Canon EOS R5 dan R6 Resmi Diumumkan, Bawa IBIS dan Perekam Video 8K

Sejak awal tahun, Canon memang kerap menggembar-gemborkan fitur-fitur EOS R5, antara lain sensor 45MP baru, in-body image stabilizer (IBIS), dan perekam video 8K. Setelah penantian panjang, kini Canon akhirnya secara resmi mengumumkan EOS R5 dan EOS R6. Mari cari tahu lebih banyak.

Canon EOS R5

Dari sisi tampilan, EOS R5 mengadopsi desain bergaya SLR yang tampak familier seperti EOS R. Dengan LCD 3,2 inci 2,1 juta titik yang fully articulated dan electronic viewfinder (EVF) beresolusi 5,76 juta titik dengan magnification 0.76x.

Fitur M-Fn bar yang menjadi andalan EOS R dihilangkan, digantikan joystick konvensional dan tombol AF-On. Juga dilengkapi port USB Type-C 3.1 Gen2, jack mikrofon, jack headphone, dan dual slot kartu memori yang terdiri dari CFexpress dan SD card. Bila menggunakan kartu CFexpress, kamera dapat mengambil gambar dalam format 10-bit HEIF selain Raw dan JPEG.

Masuk ke dalam, EOS R5 menggunakan sensor full frame rancangan baru dengan resolusi mencapai 45MP dan prosesor DIGIC X seperti yang ditemukan pada kamera DSLR flagship Canon EOS-1D X III. Imbasnya, EOS R5 pun dapat memotret beruntun pada 20 fps dengan continuous focus menggunakan electronic shutter dan 12 fps dengan mechanical shutter.

Sistem autofocus-nya mengandalkan Dual Pixel CMOS AF generasi kedua yang mencakup 100 persen. Serta, dapat melacak orang dan hewan berkat penerapan machine learning. Fitur IBIS pada EOS R5 bisa mengurangi guncangan hingga delapan stop ketika dipasangkan dengan beberapa lensa RF.

Belakangan ini, kemampuan perekam video memang menjadi salah satu aspek penting. Tidak seperti EOS R yang tampaknya dikembangkan setengah hati, kali ini Canon mengeluarkan semuanya. EOS R5 dapat merekam video 8K pada 30 fps hingga 30 menit dengan pilihan Raw atau H.265. Sebagai pembanding, kamera mirrorless full frame video-centric Panasonic Lumix S1H menawarkan 6K 24 fps. Di sisi lain, penerus Sony A7S II belum kunjung datang.

Kalau resolusi 8K terasa ketinggian, EOS R5 bisa merekam video 4K dengan frame rate tinggi 120 fps. Dapat merekam video internal recording 10-bit 4:2:2 dengan dukungan C-Log dan HDR PQ. Semua fitur ini tentu membuat para filmmaker, videografer, dan para content creator tersenyum lebar.

Untuk daya tahan baterainya, menurut CIPA EOS R5 menyuguhkan 320 jepretan sekali charge bila menggunakan LCD, 220 jepretan bila menggunakan EVF pada 120 fps, dan 330 jepretan dengan EVF 60 fps. Canon menyediakan battery grip BG-R10 dengan harga US$349 atau sekitar Rp5 juta. Sementara, harga Canon EOS R5 dibanderol US$3899 atau sekitar Rp56,4 jutaan body only dan US$4999 atau Rp72,4 jutaan dengan lensa RF 24-105mm F4L.

Canon EOS R6

Seperti halnya EOS RP, EOS R6 versi terjangkau dari EOS R5 meski tidak menggunakan sensor 45MP dan tak mampu merekam video 8K atau 4K 120 fps. Sebaliknya EOS R6 hanya menggunakan sensor full frame beresolusi 20MP.

Meski begitu, EOS R6 masih membawa sejumlah fitur unggulan EOS R5. Sebut saja, IBIS yang mampu meredam getaran hingga delapan stop, ditenagai prosesor DIGIC X, sistem autofucus Dual Pixel CMOS II yang mencakup area 100 persen, dan burst shooting hingga 20 fps dengan electronic shutter.

Sementara, untuk perekam videonya mendukung UHD 4K/60p dengan sedikit crop atau hampir menggunakan seluruh lebar sensor. Mendukung pengambilan 10-bit 4:2:2 internal recording dengan C-Log atau HDR PQ.

Kalau dari tampilan, desain EOS R6 mirip dengan EOS R5 dengan layar yang fully articulated. Bedanya ukurannya sedikit lebih kecil, 3 inci dengan resolusi 1,62 juta titik dan EVF 3,69 juta titik. Selain itu, pada bagian atas LCD kecil hilang digantikan mode dial.

Kamera ini memiliki dua slot SD card standar UHS-II. Daya tahan baterainya mendukung 360 jepretan dengan LCD dan 250 dengan EVF pada mode 120 fps (240 di EVF 60 fps). EOS R6 dapat menggunakan battery grip BG-R10 yang sama seperti milik EOS R5.

Meski kemampuannya banyak dipangkas, EOS R6 masih dapat bersaing dengan kamera mirrorless full frame kompetitor. Berapa harga Canon EOS R6? Untuk body only dibanderol US$2.499 atau sekitar Rp36 jutaan, USD$2.899 (Rp41 jutaan) dengan lensa RF 24-105mm F4-7.1 IS STM, dan US$3.599 (Rp52 jutaan) dengan lensa RF 24-105mm F4L IS.

Sumber: DPreview

Smartphone dengan Kamera Foto dan Video Terbaik Versi DxOMark

Perkembangan teknologi pada kamera smartphone memang sangat mengesankan, terutama di segmen high-end. Di mana pabrikan smartphone berlomba-lomba menghadirkan inovasi dan teknologi terbaru mereka pada seri flagship-nya.

Ukuran sensor dan pikselnya semakin besar, resolusinya tinggi, dibekali dengan banyak lensa dari ultra wide, macro, hingga telephoto. Serta, didukung fitur-fitur berbasis kecerdasan buatan (AI) dan masih banyak lagi.

Belum lama ini, DxOMark telah merilis daftar smartphone dengan kamera terbaik yang terbagi dalam beberapa kategori. Buat yang belum kenal, DxOMark memang kerap dijadikan sebagai benchmark untuk menilai kemampuan kamera dan namanya sering disebut saat peluncuran smartphone baru.

Daftarnya sebagai berikut:

  • Foto – Huawei P40 Pro
  • Video – Huawei P40 Pro
  • Wide – Samsung Galaxy S20 Ultra
  • Night – Huawei P40 Pro
  • Zoom – Huawei P40 Pro
  • Bokeh – Samsung Galaxy Note 10+ 5G

Aspek yang Diuji

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-2
Foto DxOMark

Sebelum menguji smartphone, DxOMark sendiri dikenal akan pengujiannya terhadap sensor kamera DSLR dan mirrorless, serta lensa. Untuk pengujian kamera smartphone, DxOMark membagi dalam dua kategori yaitu foto dan video, kemudian menggabungkannya nilainya. Selain itu, mereka juga menguji kamera depan dan kualitas audio secara terpisah.

Pada ketegori foto, aspek kamera yang diuji adalah exposure, color, autofocus, texture, noise, artifacts, night, zoom, bokeh, dan wide. Sementara, untuk video yang diuji meliputi exposure, color, autofocus, texture, noise, artifacts, dan stabilization.

Smartphone Kamera Terbaik

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-4

Saat ini, smartphone Android flagship terbaru dari Huawei ini meraih beberapa gelar sekaligus. Menurut DxOMark, Huawei P40 Pro adalah smartphone terbaik untuk foto, video, night, dan zoom. Sementara, untuk kamera wide dimenangkan oleh Samsung Galaxy S20 Ultra dan Samsung Galaxy Note 10+ 5G untuk bokeh.

Dengan skor foto 140 poin, foto yang dihasilkan oleh kamera utama Huawei P40 Pro menunjukkan dynamic range yang luas dan keseimbangan antara texture / noise terdepan di kelasnya. Artinya, smartphone ini pilihan yang ideal untuk memotret dalam kondisi menantang seperti kontras yang tinggi dan low light.

Meraih skor video 105 poin, rekaman video Huawei P40 Pro ini menangkap exposure yang bagus dan dynamic range yang luas, dengan hanya beberapa minor clipping saat merekam pada keadaan kontras tinggi. Selama tidak merekam di bawah cahaya tungsten yang rendah, white balance dan color rendering akurat.

10 Smartphone Kamera Terbaik

Secara keseluruhan (foto dan video), sepuluh smartphone terbaik sementara versi DxOMark saat ini, diraih oleh:

1. Huawei P40 Pro – 128
2. Honor 30 Pro+ – 125
3. Oppo Find X2 Pro – 124
4. Xiaomi Mi 10 Pro – 124
5. Huawei Mate 30 Pro 5G – 123
6. Honor V30 Pro – 122
7. Samsung Galaxy S20 Ultra – 122
8. Huawei Mate 30 Pro – 121
9. Xiaomi Mi CC9 Pro Premium Edition – 121
10. OnePlus 8 Pro – 119

Meski begitu, tidak semua smartphone yang disebutkan di atas tersedia di Indonesia. Hanya tiga smartphone kamera terbaik yang bisa dibeli secara resmi di Indonesia, sebagai berikut.

1. Huawei P40 Pro

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-3

Smartphone yang meraih skor foto 140 dan 105 untuk video ini dibanderol Rp14.499.000 dan memiliki konfigurasi quad-camera. Kamera utamanya disebut Ultra Vision Wide, resolusinya 50MP RYYB (23mm) f/1.9 dengan omnidirectional PDAF dan OIS.

Sensor gambar ini berukuran 1/1.28 inci yang merupakan terbesar di kelas smartphone, dengan teknologi Quad Bayer dan piksel berukuran 2.44 µm. Lalu, ditemani 12MP dengan lensa telephoto dengan struktur periscope 5x optical zoom, 40MP dengan lensa ultra wide, dan ToF 3D camera.

2. OPPO Find X2 Pro

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-7

Flagship OPPO ini menempati posisi ketiga dengan skor foto 134 dan 104 untuk video. Smartphone yang dibanderol Rp17.999.000 ini mengemas konfigurasi triple camera.

Kamera utamanya menggunakan sensor baru Sony IMX689 48MP yang dirancang khusus bersama OPPO. Bersama kamera 13MP dengan lensa telephoto periscope 5x optical zoom dan 48MP dengan lensa ultra wide.

3. Samsung Galaxy S20 Ultra

smartphone-dengan-kamera-foto-dan-video-terbaik-versi-dxomark-6

Beralih ke Samsung, smartphone yang dibanderol dengan harga Rp18.499.000 mengusung setup quad-camera. Meraih skor 132 untuk foto dan 102 untuk video.

Galaxy S20 Ultra mengandalkan kamera utama 108MP menggunakan sensor Samsung ISOCELL Bright HM1. Bersama kamera 48MP dengan lensa telephoto periscope yang menyuguhkan 4x optical zoom, 10x hybrid zoom, dan 100x space zoom. Lalu, 12MP dengan lensa ultra wide 13mm yang menurut DxOMark sebagai yang terbaik, dan satu lagi ToF 3D camera.

Kamera Olympus Juga Bisa Jadi Webcam dan Ungkap Roadmap Lensa Terbarunya

Kabar soal pamitnya Olympus di industri kamera memang sangat mengejutkan. Setelah akhir tahun 2020 nanti, bisnis pencitraan Olympus akan diteruskan oleh Japan Industrial Partners.

Bagi pengguna kamera Olympus, harusnya tidak perlu khawatir. Sebab, Olympus telah mengumumkan roadmap lensa terbaru mereka dan softwate OM-D Webcam Beta.

Ya, mengikuti jejak Canon, Fujifilm, dan Panasonic, pemilik kamera Olympus juga memungkinkan mengubah kamera sebagai webcam berkualitas tinggi untuk aktivitas live streaming dan video conference. Saat ini, ada lima model perangkat yang didukung, yaitu:

  • Olympus OM-D E-M1X
  • Olympus OM-D E-M1
  • Olympus OM-D E-M1 Mark II
  • Olympus OM-D E-M1 Mark III
  • Olympus OM-D E-M5 Mark II

Cara menggunakan kamera Olympus sebagai webcam sangat mudah, pertama download dan install softwate OM-D Webcam Beta untuk platform Windows 10, Olympus tidak menyebut ketersediaan untuk platform MacOS. Setelah itu sambungkan kamera melalui port USB Type-C, buka aplikasi video conference yang Anda gunakan misalnya Zoom atau yang lain dan pilih opsi kamera Olympus.

Sebagai catatan, OMD-D Webcam Beta tidak menampilkan audio. Jadi, Anda tetap mengandalkan mikrofon internal komputer atau mikrofon USB eksternal. Dengan begitu, Anda bisa bebas menempatkan kamera di lokasi terbaik.

150-400mm-1536x761

Untuk roadmap atau gambaran lensa yang akan datang, Olympus mengungkap detail soal lensa M.Zuiko Pro 150-400mm F4.5 dengan built-in teleconverter 1.25x. Lensa ini pertama kali diumumkan pada Januari 2019 dan akan tiba pada musim dingin 2020 atau sekitar September.

olympus-roadmap-lensa

Bersama dengan update firmware untuk pengguna OM-D E-M1X yang membawa kemampuan Intelligent Subject Tracking Autofocus. Satu lagi, Olympus telah menambahkan lensa M.Zuiko Pro ED 8-25mm F4 Pro ke dalam roadmap.

Sumber: PetaPixel

Venus Optics Umumkan Lensa Ultra Wide Laowa 9mm F5.6 Untuk Full Frame

Buat yang suka memotret foto landscape dan arsitektur, nama Laowa tentu sudah cukup familer. Sebab, lensa besutan Venus Optics ini menyediakan banyak lensa wide angle dengan harga yang cukup terjangkau, tapi kualitas optiknya mumpuni.

Nah yang terbaru, Venus Optics telah mengumumkan Laowa 9mm F5.6 FF RL. Lensa manual ultra wide terlebar untuk sistem kamera mirrorless dengan sensor full frame.

956main

Lensa ini menyuguhkan bidang pandang seluas 135 derajat dan meskipun belum mengusung teknologi Zero-D, tetapi tingkat distorsi sangat rendah. Laowa 9mm F5.6 ini dibangun dari 14 elemen dalam 10 grup, termasuk dua elemen extra-low dispersion.

venus-optics-umumkan-lensa-ultra-wide-laowa-9mm-f5-6-untuk-full-frame-2

Selain sangat lebar, lensa ini memiliki minimum focusing distance sangat pendek hanya 12mm dan menggunakan diafragma aperture lima bilah. Ukuran diameter dan panjang lensanya 60×60 mm dengan berat 350 gram.

Dukungan mount-nya juga cukup lengkap, Venus Optics menyediakan Laowa 9mm F5.6 FF RL untuk Leica M, Sony FE, Nikon Z, dan L-mount. Selain itu, ini pertama kalinya Venus Optics membuat lensa untuk Leica M-mount. Sebab itu, khusus untuk Leica M dibuat dalam dua pilihan warna, black dan silver.

956_03

Meskipun harganya menjadi sedikit lebih mahal yaitu US$900 atau sekitar Rp12,9 juta untuk pengguna kamera Leica M. Sementara, untuk versi Sony FE, Nikon Z, dan L-mount dibanderol dengan harga US$800 atau Rp11,5 juta.

Sumber: DPreview

Fujifilm Umumkan Lensa Fujinon GF 30mm F3.5 R WR dan Update Firmware Besar Untuk Seri GFX

Fujifilm telah mengumumkan lensa Fujinon GF 30mm F3.5 R WR, lensa GF premium dan merupakan lensa fix wide angle dengan panjang fokus setara dengan 24mm (dalam format film 35mm). Lensa ini dirancang untuk sistem kamera GFX Large Format, sensor ini 70% lebih besar dari sensor full-frame 35mm.

Lensa GF 30mm F3.5 R WR memiliki desain tahan cuaca, tahan terhadap debu dan kelembaban, serta dapat digunakan pada suhu serendah -10 ° C. Sehingga mampu melayani berbagai gaya pemotretan dan menghasilkan detail yang kompatibel dengan sensor 100MP.

fujifilm-umumkan-lensa-fujinon-gf30mm-f3-5-r-wr-dan-update-firmware-besar-untuk-seri-gfx-2

Beratnya hanya 510 gram dan berukuran 99,4mm dengan diameter maksimum 84mm. Penggunaan sistem fokus internal memungkinkan autofocus (AF) yang cepat dan senyap, serta meminimalkan fokus hingga hanya 0,05%, menjadikannya lensa yang ideal untuk videografi.

Selain lensa baru, Fujifilm juga meluncurkan pembaruan firmware besar untuk seri GFX. Berlaku bagi seluruh seri kamera GFX yaitu Fujifilm GFX50S, dan GFX 100. Sehubungan dengan kehadiran dua inovasi terbaru ini, Anggiawan Pratama – Marketing Manager Electronic Imaging PT FUJIFILM Indonesia mengatakan.

fujifilm-umumkan-lensa-fujinon-gf30mm-f3-5-r-wr-dan-update-firmware-besar-untuk-seri-gfx-3

“Fujifilm berkomitmen untuk tidak pernah berhenti menghadirkan berbagai inovasi dalam berbagai situasi dan kondisi seperti beberapa waktu lalu kami menjawab kebutuhan publik mengenai webcam, kini kami juga menjawab kebutuhan para pengguna kamera mirrorless premium medium-format milik Fujifilm. Adanya lensa Fujinon terbaru ini serta pembaruan firmware ini tentu dimaksudkan menambah kenyamanan dan keandalan para pengguna kamera GFX dalam bermanuver dengan kameranya di segala kondisi pemotretan.” Ujar Anggi.

Jumlah mode film simulation untuk ketiga kamera GFX telah meningkat dengan adanya mode CLASSIC Neg. Mode ETERNA Bleach Bypass akan hadir dalam GFX100, sedangkan GFX 50S dan GFX 50R akan memiliki mode ETERNA yang mereplikasi warna dan tonality dari film FUJIFILM.

Smooth Skin Effect yang ada pada GFX 100 juga akan ditambahkan ke GFX 50S dan GFX 50R dan dapat digunakan untuk menghaluskan penampilan kulit manusia sehingga ideal untuk potret. Warna Chrome Blue yang menambahkan kedalaman pada reproduksi warna dan tonality di gambar langit biru dan subjek berwarna biru utama lainnya akan ditambahkan ke GFX 100.

fujifilm-umumkan-lensa-fujinon-gf30mm-f3-5-r-wr-dan-update-firmware-besar-untuk-seri-gfx-4

GFX 100 sekarang dapat menggunakan AF deteksi fase dengan cepat dan akurat dalam kondisi cahaya redup hingga -5EV. Firmware baru ini juga akan menambahkan mode AF-S Low Light Priority pada GFX 50S dan GFX 50R, yang meningkatkan waktu AF bekerja serta meningkatkan akurasi AF dalam cahaya rendah. Firmware akan meningkatkan kinerja AF Face / Eye untuk ketiga model. Keakuratan dan stabilitas deteksi wajah / mata ditingkatkan ketika memotret sekelompok orang.

fujifilm-umumkan-lensa-fujinon-gf30mm-f3-5-r-wr-dan-update-firmware-besar-untuk-seri-gfx-5

Selain itu, di ketiga kamera GFX, firmware baru akan memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan pengaturan eksposur (shutter speed, aperture, ISO, exposure compensation ) dari komputer saat memotret diam (still) dan menggunakan perangkat lunak yang mendukung beberapa fungsi tether-shooting. Kini juga hadir lebih banyak aplikasi pengeditan foto akan mendukung indikasi informasi peringkat, yang ditetapkan dalam kamera.

Saat menggunakan GFX 100 dengan Gimbal / Drone yang kompatibel yang mendukung fungsi-fungsi ini, pengguna dapat memulai / menghentikan perekaman video, menentukan pengaturan eksposur untuk video (shutter speed, aperture, ISO, dan exposure compensation ), dan fokus manual.

GFX100 juga akan dapat menampilkan data video RAW maksimum 4K / 29.97P  12bit menggunakan HDMI ke ATOMOS NINJA V, di Apple ProRes RAW. Firmware baru untuk NINJA V akan dirilis oleh ATOMOS. Data video RAW memberikan fleksibilitas maksimum untuk penyesuaian eksposur atau penilaian warna dalam pasca-produksi untuk videografer profesional.

Selain itu, output simultan RAW dengan Simulasi Film / F-Log / Hybrid Log Gamma (HLG) juga tersedia. GFX100 dapat merekam ProRes RAW hanya dengan ATOMOS NINJA V (per 30 Juni 2020). Kompatibel dengan 4K (3840×2160) 29.97P / 25P / 24P / 23.98P.

5 Tips Memilih Kamera Mirrorless Untuk Video YouTube

Beberapa waktu yang lalu, teman saya meminta rekomendasi kamera mirrorless. Kebutuhannya adalah untuk membuat konten video di platform YouTube. Channel sudah berjalan dan tujuannya meningkatkan kualitas videonya.

Bicara soal memilih kamera mirrorless untuk video, tentunya berbeda dengan kamera foto. Lebih kompleks dan banyak aspek yang harus diperhatikan, misalnya kemampuan autofocus-nya, ketersediaan port mikrofon dan hot shoe, hingga aksesori pendukung yang diperlukan. Beberapa fitur video berikut, bisa memudahkan proses produksi (syuting) dan post processing (editing).

1. Layar yang Bisa Diputar ke Depan

Photo-by-Olenka-Sergienko-from-Pexels-1
Photo by Olenka Sergienko from Pexels

Pertama layar yang bisa diputar ke depan, baik itu mekanisme fully articalated yang harus ditarik dulu sebelum bisa diputar atau tilting 180 derajat yang bisa langsung di flip menghadap ke depan.

Fitur ini cukup penting, terutama bila Anda bermain solo dan membuat konten vlogging. Untuk memastikan komposisi rapi dan fokusnya tepat saat membuat konten seorang diri. Kalau jenisnya

2. Port Mikrofon, Hot Shoe, dan Mikrofon Eksternal

Setelah membeli perangkat kamera, aksesori wajib yang dibutuhkan adalah mikrofon eksternal. Sebab, elemen audio sama pentingnya dengan visual dan kita tidak bisa kalau hanya mengandalkan mikrofon internal.

Untuk memasangnya, maka kamera kita harus memiliki port mikrofon dan hot shoe, dua kelengkapan ini merupakan satu kesatuan. Rekomendasi dari saya untuk mikrofon eksternal yang murah di bawah satu juta ialah Rode VideoMicro Compact dan Saramonic SR M3.

3. Video 4K dan Picture Profile

Photo-by-Torsten-Dettlaff-from-Pexels
Photo by Torsten Dettlaff from Pexels
Photo-by-Kyle-Loftus-from-Pexels
Photo by Kyle Loftus from Pexels

Kemampuan video dengan resolusi tinggi ini memberi manfaat saat post processing, terutama bila editing kita pada resolusi 1080p. Sebagai contoh, ketika saya lagi membuat video review smartphone dan ingin mendapatkan detail yang super closeup, biasanya terkendala dengan ‘minimum focus distance‘ lensa. Tidak bisa terlalu dekat ke objek, dengan merekam di 4K kita bisa perbesar hingga 50 persen.

Selain itu, kita juga bisa reframing komposisi dan membuat gerakan panning, tilting, zoom in dan zoom out lewat Adobe Premiere Pro misalnya. Stock footage dengan resolusi 4K sendiri juga berharga sebagai aset stock video.

Nah beberapa kamera juga dibekali dengan picture profile flat, yang mana menangkap detail lebih banyak. Serta, memberikan keleluasaan color grading dan mempercantik video sesuai preferensi kita.

4. Rekomendasi Kamera Mirrorless

Photo-by-Fujifilm-North-America-from-Pexels
Photo by Fujifilm North America from Pexels

Ini bagian paling penting, memilih sistem kamera yang tepat. Sebab, nantinya kita tidak bisa dengan mudah pindah begitu saja setelah terjebak dengan ekosistemnya.

Kalau dari Sony, menurut saya yang paling ideal menimbang dari fitur dan harga adalah Sony A6400. Kalau budget belum cukup bisa cari kamera second bergaransi, bila masih belum masuk setidaknya pilih generasi sebelumnya yaitu A6300 second karena sudah tidak ada yang baru atau A6100 tapi banyak fitur yang dipangkas.

Lanjut ke Canon, rekomendasi saya EOS M6 Mark II karena merupakan lawan sepadan dengan Sony A6400. Sistem Dual Pixel autofocus sangat cepat dan bisa merekam video 4K/30p tanpa crop. Bila budget belum masuk, minimal EOS M50.

Dari Fujifilm, yang sepadan melawan Sony A6400 dan Canon EOS M6 Mark II adalah Fujifilm X-T30. Tapi, X-T30 tidak cocok untuk perekaman video durasi lama karena body yang mungil ada batasan durasi perekaman. Bila budget ada pilih X-T3 yang kemampuan videonya tak diragukan lagi tapi kalau budget mepet Fujifilm X-T200 juga cukup menjanjikan.

Beralih ke Panasonic Lumix dengan sensor Micro Four Thirds, yang sepadan dengan tiga kamera yang saya sebutkan diatas adalah Lumix G95. Tapi, bila budget tidak cukup Lumix G85 juga masih terbilang mumpuni.

5. Aksesori Lain

Photo-by-Brett-Sayles-from-Pexels
Photo by Brett Sayles from Pexels

Banyak para content creator yang melakukan kesalahan di awal dengan menghabiskan budget untuk membeli kamera saja, padahal proses untuk membuat video juga membutuhkan banyak aksesori pendukung. Mulai dari mikrofon eksternal, tripod, lightning, lensa fix untuk main bokeh, laptop, hingga software untuk mengedit video.

Meski begitu, jangan menunggu alat sampai lengkap baru bikin video. Sebaliknya maksimalkan apa yang kita miliki saat ini, tetap konsisten, sambil pelan-pelan upgrade peralatan seiring pertumbuhan channel kita.

Digerogoti Smartphone, Olympus Menyerah di Industri Kamera

Setelah kurang lebih 84 tahun berkiprah, Olympus salah satu pelopor tren kamera mirrorless telah memutuskan menjual bisnis pencitraannya. Termasuk sahamnya ke perusahaan Jepang bernama Japan Industrial Partners.

Penjualan kamera digital memang menurun dari tahun ke tahun, bahkan sebelum keadaan diperparah dengan pandemi covid-19 yang melanda dunia. Imbasnya banyak pekerjaan fotografi harus tertunda bahkan dibatalkan yang berujung pada melemahnya permintaan kamera baru.

Tidak dipungkiri juga, salah satunya faktornya karena pasar kamera digital tergerus oleh smartphone. Padahal kamera mirrorless Olympus menargetkan pasar menengah, mereka yang bukan fotografer profesional dan menginginkan sesuatu yang lebih baik daripada kamera compact tapi tidak mau repot menggunakan kamera DSLR. Pasar tersebut dengan sangat cepat ditelan oleh smartphone.

Perjanjian antara Olympus dan Japan Industrial Partners, rencananya bakal difinalisasi pada tanggal 30 September mendatang dan ditargetkan bakal mencapai kesepakatan pada akhir tahun 2020. Nantinya Japan Industrial Partners akan melanjutkan bisnis kamera di bawah merek Olympus. Mereka akan tetap membuat kamera dan menjual peralatan kamera, serta mempertahankan R&D dan fasilitas manufaktur di seluruh dunia. Yang terpenting, tetap menyediakan after-sales kepada pemilik kamera Olympus yang ada.

Olympus mengatakan telah melakukan apa yang bisa dilakukan untuk bertahan dan mengurangi biaya. Namun kerugian yang dialami divisi kamera Olympus selama tiga tahun berturut-turut dan tergerusnya pasar kamera oleh smartphone menjadi latar belakang keputusannya. Selain kamera, Olympus sendiri dikenal sebagai pembuat alat-alat kebutuhan medis yang mengandalkan lensa optik.

Sumber: DPreview

Panasonic Umumkan Lumix G100, Kamera Vlog Saingan Sony ZV-1

Bulan lalu, Sony mengumumkan lini produk baru kamera compact yang dirancang untuk aktivitas vlogging yakni Sony ZV-1. Sekarang giliran Panasonic yang baru saja mengumumkan Lumix DC-G100 (selanjutnya disebut G100) yang juga ditujukan untuk para vlogger.

Berbeda dengan Sony ZV-1, Lumix G100 merupakan interchangeable lens camera dengan sensor Micro Four Thirds 20MP tanpa low pass filter. Desainnya menganut gaya SLR seperti versi mini dari Lumix G series, dengan punuk yang menampung hot shoe di bagian atasnya dan electronic viewfinder 3.68 juta titik di depan. Serta, sudah dilengkapi port mikrofon sehingga bisa dengan mudah menggunakan mikrofon eksternal.

Hadir dengan dimensi 116x83x54 mm dan bobot 352 gram, saat berpasangan dengan lensa 12-32mm F3.5-5.6, ukurannya memang terbilang ringkas. Untuk memudahkan saat merekam video, layar sentuh 3 inci beresolusi 1.84 juta titiknya memiliki mekanisme fully articulated, di mana bisa ditarik keluar dan diputar ke depan.

Perlu dicatat bahwa Lumix G100 ini tidak memiliki in-body image stabilization (IBIS), melainkan menggunakan 5-axis hybrid image stabilizer saat merekam video (4-axis untuk 4K). Perekam video 4K tersedia pada 24p/30p hingga 10 menit dengan crop yang akan bertambah saat menggunakan image stabilization.

Sementara, pada resolusi 1080p mendukung sampai 60p. Hal yang cukup unik adalah tersedia banyak pilihan aspek rasio untuk video, termasuk format Instagram 4:5, 4:5, dan 9:16. Lalu, disediakan pula flat color profile Panasonic V-LogL untuk kelelusaan color grading saat post processing.

Soal audio, Lumix G100 menggunakan ‘OZO’ directional audio system rancangan Nokia. Dengan tiga mikrofon array, dua di depan dan satu di belakang. Kita bisa mengatur untuk merekam audio tepat di depan kamera, belakang atau menggunakan ketiganya untuk mendapatkan suara surround. Mikrofon di bagian depan juga dapat melacak wajah dalam mode face tracking dan memastikan suara kita terdengar sama.

Bila tertarik, Lumix G100 dengan lensa kit 12-32mm F3.5-5.6 dibanderol dengan harga US$749 atau sekitar Rp10,6 jutaan. Guna memudahkan aktivitas vlogging, Panasonic juga menghadirkan mini tripod DMW-SHGR1 yang dibanderol US$99 atau sekitar Rp1,4 juta.

Sumber: DPreview

[Review] Kingston Canvas React Plus SDR2 UHS-II: Media Kencang untuk Rekam Video 4K dan 8K

Dengan berkembangnya jaman, pengambilan foto dan video pun memerlukan sebuah media dengan kinerja yang tinggi. Jika tidak, perekaman video seringkali akan tersendat dan pengambilan foto pun juga tidak bisa tersimpan dengan cepat. Umumnya, konsumen menggunakan kartu SD untuk menyimpan segala perekaman video dan foto dari sebuah kamera. Dan untuk mengatasi hal tersebut, ternyata Kingston sudah memiliki solusinya.

Saat ini Kingston sudah memiliki sebuah kartu SD yang memiliki spesifikasi tinggi, yaitu UHS-II. UHS-II merupakan sebuah bus interface yang sudah distandarkan oleh SD Association. Dengan menggunakan interface ini, kecepatan yang dimiliki oleh sebuah kartu SD dapat mencapai 312 MB/s. Namun, kecepatan tersebut memang harus menggunakan reader khusus yang sudah mendukung UHS-II.

Kingston Canvas React Plus -

Kartu SD yang datang ke meja pengujian DailySocial adalah Kingston Canvas React Plus SDR2. Kingston sendiri mengklaim bahwa kartu SD ini mampu membaca data hingga 300 MB/s. Untuk merekam atau menulis data ke dalam SD, Kingston mengklaim bisa mencapai kecepatan 260 MB/s.

Kingston juga menyertakan sebuah card reader pada paket penjualannya. Reader ini tentunya sudah mendukung UHS-II, di mana saat ini masih sangat jarang ditemukan. Tentunya untuk mendapatkan kecepatan penuh, membutuhkan port USB 3.

Kartu SD yang saya dapatkan memiliki spesifikasi sebagai berikut

Kinston Canvas React
Kapasitas 128 GB
Standarisasi Class 10, UHS-II, U3, V90
Dimensi 24 x 32 x 2.1 mm
Dimensi Reader 51.8 x 33.5 x 9 mm

Unboxing

Seperti inilah paket penjualan dari Kingston Canvas React SDR2. Hanya terdapat kartu SD dan alat pembacanya saja pada paket penjualannya.

Kingston Canvas React Plus - Box

UHS-I vs UHS-II

Standar kecepatan yang dimiliki oleh Kingston Canvas React Plus kali ini adalah sekitar 300 MB/s. Dengan menggunakan interface UHS-II, tentu saja Kingston Canvas React Plus SDR2 memerlukan alat pembaca khusus agar dapat mencapai kecepatan yang diinginkan. Jika menggunakan reader biasa, kartu SD ini hanya akan terbaca dengan standar kecepatan dari UHS-I saja.

Kingston Canvas React Plus - UHS I UHS 2

UHS-I dan UHS-II memiliki konektor yang berbeda. Pada kartu UHS-II, ada tambahan delapan pin lagi yang berguna untuk meningkatkan kecepatan dari kartu SD tersebut. Jika kartu UHS-II digunakan pada alat pembaca yang hanya mendukung UHS-I, tentu saja kinerjanya akan sama dengan UHS-I. Hal itu dikarenakan pembaca UHS-I belum memiliki tambahan delapan pin.

Pengujian

Hal pertama yang saya lakukan pada saat Kingston Canvas React Plus SDR2 datang, tentu saja mencoba mengambil gambar melalui kamera. Kebetulan saya memiliki sebuah kamera mirrorless lawas. Dan ternyata, kamera saya dapat mengambil gambar dengan lancar tanpa terkendala apa pun.

Karena memiliki kapasitas 128 GB, tentu saja kartu SD ini sudah diformat dengan file system exFAT. File system ini sudah dikenal bisa diakses pada berbagai sistem operasi modern seperti Windows 10, MacOS, dan Linux. Mode burst pada kamera pun juga tidak memiliki masalah dan bisa berlanjut tanpa henti. Hal tersebut dikarenakan kartu ini memang memiliki kecepatan tulis yang kencang.

Sayangnya karena keterbatasan oleh peraturan PSBB, saya tidak bisa meminjam kamera rekan saya yang mampu merekam hingga 4K. Padahal, kartu SD ini mendukung standar V90 yang berarti mampu menulis pada kecepatan 90 MB/s. Oleh karena itu, pada artikel kali ini saya hanya akan menguji kinerjanya melalui software benchmark Crystal Disk Mark

CDM

Hasil yang saya dapatkan memang kurang lebih sama dengan yang dijanjikan, walaupun tidak mencapai 300 MB/s. Namun dengan kecepatan tersebut, pengguna bisa merekam video dengan resolusi tinggi seperti 8K, bahkan lebih jika nantinya ada standar baru. Dengan memiliki kartu Kingston Canvas React Plus ini seperti memiliki sebuah SSD kecil yang bisa dibawa ke mana saja.

Tidak hanya untuk kamera saja, dengan alat pembaca yang disertakan dalam paket penjualannya juga membuat Canvas React Plus SDR2 bisa digunakan untuk keperluan lain. Misalnya saja membutuhkan sebuah penyimpan eksternal yang kencang dan digunakan untuk kebutuhan bermain game pada PC dengan USB 3.0, tentu saja dengan kinerja yang ada sudah lebih dari cukup.

Verdict

Kebutuhan akan media penyimpanan memang semakin lama semakin meningkat. Tidak hanya kapasitasnya saja yang dibutuhkan, kecepatan penyimpanan stream tanpa hambatan pun juga semakin dicari. Untuk mengatasi hal seperti ini, Kingston hadir dengan Canvas React Plus SDR2 dengan standar UHS-II.

Kingston Canvas React Plus - 2

Kingston Canvas React Plus SDR2 memang memiliki kinerja yang sangat tinggi. Dengan alat pembaca yang ada pada paket penjualannya, membuat fungsionalitasnya bertambah dan bisa menjadi sebuah USB flash disk. Dengan kinerja yang saya dapatkan, membuat kartu SD ini bisa digunakan untuk keperluan gaming dan rendering, asalkan tersedia slot USB 3.

Kingston Canvas React Plus SDR2 juga sudah tersedia di pasar Indonesia. Kartu SD dengan kapasitas 128 GB ini dijual dengan harga Rp. 2.450.000 pada toko resmi mereka di Tokopedia. Dengan harga tersebut, tentu saja Canvas React Plus SDR2 128 GB cocok untuk para profesional.

Sparks

  • Kinerja tinggi dengan kecepatan lebih dari 260 MB/s
  • Termasuk alat pembaca SDXC UHS-II
  • Kapasitas besar dengan 128 GB
  • Backward compatibility

Slacks

  • Harga jual cukup tinggi untuk beberapa kalangan
  • Belum bisa digunakan secara maksimal pada sebagian besar perangkat yang ada saat ini

 

 

Tamron Umumkan Lensa Zoom 28-200mm F2.8-5.6 Di III RXD Untuk Sony E-Mount

Kalau bicara soal ekosistem lensa di sistem Sony E-Mount, bisa dibilang sudah sangat kuat. Terutama lensa native full frame-nya (FE) yang dikembangkan dengan sangat baik, tapi di sisi lain harga lensa Sony FE lumayan tinggi.

Alternatifnya kita bisa mempertimbangkan lensa buatan produsen pihak ketiga seperti Tamron. Baru-baru ini Tamron telah meluncurkan lensa zoom 28-200mm F2.8-5.6 Di III RXD untuk body kamera Sony dengan sensor full frame yang harganya relatif cukup terjangkau.

Ini adalah lensa sapu jagat yang serba guna, karena menawarkan rentang zoom yang sangat luas dari wide sampai ke tele. Meski begitu, dimensinya cukup ringkas dengan panjang 11,7cm dan bobotnya 576 gram.

Tamron 28-200mm F2.8-5.6 Di III RXD ini mengusung 18 elemen dalam 14 grup, termasuk elemen glass-molded aspherical, hybrid aspherical, extra low-dispersion (XLD), dan low-dispersion. Jarak fokus minimumnya 19,1cm di focal length 28mm dan 80cm di 200mm.

Sistem autofocus-nya menggunakan motor penggerak yang disebut RXD yang bekerja secara senyap sehingga ideal untuk merekam video. Diameter filternya berukuran 67mm, tahan lembab dan elemen depan memiliki pelapis fluorin yang secara efektif mengusir minyak dan air.

Rencanaya lensa Tamron 28-200mm F2.8-5.6 Di III RXD akan mulai tersedia di pasar global pada akhir bulan Juni dengan harga US$729 atau sekitar Rp10,3 jutaan. Namun karena covid-19, kemungkinan ketersediaannya akan tertunda.

Sumber: DPreview