Mengelola Inovasi Startup untuk Capaian Tujuan Bisnis

Dalam pengembangan startup, ada beberapa komponen yang menjadi dasar menuju kesuksesan, mulai dari kepemimpinan, tim, hingga varian produk yang dimiliki. Berbagai komponen tersebut harus mampu membentuk sebuah sinergi, sehingga dapat memutarkan sebuah roda yang disebut dengan inovasi. Inovasi menjadi suatu hal yang wajib, karena teknologi sangat dinamis, pun dengan pengembangan produk yang dilandasi dengan sistem berbasis teknologi.

Perusahaan-perusahaan besar seperti FacebookGoogle dan Microsoft pun memperoleh keuntungan bisnis dengan melakukan banyak perubahan inovasi secara berkala atas produk inovasi yang mereka lahirkan.

Terkait dengan inovasi, ada dua hal yang dapat digarisbawahi oleh setiap founder terkait dengan pengembangan produk dan apa yang perlu dilakukan ke depannya. Yakni terkait mempertahankan buaya inovasi dan menempatkan inovasi tersebut pada jalur yang tepat. Berikut rangkumannya:

Budaya inovasi dalam pengembangan produk startup

Disadari atau tidak, startup diawali dan dibangun dari sebuah ide tentang inovasi. Umumnya dimulai ketika founder menemukan sebuah masalah di lingkungannya, lalu mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut dengan pendekatan produk teknologi. Dari situ ada sebuah celah yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi lahan bisnis.

Sementara itu, terdapat skala prioritas dalam inovasi startup yang digunakan sebagai model bisnis yang memanfaatkan kemampuan teknologi untuk merespons peluang yang ada. Melalui skala prioritas ini, langkah awal dalam proses menemukan pangsa pasar yang sesuai.

Setelah skala prioritas inovasi selesai, lakukan uji hipotesis untuk menemukan solusi atas kendala yang terjadi dalam meluncurkan inovasi startup. Karena dalam tahap ini startup akan dibimbing untuk mengikuti program inkubasi bersama inovator terpilih untuk membantu perkembangan startup.

Menempatkan pada kanal distribusi yang tepat

Program inkubator dan akselerator didesain untuk menempatkan inovasi startup pada jalur yang tepat. Ada beberapa hal yang biasanya menjadi fokus program tersebut, yakni penguatan bisnis secara internal dan eksternal. Di internal, pengembangan termasuk penguatan tim sampai urusan operasional lainnya. Sedangkan di eksternal lebih kepada validasi produk terhadap konsumen, atau menempatkan inovasi yang sudah digalakkan ke jalur yang tepat, dengan tujuan mencapai product-market-fit dan mendapat keuntungan bisnis.

Kanal distribusi yang tepat akan membawakan startup ke dalam sebuah proses yang disebut dengan scale-up. Yakni sebuah tahap kemandirian dalam pengembangan bisnis yang sepenuhnya mengandalkan model bisnis yang telah dijalankan. Proses scale-up baru bisa jalan, jika alur monetisasi berhasil tervalidasi, dan produk mampu menghasilkan traksi yang terus bertumbuh.

Inovasi Itu Perlu, Tapi Tak Perlu Terburu-buru

Inovasi bisa dikatakan sebagai nafas dari sebuah startup digital. Startup butuh inovasi sebagai bahan bakar untuk berkembang, untuk memberikan lebih baik lagi demi pelanggan mereka. Tapi tentu inovasinya bukan inovasi yang terburu-buru, inovasi yang gegabah, apalagi inovasi yang tanpa perhitungan. Banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan. Berikut beberapa cara yang bisa dipakai untuk “membunuh” inisiatif inovasi yang kurang tepat agar melindungi bisnis dari percobaan yang terlalu berisiko.

Pada dasarnya ide bisa datang dari mana saja. Termasuk dari orang-orang yang tidak berada di level eksekutif. Salah satu cara untuk mencegah inisiatif inovasi adalah dengan menyerahkan hal tersebut pada pegawai level junior. Bukan untuk meremehkan, tapi hanya memberikan mereka waktu untuk berkumpul, berdiskusi, dan menyusun presentasi-presentasi tentang inovasi yang mereka pikirkan.

Setelah itu Anda bisa menjelaskan bahwa ide dari mereka tidak akan bekerja. Bahwa apa yang mereka pikirkan tidak selamanya apa yang eksekutif pikirkan. Ada hal-hal yang lebih kompleks yang eksekutif pikirkan misalnya seperti pengalaman pengguna dan reaksi pemegang sahan tentang ide yang mereka berikan.

Cara selanjutnya yang bisa dilakukan untuk mencegah inisiatif inovasi yang terburu-buru adalah dengan memberikan target atau capaian sesingkat mungkin. Memberikan tenggat waktu yang minim bagi inovasi untuk mengembalikan modal yang dikeluarkan mungkin bisa menjadi cara yang cukup ampuh. Bagi mereka yang belum menimbang secara matang, hal ini bisa menjadi persimpangan jalan yang membingungkan. Maju dengan beban yang cukup berat atau mundur.

Memang seharusnya inisiatif inovasi dipelihara dalam bisnis, tapi bukan berarti inovasi yang terburu-buru. Memasang penyaringan atau pencegahan yang cukup ketat dalam pelaksanaan insiatif inovasi mungkin dipandang sebagian orang sebagai hal yang menghalang-halangi inovasi. Sesungguhnya bukan menghalangi, tapi inovasi.

Bagi pelaku bisnis mungkin sudah sering “berjudi” dengan keputusan-keputusan yang diambil. Tetapi dengan berhati-hati ada banyak waktu untuk menghitung. Memperhitungkan risiko. Terlebih jika inovasi tersebut bersentuhan dengan inti-inti bisnis seperti pengguna, pemegang saham atau produk. Jadi intinya inovatif itu baik, tapi kehati-hatian adalah wajib.

Disclosure : Dailysocial bekerja sama dengan bigdata-madesimple dalam penulisan artikel ini.