memiliki kriteria pasar asuransi yang serupa, meskipun kesadaran akan asuransi di Vietnam masih relatif rendah daripada Indonesia; serta Thailand merupakan pasar asuransi yang sudah cukup matang, dengan tingkat penetrasi lebih tinggi. Tahun 2019 lalu perusahaan melakukan ekspansi ke Vietnam dan Thaland.

Pertumbuhan positif

Diklaim melalui pendekatan digital, PasarPolis telah mencapai segmen pasar yang sulit dijangkau oleh saluran distribusi tradisional. Produk-produk yang ditawarkan juga dinilai sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat masa kini, seperti asuransi perjalanan hingga perlindungan gadget (microinsurance).

Dengan mengedepankan pendekatan omnichannel, PasarPolis juga ingin memberikan akses yang simpel dan mudah terhadap produk asuransi, mulai dari pemilihan polis hingga penyelesaian klaim. PasarPolis terus berupaya meningkatkan distribusi polis asuransi secara lebih tepat sasaran, melalui layanan keagenan yang dimiliki.

Pandemi juga dinilai telah mengubah cara masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, termasuk dalam berasuransi yang sekarang lebih mudah dilakukan melalui digital. Secara preferensi, inovasi produk asuransi yang melekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat juga semakin menjadi tren.

Tercatat pada tahun 2022, jumlah polis yang diterbitkan oleh PasarPolis mencapai lebih dari 500 juta. Mereka juga mengklaim berhasil melindungi hampir 30% populasi Indonesia atau lebih dari 80 juta pelanggan.

Dari sisi inovasi customer experience, per Juni 2023, PasarPolis telah berhasil menyelesaikan 98% dari total penyelesaian klaim B2B2C (asuransi nonkredit) dan 95% dari total klaim asuransi perangkat diselesaikan dalam waktu kurang dari 2 jam.

Berkolaborasi dengan perusahaan asuransi umum Tap Insure, PasarPolis kini telah menjadi ekosistem asuransi digital full-stack yang mampu melakukan underwrite produk secara mandiri. Sebagai perusahaan insurtech terkemuka di Indonesia, PasarPolis kini memiliki lebih dari 7.500 Mitra aktif dan bekerja sama dengan lebih dari 40 partner ekosistem untuk memenuhi kebutuhan asuransi yang melekat di dalam keseharian masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

Dinamika industri insurtech

Di pasar asuransi digital, PasarPolis berhadapan langsung dengan sejumlah pemain kunci seperti Qoala dan Fuse. Namun demikian industri ini baru mendapatkan kabar kurang sedap dengan tutupnya layanan Futuready — diketahui mereka memiliki fokus utama menyediakan produk asuransi mikro. Sementara para rivalnya bermain di banyak model bisnis, termasuk yang menjadi adalan adalah layanan keagenan.

Pemain lainnya, yakni Aigis, awal tahun ini memilih pivot dari penyedia layanan insurtech B2B menjadi SaaS manajemen keuangan industri kreatif. Startup yang didukung Init6, Goodwater Capital, dan Y Combinator ini juga melakukan rebranding menjadi Finnix.

Terkait pendanaan, tiga startup telah membukukan investasi baru di semester pertama 2023 ini. Pertama Igloo yang membukukan nilai investasi 716 miliar Rupiah pada pendanaan seri B mereka dan berkomitmen memperdalam penetrasinya di pasar Indonesia. Kemudian Qoala juga mendapatkan tambahan 113 miliar Rupiah pada putaran seri B mereka. Lalu terakhir ada Bang Jamin yang baru mendapatkan pendanaan segar dari Northstar Group dan BRI Ventures.

Application Information Will Show Up Here

PasarPolis Rilis Aplikasi “TAP Insure” untuk Jangkau Konsumen Ritel

Startup insurtech PasarPolis merilis aplikasi TAP Insure untuk menjangkau konsumen ritel sebagai bentuk perluasan jalur distribusi. Saat ini aplikasi sudah bisa diunduh melalui AppStore dan Google Play.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing menjelaskan, kehadiran TAP Insure menandai hadirnya brand terbaru PasarPolis, yang akan menjadi brand dari berbagai produk asuransi yang bakal di tawarkan ke depannya.

Proposisi TAP berbeda dengan bisnis yang selama ini diterapkan PasarPolis yakni B2B2C karena merupakan channel distribusi yang memungkinkan PasarPolis untuk dapat memasarkan produk asuransinya secara langsung kepada konsumen.

“Hal ini kami lakukan untuk mengeliminasi hambatan berasuransi yang kerap timbul karena kurangnya akses dan proses berasuransi yang cenderung rumit. Inovasi ini juga merupakan strategi PasarPolis untuk terus menciptakan pengalaman berasuransi konsumen yang jauh lebih mudah diakses, terjangkau, dan menyenangkan,” kata Cleosent, Kamis (6/10).

Lebih lanjut, ia melihat bahwa kebiasaan masyarakat yang serba digital juga menciptakan kebutuhan berasuransi yang serba digital dan seamless. Hal ini mengindikasikan kebutuhan berasuransi semakin melekat dengan kebutuhan sehari-hari, terlebih dengan potensi risiko yang selalu melekat.

“Kami optimis dengan kehadiran TAP Insure akan membuat pengalaman konsumen dalam berasuransi menjadi seamless dan relevan dengan kebutuhan masyarakat karena semua dilakukan dalam satu aplikasi semudah nge-TAP saja, mulai dari pemilihan produk asuransi, pembelian, hingga klaim, dan tentunya dengan biaya premi yang terjangkau.”

Sejauh ini, terdapat dua produk asuransi dalam aplikasi TAP Insure yang bisa diakses konsumen, yakni asuransi perjalanan dan kecelakaan diri. Untuk asuransi perjalanan, pelanggan akan mendapatkan perlindungan dari risiko finansial saat melakukan perjalanan di dalam dan luar negeri, seperti adanya penundaan/pembatalan/gangguan perjalanan, bagasi hilang/rusak/tertunda, dan lainnya. Harga premi yang dapat dibeli mulai dari Rp25 ribu dengan periode perlindungan mulai dari satu hari.

Kemudian, untuk kecelakaan diri, memberikan perlindungan yang mencakup cedera atau kematian yang timbul dari kecelakaan dengan premi yang dimulai dari kisaran Rp56 ribu dengan waktu perlindungan mulai dari enam bulan. Manfaat yang diterima juga berlaku pada keadaan cedera dan kematian yang diakibatkan oleh tindakan kekerasan.

Perusahaan broker

Sebagai catatan, TAP Insure ini dihadirkan oleh PasarPolis bekerja sama dengan perusahaan pialang asuransi PT PasarPolis Insurance Broker, yang sebelumnya bernama PT Futura Finansial Prosperindo.

Saat dihubungi DailySocial.id, perwakilan perusahaan membenarkan perubahan nama tersebut. Namun, mereka tidak bersedia berkomentar lebih jauh alasan dibalik menggunakan brand yang sama dengan PasarPolis. Dalam catatan OJK, PasarPolis (PT Pasarpolis Indonesia) berada di bawah pengawasan sebagai IKD dengan model bisnis insurance hub.

Hubungan antara kedua perusahaan sebenarnya bukanlah hal baru. Sebelum badan hukumnya berubah, Futura Finansial sudah bekerja sama dengan berbagai inisiatif dari PasarPolis, misalnya saat peluncuran aplikasi khusus agen PasarPolis Mitra pada Desember 2020.

Langkah serupa sebetulnya juga dilakukan oleh kompetitor terdekatnya, Qoala. Startup tersebut juga bermitra dengan PT Mitra Jasa Pratama untuk ekspansi produk, salah satunya QoalaPlus, aplikasi keagenan milik Qoala. Dalam situs Mitra Jasa, COO Qoala Tommy Martin menjabat Komisaris Utama, mengindikasikan posisi perusahaan pialang tersebut terafiliasi dengan Qoala.

Seperti diketahui, dengan memegang lisensi sebagai perusahaan broker, perusahaan dapat ekspansi layanan dengan berbagai perusahaan asuransi, sekaligus upaya meningkatkan rasa kepercayaan dari nasabah asuransi mencegah tindakan moral hazard.

Application Information Will Show Up Here

Strategi PasarPolis Menempatkan Asuransi sebagai Bagian Gaya Hidup Digital

Sejak lima tahun ke belakang, penetrasi asuransi di Indonesia masih konsisten di kisaran mendekati 3%. Metrik tersebut dihitung berdasarkan pertumbuhan (growth) produk atau layanan asuransi dengan GDP. Itu pun masih keberadaan asuransi jiwa masih sangat mendominasi. Program pemerintah mulai “mendorong” masyarakat untuk memiliki layanan BPJS Kesehatan.

Dari fakta tersebut, teknologi diyakini dapat menjembatani kesenjangan yang ada. Hadirnya produk asuransi yang dikemas dalam sebuah aplikasi digital, diharapkan mampu mendekatkan layanan terhadap kebutuhan masyarakat – di tengah angka kesadaran berasuransi yang berangsur meningkat, khususnya selama masa pandemi.

Hal tersebut diyakini Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing.

Pertumbuhan penetrasi asuransi dari 2017 sampai dengan 2021

Dalam sebuah diskusi media yang digelar akhir Oktober 2021 lalu, Cleo (nama panggilan Cleosent Randing) menekankan proposisi nilai yang coba diangkat perusahaannya adalah platform asuransi yang customer-centric bukan product-centric. Mereka mencoba menghadirkan layanan asuransi persis di belakang kemajuan kehidupan masyarakat. Ambil contoh, ketika seseorang membeli handphone, bersamaan dengan itu mereka bisa langsung mendapatkan perlindungan atas kerusakan, sehingga memberikan ketenangan tersendiri. Hal itu dilakukan PasarPolis melalui kemitraannya bersama Xiaomi Indonesia.

“PasarPolis ingin membangun next generation insurance company and product; termasuk di dalamnya menghadirkan layanan klaim instan [80% selesai dalam 18 detik]. Tujuannya tak lain meningkatkan kepercayaan masyarakat,” imbuh Cleo.

Embedded insurance

Jika dirunut lebih dalam, menurut Cleo ada beberapa permasalahan mendasar yang ada dalam industri asuransi. Misalnya inovasi yang tidak terlalu kencang, produk yang tidak terjangkau untuk masyarakat luas, hingga proses bisnis banyak yang masih manual. Dari sini, banyak sekali kesempatan digitalisasi yang dapat dilakukan oleh pemain insurtech.

Dengan kondisi tersebut, pendekatan yang coba dilakukan PasarPolis adalah terlebih dulu membangun “digital engagement”. Mereka mencoba menautkan asuransi sebagai bagian dari gaya hidup digital masyarakat Indonesia, apalagi pandemi juga turut mendorong digitalisasi di semua lini. Dari sana, strategi yang dilakukan adalah dengan menghadirkan layanan “embedded insurance”.

Sederhananya, layanan PasarPolis dapat terintegrasi dengan berbagai layanan digital melalui sambungan di backend. Saat ini mereka terlah bermitra dengan lebih dari 30+ ekosistem aplikasi, termasuk Gojek, Traveloka, Bukalapak, Shopee, Citilink, Telkom, Home Credit, dan lain-lain. Hal ini pula yang mereka lakukan di pasar regional — saat ini PasarPolis mulai menjangkau pasar Thailand dan Vietnam, segera meluncur di Malaysia dan Filipina.

Gambaran layanan PasarPolis yang terintegrasi di beberapa aplikasi digital

Dengan masing-masing rekanan, PasarPolis juga menyuguhkan layanan yang unik. Misalnya bersama Tokopedia mereka menghadirkan layanan Proteksi Kerusakan Barang dan Proteksi Layar Retak. Bersama Gojek, mereka menghadirkan fitur baru bernama GoSure untuk menyediakan produk asuransi mikro untuk ekosistem pengguna di dalamnya. Sementara bersama DANA, mereka juga menghadirkan fitur bernama DANA Siaga, berbentuk produk asuransi standalone yang disediakan oleh PasarPolis.

Diferensiasi produk tersebut bisa digulirkan lantaran saat ini PasarPolis memang memiliki ekosistem produk asuransi mikro yang cukup luas. Tercatat saat ini ada sekitar 170+ jenis produk asuransi dan 30+ rekanan perusahaan asuransi. Dengan model bisnis ini, PasarPolis juga saat ini terdaftar sebagai platform “Insurance Hub” di Otoritas Jasa Keuangan – sebelumnya juga telah terdaftar sebagai layanan broker digital.

“Kami menghadirkan embedded insurance, agar produk asuransi tersemat dalam daily digital journey/lifestyle. Seperti saat orang membeli barang di marketplace, asuransi berasa seperti udara [sesuatu yang mengiringi, dalam hal ini untuk perlindungan barang]. Jadi tujuannya mendatangkan asuransi ke kehidupan orang, bukan orang yang datang untuk mencari asuransi. Kemitraan ini adalah strategi terbaik untuk mengakses pelanggan,” jelas Cleo.

Cleo juga menegaskan, di beberapa kemitraan sifatnya sangat strategis – diketahui Gojek, Tokopedia, dan Traveloka merupakan investor tahap awal PasarPolis; Xiaomi juga merupakan investor PasarPolis. Sementara bersama beberapa pihak lain ia mengatakan “more losely”.

Mulai bangun bisnis kemitraan

Dengan pendekatan bisnis yang dilakukan, sepanjang 2020 dan 2021 ini, PasarPolis telah menerbitkan sekitar 600 juta polis. Sementara total akumulasi pengguna yang berhasil diakomodasi telah mencapai 21 juta lebih — termasuk dari ekosistem kemitraan yang dimiliki. Sementara untuk Gross Written Premium-nya sendiri, Cleo enggan menyebutkan detail nominal, hanya saja telah tumbuh 4-5x lipat year-on-year.

Perjalanan PasarPolis sejak didirikan tahun 2015

Akhir 2020 lalu, PasarPolis juga meluncurkan aplikasi keagenan “PasarPolis Mitra”. Sejak diluncurkan, saat ini mereka telah memiliki sekitar 15 ribu+ mitra aktif yang membantu perusahaan untuk mengedukasi pasar. PasarPolis Mitra bukan menjadi agen asuransi karena punya mekanisme yang berbeda, hanya memberi referensi produk asuransi kepada konsumen. Produk asuransi yang dijual tergolong simpel dengan premi yang ringan. Mitra yang tergabung ini harus melalui proses pelatihan demi memastikan tidak terjadi misselling.

Menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), model keagenan memang menjadi salah satu yang paling efektif setelah bancassurance. Pendapatan premi dari kanal keagenan tercatat mencapai Rp30,44 triliun sepanjang semester I/2021. Kendati capaian tersebut turun 4,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun porsinya termasuk yang cukup besar.

Pengembangan teknologi

Awal tahun ini PasarPolis menerima pendanaan $5 juta dari International Finance Corporation (IFC), institusi keuangan di bawah naungan Bank Dunia yang fokus pada percepatan inklusi dan literasi keuangan di berbagai negara berkembang. Pendanaan ini direngkuh selang empat bulan setelah mengumumkan Seri B sebesar $54 juta. Salah satu fokusnya adalah untuk pengembangan teknologi terpadu guna mendigitalkan bisnis asuransi secara menyeluruh.

“Bagi kami pengembangan teknologi tidak bisa di-outsource. Teknologi menjadi landasan penting bagi bisnis,” ujar Cleo.

Untuk saat ini, ada empat aspek teknologi penting yang dikembangkan dan dijadikan proposisi oleh PasarPolis, meliputi:

  • Smart Instant Claim; memanfaatkan teknologi machine learning dan image processing untuk mengautmasi proses klaim dan pembayaran ke konsumer. Memastikan juga sistem klaim proaktif memberikan notifikasi ke pelanggan.
  • API Connection; menghadirkan standardisasi API untuk memudahkan platform digital menghadirkan layanan asuransi. PasarPolis menghadirkan SDK dengan jaminan kemudahan 1 hari dalam menambahkan produk ke sistem.
  • Green & Red Channel Tech; sistem penilaian analisis risiko pelanggan dengan basis data terintegrasi untuk proses underwriting yang lebih baik.
  • Automated Risk Assesement; layanan berbasis AI untuk mereduksi proses penilaian dan klaim secara manual.

Sistem AI yang dikembangkan, saat ini mampu secara efektif melakukan verifikasi identitas, melakukan prediksi perilaku, pengenalan gambar, hingga pelayanan konsumen. Selain itu, bersama para rekanannya, PasarPolis juga mengembangkan “join data lake” untuk meningkatkan data dan kemampuan underwriting.

Berbagai data yang digunakan untuk membantu meningkatkan kualitas layanan asuransi bersama mitra

Untuk pengembangan teknologi, selain tim di Indonesia, Cleo juga mengatakan mereka memiliki pusat pengembangan yang berbasis di India. Keyakinan founder untuk mendemokratisasi bisnis asuransi dengan teknologi membuat produk-produk digital menjadi fokus tersendiri [dan penting] di perusahaan.

Model bisnis insurtech

Berdasarkan laporan bertajuk “Insurtech Ecosystem in Indonesia 2021” yang dirilis DSInnovate, bisnis insurtech di dunia telah berkembang pesat, menawarkan berbagai model bisnis spesifik. Di Indonesia sendiri, beberapa model paling populer adalah marketplace, digital brokers, digital carriers, dan micro insurers. Bahkan sebuah startup bisa sekaligus mengakomodasi beberapa model bisnis, seperti PasarPolis dalam hal ini sebagai marketplace, digital brokers, on-demand insurers, dan digital carriers.

Pemain lainnya, Fuse, mengambil pendekatan mendigitalkan konsep keagenan yang sejauh ini sudah populer di industri asuransi. Salah satu alasannya, proses ini akan memakan waktu yang relatif lebih singkat dalam kaitannya dengan edukasi pasar. Diklaim Gross Written Premium yang berhasil dibukukan Fuse mencapai angka $50 juta (lebih dari Rp700 miliar) pada 2020. Nilai tersebut ditargetkan sepanjang tahun ini menembus kisaran $100-120 juta (sekitar Rp1,4-1,7 triliun).

Varian model bisnis asuransi berbasis teknologi

Ada pendekatan lain yang dilakukan startup lokal, misalnya Lifepal yang fokus untuk membantu calon nasabah membandingkan, membeli, dan menggunakan produk asuransi. Mereka menghadirkan aplikasi marketplace asuransi terpadu, menghubungkan puluhan produk asuransi dan menyuguhkannya ke konsumen akhir. Tahun ini Lifepal mengumumkan pendanaan seri A senilai $9 juta. Digabungkan dengan perolehan sebelumnya, total dana investasi yang telah dikumpulkan perusahaan mencapai $12 juta.

Model bisnis yang semakin matang, kepercayaan investor yang  semakin meningkat, dan penetrasi asuransi yang terus bertambah menjadi kesempatan sendiri bagi startup insurtech. Begitu pula yang diyakini Cleo dan tim PasarPolis.

“Sejak 5 tahun lalu, gaya hidup konsumen sudah bergerak ke digital, tapi kala itu asuransi belum bisa mengakomodasi [gaya hidup tersebut]. Sekarang semua sudah serba digital, pun demikian layanan asuransi […] Pada akhirnya, digital insurance bukan sekadar perusahaan asuransi yang memiliki aplikasi, namun harus mampu menempatkan kehidupan masyarakat di depan asuransi, untuk menghasilkan kehidupan yang bebas dari rasa khawatir,” ujar Cleo.

Application Information Will Show Up Here

Michael Saputra: Success and Failure in Building Startups is Part of Career Path

After experiencing ups and downs in his career, Michael Saputra, who was the founder of food delivery service startup Klik-Eat and fast food startup Black Garlic, is now COO at PasarPolis.

With extensive experience working in the Indonesian startup since 2012, Michael is currently reluctant to (re)build a new startup and prefers to work at an established startup such as PasarPolis.

He shared stories of success and failure during his time in the industry.

Corporate working is not enough

Michael Saputra with Black Garlic team / DailySocial

In early days of his return from studies in the United States, he had worked in the corporate ecosystem. The atmosphere and the existing routine were not quite match with Michael’s passion. Along with his friend, Willy Haryanto, and other Co-Founders, he started Klik-Eat in early 2012.

Klik-Eat is a food delivery service to provide a solution for those who want to avoid traffic, but still available to enjoy the delicious food from their favorite restaurants.

“My first experience when I started building Klik-Eat was how the company could scale-up. It’s still very limited in resources and the ecosystem we had before, but we were able to run a business,” Michael said.

In addition to its core food delivery business, Klik-Eat has expanded by releasing the online catering service Papa Bento. Klik-Eat had received an award by representing Indonesia in the 2012 Echelon. Klik-Eat covers delivery in the Jakarta, Tangerang, and Bandung areas.

The success of Kik-Eat attracted a Japanese company. In 2014, the largest food delivery service in Japan, Yume no Machi Souzou Iinkai (currently referred to as Yume no Machi) increased its shareholding in Klik-Eat delivery service from 19% to a majority (above 50%).

Klik-Eat has rebranded to Foodspot and directly owned by the Japan team. Michael Saputra and Willy Haryanto, the two surviving co-founders, left the company and founded a new startup called Black Garlic.

Similar to Klik-Eat, Black Garlic offers ready-to-eat products and ingredients directly delivered by its internal team. They work closely with William Wongso Kuliner’s team — with Olivia Wongso as the company’s Chief Product Officer.

The brand-new concept of online catering made it difficult at that time for Black Garlic to develop and be accepted by the community. Eventually, the company had to shut down the service in 2017.

“I have never had any regrets with the Black Garlic shutdown. […] It seems that what we are offering is too early. It might be different if we developed that today, when the situation and conditions [of the food delivery ecosystem] were supportive,” Michael said.

After Black Garlic, Michael joined the car sharing platform with a special automated system for Jakarta residents, Hipcar. The company was founded by Leo Tanady and debuted in 2015 as the first car sharing transportation service in Indonesia. Michael, as the COO considered the Hipcar services have great potential.

“I always have passion in technology. I can see with Hipcar something good could be created with the concept of car rental using other people. At that time I believed in the concept and decided to join Hipcar,” said Michael.

After two years with Hipcar, Michael decided to join Xiaomi Indonesia as THE Head of Operations. He had only been working for 6 months before returned to the startup industry and joined the insurtech startup PasarPolis.

Being an investor is not his passion

Pasar Polis’ COO Michael Saputra with CEO Cleosent Randing / Source

With his experience on building two startups, Michael currently has no desire to build a new startup. He devoted his current time to develop PasarPolis. He wants to grow the company and make it profitable.

“I am not the type of person who likes to do side projects. When I am involved in one thing, I will focus 100%. It is my ideal strategy in order to be successful, to focus only on one area,” Michael said.

His current position as PasarPolis’ COO is expected to balance other C-levels in the company. Michael really appreciate the founder and CEO of PasarPolis, Cleosent Randing. He said, it is already difficult to build a startup with a co-founder, especially when you do it independently. It takes a strong motivation and vision to be able to build and survive.

When most serial entrepreneurs have “changed quadrants” to become investors, Michael said that he was not interested in following this step. Positioning himself as a builder, not as a visionary, Michael is more motivated in building a startup into a big company and growing positively. However, he opens up to new technologies and trends, and keeps an eye on what investors are currently paying attention to.

“Being asked if I’m interested in becoming a full time investor, the answer is no. It’s not my passion as an investor, I’m more interested in operations and not really into predicting the next big thing,” Michael said.

He said, the process of establishing a startup in previous time and the current era is very different. Before the today’s startup ecosystem developed, the business focus was to present a platform that could sell products from offline to online. Meanwhile, more startups are now looking to complete niche and specific solutions for the wider community.

What startup founders do today is even more challenging and risky than in 2012.

“From the investor’s point of view, I also see that more investors are coming in, offering large capital to startups. The money and the stake are different from investors in the past,” Michael said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Michael Saputra: Kesuksesan dan Kegagalan Membangun Startup adalah Bagian Perjalanan Karier

Setelah mengalami pasang surut perjalanan karier, Michael Saputra yang sempat menjadi pendiri startup layanan pengantaran makanan Klik-Eat dan startup bahan makanan siap saji Black Garlic kini menjadi COO di PasarPolis.

Telah memiliki pengalaman berkecimpung di dunia startup Indonesia sejak tahun 2012, Michael enggan untuk (kembali) membangun startup baru dan lebih memilih bekerja di startup mapan seperti PasarPolis.

Ia berbagi kisah kesuksesan dan kegagalan yang dijalaninya selama menjadi berada di industri.

Tidak puas bekerja di korporasi

Michael Saputra bersama tim Black Garlic / DailySocial

Di awal kembali dari studi di Amerika Serikat, ia sempat bekerja di ekosistem korporasi. Suasana dan rutinitas yang ada ternyata tidak cukup sesuai dengan passion seorang Michael. Bersama temannya, Willy Haryanto, dan Co-Founder lainnya, di awal tahun 2012 ia mendirikan Klik-Eat.

Klik-Eat merupakan layanan pengantaran makanan yang mencoba memberikan solusi bagi mereka yang tidak ingin terjebak kemacetan, tapi tetap bisa merasakan nikmatnya makanan dari restoran-restoran favorit.

“Pengalaman saya saat mulai membangun Klik-Eat dulu adalah bagaimana perusahaan bisa scale-up. Memang masih sangat terbatas sumber daya dan ekosistem yang dimiliki dulu, namun kami mampu menjalankan bisnis,” kata Michael.

Selain bisnis inti pengantaran makanan, Klik-Eat juga melebarkan sayapnya dengan merilis layanan katering online Papa Bento. Salah satu penghargaan yang diperoleh Klik-Eat adalah menjadi wakil Indonesia di ajang Echelon 2012. Klik-Eat melayani pengantaran di kawasan Jakarta, Tangerang, dan Bandung.

Kesuksesan Kik-Eat dilirik perusahaan asal Jepang. Di tahun 2014, layanan pengantaran makanan terbesar di Jepang, Yume no Machi Souzou Iinkai (selanjutnya disebut Yume no Machi) mengumumkan peningkatan kepemilikan saham layanan pengantaran Klik-Eat dari 19% menjadi mayoritas (di atas 50%).

Klik-Eat kemdian berubah nama menjadi foodspot dan dipegang langsung oleh tim dari Jepang. Michael Saputra dan Willy Haryanto, dua co-founder yang masih bertahan, meninggalkan perusahaan dan mendirikan startup baru bernama Black Garlic.

Hampir serupa dengan Klik-Eat, Black Garlic menawarkan produk dan bahan makanan siap saji yang diantar langsung oleh tim internal. Mereka bekerja sama dengan tim William Wongso Kuliner — dengan Olivia Wongso menjadi Chief Product Officer perusahaan.

Masih barunya konsep online catering saat itu menyulitkan Black Garlic untuk berkembang dan diterima masyarakat. Pada akhirnya perusahaan harus menutup layanan pada tahun 2017.

“Saya tidak pernah memiliki rasa penyesalan dengan ditutupnya Black Garlic. [..] Nampaknya apa yang kami tawarkan masih terlalu early. Berbeda mungkin jika kami hadir saat ini, ketika situasi dan kondisi [ekosistem pengantaran makanan] telah mendukung,” kata Michael.

Setelah Black Garlic, Michael bergabung di platform car sharing dengan sistem otomatis khusus untuk warga Jakarta, Hipcar. Didirikan oleh Leo Tanady, Hipcar hadir di tahun 2015 sebagai layanan transportasi car sharing pertama di Indonesia. Sebagai COO, Michael melihat layanan yang ditawarkan Hipcar berpotensi menjadi besar.

“Sejak dulu passion saya selalu di ruang teknologi. Saya melihat dengan Hipcar bisa diciptakan sesuatu yang bagus dengan konsep rental mobil memanfaatkan orang lain. Saat itu saya percaya konsep tersebut dan memutuskan untuk berabung dengan Hipcar,” kata Michael.

Setelah dua tahun bergabung dengan Hipcar, Michael memutuskan untuk bergabung dengan Xiaomi Indonesia sebagai Head of Operation. Hanya bekerja di sana selama 6 bulan, Michael kembali ke industri startup dan bergabung ke startup insurtech PasarPolis.

Tidak tertarik menjadi investor

COO Michael Saputra dengan CEO PasarPolis Cleosent Randing / Source

Setelah berkiprah mengembangkan dua startup, saat ini Michael belum memiliki keinginan membangun startup baru. Pengalaman yang dimiliki saat ini dicurahkan untuk mengembangkan PasarPolis. Ia ingin membesarkan perusahaan dan menjadikannya profitable.

“Saya buka tipe orang yang gemar melakukan side project. Ketika saya terlibat dalam satu hal, saya akan fokus 100%. Idealnya memang harus seperti itu agar bisa sukses, yaitu fokus di satu area,” tutup Michael.

Posisinya sebagai COO PasarPolis saat ini diharapkan bisa melengkapi jajaran C-level lainnya di perusahaan. Michael memberikan apresiasi ke pendiri dan CEO PasarPolis, Cleosent Randing. Menurutnya, sangat sulit membangun startup bersama co-founder, apalagi mendirikan startup secara independen. Diperlukan motivasi dan visi yang kuat untuk bisa membangun dan bertahan.

Ketika kebanyakan serial entrepreneur banyak yang “pindah kuadran” menjadi investor, Michael menyatakan tidak tertarik mengikuti langkah tersebut. Memosisikan dirinya sebagai builder, bukan sebagai visionary, Michael lebih tertarik membangun startup menjadi perusahaan yang besar dan tumbuh secara positif. Namun demikian, dirinya terus membuka wawasan terhadap teknologi dan tren yang baru, serta terus menyimak apa yang menjadi perhatian investor saat ini.

“Jika ditanya apakah saya tertarik untuk menjadi full time investor, jawabannya tidak. Bukan menjadi passion saya sebagai investor, saya lebih tertarik kepada operasional dan tidak terlalu menyukai untuk memprediksi the next big thing,” kata Michael.

Menurutnya, proses mendirikan startup dahulu dan sekarang sangat berbeda. Sebelum ekosistem startup berkembang seperti saat ini, fokus bisnis adalah bagaimana bisa menghadirkan platform yang bisa menjual produk dari offline ke online. Sementara saat ini makin banyak startup yang ingin menyelesaikan solusi yang niche dan spesifik untuk masyarakat luas.

Apa yang dilakukan pendiri startup saat ini semakin besar tantangan dan risikonya dibandingkan tahun 2012 lalu.

“Dari sisi investor saya juga melihat makin banyak investor yang masuk menawarkan kapital yang besar kepada startup. The money and the stake sudah berbeda dari investor saat dulu,” kata Michael.

PasarPolis Announces Over 70 Billion Rupiah Funding from IFC

Insurtech startup PasarPolis announces follow on funding worth $5 million (more than 70 billion Rupiah) from the International Finance Corporation (IFC), a financial institution that operates under the World Bank that focuses on accelerating financial inclusion and literacy in developing countries. This funding was caught four months after announcing a Series B worth $54 million.

The two companies will gather to continue and strengthen the PasarPolis mission to democratize insurance coverage, one of which is through developing innovative microinsurance products that are affordable and in accordance with the needs of the community.

PasarPolis’ Founder & CEO, Cleosent Randing said the company needed world-class partners who could strengthen PasarPolis’s mission that is quite tough in order to encourage insurance penetration in Southeast Asia.

“We are ready to continue PasarPolis mission to answer the challenge of insurance inclusion in Southeast Asia, which remains such a homework, but through technology and microinsurance products, it can provide access to create a better impact,” he said in a virtual press conference, Thursday ( 4/2).

IFC’s Senior Country Officer, Jack Sidik said this investment is one of IFC’s series of efforts to assist Indonesia’s economic recovery through various initiatives in the private sector. In the past two months, IFC has mobilized IDR 5 trillion, mostly directed at the manufacturing sector in which most affected.

“Regarding PasarPolis, it is an equity [investment] of $5 million. We will help PasarPolis to expand insurance penetration in order to improve the digital economy. Thus, Indonesian workers and their families can have insurance and other safety nets,” Sidik said.

Separately, in an official statement, LeapFrog Investments Partner Fernanda Lima said that the cooperation between IFC and PasarPolis shows the great potential of insurance coverage at affordable prices, in order to increase positive social impacts. “With 30 insurance companies and 25 digital partners serving millions of new users during 2020, the opportunity for PasarPolis to expand its reach and services is extraordinary.”

Regarding the fresh funds, Randing explained that the company will continue to provide the best experience for consumers, from the product selection to the claim process. In terms of technology, it is also being improved for it can be easily used by underprivileged people and in remote areas, having limited use of digital technology.

He also emphasized that PasarPolis’ has other focus to increase insurance penetration and literacy in other ASEAN countries, such as Vietnam and Thailand, as one of the priorities in 2021. “From an industrial perspective, Vietnam and Indonesia have similar insurance market criteria, even though insurance awareness in Vietnam is relatively lower than Indonesia, Thailand is a fairly mature insurance market with a higher penetration rate.”

It is said that PasarPolis currently has more than 80 products specifically designed to lighten the burden and meet the unique needs of people. During the five years of operation, it is claimed that the company has provided protection to 11% of Indonesia’s population of around 30 million people.

As many as 90% of PasarPolis consumers are first time buyers, and 40% of policyholders are informal sector workers, such as online motorcycle taxi drivers, couriers, and online MSME players.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

PasarPolis Umumkan Pendanaan Lebih dari 70 Miliar Rupiah dari IFC

Startup insurtech PasarPolis mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan sebesar $5 juta (lebih dari 70 miliar Rupiah) dari International Finance Corporation (IFC), institusi keuangan di bawah naungan Bank Dunia yang fokus pada percepatan inklusi dan literasi keuangan di berbagai negara berkembang. Pendanaan ini direngkuh selang empat bulan setelah mengumumkan Seri B sebesar $54 juta.

Kedua perusahaan akan bersama-sama melanjutkan dan memperkuat misi PasarPolis untuk mendemokratisasi asuransi secara lebih luas, salah satunya melalui pengembangan inovasi produk asuransi mikro yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Founder & CEO PasarPolis Cleosent Randing mengatakan, perusahaan membutuhkan mitra kelas dunia yang bisa memperkuat misi PasarPolis yang bisa dikatakan berat dalam rangka mendorong penetrasi asuransi di Asia Tenggara.

“Kami siap melanjutkan misi PasarPolis untuk menjawab tantangan inklusi asuransi di Asia Tenggara masih jadi PR yang besar, tapi melalui teknologi dan produk asuransi mikro bisa memberi akses agar dapat menciptakan dampak yang lebih baik,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Kamis (4/2).

Senior Country Officer IFC Jack Sidik menambahkan, investasi ini adalah salah satu rangkaian IFC dalam membantu pemulihan ekonomi Indonesia melalui berbagai inisiatif di sektor swasta. Dalam dua bulan ini IFC telah mengerahkan dana sebesar Rp5 triliun, paling banyak diarahkan untuk sektor manufaktur yang paling banyak terkena dampak.

“Untuk PasarPolis berupa [investasi] ekuitas sebesar $5 juta. Kami akan bantu PasarPolis perluas penetrasi asuransi dalam rangka meningkatkan ekonomi digital. Dengan demikian, para pekerja Indonesia beserta keluarganya bisa memiliki asuransi dan jaring pengaman lainnya,” ucap Jack.

Secara terpisah, dalam keterangan resmi, Partner LeapFrog Investments Fernanda Lima mengatakan, kerja sama antara IFC dan PasarPolis menunjukkan besarnya potensi dari perlindungan asuransi dengan harga terjangkau, guna meningkatkan dampak sosial yang positif. “Dengan 30 perusahaan asuransi dan 25 mitra digital yang bersama-sama melayani jutaan pengguna baru selama 2020 lalu, peluang PasarPolis untuk memperluas jangkauan dan layanannya sangat luar biasa.”

Terkait penggunaan dana segar, Cleosent hanya merinci bahwa perusahaan akan terus memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen, mulai dari proses pemilihan produk hingga proses klaim. Dari sisi teknologi juga terus ditingkatkan agar dapat lebih mudah digunakan oleh masyarakat prasejahtera dan di daerah terpencil, yang selama ini baru memanfaatkan teknologi digital secara terbatas.

Ia juga menegaskan, fokus PasarPolis lainnya adalah meningkatkan penetrasi dan literasi asuransi di negara ASEAN lainnya, seperti Vietnam dan Thailand yang masih menjadi salah satu prioritas di 2021. “Dari sisi industri, Vietnam dan Indonesia memiliki kriteria pasar asuransi yang serupa, meski kesadaran asuransi di Vietnam relatif lebih rendah daripada Indonesia, Thailand merupakan pasar asuransi yang cukup matang dengan tingkat penetrasi lebih tinggi.”

Disebutkan saat ini PasarPolis memiliki lebih dari 80 produk yang dirancang secara khusus dapat meringankan beban dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang unik antara satu sama lain. Selama lima tahun beroperasi, diklaim perusahaan telah memberikan perlindungan kepada 11% populasi masyarakat Indonesia atau sekitar 30 juta orang.

Sebanyak 90% dari konsumen PasarPolis adalah first time buyer, dan 40% pemegang polisnya adalah pekerja sektor informal, seperti pengemudi ojek online, kurir, dan pelaku UMKM online.

Application Information Will Show Up Here