Kecil tapi Bandel, Panasonic Lumix FT7 Juga Dilengkapi Viewfinder Elektronik

Mayoritas smartphone terkini sudah bisa Anda ajak berenang. Namun kalau niat Anda adalah menyelam di laut selagi mengabadikan keindahannya, opsi berwujud ringkas masih harus dijatuhkan pada deretan kamera compact berbodi tangguh, macam yang baru diluncurkan oleh Panasonic berikut ini.

Dari luar kamera bernama Panasonic Lumix FT7 ini memang kelihatan bandel. Tanpa dibantu casing tambahan, ia siap Anda ajak menyelam sampai kedalaman 31 meter. Jatuh dari ketinggian 2 meter pun bukan masalah besar baginya, demikian pula untuk suhu dingin sampai -10 derajat Celsius.

Panasonic Lumix FT7

Yang unik dari kamera ini adalah kehadiran sebuah viewfinder elektronik, yang tergolong jarang kita temui di kategori ini. Viewfinder-nya memang bukan termasuk ukuran yang proper, hanya 0,2 inci, dengan tingkat perbesaran 0,45x dan resolusi 1,17 juta dot. Meski demikian, kehadirannya masih akan sangat berguna ketika memotret di darat selagi matahari bersinar amat terang.

Di dalamnya, bernaung sensor BSI (backside illuminated) 1/2,3 inci dengan resolusi maksimum 20,4 megapixel. Lensa yang menemani memiliki focal length 28-128mm, dengan rentang aperture f/3.5-5.9. Bukan yang terbaik, tapi setidaknya Anda bisa melakukan zooming tanpa harus mendekat terlebih dulu.

Seperti Panasonic lainnya, perekaman video selalu mendapat perhatian khusus. FT7 menawarkan opsi perekaman dalam resolusi 4K 30 fps, 1080p 60 fps, atau 720p 120 fps. Fitur 4K Photo yang menjadi ciri khas Panasonic pun turut tersedia. Soal pengoperasian, sayang LCD 3 inci di belakangnya bukan layar sentuh.

Panasonic Lumix FT7

Sistem autofocus-nya sendiri mengandalkan teknik contrast-detection, dengan 49 titik yang bisa dipilih. Tracking subjek bergerak diklaim dapat dilakukan dalam kecepatan 5 fps, sedangkan kecepatan burst shooting-nya mencapai angka 10 fps. Baterainya sendiri diyakini bisa bertahan hingga 300 jepretan.

Konektivitas Wi-Fi sudah pasti tersedia, sayangnya Bluetooth masih belum. Perangkat ini rencananya bakal dipasarkan mulai musim panas mendatang seharga $449 dengan tiga pilihan warna: hitam, biru dan oranye.

Sumber: DPReview.

Canon PowerShot G1 X Mark III Adalah Kamera Saku Premium dengan Jeroan DSLR

Setelah disibukkan dengan segmen mirrorless dan DSLR, Canon kembali memusatkan perhatiannya ke segmen kamera saku premium. Buah pemikirannya adalah Canon PowerShot G1 X Mark III. Namun jangan tertipu oleh label “Mark III” yang diusungnya, sebab pembaruan yang dibawanya sangatlah signifikan dibanding generasi sebelumnya.

Desainnya telah dirombak total, kini mengadopsi gaya DSLR seperti seri G5 X, lengkap dengan sederet kenop di panel atasnya. Bobotnya tergolong ringkas di angka 400 gram, tapi di saat yang sama Canon berhasil menjejalkan sensor yang jauh lebih besar.

Canon PowerShot G1 X Mark III

Sensor itu bukan lagi sensor berukuran 1,5 inci, melainkan sensor APS-C 24 megapixel seperti yang terdapat pada DSLR EOS 77D. Dipadukan dengan prosesor DIGIC 7 dan teknologi Dual Pixel AF, G1 X Mark III sejatinya merupakan EOS M5 dengan lensa permanen. Namun jangan khawatir, lensa ini masih menawarkan optical zoom sejauh 3x (24-72mm), dengan aperture f/2.8-5.6.

Sensor APS-C pastinya dapat membawa G1 X Mark III menjadi raja low-light di kategori kamera saku premium. ISO-nya dapat diatur dari 100 – 25600, sedangkan pemotretan tanpa henti dapat ia lakukan di kecepatan 9 fps, atau 7 fps dengan continuous AF. Canon pun tak lupa menyematkan sistem image stabilization yang diklaim mampu mengompensasi getaran hingga 4 stop.

Canon PowerShot G1 X Mark III

Di belakang, pengguna bakal disambut oleh viewfinder OLED beresolusi 2,36 juta dot, plus layar sentuh 3 inci yang dapat dimanipulasi posisinya sesuka hati. Konektivitas Wi-Fi, NFC maupun Bluetooth telah tersedia untuk memudahkan proses transfer gambar ataupun kendali dari jauh.

Satu-satunya kekurangan G1 X Mark III di atas kertas adalah opsi perekaman video yang terbatas pada resolusi maksimum 1080p 60 fps, apalagi di saat sudah banyak ponsel yang mampu merekam video 4K. Terlepas dari itu, ini merupakan upgrade yang sangat signifikan dari pendahulunya. Canon bakal memasarkannya mulai November mendatang seharga $1.299.

Sumber: DPReview.

Kecil Tapi Perkasa, Nikon Coolpix W300 Siap Menyelam Selagi Merekam Video 4K

Di tengah derasnya serbuan action camera, kamera saku dengan bodi tangguh rupanya masih punya cukup banyak peminat. Buktinya, Olympus belum lama ini merilis Tough TG–5, dan kini giliran Nikon yang meluncurkan produk baru dalam kategori ini, yaitu Coolpix W300.

Sepintas kamera ini mungkin terlihat kurang galak, apalagi kalau dibandingkan dengan besutan Olympus itu tadi. Namun sejatinya kedua kamera ini sama-sama siap ditugaskan di medan apapun. Anda mau mengajaknya diving? Bukan masalah, sebab Coolpix W300 tahan air sampai kedalaman 30 meter tanpa bantuan casing tambahan.

Panel atasnya terkesan simpel dan bersih dengan hanya tombol power dan shutter / Nikon
Panel atasnya terkesan simpel dan bersih dengan hanya tombol power dan shutter / Nikon

Seperti kamera lain dalam kategori ini, ada banyak embel-embel serba “proof” lain yang dibanggakannya: freezeproof hingga suhu –10º Celsius, dustproof dan shockproof dari ketinggian 2,4 meter. Kecil tapi perkasa adalah frasa yang tepat untuk mendeskripsikannya.

Kemampuan jepret-menjepretnya didukung oleh sensor CMOS 1/2,3 inci beresolusi 16 megapixel, dibantu oleh lensa 24–120mm f/2.8–4.9 (5x optical zoom). Video siap ia rekam dalam resolusi 4K 30 fps, dan Nikon tak lupa membekalinya dengan perpaduan sistem electronic dan optical image stabilization.

LCD 3 inci mendominasi penampang belakang Coolpix W300 / Nikon
LCD 3 inci mendominasi penampang belakang Coolpix W300 / Nikon

Yang unik dari Coolpix W300 adalah integrasi GPS dan fitur Active Guide, yang memungkinkan pengguna untuk mengakses data seperti lokasi maupun ketinggian secara cepat. Juga tak kalah menarik adalah fitur SnapBridge, yang sederhananya memungkinkan kamera untuk terus tersambung ke ponsel dan mengirim gambar secara otomatis via Bluetooth, di samping Wi-Fi untuk memberikan kontrol dari kejauhan.

Nikon Coolpix W300 bakal dipasarkan bertepatan dengan dimulainya musim panas tahun ini. Banderol harga yang ditetapkan adalah $390, dan perangkat tersedia dalam tiga pilihan warna: oranye, kuning dan hitam.

Sumber: DPReview.

Masuk Kelas Pocket, Panasonic Lumix TZ90 Warisi Sejumlah Fitur Lini Mirrorless

Panasonic baru saja meluncurkan kamera pocket anyar untuk lini “Travel Zoom” (TZ) mereka, yakni Lumix TZ90. Melihat penamaannya, kamera ini merupakan suksesor dari Lumix TZ80 yang dirilis bersama-sama dengan Lumix TZ100 pada awal tahun lalu.

Desainnya tidak banyak berubah dibanding TZ80, dan kamera ini juga masih menggunakan sensor berukuran 1/2,3 inci, meski resolusinya naik sedikit menjadi 20,3 megapixel. Lensa yang digunakan sama persis, dan masih mengacu pada standar yang ditetapkan Leica; menawarkan optical zoom sebesar 30x di angka 24–720mm, dengan aperture f/3.3–6.4.

Seperti pendahulunya, Lumix TZ90 menawarkan optical zoom sebesar 30x / Panasonic
Seperti pendahulunya, Lumix TZ90 menawarkan optical zoom sebesar 30x / Panasonic

Soal video, TZ90 pun tidak membawa perubahan, tetap dalam resolusi 4K 30 fps. Yang baru justru adalah sistem autofocus-nya, dimana TZ90 telah mewarisi teknologi Depth-from-Defocus dari lini mirrorless Panasonic, memungkinkannya untuk mengunci fokus dengan sangat cepat.

Sistem ini, dipadukan dengan kemampuan burst shooting secepat 10 fps (atau 5 fps dalam mode Continuous AF), menjadikan peran TZ90 sebagai kamera travelling makin esensial. Melengkapi semua itu adalah sistem hybrid OIS 5-axis – sayang ini tidak bisa digunakan saat merekam video 4K.

Fitur baru lain yang diusung oleh TZ90 adalah Post Focus dan Focus Stacking – lagi-lagi merupakan warisan lini mirrorless Panasonic. Dengan Post Focus, pengguna dapat mengganti bagian foto yang terfokuskan pasca pemotretan. Focus Stacking juga demikian, tapi untuk depth of field, dan semua prosesnya ini langsung terjadi di perangkat.

Kehadiran layar sentuh sangat memudahkan pengguna dalam menentukan fokus / Panasonic
Kehadiran layar sentuh sangat memudahkan pengguna dalam menentukan fokus / Panasonic

Menengok ke belakang, Anda akan disambut oleh layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot yang dapat dimiringkan 180 derajat hingga menghadap ke depan. Dalam posisi ini, kamera akan masuk dalam mode Self Shot secara otomatis. Saat sinar matahari terlalu terik, pengguna dapat memanfaatkan electronic viewfinder meski ukurannya terlampau kecil jika dibandingkan dengan milik kamera mirrorless kebanyakan.

Panasonic Lumix TZ90 akan dilepas ke pasaran mulai akhir Mei mendatang dengan banderol harga $449. Pilihan warna yang tersedia hanya hitam dan silver.

Sumber: DPReview.

Fujifilm X100F Andalkan Sensor Baru dan Kontrol yang Lebih Lengkap

Seri Fujifilm X100 merupakan kamera yang sangat unik karena posisinya yang berada di tengah-tengah kamera mirrorless dan kamera pocket. Kualitas gambarnya setara, tapi tidak sefleksibel mirrorless karena lensanya tidak dapat dilepas-pasang. Ukurannya tergolong compact, tapi masih belum seringkas kamera macam Sony RX100.

Kendati demikian, formula ini terbukti sukses membawa nama Fujifilm kembali harum di industri kamera digital. Sudah tiga generasi X100 mereka ciptakan, dan tahun 2017 ini mereka sudah siap untuk memperkenalkan generasi keempatnya, Fujifilm X100F.

Sesuai dugaan, X100F masih mempertahankan desain retro milik ketiga pendahulunya, wajar saja mengingat ini merupakan salah satu nilai jual utama seri X100. Hybrid viewfinder pun juga masih ada, namun kini pengguna dapat mengatur tingkat magnifikasi EVF-nya ketika dalam mode Electronic Rangefinder.

Kenop shutter speed-nya kini bisa dipakai untuk menyesuaikan ISO, sedangkan kenop exposure compensation-nya sekarang sampai +/- 5 stop / Fujifilm
Kenop shutter speed-nya kini bisa dipakai untuk menyesuaikan ISO, sedangkan kenop exposure compensation-nya sekarang sampai +/- 5 stop / Fujifilm

Namun pembaruan yang saya pribadi paling suka adalah aspek kontrol yang lebih komplet. Utamanya berkat kehadiran sebuah joystick kecil di panel belakang yang bisa dipakai untuk menyesuaikan titik fokus secara jauh lebih mudah ketimbang menggunakan empat tombol arahnya.

Beralih ke depan, ada tambahan sebuah command dial yang bisa dikustomisasi. Kenop shutter speed-nya pun sekarang juga bisa dimanfaatkan untuk mengatur tingkat ISO dengan cepat, sedangkan kenop exposure compensation-nya yang berada di paling kanan kini mengemas indikator “C” yang memungkinkan pengaturan exposure sampai +/- 5 stop dengan bantuan command dial itu tadi.

Menentukan titik fokus kini jauh lebih mudah berkat sebuah joystick mini di panel belakang X100F / Fujifilm
Menentukan titik fokus kini jauh lebih mudah berkat sebuah joystick mini di panel belakang X100F / Fujifilm

X100F turut menjanjikan peningkatan kualitas gambar berkat pemakaian sensor APS-C X-Trans III beresolusi 24,3 megapixel dan chip X-Processor Pro, yang keduanya dipinjam dari Fuji X-Pro2 dan X-T2. Soal lensa, X100F masih mengusung lensa 23mm f/2.0 dengan kualitas optik yang sudah sangat terbukti.

Penyempurnaan terus berlanjut ke aspek performa, dimana X100F diklaim lebih kencang lagi soal penguncian fokus, startup time maupun shutter release. Jumlah titik fokus yang dapat dipilih pun naik dari 49 menjadi 91 titik. Bisa jadi embel-embel abjad “F” yang dipilih Fuji merujuk pada kata “fast”.

Fujifilm rencananya akan melepas X100F ke pasar AS dan Kanada mulai 16 Februari mendatang seharga $1.299. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni full-hitam dan kombinasi silver-hitam.

Sumber: DPReview.

Canon PowerShot G9 X Mark II Andalkan Sensor Besar dalam Bodi Mini

Canon memang lebih dikenal di kategori DSLR, namun selama beberapa tahun pabrikan tersebut juga cukup menguasai pasar kamera compact. Salah satu andil besarnya berasal dari PowerShot G9 X, yang tepat hari ini telah digantikan secara resmi oleh suksesornya, yakni G9 X Mark II.

Mengusung embel-embel Mark II, desainnya hampir sama dengan pendahulunya, lengkap hingga bobot dan feel-nya secara menyeluruh. Meneruskan tradisi pendahulunya adalah sensor 20,2 megapixel berukuran 1 inci, jauh lebih besar ketimbang kamera lain seukurannya, sekaligus menjadikannya sebagai rival terdekat Sony RX100.

Bagian yang benar-benar baru adalah prosesor DIGIC 7, sama seperti yang tertanam di G7 X Mark II yang sedikit lebih bongsor. Prosesor ini mendongkrak kemampuan burst shooting G9 X Mark II dalam format RAW secara drastis, dari 1 fps menjadi 8 fps.

Hampir seluruh panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh berukuran 3 inci / Canon
Hampir seluruh panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh berukuran 3 inci / Canon

Perihal video, sayangnya kamera ini masih belum mengikuti tren 4K, dan hanya terbatas di resolusi 1080p saja. Sedikit mengobati kekurangan tersebut adalah sistem image stabilization ganda yang memadukan sistem pada sensor dan yang ada pada lensanya, sanggup mengompensasi hingga 3,5 stop.

Lensanya sendiri memiliki panjang fokal 28-82mm (3x optical zoom) dan bukaan f/2.0-4.9. Panel belakangnya didominasi oleh LCD 3 inci yang dilengkapi panel sentuh, suatu komponen yang sudah bertahun-tahun dinantikan konsumen dari lini Sony RX100 namun tak kunjung datang.

Canon PowerShot G9 X Mark II mungkin bukan penantang yang sekelas untuk RX100 V, tetapi memang harganya jauh lebih terjangkau di angka $530. Pemasarannya akan dimulai pada bulan Februari mendatang.

Sumber: DPReview.

Sony Cyber-shot HX350 Andalkan Lensa Berjangkauan Zoom 50x dalam Bodi yang Cukup Ringkas

Sony baru-baru ini meluncurkan sebuah kamera baru dari lini Cyber-shot. HX350 merupakan suksesor dari HX300 yang masuk dalam kategori superzoom, menawarkan lensa dengan jangkauan amat jauh dalam bodi yang terbilang cukup ringkas.

Dibandingkan pendahulunya, perubahan yang dibawa HX350 memang tidak terlalu banyak, namun setidaknya masih cukup signifikan. Kamera masih mengusung sensor Exmor R 1/2,3 inci beresolusi 20,4 megapixel, akan tetapi kali ini didampingi oleh prosesor BIONZ X yang akan meningkatkan kualitas gambarnya di kondisi low-light.

Video 1080p 60 fps yang direkam HX350 dipastikan tampak mulus berkat perpaduan sistem stabilization optik sekaligus digital. Untuk mengabadikan aksi-aksi cepat, Sony telah menambahkan fitur Lock-on AF pada HX350, plus kemampuan memotret secara konstan dalam kecepatan 10 fps.

Panel belakang HX350 dihuni oleh electronic viewfinder dan tilting LCD / Sony
Panel belakang HX350 dihuni oleh electronic viewfinder dan tilting LCD / Sony

Namun tentu saja yang menjadi bintang utama di sini adalah lensa Carl-Zeiss 24-1200mm f/2.8-6.3. Lensa ini pada dasarnya memberikan pengguna optical zoom sebesar 50x, sangat ideal untuk mendampingi aktivitas travelling, apalagi mengingat semua itu dikemas dalam bodi yang cukup ringkas.

HX350 masih menganut desain ala DSLR, dimana terdapat sejumlah kenop kontrol sekaligus focus/zoom ring manual. Di belakangnya, tertanam electronic viewfinder (EVF) beserta LCD 3 inci yang bisa dimiringkan ke atas atau bawah.

Sony Cyber-shot HX350 rencananya akan dilepas ke pasar Eropa mulai bulan Januari 2017 seharga 449 euro. Sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaannya di pasar Asia.

Sumber: DPReview.

SeaLife DC2000 Adalah Kamera Underwater dengan Spesifikasi Sekelas Sony RX100

Kamera compact macam Sony RX100 sangat ideal dibawa bertamasya. Akan tetapi kalau tujuan wisatanya adalah Taman Nasional Bunaken atau sejenisnya, Anda membutuhkan aksesori underwater housing untuk bisa mengabadikan keindahan bawah lautnya. Kedengarannya merepotkan memang, tapi tidakkah ada alternatif lain yang lebih praktis?

Ada, namanya SeaLife DC2000, dibuat oleh perusahaan yang memang mendedikasikan dirinya terhadap kamera underwater. Ukurannya memang tidak sekecil RX100, tapi Anda sama sekali tidak memerlukan aksesori tambahan mengingat bodinya sudah dirancang agar tahan air hingga kedalaman 60 meter. Dan yang terpenting, spesifikasinya tidak kalah dari RX100.

Utamanya adalah sensor CMOS berukuran 1 inci dengan resolusi 20 megapixel. Sensor ini disuplai oleh Sony, jadi setidaknya kita bisa mengharapkan kualitas gambar yang serupa. Meski belum 4K seperti model teranyar RX100, video masih bisa ia tangkap dalam resolusi 1080p 60 fps.

Sensor andal ini didukung oleh lensa 31mm f/1.8 yang terdiri dari 8 elemen aspherical guna semakin mempertajam gambar. Jangkauan pandangnya kurang lebar? Pasangkan saja adapter opsional lensa fisheye 110 derajat atau wide angle 90 derajat yang berukuran mini.

Dirancang secara khusus untuk fotografi bawah air, DC2000 menawarkan empat mode underwater yang berbeda, masing-masing dengan fitur koreksi warna sehingga hasilnya bisa kelihatan alami. DC2000 juga telah mendukung pemotretan dalam format RAW DNG, dan pengoperasiannya mengandalkan LCD 3 inci beresolusi 920 ribu dot di panel belakangnya.

Pre-order SeaLife DC2000 saat ini sudah dibuka dengan harga $700. Tersedia pula bundel bersama aksesori flash eksternal seharga $1.000, $1.100 atau $1.400.

Sumber: DPReview.

Nikon Umumkan Trio Kamera Compact dengan Jangkauan Zoom Amat Jauh

Baru-baru ini, Nikon meluncurkan lini kamera compact baru yang mereka juluki dengan nama Nikon DL. Kini giliran lini Coolpix yang kedatangan tiga anggota baru, yaitu A900, B500 dan B700. Ketiganya termasuk jenis superzoom, mengandalkan lensa dengan jangkauan zoom yang amat jauh.

Lewat trio ini, Nikon juga memperkenalkan teknologi konektivitas baru yang mereka sebut dengan istilah SnapBridge. SnapBridge pada dasarnya memadukan sambungan Wi-Fi dan Bluetooth LE, memungkinkan kamera untuk terus terhubung dengan smartphone atau tablet tanpa menguras baterai masing-masing perangkat. Dengan begitu, pengguna tak perlu repot-repot mengulangi proses pairing ketika hendak meneruskan hasil foto.

Nikon Coolpix A900

Nikon Coolpix A900

A900 memiliki ukuran yang paling ringkas dari ketiganya. Meski mudah disimpan dalam saku, dirinya dipersenjatai sensor CMOS BSI (backside-illumination) 20 megapixel dan lensa 24 – 840 mm f/3.4-6.9. Jangkauan lensanya ini setara dengan 35x optical zoom.

Nikon menempatkan A900 sebagai kamera travelling yang ideal dalam berbagai kondisi. Ia juga sanggup merekam video dalam resolusi 4K 30 fps. Melengkapi semuanya adalah LCD 3 inci beresolusi 920 ribu dot yang dapat diputar hingga menghadap ke depan untuk dipakai ber-selfie ria.

A900 akan dipasarkan mulai musim semi mendatang seharga $400 dalam dua pilihan warna, yaitu silver dan hitam.

Nikon Coolpix B500

Nikon Coolpix B500

B500 sangat unik karena ia tidak memakai baterai rechargeable, melainkan empat baterai AA yang bisa pengguna ganti kapan saja seperti halnya sebuah senter. Kendati demikian, ia masih mengusung spesifikasi yang cukup mumpuni. Di antaranya sensor CMOS BSI 16 megapixel dan lensa 40x optical zoom (22,5 – 900 mm) f/3.0-6.5.

Ia adalah satu-satunya kamera yang tak dilengkapi opsi perekaman video 4K di sini. Tapi tak masalah, toh resolusinya masih mencapai 1080p 30 fps. LCD-nya bisa dimiringkan, tapi tidak sampai menghadap ke depan. Sebagai bonus, B500 dibekali sistem hybrid VR (vibration reduction) guna mengurangi kemungkinan gambar tampak blur.

Soal harga, Nikon mematok B500 di angka $300, dengan pilihan warna hitam dan merah.

Nikon Coolpix B700

Nikon Coolpix B700

B700 adalah ‘monster’ untuk urusan zoom. Lensanya punya jangkauan yang paling jauh, yaitu 24 – 1.440 mm f/3.3-6.5, setara 60x optical zoom). Lensa ini berpadu apik dengan sensor CMOS BSI 20,3 megapixel yang juga sanggup merekam video dalam resolusi 4K 30 fps.

Dari segi performa, B700 tergolong lumayan berkat kemampuannya memotret secara konstan dalam kecepatan 5 fps dan dukungan format RAW. LCD 3 incinya menganut sistem yang biasa dipakai DSLR, bisa Anda bolak-balik posisinya sesuai kebutuhan, dan ia juga merupakan satu-satunya yang mengemas sebuah electronic viewfinder.

Sama seperti kedua kamera lainnya, B700 akan hadir mulai musim semi tahun ini seharga $500 dalam warna hitam saja.

Nikon Luncurkan Lini Kamera Compact Baru, Nikon DL

Setelah keluar dari zona nyamannya dengan memperkenalkan sebuah action camera di event CES 2016 kemarin, Nikon kini kembali berfokus pada bidang fotografi. Rival terbesar Canon itu baru saja mengumumkan lini kamera compact baru yang terdiri dari tiga perangkat: DL24-85, DL18-50 dan DL24-500.

Jangan heran melihat nama-namanya. Angka-angka tersebut merupakan penanda jenis lensa yang dimiliki oleh masing-masing kamera. Contoh: DL18-50 punya lensa dengan panjang fokal 18 – 50 mm. Mereka ini bukan termasuk kamera mirrorless, jadi lensanya tidak bisa dilepas-pasang.

Meski mengusung lensa dan bodi yang berbeda-beda, ketiganya sama-sama ditenagai oleh sensor CMOS 1 inci beresolusi 20,8 megapixel dan prosesor Expeed 6A. Perpaduan ini juga memungkinkan ketiganya untuk merekam video 4K 30 fps, atau video slow-motion dalam resolusi 1080p 120 fps dan 720p 240 fps.

Nikon DL24-85

Lini Nikon DL juga menjanjikan performa yang cepat. Ketiganya sanggup memotret dalam kecepatan 20 fps dalam mode continuous, atau malah 60 fps kalau titik fokusnya sudah ditetapkan sebelumnya. Autofocus-nya sendiri menganut sistem hybrid, yang mencakup 105 titik phase-detection dan 171 titik contrast-detection.

Lalu kamera mana yang harus Anda pilih? Jawabannya tergantung kebutuhan. DL24-85 punya fitur eksklusif Super Macro Mode untuk membantu pengguna memotret close-up, sedangkan lensa DL18-50 yang lebih wide sangat ideal dipakai untuk fotografi landscape maupun arsitektur. Keduanya sama-sama punya lensa dengan aperture f/1.8-2.8, jadi kualitas bokeh-nya sudah pasti cukup terjamin.

Nikon DL24-500

DL24-500 berbeda sendiri. Bodinya paling bongsor, tapi lensanya juga paling istimewa dengan jangkauan 21x optical zoom. Ia juga satu-satunya yang mempunyai electronic viewfinder OLED dengan resolusi 2,36 juta dot – dua kamera lainnya hanya punya layar sentuh, tapi DL24-500 juga turut dilengkapi komponen serupa.

DL24-85, DL18-50 dan DL24-500 bakal dipasarkan mulai awal musim panas tahun ini. Masing-masing dihargai $650, $850 dan $1.000.

Sumber: Nikon via Engadget.