Apa Jadinya Jika Model Iklan TV Masuk Ke Web?

Salah satu perbedaan antara iklan di televisi dan iklan di web, adalah di web banner iklan cenderung terpinggirkan dan tidak terlalu diperhatikan oleh visitor kecuali visitor disuguhkan iklan drop-ads seperti model iklan di Kompas. Masalahnya dengan iklan banner (selain drop-ads) adalah seringkali dirancang agar tidak terlalu mengganggu konten sehingga exposure menjadi minimal. Sebaliknya dengan iklan di televisi, iklan dibuat sejalan dengan transisi konten tapi tetap tidak mengganggu flow dari konten.

Keunggulan inilah yang sedang dicoba untuk diterapkan di dunia online. ShortTail Media saat ini sedang mengujicoba unit iklan baru yang mengijinkan publisher untuk menyisipkan 15 sampai 30 detik iklan berupa video diantara halaman-halaman web mereka. Jadi ketika sedang berpindah halaman pengunjung akan disuguhi sebuah video iklan yang lebih ‘memaksa’ visitor untuk melihat iklan tersebut namun dengan cara yang lebih nyaman. Konsep memisahkan antara konten dengan iklan ini tentunya sangat menarik khususnya untuk para advertiser besar.

Unit iklan ini diberi nama D30 dan merupakan bagian dari pergerakan / peralihan bentuk dimensi dan model iklan banner online yang memang sedang tahap percobaan. Reuters, MSNBC dan The Weather Channel bahkan sudah mendaftarkan diri untuk mencoba ad unit ini mulai bulan depan.

Nantinya ketika anda mengklik untuk masuk ke dalam sebuah halaman situs web, maka loading time yang seringkali diisi oleh halaman putih itu akan digantikan sebuah sebuah iklan video yang menemani anda menunggu halaman di-load dengan sempurna. Selama kurang lebih 15-30 detik barulah anda disuguhkan halaman yang anda tuju. Di bayangan saya sih sepertinya model iklan seperti ini tidak terlalu mengganggu, bahkan jauh lebih baik daripada model iklan yang drop ads atau dimensi iklan yang sama besarnya dengan header situs. Memang ada trend ke depannya, ukuran iklan banner standard akan berubah dan menjadi lebih besar karena umumnya orang sudah mengasosiasikan kotak berukuran 468×60 sebagai iklan.

Bagaimana pendapat anda? Apakah lebih baik ditemani iklan video 30 detik sembari menunggu loading halaman, atau sebuah ad banner ukuran 900×200 di header situs?

Iklan Teks di Twitter?

Ada yang berbeda dengan halaman web Twitter pagi ini, mungkin tidak terlalu terlihat mencolok namun jelas terdapat perbedaan. Sekarang di halaman home web Twitter, dibawah lokasi Following/Followers/Updates terdapat block link, dalam kasus saya berupa tulisan “Widget”. Memang sih, link widget ini nantinya masuk ke salah satu halaman lain di Twitter yaitu halaman widget namun sepertinya hal ini membuka sebuah peluang baru untuk Twitter.

Kesulitan monetizing yang dihadapi Twitter, meskipun memiliki basis pengguna yang sangat besar, seperti memaksa Twitter untuk bekerja keras mencari peluang mendatangkan revenue. Iklan di website Twitter merupakan pilihan yang banyak disarankan, karena sebenarnya kebanyakan pengguna Twitter menggunakan aplikasi third party via API Twitter. Tentu saja tidak terlalu mengganggu bukan? Dan saya pribadi-pun tidak keberatan ada iklan di web Twitter selama tidak terlalu mengganggu.

Install Google Chrome

Mungkin Google Chrome belum layak dianggap sebagai browser mainstream. Semenjak dirilis dengan buzz disana-sini, ternyata banyak yang justru kecewa dengan performa browser keluaran Google ini. Hanya 2 jam setelah dirilis, ternyata bug mematikan sudah ditemukan dan tentu saja merupakan hal yang sangat mengecewakan. Namun demikian, keseriusan Google dalam mengembangkan browser ini terlihat dengan dicopotnya label BETA dari rilis Google Chrome beberapa waktu lalu. Keseriusan ini juga terlihat dari gencarnya promosi Google Chrome di berbagai media milik Google seperti YouTube dan juga disisipkan di iklan-iklan AdSense. Dan strategi promosi yang terbaru pun dirilis, menggunakan media promosi konvensional, iklan televisi. Dan entah kenapa, Google memilih Jepang sebagai tempat rilisnya iklan ini.

Pixsy : Monetize Konten Video

Pixsy Corp, sebuah startup yang berkecimpung di bisnis lisensi gambar dan video hari meluncurkan “Premium Feed” di situs video miliknya, Pixsy. Premium Feed ini menawarkan metode monetisasi untuk para publisher video dengan meletakkan iklan di dalam tiap video. Pixsy Corp didirikan tahun 2005 oleh beberapa karyawan dari Microsoft yang mengelola mesin pencari milik Microsoft, Live.com.

Pixsy sendiri lebih mengincar pasar B2B (Business to Business) dan juga menawarkan full customize video player untuk semua rekanannya seperti The Washington Post, Lycos, National Lampoon, dll. Satu fitur monetize yang membedakan Pixsy dengan penyedia layanan lain, adalah anda dapat melakukan pencarian video yang sudah tersisip iklan didalamnya, dan anda pun dapat bagian revenue dari pencarian tersebut. Jadi ketika pengguna  melakukan pencarian video di situs anda dengan kata kunci “mobil”, lalu ditampilkan video (berisi iklan) dari  *misal* The Washington Post, maka The Washington Post akan men-share revenue dari iklan yang ditampilkan tersebut dengan anda. Lumayan bukan?

Pixsy sendiri sekarang sudah memiliki koleksi 2 juta video di Premium Feed miliknya, dan Pixsy sedang mengusahakan untuk meng-embed iklan AdSense juga didalamnya sebagai sumber revenue, dan menjadi semacam “makelar” iklan di video.