Passpod Masuk ke Bisnis Penyediaan Layanan Internet, Fokus di Kota Tier-2 dan 3

PT Yelooo Integra Datanet Tbk (IDX: YELO) atau dikenal dengan produknya Passpod mengumumkan telah mengakuisisi 49% saham PT Telemedia Komunikasi Pratama (TKP). TKP sendiri dikenal sebagai penyedia layanan internet (ISP) berbasis fiber optic dengan merek Viberlink. Didasarkan pada keterbukaan, nilai akuisisi adalah 147 juta Rupiah, setara 147 lembar saham dengan harga per lembar 1 juta Rupiah.

“Keberadaan YELO, membuat model bisnis TKP bertransformasi menjadi Digital ISP. Hal ini menjadikan keseluruhan proses operasional akan dialihkan melalui jalur digital, sehingga pengalaman pengguna terhadap layanan connectivity akan semakin menarik dan kaya akan fitur lainnya,” ujar Direktur Utama YELO Wewy Susanto.

Turut disampaikan, nantinya Viberlink akan difokuskan untuk penyediaan internet berkecepatan tinggi (hingga 1GB) ke wilayah pelosok desa di Indonesia. Fokus pasarnya untuk kalangan masyarakat umum dan pelaku UMKM di daerah. “Melihat kebutuhan akan internet yang semakin tinggi, Perseroan terus percepat pembangunan infrastruktur internet berbasis fiber optic yang terbentang di sepanjang Pulau Jawa untuk desa-desa di wilayah tier-2 dan tier-3.” ujar Wewy.

Perkuat bisnis layanan internet

Keseriusan Passpod untuk masuk ke bisnis konektivitas ini juga ditunjukkan dengan penunjukan komisaris baru di RUPSLB pada awal Januari 2022 kemarin. Perusahaan menunjuk Fadzri Sentosa yang merupakan mantan direktur Indosat sebagai Komisaris Utama YELO. Misi besarnya, Passpod ingin membangun sebuah ekosistem digital berbasis konektivitas.

Hal ini turut dilakukan demi menyambut Metaverse yang sebentar lagi akan bisa dinikmati oleh banyak orang. “Dalam dunia teknologi Metaverse di negara maju, infrastruktur internet bukan lagi masalah. Sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, terutama di kota tier-2 dan tier-3, masih menjadi isu yang belum tuntas karena Indonesia adalah negara kepulauan,” imbuh Wewy.

Bisnis terganggu akibat pandemi

Sebelumnya Passpod dikenal sebagai penyedia layanan “Wifi On-demand”, untuk membantu konsumen mendapatkan konektivitas untuk digunakan di dalam dan luar negeri. Bisnisnya pun berkembang dengan menambahkan opsi tiket atraksi/acara dan asuransi di situsnya. Fokus ke kalangan traveler, layanan Passpod cukup terpengaruh akibat adanya pandemi yang membuat mobilitas wisata –khususnya ke luar negeri—menjadi berkurang.

Di tahun 2019, Passpod masih membukukan laba (sebelum pajak penghasilan) senilai 1,8 miliar Rupiah. Namun demikian di tahun 2020 mereka merugi (rugi sebelum pajak penghasilan) hingga 43 miliar Rupiah untuk menopang operasional bisnis. Sementara per laporan Q3 2021, perusahaan melaporkan adanya penurunan rugi di angka 19,6 miliar Rupiah.

Diversifikasi bisnis

Masuknya Passpod sebagai Digital ISP tentu akan menjadi diversifikasi bagi bisnis mereka, sekaligus menjadi upaya untuk meningkatkan laba di tengah iklim wisata yang masih belum kondusif. Namun demikian untuk main di bisnis ini, mereka akan dihadapkan dengan berbagai pemain yang sudah ada. Pun demikian saat memutuskan untuk fokus ke kota tier-2 dan 3, karena di banyak kota di area tersebut sejumlah ISP juga sudah menjajakan layanannya.

Fixed Broadband Penawaran Kecepatan Biaya Langganan Dasar Cakupan
MNC Play 10Mbps s/d 70Mbps Rp290ribu s/d Rp1juta Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Malang
Indosat Ooredoo GIG 20Mbps s/d 100Mbps Rp280ribu s/d Rp1juta DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Banten
Biznet Networks 75Mbps s/d 150Mbps Rp325ribu s/d Rp725ribu Wilayah Pulau Jawa, Batam, dan Bali
First Media 15Mbps s/d 300Mbps Rp361ribu s/d Rp3,1juta Jabodetabek, Bandung, Cirebon, Purwakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Kediri, Malang, Gresik, Sidoarjo, Surabaya, Bali, Medan, Batam
CBN Fiber 30Mbps s/d 200Mbps Rp299ribu s/d Rp1,3juta Jabodetabek, Bandung, Cirebon, Denpasar, Medan, Palembang, Surabaya, Jember Kediri, Madiun, Malang, Sidoarjo, Semarang
Indihome 10Mbps s/d 50Mbps Rp169ribu s/d Rp625ribu Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua
Groovy 10Mbps s/d 80Mbps Rp269ribu s/d Rp568ribu Jabodetabek, Bandung
MyRepublic 30Mbps s/d 300Mbps Rp329ribu s/d Rp1,2juta Jabodetabek, Bandung, Malang, Medan, Palembang, Semarang, Surabaya
Oxygen.ID 25Mbps s/d 100Mbps Rp273ribu s/d Rp493ribu Jabodetabek, Bandung, Pekalongan
XL Home 100Mbps s/d 1Gbps Rp349ribu s/d Rp999ribu Jabodetabek, Bandung, Banjar Baru, Banjarmasin, Bekasi, Balikpapan, Bantul, Denpasar, Makassar, Sleman
Transvision 30Mbps s/d 1Gbps Rp269ribu s/d – Jabodetabek

Potensi pasarnya memang sangat besar. Menurut data International Telecommunication Union pelanggan layanan internet rumahan (fixed broadband) di Indonesia hingga tahun 2019 sudah melebihi angka 10 juta. Potensinya masih terus bertumbuh, seiring kebutuhan konektivitas yang terjangkau untuk di rumah — khususnya dalam menunjang WFH dan SFH.

Namun demikian, selain konektivitas, tren penyedia layanan internet juga memberikan value added, misalnya berupa layanan TV kabel atau SVOD. Tentu ini menjadi PR bagi Passpod dan Viberlink selaku penyedia Digital ISP, yakni menyusun strategi agar layanan yang diberikan dapat relevan dengan kebutuhan masyarakat masa kini.

Application Information Will Show Up Here

Ubiqu Hadirkan Konektivitas Internet Melalui Antena, Targetkan Pengguna di Daerah Pelosok

Mengusung slogan “internet dari langit”, layanan Ubiqu diluncurkan. Memanfaatkan satelit Nusantara Satu yang diluncurkan awal tahun ini, produk yang dikembangkan PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) tersebut mampu menghadirkan solusi penyebaran layanan internet dengan pemancar antena untuk pengguna rumahan.

Layanan tersebut juga dipasarkan untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau konektivitas berbasis kabel, misalnya di pulau terluar, gunung, hutan, dan lainnya. Layanan Ubiqu sebenarnya sudah mulai didesain sejak dua tahun lalu, namun sekarang dengan bantuan satelit baru, mereka berkomitmen untuk menghadirkan produk internet terjangkau bagi masyarakat.

“Ubiqu telah diluncurkan sejak dua tahun lalu. Namun dengan menggunakan Nusantara Satu yang merupakan satelit berkapasitas tinggi dengan teknologi terbaru yakni High Throughput Satellite (HTS), membuat internet satelit yang kami tawarkan ke masyarakat menjadi solusi yang paling terjangkau, karena memiliki kuota yang lebih besar, kecepatan lebih tinggi, namun lebih hemat di kantong,” ujar Direktur Niaga PSN Agus Budi Tjahjono.

Dalam penerapannya, menurut Agus, selama masih menghadap langit dan tidak terhalang dengan benda lain seperti pohon, rumah, dan sebagainya, internet satelit Ubiqu dapat langsung menyala dan memancarkan internet.

“Mungkin bagi masyarakat di perkotaan yang sudah sangat terfasilitasi, sambungan internet bukan lagi permasalahan besar. Namun bagi masyarakat Indonesia di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), internet satelit menjadi solusi dan berdampak positif untuk mereka. PSN melalui Ubiqu menjadi bagian untuk mengurangi digital gap di seluruh wilayah di Indonesia,” ujar Agus menjelaskan misi perusahaannya.

Untuk paket perangkat, meliputi Antena VSAT, Mounting VSAT, BUC, kabel, modem satelit, dan wifi router; Ubiqu mengenakan biaya mulai 7,9 juta Rupiah. Sementara untuk langganan internet bulanan, pengguna bisa memilih paket berkuota maupun paket unlimited.

Pihak Ubiqu juga mengatakan bahwa dalam memasarkan layanan mereka memiliki tantangan, yakni pada proses pendistribusian dan pemasangan perangkat satelitnya. Misalnya untuk mengirimkan satu paket perangkat Ubiqu ke area pelosok saja dapat menempuh seharian penuh dengan akses transportasi yang tidak mudah.

“Ubiqu murni produk komersial PSN, namun kami juga memiliki tugas untuk terus melayani masyarakat dan membantu pemerintah dengan melakukan pemerataan komunikasi. Ubiqu, diharapkan dapat menjadi solusi untuk mewujudkan keadilan sosial, salah satunya terkait perolehan informasi. Sebagai contoh, saat ini Ubiqu telah menjadi solusi utama bagi masyarakat di Jayawijaya, Papua, untuk dapat memperoleh akses internet,” jelasnya.