Spotify Kini Hadirkan Playlist Terkurasi Khusus Podcast

Tahun demi tahun, koleksi playlist terkurasi Spotify terus bertambah. Buat sebagian besar orang, playlist terkurasi jauh lebih penting ketimbang banyaknya konten yang tersedia, sebab kalau bukan karena playlist, mencari konten yang menarik di tengah lautan konten seperti itu bukanlah pekerjaan mudah.

Itu untuk musik, bagaimana dengan podcast? Seperti yang kita tahu, Spotify sekarang juga memiliki katalog podcast yang masif. Kabar baiknya, Spotify baru saja meluncurkan lusinan playlist terkurasi khusus untuk podcast.

Playlist podcast ini unik untuk setiap negara. Sayang sejauh ini Spotify baru menyediakan playlist podcast untuk konsumen di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Swedia, Meksiko, dan Brasil. Kemungkinan playlist untuk negara-negara lain bakal menyusul seiring Spotify membentuk tim editorial lokal.

Yang sudah tersedia secara global saat ini adalah tiga playlist podcast yang Spotify sebut dengan istilah flagship playlists: Best Podcasts of the Week, Crime Scene dan Brain Snacks. Spotify bilang nantinya isi ketiga playlist ini juga akan dibedakan di setiap negara, dan semuanya akan diperbarui setiap minggunya.

Satu detail yang saya amati adalah, kecuali di Best Podcasts of the Week, isi suatu playlist podcast tidak melulu episode-episode terbaru. Episode dari bulan Januari pun ada yang diikutkan ke dalam playlist seandainya episode tersebut terlalu menarik untuk dilewatkan.

Sumber: Spotify.

 

Sonos Luncurkan Layanan Streaming-nya Sendiri, Sonos Radio

Sudah sejak lama Sonos menawarkan integrasi berbagai layanan streaming di speakerspeaker buatannya. Begitu banyaknya layanan yang terintegrasi, terkadang konsumen bingung harus memakai yang mana.

Untuk mengatasi problem tersebut, Sonos sudah punya solusinya. Mereka baru saja meluncurkan layanan streaming-nya sendiri yang bernama Sonos Radio. Layanan gratis ini pada dasarnya Sonos ciptakan untuk mempermudah aspek discovery, sebab Sonos Radio bisa langsung diakses dari aplikasi Sonos, tanpa perlu menyambungkan akun tambahan.

Namun Sonos tidak mau memaksa. Andai konsumen keberatan, mereka bebas menonaktifkan Sonos Radio di aplikasi. Sebaliknya, mereka yang belum berlangganan Spotify atau layanan streaming lain bisa langsung memperkerjakan speaker barunya dengan Sonos Radio, yang sejauh ini diklaim mencakup lebih dari 60.000 stasiun radio.

Sonos Radio

Sonos Radio sejatinya terbagi menjadi tiga segmen: Sonos Presents, Sonos Stations, dan Local Radio. Sonos Presents adalah kumpulan program radio orisinal yang Sonos siapkan sendiri, kurang lebih mirip seperti segmen radio Beats 1 yang ada di Apple Music. Semua yang tersaji di Sonos Presents dipastikan bebas dari interupsi iklan.

Sonos Stations di sisi lain tidak ubahnya kumpulan playlist musik berdasarkan genre, sedangkan Local Radio pada dasarnya memberikan akses ke beragam opsi streaming radio yang sudah tersedia sebelumnya, seperti misalnya TuneIn atau iHeartRadio. Tidak seperti segmen yang pertama tadi, Sonos Stations dan Local Radio masih disisipi iklan.

Mengapa Sonos merasa perlu menawarkan layanan streaming-nya sendiri? Selain alasan seputar discovery itu tadi, tidak menutup kemungkinan Sonos Radio diciptakan supaya konsumen Sonos jadi semakin loyal, supaya mereka tidak mangkir ke brand speaker lain. Tanpa harus terkejut, Sonos Radio hanya bisa diakses lewat speaker Sonos.

Sayangnya tidak semua bagian Sonos Radio sudah tersedia secara global. Yang sudah bisa diakses di seluruh dunia saat ini baru segmen Local Radio, sedangkan Sonos Presents yang berisikan program radio orisinal tersebut baru tersedia di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Irlandia, dan Australia.

Sumber: Sonos dan Wired.

Persaingan Industri Streaming di AS Makin Ketat, Netflix Tunjukkan Pertumbuhan Pesat di Pasar Internasional

Untuk pertama kalinya dalam 9 tahun berkiprah di industri streaming, Netflix merilis laporan finansialnya di pasar internasional. Meski besar di Amerika Serikat, Netflix rupanya juga menunjukkan pertumbuhan yang pesat di kawasan lain, terutama di kawasan Asia Pasifik.

Data dari laporannya menunjukkan bahwa pendapatan Netflix di kawasan Asia Pasifik selama dua tahun terakhir (sampai kuartal ketiga 2019) naik sebesar 153% menjadi $382 juta. Jumlah pelanggannya juga meningkat drastis menjadi 14,49 juta orang. Cukup mengesankan mengingat di Indonesia sendiri Netflix punya banyak pesaing.

Tren pertumbuhan yang positif ini semakin kelihatan saat melibatkan kawasan-kawasan lainnya. Dilansir Deadline, saat ini Netflix memiliki sekitar 158 juta pelanggan secara total, dan lebih dari separuhnya berasal dari luar AS, demikian pula 90% pertumbuhannya.

Kalau melihat pola pertumbuhan yang seperti ini, ditambah lagi semakin ketatnya persaingan industri streaming di AS dengan hadirnya sejumlah pemain baru seperti Disney+ dan HBO Max tahun depan, kita tidak perlu heran apabila ke depannya Netflix semakin giat membesarkan platform-nya di pasar internasional.

The Night Comes for Us

Di Indonesia sendiri, tahun lalu akhirnya kita melihat konten orisinal pertama yang berasal dari sineas lokal, yakni “The Night Comes for Us” yang dibintangi oleh aktor dan aktris ternama seperti Joe Taslim, Iko Uwais serta Julie Estelle. Netflix pun telah mengungkapkan komitmennya untuk memproduksi lebih banyak konten berbahasa Indonesia.

Belum lama ini, Netflix juga mengumumkan rencananya untuk menggandeng komunitas kreator konten lokal demi memperbanyak katalog konten orisinalnya di pasar tanah air. Konten orisinal memang menjadi senjata andalan Netflix dalam beberapa tahun terakhir. Mereka bahkan tidak segan berhutang sampai miliaran dolar demi memproduksi film dan serial yang hanya akan tayang secara eksklusif di platform-nya.

Dana pinjaman yang luar biasa besar ini rupanya tidak disia-siakan begitu saja. Berdasarkan laporan Variety, tahun 2019 ini saja Netflix merilis 371 konten orisinal yang mencakup film dan serial. Ini berarti setiap harinya ada lebih dari satu konten orisinal baru yang Netflix luncurkan. Seandainya setiap hari kita menonton satu film di Netflix, berarti sampai satu tahun pun belum semua konten orisinalnya selesai kita nikmati.

Jumlahnya pun naik lebih dari separuh jika dibandingkan dengan total 240 konten orisinal yang mereka rilis tahun lalu. Tahun depan, sudah semestinya jumlahnya akan bertambah lagi. Pasalnya, seperti yang saya bilang tadi, persaingan di industri streaming bakal semakin ketat, dan konten orisinal merupakan salah satu trik paling jitu untuk mencegah konsumen membatalkan langganan dan berpindah ke platform pesaing.

Sumber: Variety. Gambar header: Freestocks.org via Unsplash.

 

YouTube Music Luncurkan Tiga Personalized Playlist Guna Menghadirkan Sajian Segar Setiap Minggunya

Katalog musik yang masif merupakan salah satu alasan mengapa Spotify begitu populer. Namun semua itu kurang berarti apabila yang konsumen putar hanyalah deretan lagu yang sedang hit, dan itulah mengapa Spotify turut menyediakan playlist macam Discover Weekly, Daily Mix, atau Release Radar.

Sebagai pemain baru, wajar apabila YouTube Music akhirnya belajar dari keberhasilan Spotify. Mereka baru saja merilis tiga personalized playlist untuk semua pengguna di seluruh dunia: Discover Mix, New Release Mix, dan Your Mix. Sama seperti di Spotify, ketiganya akan diperbarui secara rutin.

Lewat Discover Mix, YouTube Music bermaksud memperkenalkan kita dengan deretan musisi yang belum pernah kita dengar namanya sekali pun. Playlist ini juga akan menyajikan sejumlah lagu yang kurang begitu dikenal dari musisi-musisi yang cocok dengan selera kita masing-masing. Total ada 50 lagu pada Discover Mix, dan update-nya akan dirilis setiap hari Rabu.

Untuk New Release Mix, yang dijadikan suguhan adalah kumpulan lagu terbaru dari musisi-musisi favorit kita masing-masing, ditambah beberapa dari yang YouTube yakini bakal kita suka juga. Playlist ini juga akan diperbarui setiap minggu, tepatnya pada hari Jumat.

Terakhir, Your Mix dirancang untuk di saat kita hanya sekadar ingin memutar lagu-lagu kesukaan. Mayoritas isinya adalah lagu-lagu favorit masing-masing konsumen, akan tetapi lagi-lagi YouTube juga menyelipkan beberapa yang belum kita kenal, tapi yang dirasa sesuai dengan selera.

Seperti halnya di Spotify, racikan algoritma YouTube Music di ketiga playlist ini akan bertambah bagus seiring penggunaan. Semakin sering kita streaming, semakin pandai pula algoritmanya dalam mengenali selera kita.

Sumber: YouTube.

Plex Luncurkan Layanan Streaming Film Gratis untuk Semua Pengguna

Aplikasi media streamer populer Plex punya persembahan spesial bagi para konsumennya. Mereka baru saja meluncurkan layanan streaming film ala Netflix, dan yang istimewa, layanan ini dapat diakses secara cuma-cuma oleh seluruh pengguna tanpa terkecuali, bukan cuma mereka yang berlangganan paket premiumnya saja.

Layanan streaming-nya ini dapat diakses langsung dari aplikasi Plex yang tersedia di beragam perangkat dan platform, termasuk dari browser di komputer atau laptop. Selama Anda sudah mempunyai akun Plex, Anda dapat langsung menikmati suguhan film-filmnya secara gratis.

Plex free streaming service

Sesuai dugaan, layanan ini sifatnya ad-supported, yang berarti sesi menonton akan sesekali diinterupsi oleh iklan. Kabar baiknya, jumlah iklannya diperkirakan hanya sekitar sepertiga dari iklan yang umumnya membanjiri layanan TV kabel tradisional.

Keistimewaan layanan streaming Plex ini adalah terkait ketersediaannya. Kepada TechCrunch, Plex bilang bahwa layanan streaming-nya sudah bisa diakses oleh konsumen dari 220 negara. Selama ini, ekspansi internasional memang selalu menjadi kekurangan utama layanan streaming karena harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti hak distribusi film dan lain sebagainya.

Plex free streaming service

Meski demikian, layanan dari Plex ini bukanlah tanpa kekurangan. Meski mereka menjanjikan katalog yang amat beragam, mulai dari dokumenter sampai film musikal India, nyatanya belum semua dapat saya jumpai. Untuk konsumen Indonesia, mayoritas konten yang tersedia saat ini adalah film-film lawas, dan sebagian besar judulnya tidak saya kenal karena memang bukanlah film-film yang populer.

Problem ini tentunya akan dibenahi seiring berjalannya waktu, dan Plex sendiri juga berkomitmen untuk menambahkan lebih banyak konten lokal. Untuk sekarang, nampaknya saya masih akan lebih sering membuka Plex untuk mengakses koleksi film yang tersimpan di hard disk ketimbang yang dapat di-stream secara online.

Sumber: Plex.

Hardware Perdana Spotify, Sebuah Aksesori Mobil Berbekal Smart Assistant, Resmi Diuji Coba

Apa kabar hardware perdana dari Spotify? Setelah cukup lama dirumorkan, Spotify akhirnya buka-bukaan soal itu. Mereka baru saja mengumumkan rencananya untuk menguji coba hardware pertamanya, yakni sejenis aksesori mobil berbekal integrasi smart assistant yang mereka juluki Car Thing.

Perangkat ini menancap ke mobil via colokan 12 volt, sama seperti charger, sedangkan sambungan Bluetooth menjadi perantaranya dengan head unit mobil sekaligus smartphone pengguna. Dari situ pengguna dapat mengoperasikannya via perintah suara, diawali dengan mantra “Hey, Spotify”.

Selain itu, perangkat juga dilengkapi empat buah tombol yang berfungsi untuk memberikan akses cepat ke playlist masing-masing pengguna. Terakhir, di sisi kirinya ada layar membulat sebagai indikator visual. Tentu saja perangkat ini hanya bisa digunakan oleh para pelanggan Spotify Premium.

Yang mungkin tidak sesuai harapan adalah tujuan dari program uji coba hardware ini. Spotify bilang bahwa perangkat ini mereka ciptakan untuk mempelajari kebiasaan para penggunanya dalam mendengarkan musik dan podcast. Fokus mereka adalah menjadi platform audio nomor satu, bukan menggarap hardware.

Spotify juga mengingatkan bahwa mereka belum berencana mengomersialkan produk ini. Intinya, perangkat ini bisa diproduksi secara massal, bisa juga tidak, semua tergantung pada hasil pengujian dan pertimbangan-pertimbangan Spotify nantinya. Namun kalau buat saya pribadi, menyeriusi bidang hardware sebenarnya juga bisa menjadi salah satu cara Spotify mengejar titel platform audio terbesar.

Lebih lanjut, Car Thing juga bukan satu-satunya hardware yang digarap Spotify. Mereka sendiri bilang ada kemungkinan mereka menciptakan perangkat serupa, tapi untuk konteks rumahan. Jadi jangan heran apabila ke depannya mereka mengumumkan program uji coba yang sama untuk perangkat bernama Voice Thing atau Home Thing.

Untuk sekarang, fokus mereka baru buat Car Thing. Program uji cobanya sendiri bakal dilaksanakan dalam beberapa minggu ke depan di Amerika Serikat bersama sekelompok kecil pengguna Spotify Premium yang terpilih.

Sumber: The Verge dan Spotify.

Layanan Streaming Film Disney+ Resmi Diperkenalkan

Setelah dinantikan sejak cukup lama, Disney akhirnya resmi memperkenalkan layanan streaming filmnya, Disney+. Layanan ini nantinya bakal bersaing langsung dengan Netflix, dan rencananya bakal tersedia di Amerika Serikat mulai 12 November 2019, kemudian menyusul ke negara-negara lainnya secara berkala.

Bersaing dengan pihak dominan (Netflix) tentu saja bukan tugas yang mudah, namun Disney sudah menyiapkan sejumlah strategi. Yang pertama, mereka mematok tarif berlangganan yang sangat terjangkau: cuma $7 per bulan, hampir separuh tarif standar Netflix di angka $13 dan se. Di samping tarif bulanan, Disney turut menyediakan tarif tahunan seharga $70.

Strategi yang kedua adalah masalah konten, utamanya konten orisinal, yang juga menjadi amunisi utama Netflix selama ini. Di sini tampak bagaimana Disney betul-betul memaksimalkan koleksi IP (intellectual property) mereka, menyulap franchise yang sukses di layar lebar menjadi serial eksklusif untuk pelanggan Disney+.

Disney+

Sejumlah judul yang sudah direncanakan mencakup “WandaVision” yang mengisahkan duo superhero dari franchise Avengers, disusul oleh “Falcon and Winter Soldier”, serta satu serial lain yang bakal berfokus pada sang tokoh antagonis, Loki.

Anda lebih suka Star Wars daripada MCU (Marvel Cinematic Universe)? Bersiaplah menanti kehadiran serial berjudul “The Mandalorian”. Di luar dua franchise itu, Disney+ juga bakal menjadi rumah atas serial berbasiskan film animasi Monsters Inc., serta High School Musical.

Disney juga tak lupa memanfaatkan aset yang baru dibelinya dari Fox; sebanyak 30 season The Simpsons nantinya akan tayang secara eksklusif melalui Disney+. Semua ini belum membahas mengenai film-film box office yang sudah dan akan tayang di bioskop di tahun 2019 ini (Captain Marvel, Avengers: Endgame, Toy Story 4, Frozen II, Aladdin, The Lion King), yang semuanya dipastikan bakal tergabung dalam suguhan lengkap Disney+.

Sebagai raksasa di dunia hiburan, Disney memang punya bekal yang sangat mencukupi untuk melancarkan bisnis streaming filmnya sendiri. Kendati demikian, mereka rupanya juga tidak segan ‘membakar uang’ demi menghasilkan segudang konten orisinal. Perkiraan Disney, mereka baru akan meraup laba dari Disney+ mulai tahun 2024.

Sumber: Variety.

Apple Bakal Hapuskan Fitur Connect dari Apple Music

Saat diumumkan pertama kali tiga tahun silam, Apple Music dideskripsikan sebagai aplikasi dengan tiga ‘nyawa’: layanan streaming musik, siaran radio live, dan wadah komunikasi antara musisi dan para penggemarnya. Sayangnya, nyawa ketiganya yang dinamai Apple Music Connect ini tidak akan bertahan lama.

Berdasarkan informasi yang diterima 9to5Mac, Apple baru saja mengirim pemberitahuan kepada para musisi bahwa mereka bakal menghapuskan fitur Connect dari layanannya. Efektif per tanggal 13 Desember 2018, musisi tak lagi bisa mengunggah konten ke Apple Music Connect.

Konten yang sebelumnya sudah diunggah masih bisa diakses oleh para pelanggan Apple Music, tapi hanya melalui hasil pencarian, dan cuma sampai 24 Mei 2019. Sebagai gantinya, Apple menghadirkan tampilan baru untuk Artist Page, beserta fitur Artist Radio yang terpersonalisasi.

Apple Music Connect memang bukanlah fitur yang populer, bahkan di kalangan pelanggan layanan itu sendiri. Buktinya, ketika iOS 10 diluncurkan, Apple Music mendapat tampilan baru, dan di saat yang sama Connect tak lagi mendapat porsi tab tersendiri seperti sebelumnya.

Ini bukan pertama kalinya Apple gagal mengintegrasikan fitur sosial pada layanan musik digitalnya. Nasib Apple Music Connect sejatinya tidak jauh berbeda dari iTunes Ping yang hanya berusia dua tahun saja, sebelum akhirnya digantikan oleh integrasi Facebook dan Twitter.

Namun itu bukan berarti Apple Music jadi benar-benar miskin fitur sosial. Connect, sesuai namanya, hanya dirancang untuk menjembatani musisi dan para penggemarnya. Di luar itu, para pengguna Apple Music masih bisa saling mengikuti satu sama lain dan saling bertukar rekomendasi.

Sumber: 9to5Mac.

Setelah Spotify, Waze Hadirkan Integrasi 7 Aplikasi Streaming Lain

Maret tahun lalu, Waze menghadirkan integrasi Spotify demi memudahkan para pengemudi mobil untuk menikmati musik favoritnya selagi di jalanan. Kemudian belum lama ini, Google Maps menyusul dengan integrasi serupa, tapi yang mencakup Apple Music dan Google Play Music sekaligus.

Sebagai pencetus idenya, Waze memutuskan untuk semakin mematangkan fitur pemutar audio ini. Di samping Spotify, Waze baru saja kedatangan tujuh integrasi layanan streaming lain: Pandora, iHeartRadio, NPR, Deezer, Stitcher, Scribd, dan TuneIn, menyajikan pilihan konten audio yang lengkap, mulai dari musik, podcast, audiobook sampai radio.

Sama seperti sebelumnya, integrasi ini juga berlaku sebaliknya; panduan navigasi Waze masih bisa dipantau melalui deretan aplikasi streaming tersebut. Tentunya pengguna perlu meng-install versi terbaru Waze maupun aplikasi streaming yang hendak digunakan.

Waze Audio Player / Waze

Setelahnya, pengguna harus menyambungkan Waze dengan aplikasi streaming-nya terlebih dulu. Sinkronisasi ini cuma perlu dilakukan satu kali, dan selanjutnya pengguna tinggal memilih hendak memutar konten dari layanan yang mana.

Perlu dicatat, fitur ini masih berstatus beta, dan integrasinya belum tersedia sepenuhnya baik pada platform Android maupun iOS. Integrasi Deezer, misalnya, baru tersedia di iOS, sedangkan TuneIn untuk sementara hanya bisa dinikmati para Wazer yang menggunakan perangkat Android.

Peluncuran globalnya dijadwalkan bakal berlangsung dalam beberapa minggu ke depan. Namun kalau memang sudah tidak sabar mencoba, Anda bisa mendaftar sebagai beta tester guna menikmati jatah lebih awal.

Sumber: Waze.

Netflix Rela Berutang Miliaran Dolar Demi Terus Menambah Katalog Konten Orisinalnya

Beberapa hari terakhir ini media sosial saya dibanjiri post seputar “The Night Comes for Us”. Bagi yang tidak tahu, film yang penuh adegan berdarah-darah ini populer karena sederet nama besar yang membintanginya; mulai dari Joe Taslim sebagai pemeran utamanya, Iko Uwais, Julie Estelle sampai Dian Sastrowardoyo.

Namun daya tarik lain yang lebih penting menurut saya adalah fakta bahwa ini merupakan film Indonesia pertama yang masuk jajaran “Netflix Original”. Netflix Original pada dasarnya merupakan kumpulan film dan serial yang diproduksi oleh Netflix dan ditayangkan secara eksklusif melalui layanan streaming tersebut.

Katalog konten orisinal Netflix saat ini sudah sangat besar. Ini dikarenakan Netflix tidak segan untuk ‘bakar duit’ demi menawarkan sesuatu yang berbeda dari kompetitor, yang pada akhirnya diharapkan bisa mendatangkan lebih banyak pelanggan – di kuartal ketiga tahun ini, Netflix berhasil menggaet 7 juta pelanggan baru.

The Night Comes for Us

Pertanyaannya, dari mana Netflix mendapatkan uang sebanyak itu? Tidak mungkin hanya dari pendapatannya, bukan? Benar sekali. Netflix rupanya rela berutang demi merealisasikan lebih banyak konten orisinal. Besaran utangnya tidak main-main; baru-baru ini, Netflix berencana untuk menggalang dana (baca: berutang) senilai $2 miliar guna menambah amunisi kontennya.

Menurut Variety, ini adalah keenam kalinya dalam empat tahun Netflix menggalang pendanaan di atas $1 miliar. Per 30 September kemarin, total utang jangka panjang Netflix mencapai angka $8,34 miliar. Netflix sungguh tidak main-main soal investasi konten orisinal mengingat jumlah layanan pesaing yang berpotensi mengusik dominasinya bakal bertambah banyak, salah satunya dari Disney.

Kepada para investornya, Netflix bilang bahwa teknik ‘bakar duit’ ini masih akan terus mereka lancarkan paling tidak sampai setahun lagi. Bagi kita sebagai konsumen, ini berarti tontonan eksklusif yang menanti kita di Netflix masih banyak, termasuk karya-karya sineas lokal seperti The Night Comes for Us itu tadi.

Sumber: Variety via TechCrunch.