[Rekomendasi] 4 Kamera Mirrorless Terbaik Harga 5 Jutaan yang Cocok Buat Pemula

Bagi Anda yang tak puas dengan hasil jepretan kamera smartphone, tapi juga tak mau dibuat susah sama kompleksitas kamera DSLR – kamera jenis mirrorless boleh jadi pilihan yang paling tepat buat Anda.

Mekanisme pakainya lebih user friendly tapi punya kemampuan fleksibilitas lensa yang bisa diganti-ganti seperti halnya kamera DSLR. Bidikannya yang pasti juga lebih bagus dari kamera smartphone dan bisa diadu dengan DSLR. Hasilnya pun bisa langsung dikirim ke smartphone berkat fitur WiFi, sangat praktis bukan?

Kini kamera mirrorless sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Desain stylish dan bentukannya yang ringkas membuatnya mudah dibawa kemana-mana. Harganya? Tak perlu khawatir karena berbekal tabungan mulai dari Rp5 jutaan, Anda sudah bisa memiliki kamera mirrorless dengan kualitas mumpuni. Daftar berikut dimulai dari harga yang paling murah ya.

1. Canon EOS M10 – Rp5 Juta

kamera-mirrorless-terbaik-harga-5-jutaan-yang-cocok-buat-pemula-1

Bentuknya kamera saku, tapi Canon EOS M10 merupakan kamera mirrorless loh. Dengan sensor CMOS APS-C 18-megapixel, prosesor DIGIC 6, dan sistem Hybrid CMOS AF II untuk mendapatkan fokus yang cepat pada subjek bidikian.

Kelebihan Canon EOS M10 ialah dilengkapi layar sentuh 3 inci yang bisa diputar ke atas hingga 180 derajat menghadap ke wajah. Hal ini tentu sangat memudahkan Anda untuk mengakomodasi aktivitas selfie maupun nge-vlog.

Berkat layar sentuh, menyesuaikan titik fokus menjadi lebih mudah, tinggal tap bagian mana yang ingin dipertajam. Tapi ada satu kekurangan, Canon EOS M10 tidak memiliki hand grip di body sehingga cenderung kurang nyaman saat memotret.

2. Fujifilm X-A10 – Rp5,2 Jutaan

kamera-mirrorless-terbaik-harga-5-jutaan-yang-cocok-buat-pemula-2

Fujifilm X-A10 mengusung sensor CMOS APS-C 16,3 megapixel dengan kompatibilitas lensa-lensa Fujifilm X mount. Seperti Canon ESO M10, kamera ini memiliki layar yang bisa ditekuk hingga 180 derajat, lengkap fitur eye-detection AF dan portrait enhancer untuk memaksimalkan selfie Anda.

Kelebihan Fujifil X-A10 adalah kamera mirrorless ini hadir desain retro dengan lapisan bahan kulit bertekstur yang mampu memberikan tampilan sangat elegan. Kamera ini memiliki sedikit hand grip di body, lumayan untuk mempererat pegangan.

3. Panasonic Lumix DMC-GF8 –  Rp5,4 Juta

kamera-mirrorless-terbaik-harga-5-jutaan-yang-cocok-buat-pemula-3

Panasonic Lumix DMC-GF8 menggunakan sensor Digital Live MOS resolusi 16-megapixel dengan prosesor Venus Engine yang diklaim dapat menangkap gambar secara detail meski dalam low-light.

Kamera mirrorles berdesain retro yang stylish ini juga memiliki layar berukuran 3 inci pada kamera ini juga dapat diputar hingga 180 derajat yang secara otomatis dapat langsung mengaktifkan modus self shot lengkap dengan fitur face dan eye detection AF yang sangat berguna untuk mendukung selfie.

4. Sony Alpha A5000 – Rp5,5 Juta

kamera-mirrorless-terbaik-harga-5-jutaan-yang-cocok-buat-pemula-4

Nambah sedikit lagi, kita bisa mendapatkan kamera mirrorless besutan Sony loh. Ya, Alpha A5000 adalah kamera mirrorless Sony paling terjangkau, tapi kemampuannya tak perlu diragukan lagi.

Sony Alpha A5000 mengusung sensor CMOS APS-C 20,1 megapixel dengan kompatibilitas lensa-lensa Sony E-mount. Kamera ini juga dibekali layar 3 inci yang bisa diputar hingga 180 derajat untuk mempermudah selfie dan vlogging.

Berbeda dengan Canon EOS M10, Sony Alpha A5000 memiliki hand grip di body sehingga lebih nyaman ketika memotret. Namun, kekurangan Sony Alpha A5000 ialah layarnya belum touchscreen.

Verdict

Bagi Anda yang baru ingin membeli kamera mirrorless, sangat wajar bila pemilihan dilatarbelakangi oleh faktor harga. Tak masalah, seiring perkembangan kemampuan fotografi Anda, maka dengan sendirinya Anda akan menemukan kamera mirrorless idaman yang sesuai kebutuhan Anda.

Empat kamera mirrorless di atas memiliki layar 3 inci yang dapat diputar 180 derajat, bukan cuma buat selfie tapi juga bisa buat vlogging. Kekurangan di rentang harga ini menurut saya ialah tidak bisa memasang mic eksternal dan belum memiliki viewfinder elektronik.

 

BlackMagic Pocket Cinema Camera 4K Siap Tandingi Lumix GH5S Meski Hanya Berharga Separuhnya

Tidak setiap hari Anda mendengar nama Blackmagic disebut di dunia kamera. Namun ketika itu terjadi, bisa dipastikan topiknya tidak jauh dari kamera video kelas profesional, seperti ketika mereka merilis kamera bernama Pocket Cinema Camera di tahun 2013. Tepat lima tahun berselang, produsen asal Australia itu mengungkap suksesornya, Blackmagic Pocket Cinema Camera 4K.

Kamera ini membawa pembaruan yang amat signifikan dibanding pendahulunya. Yang paling utama bisa dilihat dari namanya, yakni perekaman dalam resolusi DCI 4K (4096 x 2160) dalam kecepatan 60 fps atau 1080p 120 fps, baik dalam format RAW 12-bit maupun ProRes 10-bit.

Kualitas gambarnya sendiri tidak perlu diragukan, mengingat Blackmagic telah menyematkan sensor Four Thirds. Lebih istimewa lagi, sensor ini mengusung teknologi Dual ISO (dengan ISO maksimum 25600) yang berguna untuk memaksimalkan kinerjanya di kondisi minim cahaya, kurang lebih mirip seperti yang ditawarkan Panasonic Lumix GH5S maupun RED Gemini 5K S35.

Blackmagic Pocket Cinema Camera 4K

Selain dari sisik teknis, desainnya juga jauh lebih baik ketimbang pendahulunya. Kini lebih menyerupai kamera mirrorless, perangkat mengemas hand grip yang jauh lebih besar dan nyaman di genggaman. Di saat mayoritas produsen kamera menggunakan bahan magnesium sebagai sasis kamera, Blackmagic memilih memakai material komposit yang terbuat dari polycarbonate dan serat karbon.

Juga tidak umum adalah layar sentuh berukuran masif yang mendominasi panel belakangnya, dengan bentang diagonal 5 inci dan resolusi 1920 x 1080 pixel. Hal lain yang tidak kalah menarik adalah, port USB-C miliknya bisa dimanfaatkan untuk merekam video secara eksternal, semisal dengan menyambungkan sebuah SSD.

Blackmagic Pocket Cinema Camera 4K

Konektivitas lainnya mencakup port HDMI yang mendukung output 10-bit, input mini XLR, 3,5 mm, dan sebuah jack headphone. Soal lensa, kamera ini secara default kompatibel dengan semua lensa Micro Four Thirds buatan Panasonic dan Olympus.

Desainnya premium, spesifikasinya cukup dewa, tentu saja harganya mahal, bukan? Tidak, kamera ini rencananya bakal dipasarkan seharga $1.295, meski pastinya kapan masih belum diketahui. Banderol tersebut sudah termasuk software DaVinci Resolve Studio, yang normalnya harus ditebus secara terpisah seharga $300.

Sumber: DPReview.

Menjelajahi Sumatra Barat Bersama Kamera Mirrorless Flagship Fujifilm X-H1

Berbekal pengalaman lebih dari 80 tahun di ranah fotografi, kemampuan kamera Fujifilm dalam menangkap warna adalah salah satu aspek yang membuatnya begitu dicintai para fotografer. Namun dengan bertambah canggihnya platform sharing video dan sosial media, belakangan Fujifilm juga melihat munculnya kebutuhan baru para konsumen: membuat video berkualitas tinggi.

Sejauh ini, kemampuan kamera Fujifilm dalam menciptakan video baru bisa dibilang ‘mencukupi’. Masih belum puas dengan pencapaian ini, perusahaan spesialis produk imaging asal Jepang itu mulai menyeriusi ranah pengambilan video. Setelah melepas X-A5 untuk konsumen generasi sosial media, kali ini Fujifilm memperkenankan para fotografer kelas kakap dan sejumlah media mencicipi langsung X-H1 sembari menjelajahi keindahan Sumatra Barat.

Pendaratan XH-1 di Indonesia yang dilakukan cukup gesit setelah pengenalannya di bulan Februari kemarin ialah indikasi bahwa Fuji tak mau membuat konsumen setianya di nusantara menunggu terlalu lama. Fujiflm XH-1 adalah kamera mirrorless digital paling high-end di kelas X. Produk ini mengombinasikan tubuh tangguh, mutu gambar superior, dengan kemudahan pengoperasian. Ia juga merupakan kamera X pertama yang dibekali sistem in-body image stabilization (IBIS) 5-poros 5,5-stop dan simulasi film Eterna.

 

Desain dan daya tahan tubuh

Sebagai orang yang jarang sekali menggunakan kamera mirrorless Fujifilm, sejumlah keunggulan X-H1 segera saya rasakan begitu menggenggamnya di tangan. Pengaturan ISO, mode jepretan (single, continuous shoot plus opsi tiga tingkat kecepatan, dan video), shutter speed (ada mode auto juga), dan metering bisa dilakukan langsung dengan memutar kenop atau switch fisik yang ada di body – tanpa harus menggunakan kombinasi dua tombol atau masuk ke menu terlebih dulu.

XH1 3

XH1 6

Tubuh berdimensi 139,8×97,3×85,5mm Fujifilm X-H1 juga lebih ringan dari yang saya bayangkan, memiliki berat 673-gram, sudah termasuk baterai dan kartu memori. Tentu saja, bobot totalnya bergantung dari jenis lensa yang Anda gunakan.

XH1 2

XH1 4

Faktor andalan lain dari X-H1 adalah ia didesain agar tangguh serta tahan terhadap cuaca, sehingga selalu siap menemani para fotografer berburu momen-momen berharga yang begitu cepat berlalu. Dan dalam pemakaiannya, X-H1 terbukti perkasa menangani kondisi alam berbeda. Saya merasakan sendiri ketahanannya terhadap kondisi cuaca seperti gerimis hingga percikan air terjun, juga sanggup diajak ‘bermain lumpur’ ketika kami mencoba memotret momen pacu jawi.

XH1 5

XH1 12

Menilik ketahanannya lebih jauh, X-H1 diracik agar tahan debu, percikan air, serta dapat beroperasi hingga suhu -10° Celcius. Dan dibandingkan X-T2, struktur magnesium X-H1 lebih tebal 25 persen, dirancang agar bisa meredam benturan secara lebih efektif. Selanjutnya, Fujifilm melapisi permukaan kamera dengan coating granular yang resistan terhadap baretan. Selain itu, sejumlah lensa Fujinon (contohnya XF Zoom 18-135mm yang saya gunakan selama perjalanan di Sumatra Barat) turut mempunyai karakteristik weather-resistant serupa.

XH1 13

XH1 14

 

Pengalaman penggunaan

Sejujurnya, X-H1 merupakan kamera Fujifilm high-end pertama yang saya jajal, dan saya sangat menghargai kesabaran tim Fujifilm dalam mengajarkan segala fungsi dan fiturnya – dari mulai sesederhana mengubah posisi layar sentuhnya hingga setup continuous shot buat mengabadikan adegan-adegan berkecepatan tinggi dengan karakteristik gerakan objek berbeda. Misalnya memotret joki dan sapi saat berpacu di atas sawah, balapan bebek, hingga atraksi silat macan Minangkabau.

XH1 21

XH1 18

XH1 20
Tiga foto di atas diambil dengan X-H1, menggunakan lensa 18-135mm tanpa filter tambahan.

Seperti yang saya ungkap sebelumnya, pengaturan kamera dapat dilakukan secara super-simpel, dipermudah lagi dengan pemanfaatan layar sentuh buat mengutak-atik fungsi serta mengubah zona fokus. Di sesi hands-on selama empat hari kemarin, kendala terbesar dalam menghasilkan foto-foto menawan berada di diri saya sendiri: jam terbang saya sangatlah rendah, dan saya belum paham sepenuhnya seluk beluk kapabilitas kamera ini.

XH1 8

XH1 7

Dalam salah satu sesi hunting foto landscape di Pantai Nirwana, fotografer profesional dan anggota X Team Fujifilm Ari ‘Amphibia’ Riyanto menjelaskan bahwa selama menggunakan kamera mirrorless Fujifilm, hasil jepretan Anda ‘tidak akan pernah keliru’. Bahkan jika foto terlalu terang atau gelap, kita dapat mengubah lagi tingkat cahayanya setelah gambar diambil lewat fitur Exposure Compensation.

XH1 16

Kamera Fujifilm terkenal dengan fitur eksklusif bernama film simulation, yaitu mode reproduksi warna khas produk Fuji dalam kiprahnya berbisnis selama delapan dekade – sedikit contohnya ialah Provia (warna standar), Velvia (vivid, cocok buat landscape) dan Classic Chrome (biasanya untuk jepretan-jepretan dokumenter). Di X-H1, Fujifilm membubuhkan profil warna Eterna yang dirancang untuk mensimulasikan efek sinematik ala film dengan mengurangi kecerahan warna serta memperkaya area bayangan.

XH1 10

Elemen tersebut selaras dengan fokus baru Fujifilm di X-H1: pembuatan video. Kualitas video kameranya sudah ditingkatkan, kini sanggup merekam di bit rate 200Mbps. Kamera memperoleh tak kurang dari 20 fitur baru dan penyempurnaan; yang paling menonjol ialah kemampuan shooting 4K DCI, mode high-speed (untuk menghasilkan video slow motion dengan kecepatan 1/2, 1/4 dan 1/5), serta penggunaan microphone internal 24-bit/48kHz.

XH1 15

XH1 9

Spesifikasi lengkap dari Fujifilm X-H1 dapat Anda lihat via tautan ini.

 

Harga, ketersediaan dan kompatibilitas

Fujifilm X-H1 akan mulai dipasarkan di Indonesia dalam waktu dekat. Gerbang pre-order rencananya akan dibuka pada tanggal 24 sampai 25 Maret 2018 di Blibli.com. Produk dibanderol seharga Rp 28 juta (belum termasuk lensa), atau Rp 32,5 juta dengan aksesori grip baterai VPB-XH1.

X-H1 kabarnya siap mendukung lensa sinema profesional MKX18-55mm T2.9 dan MKX50-135mm T2.9, akan dirilis pada bulan Juni 2018.

XH1 19

XH1 17

Canon Tak Lagi Kesampingkan Kamera Mirrorless

Entah sudah berapa lama para penggemar kamera mirrorless mencemooh Canon. Alasannya sederhana: sejak merilis kamera mirrorless pertamanya di tahun 2012, Canon terkesan tidak serius menghadapi segmen tersebut dengan hanya merilis produk yang biasa-biasa saja.

Bandingkan dengan Sony dan Fujifilm yang begitu all-out dan pada akhirnya bisa cukup dominan di segmen mirrorless. Kendati demikian, Canon EOS M50 yang dirilis baru-baru ini bisa menjadi indikasi akan adanya pergeseran fokus buat Canon; kamera tersebut bisa merekam video 4K di saat DSLR high-end Canon EOS 6D yang seharga $2.000 cuma mentok di 1080p.

Asumsi ini semakin diperkuat dengan adanya laporan baru dari Nikkei. Salah satu petinggi Canon, Masahiro Sakata, mengatakan kepada Nikkei bahwa Canon bakal secara aktif merilis produk untuk pasar yang pertumbuhannya bagus meskipun kanibalisasi harus terjadi.

Berbekal teknologi Dual Pixel AF dan opsi perekaman video 4K, Canon EOS M50 pada dasarnya merupakan 'kanibal' terhadap sejumlah DSLR Canon / Canon
Berbekal teknologi Dual Pixel AF dan opsi perekaman video 4K, Canon EOS M50 pada dasarnya merupakan ‘kanibal’ terhadap sejumlah DSLR Canon / Canon

Pernyataan ini pada dasarnya bisa diterjemahkan menjadi: Canon akan lebih memprioritaskan segmen mirrorless ketimbang sebelumnya. Terkait kanibalisasi, ini merujuk pada DSLR kelas entry yang posisinya memang sering terancam oleh mirrorless, dan nampaknya Canon sudah mulai siap mengambil kompromi soal ini, seperti bisa dilihat dari EOS M50 itu tadi.

Canon juga menyampaikan kepada Nikkei bahwa mereka bakal merilis kamera mirrorless kelas entry baru bulan ini juga, dengan target pasar kalangan keluarga, macam para mama yang gemar memotret keseharian buah hatinya. Bisa jadi suksesor EOS M100, atau model baru yang harganya lebih terjangkau lagi (idealnya di bawah $600 sudah termasuk lensa).

Saya sendiri melihat belakangan mirrorless memang mulai populer di kalangan mama-mama muda, yang kerap membuatkan akun Instagram khusus buat anaknya. Mayoritas foto yang terdapat pada akun-akun tersebut bagus, bahkan terlalu bagus untuk kamera smartphone, dan ternyata dari beberapa yang saya temui langsung (di tempat bermain anak) memang menggunakan kamera mirrorless.

Sumber: Nikkei via Ubergizmo.

Sony A7 III Hadir Membawa Sejumlah Fitur Unggulan A7R III dan A9

Sony baru saja mengungkap kamera mirrorless full-frame baru, A7 III. Dibandingkan A7 II yang dirilis tiga tahun silam, kamera ini menjanjikan pembaruan yang signifikan. Ini dikarenakan A7 III telah banyak mewarisi fitur-fitur unggulan Sony A9 dan A7R III yang sudah lebih dulu hadir tahun lalu.

Dari A9, A7 III meminjam sistem autofocus hybrid-nya, dengan 693 titik phase-detection yang nyaris memenuhi keseluruhan bingkai (93%), plus 425 titik contrast-detection. Fitur Eye AF-nya pun turut tersedia di sini, tapi tidak untuk kemampuan menjepret tanpa henti secepat 20 fps.

Dari A7R III, A7 III meminjam joystick kecilnya yang sangat praktis digunakan untuk menentukan titik autofocus. Kapabilitas burst shooting-nya juga sama dengan A7R III di angka 10 fps, dan baterai berkapasitas dua kali lebih besar pun akhirnya juga hadir di sini. A7 III juga mengemas sistem image stabilization 5-axis.

Sony A7 III

Yang membedakan A7 III adalah sensornya, yang ‘masih’ beresolusi 24 megapixel. Sensor ini juga bukan yang bertipe stacked seperti milik A9, dan itulah alasan mengapa A7 III belum bisa sengebut A9. Terlepas dari itu, pembaruan-pembaruan di atas setidaknya sudah bisa menjadi alasan bagi konsumen A7 II untuk akhirnya memutuskan upgrade.

A7 III juga lebih cekatan soal video, di mana fitur Hybrid Log Gamma yang diperkenalkan bersama A7R III turut tersedia di sini. Pilihan resolusinya mencakup 4K 30 fps, 4K 24 fps, atau 1080p 120 fps untuk slow-mo, dan videografer profesional juga dapat memakainya untuk merekam dalam mode S-Log2 atau S-Log3.

Sony A7 III

Sayangnya A7 III tidak mewarisi viewfinder elektronik beresolusi tinggi milik A7R III; masih di resolusi 2,36 juta dot, tapi kini dengan tingkat perbesaran 0,78x yang lebih tinggi. Untungnya, LCD 3 inci milik A7 III adalah touchscreen, dan slot SD card-nya pun juga ada dua seperti kedua kakaknya tersebut.

Rencananya Sony A7 III bakal dipasarkan mulai April mendatang seharga $2.000 untuk bodinya saja. Banderolnya terkesan murah jika dibandingkan dengan A7R III atau malah A9.

Sumber: DPReview.

Canon EOS M50 Jadi Kamera Mirrorless Pertama Canon yang Sanggup Merekam Video 4K

Dua tahun terakhir ini Canon sibuk mengejar ketertinggalannya di segmen mirrorless. Yang belum kesampaian selama ini adalah opsi perekaman video 4K, namun akhirnya mereka bisa mewujudkannya lewat Canon EOS M50 yang baru saja dirilis.

M50 masih menggunakan sensor APS-C 24 megapixel, lengkap dengan sistem autofocus Dual Pixel seperti sejumlah model lain di seri EOS M. Yang baru adalah, M50 dapat merekam video 4K, meski hanya terbatas pada kecepatan 24 fps saja.

Ini dimungkinkan berkat penggunaan prosesor baru DIGIC 8, yang turut berjasa memberi M50 kemampuan untuk merekam video 1080p 120 fps (untuk dijadikan video slow-motion). Performanya secara keseluruhan juga cukup lumayan, dengan kemampuan menjepret tanpa henti secepat 10 fps, atau 7,4 fps dengan continuous autofocus.

Canon EOS M50

Secara desain, M50 banyak mewarisi penampilan EOS M5. Hand grip-nya sama-sama cukup besar, tapi sayang kenop-kenop di panel atasnya tidak selengkap M5. Beruntung M50 juga mewarisi viewfinder elektronik, yang mengandalkan panel OLED beresolusi 2,36 juta dot.

Yang lebih superior justru adalah layar sentuhnya di belakang. Kalau di M5, layarnya hanya bisa dimiringkan ke atas atau bawah. Di M50, layar ini bisa dibuka ke samping dan diputar 360 derajat. Desain semacam ini pastinya akan sangat bermanfaat ketika kamera digunakan untuk merekam video, dan ini sejalan dengan peningkatan di sektor video yang dibawa M50.

Canon EOS M50

Selebihnya, ada fitur-fitur pemanis seperti Bluetooth (di samping Wi-Fi dan NFC), yang memungkinkan fitur transfer gambar secara otomatis ke perangkat mobile. Kemudian ada juga format gambar RAW baru berlabel CR3, yang diyakini masih bisa menawarkan kualitas tinggi dalam ukuran file separuh lebih kecil.

Canon berencana memasarkan EOS M50 mulai bulan April mendatang seharga $780 (body only). Bundel bersama lensa juga tersedia: $900 dengan lensa 15-45mm f/3.5-6.3 IS STM, atau $1.250 dengan lensa yang sama plus 55-200mm f/4.5-6.3 IS STM (dua lensa sekaligus).

Sumber: DPReview.

Mengulik Fujifilm X-A5, Kamera Mirrorless Serbabisa Untuk Generasi Selfie

Setelah melangsungkan debutnya di 2013 sebagai kamera berlensa interchangeable paling terjangkau, Fuji melihat pangsa pasar potensial yang akhirnya menjadi sasaran dari versi kedua seri kamera X-A. Mereka ialah para konsumen muda ‘generasi mobile‘ yang membutuhkan kamera canggih, mudah digunakan, serta dapat menunjang gaya hidup mereka.

Ketika kamera Fujifilm X-series lain disiapkan untuk para fotografer kelas antusias, Fuji X-A2 dan X-A3 dirancang buat menunjang salah satu tren favorit di ranah fotografi: selfie. Kiprah seri X-A di negara-negara berkembang tampaknya sangat baik. Sesudah melepas X-A3 di Indonesia pada bulan November 2016, perusahaan produk imaging asal Tokyo itu menghadirkan penerusnya yang dibekali sejumlah pembaruan.

XA5 18

Dinamai X-A5, aspek utama yang ditawarkan oleh kamera mirrorless ini adalah kepraktisan penggunaan. GM electronic imaging division Fujifilm Indonesia Johanes J. Rampi menjelaskan bahwa X-A5 diramu agar bisa jadi pendamping perjalanan Anda serta alat untuk mengabadikan momen dengan pemakaian yang simpel, baik saat Anda ingin mengumpulkan koleksi foto ataupun membuat video.

XA5 19

 

Mengapa tidak dinamai X-A4?

Mungkin Anda penasaran mengapa sang produsen melewatkan angka ‘4’ pada nama produk ini. Hal tersebut sempat saya tanyakan langsung pada presiden direktur Fujifilm Indonesia, Noriyuki Kawabuko dan alasannya sangat sederhana. Fuji tidak mau produk andalan baru di kelas entry-level itu diasosiasikan dengan ‘ketidakmujuran’ yang diwakilkan oleh angka empat ‘di beberapa negara’ tempat produk dipasarkan.

XA5 20

 

Desain

Seperti pendahulunya, X-A5 mengusung penampilan ala kamera antik. Tubuhnya terbuat dari logam, yang dipadu lapisan kulit sintetis, dengan desain tubuh balok khas perangkat fotografi klasik. Anda dipersilakan memilih warna kulitnya – ada hitam, coklat dan pink.

Terlepas dari rancangan yang terlihat lawas itu, Fujifilm tidak melupakan aspek ergonomisnya. Beberapa sentuhan seperti dial plus tombol di area jempol kanan berguna untuk memudahkan zoom dan mengaktifkan shutter saat Anda mengambil selfie menggunakan tangan kiri.

XA5 13

XA5 16

Bagian body Fujifilm X-A5 mempunyai dimensi 116,9×67,7×40,4mm, ditambah lensa kit Fujinon XC15 45mm f/3.5-5.6 sepanjang 44,2mm berdiameter 52mm. Keseluruhan tubuhnya ini memiliki bobot 496-gram (body 361g plus lensa 135g) – lebih ringan dari X-A3 dengan berat di atas 580-gam.

XA5 14

XA5 17

Layar live preview berukuran 3-inci-nya juga dapat dibalik secara vertikal ke atas agar bisa dilihat dari depan. Bagian tersebut mendukung penuh navigasi via sentuhan, dapat Anda gunakan untuk menentukan fokus atau menyala-matikan fungsi tertentu tanpa perlu menggunakan tombol directional fisik.

XA5 4

XA5 12

 

Spesifikasi dan fitur

Kamera mirrorless ini menyimpan sensor CMOS APS-C 23,5×15,7mm 24,2-megapixel, dengan sensitivitas ISO satu stop lebih tinggi dibanding pendahulunya (51200 versus 25600). X-A5 didukung kapabilitas continuous shooting 6-frame/detik maksimal kira-kira 10-frame atau 3fps maksimal 50-frame. Jika tidak mau kehilangan momen berharga tanpa harus melewati proses setting sulit, Fuji juga menyediakan mode burst 4K buat menjepret foto sebanyak 15-frame/detik. Selanjutnya, Anda tinggal memilih foto-foto yang disukai via touchscreen.

XA5 15

Salah satu fitur favorit saya di X-A5 ialah exposure compensation (-5.0EV sampai +5.0EV). Kemampuan unik ini memungkinkan Anda mengatur kembali tingkat exposure setelah jepretan diambil tanpa menyebabkan gambar jadi terlihat tidak natural. Anda bisa mengurangi levelnya jika foto terlalu terang atau sebaliknya. Seorang tim Fuji menjelaskan bahwa hal itu dapat tercapai karena hasil foto diolah dari file RAW yang tersimpan di kamera.

XA5 6

Kelengkapan filter dan film simulation lagi-lagi jadi andalan di kamera mirrorless baru di seri X-A ini. Anda bisa bermain-main dengan 17 filter, di antaranya ada yang membuat gambar jadi terlihat lembut, filter spesialis mainan, hingga untuk menonjolkan warna. Terdapat pula fungsi buat menghilangkan kabut (pecinta fotografi cityscape pasti akan mengapresiasinya) serta fitur buat menambahkan kilauan (sparkle) di area-area terang.

XA5 3

X-A5 turut ditunjang satu fitur yang esensial di era mobile: kamera tak cuma bisa tersambung ke smartphone via konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi, namun dapat mengirimkan foto-foto yang sudah diambil secara otomatis, tanpa perlu menavigasi menu.

XA5 11

Sebagai sumber tenaga, X-A5 ditopang oleh baterai rechargeable lithium-ion NP-W126S yang kabarnya bisa memberikan user 450 kali jepretan dalam sekali proses isi ulang.

XA5 5

 

Flash pintar

Flash juga merupakan aspek di mana kamera fuji bersinar. Kapabilitas Super Intelligent Flash di sana mampu mengisi gambar dengan cahaya secara seimbang. Ia tidak membuat wajah atau objek kehilangan detail serta tekstur walaupun diambil di skenario backlight, kondisi malam hari, maupun di jarak dekat. Buat memaksimalkan kemampuan ini, Anda hanya perlu memilih mode scene recognition.

XA5 10

 

Video

Mendengarkan masukan dari para pengguna X-A3, kapabilitas perekaman video X-A5 mendapatkan sejumlah upgrade signifikan. Anda dipersilakan merekam video 4K dan memanfaatkan kemampuan multi-focus. Lalu ada pula fitur high speed recording di 1280x720p untuk menciptakan video slow motion. Satu fitur yang paling diminta adalah port microphone, dan Fujifilm akhirnya menyediakan port 2,5mm di sana.

XA5 2

 

Harga dan waktu ketersediaan

Fujifilm X-A5 rencananya akan mulai dipasarkan pada tanggal 22 Februari 2018, dijual secara perdana di Mall Central Park Jakarta. Untuk memingangnya, siapkan saja uang sebesar Rp 9 juta – harga yang tergolong cukup tinggi buat sebuah kamera mirrorless entry-level

XA5 1

XA5 9

Fujifilm X-H1 Buktikan Bahwa Fuji Tak Lagi Payah Soal Video

Usai memperkenalkan X-A5 baru-baru ini, Fujifilm langsung tancap gas menyingkap kamera baru untuk segmen high-end. Bukan X-T3 atau X-Pro3, melainkan lini baru dengan kode X-H. Namun jangan salah, kamera bernama Fujifilm X-H1 ini diklaim memiliki performa tertinggi dari seluruh keluarga Fuji X-Series.

Lewat X-H1, Fujifilm sejatinya melanjutkan keseriusan mereka di bidang video, yang diawali bersama X-T2 dua tahun silam. Ini bisa dilihat dari spesifikasi utamanya yang cukup mirip: sensor APS-C X-Trans III 24,3 megapixel, plus engine X-Processor Pro. Yang benar-benar baru, dan untuk pertama kalinya bagi Fujifilm, adalah sistem image stabilization internal 5-axis, mirip seperti milik Panasonic Lumix GX9 yang juga baru saja dirilis.

Selama ini, Fuji hanya mengandalkan stabilization bawaan lensa. Dengan adanya sistem internal ini, ketajaman gambar bisa tetap terjamin meski menggunakan lensa yang non-stabilized dan tanpa tripod. Efeknya pun bakal semakin terasa ketika kamera digunakan untuk merekam video.

Fujifilm X-H1

Di sektor video, X-H1 menjadi kamera Fuji pertama yang mampu merekam dalam format ‘mentah’ F-Log. Pilihan resolusinya antara lain 1080p 120 fps (untuk slow-mo), 4K 30 fps, dan DCI 4K (4096 x 2160) 24 fps – belum selevel Lumix GH5S, tapi setidaknya merupakan prestasi buat Fujifilm yang selama ini terkesan menyepelekan kapabilitas video kamera-kameranya.

Kualitas video yang dihasilkan juga dipastikan lebih baik ketimbang X-T2 berkat tingkat kompresi yang lebih tinggi di angka 200 Mbps. Sebagai pemanis, X-H1 mengemas Film Simulation baru bernama Eterna, yang Fuji formulasikan secara khusus untuk memberikan efek sinematik pada video.

Fujifilm X-H1

Beralih ke desain, tampak bahwa penampilannya banyak terinspirasi kamera mirrorless medium format Fuji, GFX 50S, utamanya berkat hand grip yang begitu menonjol, serta sebuah indikator LCD kecil di panel atas, di belakang tombol shutter. Sama seperti X-T2, bodi X-H1 juga diklaim tahan terhadap cuaca ekstrem.

Di belakang, pengguna akan disambut oleh viewfinder elektronik (EVF) baru dengan resolusi 3,69 juta dot dan tingkat perbesaran 0,75x. Tidak hanya lapang dan tajam, EVF ini juga sangat cekatan, mampu menyajikan tampilan live dalam kecepatan 100 fps. Di bawahnya, ada LCD 3 inci yang bisa dioperasikan dengan sentuhan.

Fujifilm X-H1

Fuji berencana menjual X-H1 di AS dan Kanada terlebih dulu mulai 1 Maret mendatang. Harganya dipatok $1.900 (body only), atau $2.200 bersama aksesori vertical grip yang bakal menambah daya tahan baterainya secara drastis, sekaligus meningkatkan durasi maksimum saat merekam video 4K.

Sumber: DPReview.

Panasonic Lumix GX9 Andalkan Sistem Image Stabilization 5-Axis dan Sensor Tanpa Low-Pass Filter

Panasonic baru saja menyingkap kamera mirrorless terbarunya, Lumix GX9. Sesuai namanya, ia merupakan penerus dari Lumix GX8 yang dirilis di tahun 2015. Spesifikasinya memang tidak sefenomenal Lumix G9, akan tetapi masih menawarkan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan pendahulunya.

Sensor Micro Four Thirds yang digunakan masih sama, dengan resolusi 20,3 megapixel dan dukungan prosesor Venus Engine. Yang berbeda kali ini adalah absennya low-pass filter, yang diyakini mampu meningkatkan ketajaman gambar yang dihasilkan. Sebagai bonus, Panasonic turut menyematkan mode L.Monochrome D bagi penggemar fotografi hitam-putih dengan cita rasa analog, lengkap dengan penyesuaian intensitas grain-nya.

Panasonic Lumix GX9

Untuk video, Lumix GX9 siap merekam dalam resolusi maksimum 4K 30 fps. Sistem autofocus-nya tidak berubah, masih mengandalkan 49 titik beserta teknologi Depth from Defocus yang terbukti sanggup mengunci fokus dengan sangat cepat.

Pembaruan lain yang dibawa GX9 adalah sistem image stabilization internal 5-axis, selevel dengan yang Olympus tawarkan melalui seri OM-D. Lebih lanjut, Panasonic bilang bahwa sistem ini bisa dipadukan bersama sistem image stabilization bawaan lensa agar kompensasi guncangan bisa semakin maksimal.

Panasonic Lumix GX9

Secara fisik, Lumix GX9 mungkin terlihat mirip seperti GX8, akan tetapi sebenarnya tersimpan banyak perbedaan. Di depan, ukuran hand grip-nya menyusut dan tidak lagi setebal milik GX8 – grip milik GX8 begitu tebal sampai-sampai tombol shutter bisa ditempatkan di atasnya.

Beralih ke panel atasnya, Anda bisa menemukan pop-up flash di sebelah hot shoe. Lalu di sebelah satunya, masih ada viewfinder elektronik (EVF) yang bisa dimiringkan ke atas sampai 90 derajat. EVF ini mengemas resolusi 2,76 juta dot, dengan tingkat perbesaran 0,7x dan field of view 100%.

Di bawahnya, Anda akan menjumpai layar sentuh 3 inci beresolusi 1,24 juta dot. Yang sedikit mengecewakan, layar ini tak lagi seperti milik GX8 yang bisa ditarik ke sebelah lalu diputar-putar sesuka hati. Di sini layarnya cuma bisa dimiringkan ke atas 80 derajat, atau ke bawah 45 derajat.

Panasonic Lumix GX9

Saya menduga Panasonic sengaja melakukannya demi memangkas tebal body sekaligus bobot GX9, akan tetapi hal ini sepertinya bisa menjadi alasan utama pengguna GX8 untuk tidak memilih rute upgrade. Selebihnya, karena ini sudah tahun 2018, Bluetooth pun sudah menjadi suatu keharusan, dan GX9 paham betul akan persyaratan tersebut.

Panasonic Lumix GX9 dijadwalkan masuk ke pasaran mulai awal Maret mendatang dengan harga $999, sudah termasuk lensa anyar 12-60mm f/3.5-5.6. Aksesori yang ditawarkan mencakup wide eyecup seharga $19, serta grip tambahan seharga $59.

Sumber: DPReview.

Olympus PEN E-PL9 Hadir Membawa Penyempurnaan Desain dan Kemampuan Merekam Video 4K

Olympus PEN Lite (E-PL) merupakan salah satu lini kamera mirrorless tertua. Generasi pertamanya (E-PL1) diumumkan di tahun 2010, jauh sebelum segmen mirrorless bisa dikategorikan mainstream. Selama kiprahnya, seri E-PL selalu diposisikan sebagai kamera mirrorless berharga terjangkau dengan penampilan yang atraktif, dan itu masih dipertahankan hingga kini.

Buktinya bisa kita lihat dari Olympus PEN E-PL9, penerus E-PL8 yang diumumkan di tahun 2016. Perawakan ringkas bergaya rangefinder-nya masih menjadi daya tarik utama, lengkap dengan balutan kulit imitasi yang tak cuma menambah kesan elegan, tapi juga membantu memantapkan genggaman.

Bicara soal grip, tonjolan di bagian depan kanan E-PL9 jauh lebih besar ketimbang pendahulunya, dan ini sudah pasti berpengaruh positif terhadap kenyamanan pengoperasiannya. Mengintip panel atasnya, kenop untuk mengganti mode kamera juga bertambah besar, dan tidak seperti pendahulunya, E-PL9 dibekali pop-up flash.

Olympus PEN E-PL9

Terkait spesifikasinya, E-PL9 mengemas sensor 16 megapixel sekaligus prosesor TruePic VIII yang sama persis seperti milik OM-D E-M10 Mark III, yang secara hierarki masih duduk di atas E-PL9. Sistem autofocus-nya pun sama, dengan total 121 titik dan dukungan face sekaligus eye detection.

Yang membedakan kedua kamera ini adalah sistem image stabilization-nya. E-PL9 mengusung sistem 3-axis, sedangkan OM-D E-M10 Mark III lebih superior dengan sistem 5-axis. Kendati demikian, sistem 3-axis saja sebenarnya sudah cukup efektif mengompensasi guncangan selama pengguna menggenggam kamera.

Sensor dan prosesor baru ini juga memungkinkan E-PL9 untuk merekam video 4K 30 fps, menjadi yang pertama dari seri E-PL yang menembus pencapaian ini. Juga baru adalah konektivitas Bluetooth, yang belakangan memang menjadi prioritas produsen-produsen kamera demi memudahkan proses menyambungkan kamera ke smartphone atau tablet. Dalam kasus E-PL9, gambar bisa dipindah ke ponsel meski kamera dalam keadaan tidak menyala.

Olympus PEN E-PL9

Selebihnya, pengguna seri E-PL masih akan dimanjakan oleh gaya pengoperasian yang sama. Layar sentuh 3 incinya masih bisa diputar 90 derajat ke atas, atau 180 derajat ke bawah, sedangkan baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 350 jepretan.

Olympus berencana melepas E-PL9 ke pasaran mulai pertengahan bulan Maret mendatang. Harganya dipatok 699 euro bersama lensa power-zoom 14-42mm f/3.5-5.6, atau 549 euro untuk body-nya saja.  Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, coklat dan putih.

Sumber: DPReview.