Sony HX99 dan HX95 Diklaim Sebagai Kamera Terkecil dengan 30x Optical Zoom

Anggap Anda baru saja membeli sebuah kamera saku, apa alasan Anda memilihnya ketimbang smartphone? Kalau Anda bilang kualitas gambar, saya yakin Anda bakal dicerca banyak orang, dan jawaban itu pun hanya berlaku untuk kamera-kamera tertentu saja, macam Sony RX100 yang duduk di kelas premium.

Jawaban yang lebih masuk akal mungkin adalah optical zoom. Beberapa smartphone terkini memang ada yang menawarkan fitur optical zoom, tapi tidak lebih dari sebatas 2x atau 3x saja. Untuk zooming ekstrem (di atas 20x) misalnya, kamera saku yang masuk kategori superzoom masih belum bisa ditandingi smartphone.

Sony HX99

Salah satu yang terbaru adalah Sony HX99 dan HX95. Keduanya diklaim sebagai kamera terkecil yang mengemas lensa 24–720mm (30x optical zoom). Kualitas lensanya juga tak perlu diragukan kalau melihat label “ZEISS” di sana, dan Sony tak lupa membekalinya dengan sistem image stabilization yang bakal sangat membantu ketika lensa di-zoom cukup jauh.

Urusan kualitas gambar, HX99 dan HX95 sama-sama mengemas sensor Exmor R 1/2,3 inci dengan resolusi 18 megapixel dan dukungan pemotretan dalam format RAW. Video 4K 30 fps pun dapat ia rekam, sedangkan kecepatan menjepret tanpa hentinya mencapai angka 10 fps. Sistem autofocus-nya diklaim sanggup mengunci fokus secepat 0,09 detik saja.

Sony HX99

Keduanya memiliki desain dan spesifikasi yang identik, akan tetapi HX99 sedikit lebih unggul soal pengoperasian. Meski sama-sama dibekali pop-up viewfinder dan LCD yang bisa dilipat hingga menghadap ke depan (180º), cuma HX99 yang dilengkapi layar sentuh, dan lensanya juga dikitari sebuah control ring yang dapat dikustomisasi untuk mengatur fokus manual atau zooming secara bertahap.

Fitur pelengkap seperti Wi-Fi, NFC dan Bluetooth turut tersedia pada HX99 dan HX95. Keduanya akan dipasarkan di Eropa mulai bulan Oktober mendatang seharga 520 euro (HX99) dan 500 euro (HX95).

Sumber: DPReview dan Sony.

Fujifilm XF10 Usung Sensor APS-C dalam Bodi Sekelas Kamera Saku

Fujifilm kembali meluncurkan kamera baru. Bukan mirrorless kali ini, melainkan yang masuk ke kategori kamera saku premium. Produk terakhir dari Fujifilm di segmen ini adalah Fujifilm X70, yang umurnya sekarang sudah dua tahun lebih.

Dinamai Fujifilm XF10, ia lebih pantas dianggap sebagai versi lebih simpel dari X70 ketimbang penerusnya. Desain keduanya cukup mirip, hanya saja XF10 tak lagi kelihatan retro seperti X70. Kendati demikian, premis utamanya masih sama: bodi kecil, sensor besar, dan dilengkapi lensa prime.

Fujifilm XF10

XF10 memiliki dimensi 113 x 64 x 41 mm, akan tetapi di dalamnya bernaung sensor APS-C 24 megapixel – sebagai perbandingan, Sony RX100 VI mengemas sensor 1 inci dalam bodi sebesar 102 x 58 x 43 mm. Resolusinya lebih tinggi dibanding sensor milik X70, akan tetapi yang dipakai oleh XF10 bukanlah sensor X-Trans, melainkan yang mengemas filter warna Bayer standar.

Menemani sensor tersebut adalah lensa fixed 18,5mm f/2.8 (setara lensa 28mm pada kamera full-frame). Focal length seperti ini jelas sangat menarik di mata street photographer – salah satu target pasar X70 – sayangnya XF10 tak lagi dilengkapi tuas untuk mengubah mode fokus dan tilting LCD seperti X70 dulu. Juga berubah adalah kenop shutter speed yang telah digantikan oleh mode dial

Sektor video rupanya juga bukan spesialisasi XF10. Ia memang bisa merekam dalam resolusi 4K, akan tetapi hanya pada kecepatan 15 fps saja. 15 fps menurut saya sangat tidak watchable dan lebih mirip deretan foto yang diputar dalam mode slideshow secara cepat. 1080p 60 fps adalah opsi yang lebih bijak bagi konsumen XF10.

Fujifilm XF10

Satu peningkatan yang dibawa XF10 dibanding X70 adalah joystick mini di bagian belakang, yang sangat praktis digunakan untuk mengubah titik fokus. XF10 juga mengusung layar sentuh, dan lewat layar ini pengguna juga dapat mengaktifkan Square Mode, alias pemotretan dalam aspect ratio 1:1 ala Instagram (pertama kalinya di lini Fuji X-Series).

Berita baiknya, XF10 tidak semahal X70 ketika pertama dirilis. Fujifilm mematok harga $500 untuk XF10, dan pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai Agustus mendatang di Amerika Serikat.

Sumber: DPReview.

Sony RX100 VI Datang Membawa Lensa Zoom yang Amat Jauh dan Performa Lebih Gegas

Setelah dirilis hampir dua tahun silam, Sony RX100 V akhirnya punya penerus. Generasi terbarunya, RX100 VI, membawa peningkatan yang cukup signifikan, meski desain dan dimensi bodinya kurang lebih masih sama seperti ketika generasi pertamanya diperkenalkan di tahun 2012.

Sensor berukuran besar (1 inci) sudah menjadi ciri khas seri RX100 sejak lama. Hal itu tidak berubah di generasi keenamnya, dan resolusinya tetap berada di kisaran 20,1 megapixel. Yang istimewa, sensor ini merupakan tipe stacked yang menyatu dengan chip DRAM, dan image processor-nya juga sudah ditemani oleh front-end LSI.

Sony RX100 VI

Anda tak perlu memusingkan istilah-istilah tersebut. Intinya, performa RX100 VI meningkat pesat dibanding pendahulunya: burst shooting dengan kecepatan 24 fps dalam posisi AF menyala dan buffer rate hingga 233 gambar (naik dari 150), phase-detection autofocus dengan kemampuan mengunci fokus dalam 0,03 detik saja, dan kinerja EyeAF Tracking dua kali lebih kencang.

Untuk video, RX100 VI masih mempertahankan opsi perekaman 4K 30 fps yang sangat mendetail (karena memanfaatkan seluruh penampang sensor). Slow-motion dalam kecepatan ekstrem 960 fps juga masih tersedia, tapi mungkin yang lebih ideal untuk sehari-hari adalah dalam kecepatan 120 fps dengan resolusi 1080p.

Sony RX100 VI

Namun yang mungkin lebih menarik justru adalah lensanya. Kalau sebelum-sebelumnya RX100 tergolong terbatas perihal zooming, RX100 VI berbeda sebab ia telah dibekali lensa 24-200mm (sebelumnya cuma 24-70mm). Sayangnya, aperture-nya jadi menurun dari f/1.8-2.8 menjadi f/2.8-4.5, dan kamera tak lagi dilengkapi ND filter terintegrasi.

Viewfinder elektronik dengan mekanisme pop-up masih tersedia, bahkan semakin sempurna karena tak lagi harus ditarik ujungnya secara manual (setelah nongol ke atas) ketika hendak digunakan. Di bawahnya, ada LCD yang bisa dimiringkan 90 derajat ke bawah, atau 180 derajat ke atas untuk memudahkan pengambilan selfie.

Sony RX100 VI

Menariknya, untuk pertama kalinya di seri RX100 LCD ini merupakan layar sentuh. Sudah sejak menjajal RX100 generasi pertama di tahun 2012 saya mengimpikan kehadiran touchscreen, dan akhirnya Sony mengabulkannya lewat RX100 VI, sehingga mengatur titik fokus bakal jauh lebih mudah mulai sekarang.

Di Amerika Serikat, Sony RX100 VI bakal dilepas ke pasaran mulai bulan depan dengan harga $1.200, $200 lebih mahal ketimbang RX100 V saat pertama kali diluncurkan.

Sumber: DPReview.

Kecil tapi Bandel, Panasonic Lumix FT7 Juga Dilengkapi Viewfinder Elektronik

Mayoritas smartphone terkini sudah bisa Anda ajak berenang. Namun kalau niat Anda adalah menyelam di laut selagi mengabadikan keindahannya, opsi berwujud ringkas masih harus dijatuhkan pada deretan kamera compact berbodi tangguh, macam yang baru diluncurkan oleh Panasonic berikut ini.

Dari luar kamera bernama Panasonic Lumix FT7 ini memang kelihatan bandel. Tanpa dibantu casing tambahan, ia siap Anda ajak menyelam sampai kedalaman 31 meter. Jatuh dari ketinggian 2 meter pun bukan masalah besar baginya, demikian pula untuk suhu dingin sampai -10 derajat Celsius.

Panasonic Lumix FT7

Yang unik dari kamera ini adalah kehadiran sebuah viewfinder elektronik, yang tergolong jarang kita temui di kategori ini. Viewfinder-nya memang bukan termasuk ukuran yang proper, hanya 0,2 inci, dengan tingkat perbesaran 0,45x dan resolusi 1,17 juta dot. Meski demikian, kehadirannya masih akan sangat berguna ketika memotret di darat selagi matahari bersinar amat terang.

Di dalamnya, bernaung sensor BSI (backside illuminated) 1/2,3 inci dengan resolusi maksimum 20,4 megapixel. Lensa yang menemani memiliki focal length 28-128mm, dengan rentang aperture f/3.5-5.9. Bukan yang terbaik, tapi setidaknya Anda bisa melakukan zooming tanpa harus mendekat terlebih dulu.

Seperti Panasonic lainnya, perekaman video selalu mendapat perhatian khusus. FT7 menawarkan opsi perekaman dalam resolusi 4K 30 fps, 1080p 60 fps, atau 720p 120 fps. Fitur 4K Photo yang menjadi ciri khas Panasonic pun turut tersedia. Soal pengoperasian, sayang LCD 3 inci di belakangnya bukan layar sentuh.

Panasonic Lumix FT7

Sistem autofocus-nya sendiri mengandalkan teknik contrast-detection, dengan 49 titik yang bisa dipilih. Tracking subjek bergerak diklaim dapat dilakukan dalam kecepatan 5 fps, sedangkan kecepatan burst shooting-nya mencapai angka 10 fps. Baterainya sendiri diyakini bisa bertahan hingga 300 jepretan.

Konektivitas Wi-Fi sudah pasti tersedia, sayangnya Bluetooth masih belum. Perangkat ini rencananya bakal dipasarkan mulai musim panas mendatang seharga $449 dengan tiga pilihan warna: hitam, biru dan oranye.

Sumber: DPReview.

Fujifilm Luncurkan Kamera Saku Tahan Banting Baru, FinePix XP130

Fujifilm mengawali tahun 2018 dengan cukup santai, tidak seperti dua tahun lalu di mana mereka menyingkap salah satu kamera mirrorless terandalnya, X-Pro2. Produk pertamanya yang dirilis tahun ini adalah FinePix XP130, generasi baru dari kamera saku tahan bantingnya.

Secara fisik dan teknis tidak ada banyak perubahan yang dibawa XP130 jika dibandingkan XP120. Perangkat masih mengemas sensor 16 megapixel, ditemani oleh lensa 28-140mm f/3.9-4.9. Video dapat ia rekam dalam resolusi maksimum 1080p 60 fps, sedangkan tingkat ISO-nya berkisar 100 – 3200.

Fujifilm FinePix XP130

Body-nya tetap amat ringkas, dengan bobot hanya 207 gram, sudah termasuk baterai. Terlepas dari itu, Fuji mengklaim XP130 tahan banting dari ketinggian 1,8 meter, tahan air sampai kedalaman 20 meter dan tahan beku sampai suhu -10 derajat Celsius. Di belakang, pengguna bakal disambut oleh LCD 3 inci beresolusi 920 ribut dot dengan lapisan anti-reflektif.

Beralih ke hal yang baru, XP130 mengemas konektivitas Bluetooth di samping Wi-Fi, fitur baru yang Fuji perkenalkan belum lama ini lewat X-E3. Kehadiran Bluetooth berarti menyambungkan kamera ke smartphone atau tablet bakal jauh lebih mudah, dan foto pun bisa dipindah secara instan, termasuk menuju printer Instax Share.

Fujifilm FinePix XP130

Selain Bluetooth, fitur baru yang dibawa XP130 mencakup Eye Detection untuk mengunci fokus pada mata subjek, dan juga Electronic Level untuk membantu mengambil komposisi dengan subjek horizontal secara apik. Fujifilm XP130 rencananya akan dilepas ke pasaran mulai bulan Maret seharga $230, dengan lima pilihan warna: hitam, biru, hijau, kuning dan putih.

Sumber: DPReview.

Kecil Tapi Perkasa, Nikon Coolpix W300 Siap Menyelam Selagi Merekam Video 4K

Di tengah derasnya serbuan action camera, kamera saku dengan bodi tangguh rupanya masih punya cukup banyak peminat. Buktinya, Olympus belum lama ini merilis Tough TG–5, dan kini giliran Nikon yang meluncurkan produk baru dalam kategori ini, yaitu Coolpix W300.

Sepintas kamera ini mungkin terlihat kurang galak, apalagi kalau dibandingkan dengan besutan Olympus itu tadi. Namun sejatinya kedua kamera ini sama-sama siap ditugaskan di medan apapun. Anda mau mengajaknya diving? Bukan masalah, sebab Coolpix W300 tahan air sampai kedalaman 30 meter tanpa bantuan casing tambahan.

Panel atasnya terkesan simpel dan bersih dengan hanya tombol power dan shutter / Nikon
Panel atasnya terkesan simpel dan bersih dengan hanya tombol power dan shutter / Nikon

Seperti kamera lain dalam kategori ini, ada banyak embel-embel serba “proof” lain yang dibanggakannya: freezeproof hingga suhu –10º Celsius, dustproof dan shockproof dari ketinggian 2,4 meter. Kecil tapi perkasa adalah frasa yang tepat untuk mendeskripsikannya.

Kemampuan jepret-menjepretnya didukung oleh sensor CMOS 1/2,3 inci beresolusi 16 megapixel, dibantu oleh lensa 24–120mm f/2.8–4.9 (5x optical zoom). Video siap ia rekam dalam resolusi 4K 30 fps, dan Nikon tak lupa membekalinya dengan perpaduan sistem electronic dan optical image stabilization.

LCD 3 inci mendominasi penampang belakang Coolpix W300 / Nikon
LCD 3 inci mendominasi penampang belakang Coolpix W300 / Nikon

Yang unik dari Coolpix W300 adalah integrasi GPS dan fitur Active Guide, yang memungkinkan pengguna untuk mengakses data seperti lokasi maupun ketinggian secara cepat. Juga tak kalah menarik adalah fitur SnapBridge, yang sederhananya memungkinkan kamera untuk terus tersambung ke ponsel dan mengirim gambar secara otomatis via Bluetooth, di samping Wi-Fi untuk memberikan kontrol dari kejauhan.

Nikon Coolpix W300 bakal dipasarkan bertepatan dengan dimulainya musim panas tahun ini. Banderol harga yang ditetapkan adalah $390, dan perangkat tersedia dalam tiga pilihan warna: oranye, kuning dan hitam.

Sumber: DPReview.

Olympus Tough TG-5 Siap Abadikan Momen di Segala Medan

Lini kamera Olympus Tough merupakan salah satu alternatif terbaik jika Anda mengincar kamera saku untuk travelling yang siap menghadapi segala medan. Model terbarunya, Olympus Tough TG–5, baru saja diperkenalkan, dan bersamanya datang sederet pembaruan yang signifikan dibanding pendahulunya.

Tepat di jantungnya bernaung sensor 12 megapixel dengan ISO maksimum 12800 dan kemampuan memotret dalam format RAW. Buat yang mengikuti perkembangan lini Olympus Tough, Anda mungkin sadar kalau resolusi sensor pendahulunya malah lebih besar di angka 16 megapixel, akan tetapi Olympus menjamin kualitas gambar TG–5 tetap lebih baik.

Panel atasnya kini dilengkapi sebuah control dial, sedangkan mekanisme zoom-nya kini diganti menjadi lebih konvensional / Olympus
Panel atasnya kini dilengkapi sebuah control dial, sedangkan mekanisme zoom-nya kini diganti menjadi lebih konvensional / Olympus

Kok bisa? Sederhana saja: ukuran penampang sensor yang digunakan masih sama, yakni 1/2,3 inci, tapi berhubung jumlah pixel-nya lebih sedikit, maka ukuran masing-masing pixel-nya jadi lebih besar. Hasilnya, kualitas gambar TG–5 dalam kondisi low-light bisa lebih bagus karena cahaya yang masuk lebih banyak. Ini sangat penting diingat supaya kita tidak selalu mengukur kualitas kamera berdasarkan resolusinya.

Peningkatan kualitas gambar ini juga didukung oleh prosesor quad-core TruePic VIII, persis seperti yang terdapat pada kamera mirrorless unggulan Olympus, OM-D E-M1 Mark II. Soal video, TG–5 siap merekam dalam resolusi 4K 30 fps, atau 1080p 120 fps jika Anda hendak mengabadikan aksi slow-motion.

Lensa yang digunakan masih sama seperti TG–4, yaitu 25–100mm f/2.0–4.9. Lensa ini sendiri sebenarnya cukup istimewa karena dapat mengunci fokus meski objek hanya berada 1 cm di depannya.

Tough TG-5 mengemas fitur Field Sensor System yang dipinjam dari action cam TG-Tracker / Olympus
Tough TG-5 mengemas fitur Field Sensor System yang dipinjam dari action cam TG-Tracker / Olympus

Desainnya tidak berubah banyak, akan tetapi Olympus rupanya sudah membuat TG–5 jadi lebih ‘berotot’. Ketahanan airnya kini naik jadi 15 meter – bisa ditingkatkan lagi menjadi 45 meter dengan bantuan underwater housing – dan perangkat masih tetap tahan banting dari ketinggian 2,1 meter, plus tetap bisa beroperasi meski mendapat tekanan sebesar 100 kg. Suhu dingin sampai –10º Celsius juga bukan masalah besar buat TG–5.

Fitur unik lain dari TG–5 adalah Field Sensor System, yang sejatinya dipinjam dari action cam TG-Tracker. Fitur ini memungkinkan kamera untuk merekam informasi seperti lokasi, suhu, ketinggian maupun arah, yang kemudian bisa ditambatkan pada foto atau video sebelum dibagikan ke media sosial.

Olympus Tough TG–5 bakal tersedia di pasaran mulai bulan Juni mendatang seharga $449. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam atau merah.

Sumber: DPReview.

Masuk Kelas Pocket, Panasonic Lumix TZ90 Warisi Sejumlah Fitur Lini Mirrorless

Panasonic baru saja meluncurkan kamera pocket anyar untuk lini “Travel Zoom” (TZ) mereka, yakni Lumix TZ90. Melihat penamaannya, kamera ini merupakan suksesor dari Lumix TZ80 yang dirilis bersama-sama dengan Lumix TZ100 pada awal tahun lalu.

Desainnya tidak banyak berubah dibanding TZ80, dan kamera ini juga masih menggunakan sensor berukuran 1/2,3 inci, meski resolusinya naik sedikit menjadi 20,3 megapixel. Lensa yang digunakan sama persis, dan masih mengacu pada standar yang ditetapkan Leica; menawarkan optical zoom sebesar 30x di angka 24–720mm, dengan aperture f/3.3–6.4.

Seperti pendahulunya, Lumix TZ90 menawarkan optical zoom sebesar 30x / Panasonic
Seperti pendahulunya, Lumix TZ90 menawarkan optical zoom sebesar 30x / Panasonic

Soal video, TZ90 pun tidak membawa perubahan, tetap dalam resolusi 4K 30 fps. Yang baru justru adalah sistem autofocus-nya, dimana TZ90 telah mewarisi teknologi Depth-from-Defocus dari lini mirrorless Panasonic, memungkinkannya untuk mengunci fokus dengan sangat cepat.

Sistem ini, dipadukan dengan kemampuan burst shooting secepat 10 fps (atau 5 fps dalam mode Continuous AF), menjadikan peran TZ90 sebagai kamera travelling makin esensial. Melengkapi semua itu adalah sistem hybrid OIS 5-axis – sayang ini tidak bisa digunakan saat merekam video 4K.

Fitur baru lain yang diusung oleh TZ90 adalah Post Focus dan Focus Stacking – lagi-lagi merupakan warisan lini mirrorless Panasonic. Dengan Post Focus, pengguna dapat mengganti bagian foto yang terfokuskan pasca pemotretan. Focus Stacking juga demikian, tapi untuk depth of field, dan semua prosesnya ini langsung terjadi di perangkat.

Kehadiran layar sentuh sangat memudahkan pengguna dalam menentukan fokus / Panasonic
Kehadiran layar sentuh sangat memudahkan pengguna dalam menentukan fokus / Panasonic

Menengok ke belakang, Anda akan disambut oleh layar sentuh 3 inci beresolusi 1,04 juta dot yang dapat dimiringkan 180 derajat hingga menghadap ke depan. Dalam posisi ini, kamera akan masuk dalam mode Self Shot secara otomatis. Saat sinar matahari terlalu terik, pengguna dapat memanfaatkan electronic viewfinder meski ukurannya terlampau kecil jika dibandingkan dengan milik kamera mirrorless kebanyakan.

Panasonic Lumix TZ90 akan dilepas ke pasaran mulai akhir Mei mendatang dengan banderol harga $449. Pilihan warna yang tersedia hanya hitam dan silver.

Sumber: DPReview.

Begini Penampakan Final Light L16, Kamera Pocket yang Terdiri dari 16 Kamera Kecil

Masih ingat dengan Light L16, sebuah kamera pocket yang menyimpan 16 kamera kecil dan sanggup menjepret foto beresolusi 52 megapixel? Setelah sibuk mencari pendanaan investor selagi menyempurnakan prototipe beserta teknologinya, pengembangnya kini tengah bersiap untuk merilis versi produksi dari kamera unik tersebut.

Jadwalnya memang molor dari rencana awal di bulan September 2016, akan tetapi Light telah mengumumkan bahwa konsumen yang telah melakukan pre-order bakal menerima pesanannya mulai 14 Juli mendatang. Bersamaan dengan itu, Light juga merilis foto L16 versi final yang sepertinya telah melewati sejumlah revisi.

LED flash-nya pindah posisi dan kini merupakan dual-tone flash / Light
LED flash-nya pindah posisi dan kini merupakan dual-tone flash / Light

Versi finalnya ini membawa sejumlah perubahan. Yang paling kelihatan, LED flash-nya tidak lagi berada di atas logo “Light”, melainkan diposisikan di bagian tengah, tepat di sebelah modul laser focus assist. LED flash ini juga mengemas dua temperatur warna yang berlawanan, mirip seperti yang kita jumpai pada mayoritas smartphone.

Penataan 16 lensanya tidak berubah dan tetap terlihat acak. Dari total 16 lensa, L16 mengemas enam lensa telefoto 150mm f/2.4, lima lensa 70mm f/2, dan lima lensa wide-angle 28mm f/2. Di sebelah kirinya, grip-nya tampak rata dengan bodi, berbeda dari versi sebelumnya dimana grip-nya tampak sedikit menonjol.

Grip-nya kini rata dengan bodi, sedangkan panel atasnya tetap minimalis / Light
Grip-nya kini rata dengan bodi, sedangkan panel atasnya tetap minimalis / Light

Panel atasnya juga tetap sama dan masih sangat minimalis dengan hanya sebuah tombol power dan shutter. Di sekeliling kanan bodinya saya duga merupakan deretan lubang ventilasi – penting mengingat kamera ini harus melakukan proses stitching gambar yang kompleks yang pastinya akan berujung pada meningkatnya suhu perangkat.

Yang sedikit mengecewakan, tidak ada gambar terbaru dari panel belakangnya. Apakah masih didominasi oleh layar sentuh? Sejauh ini belum ada yang bisa memastikan, namun saya kira bagian ini semestinya tidak banyak berubah.

Terlepas dari itu, Light sepertinya masih kesulitan memenuhi pesanan konsumen. Mereka baru akan menerima pesanan lagi mulai akhir tahun ini, tapi itu pun hanya di Amerika Serikat saja. Buat yang penasaran seperti apa foto yang bisa dihasilkan Light L16, silakan lihat sendiri kedua foto di bawah – selengkapnya bisa langsung di situs resmi Light.

Sampel foto Light L16 / Light
Sampel foto Light L16 / Light
Sampel foto Light L16 / Light
Sampel foto Light L16 / Light

Sumber: 1, 2, 3.

Canon PowerShot G9 X Mark II Andalkan Sensor Besar dalam Bodi Mini

Canon memang lebih dikenal di kategori DSLR, namun selama beberapa tahun pabrikan tersebut juga cukup menguasai pasar kamera compact. Salah satu andil besarnya berasal dari PowerShot G9 X, yang tepat hari ini telah digantikan secara resmi oleh suksesornya, yakni G9 X Mark II.

Mengusung embel-embel Mark II, desainnya hampir sama dengan pendahulunya, lengkap hingga bobot dan feel-nya secara menyeluruh. Meneruskan tradisi pendahulunya adalah sensor 20,2 megapixel berukuran 1 inci, jauh lebih besar ketimbang kamera lain seukurannya, sekaligus menjadikannya sebagai rival terdekat Sony RX100.

Bagian yang benar-benar baru adalah prosesor DIGIC 7, sama seperti yang tertanam di G7 X Mark II yang sedikit lebih bongsor. Prosesor ini mendongkrak kemampuan burst shooting G9 X Mark II dalam format RAW secara drastis, dari 1 fps menjadi 8 fps.

Hampir seluruh panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh berukuran 3 inci / Canon
Hampir seluruh panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh berukuran 3 inci / Canon

Perihal video, sayangnya kamera ini masih belum mengikuti tren 4K, dan hanya terbatas di resolusi 1080p saja. Sedikit mengobati kekurangan tersebut adalah sistem image stabilization ganda yang memadukan sistem pada sensor dan yang ada pada lensanya, sanggup mengompensasi hingga 3,5 stop.

Lensanya sendiri memiliki panjang fokal 28-82mm (3x optical zoom) dan bukaan f/2.0-4.9. Panel belakangnya didominasi oleh LCD 3 inci yang dilengkapi panel sentuh, suatu komponen yang sudah bertahun-tahun dinantikan konsumen dari lini Sony RX100 namun tak kunjung datang.

Canon PowerShot G9 X Mark II mungkin bukan penantang yang sekelas untuk RX100 V, tetapi memang harganya jauh lebih terjangkau di angka $530. Pemasarannya akan dimulai pada bulan Februari mendatang.

Sumber: DPReview.