Tiga Tipe Pemilik Startup yang Wajib Dihindari

Maraknya kehadiran startup saat ini telah melahirkan banyak pendiri dan pemilik startup yang memiliki ide segar, teknologi terkini, dan produk yang menarik.

Dari sekian banyak pendiri startup saat ini, hanya sebagian saja yang masuk dalam kategori enthusiast founder, atau pendiri startup yang memliki kecintaan cukup besar terhadap startup yang dimiliki. Tipe pendiri startup seperti ini, biasanya enggan untuk menyerah ketika mulai mengalami kendala dan selalu berhasil menghadirkan inovasi baru untuk kemajuan startup sekaligus memberikan manfaat lebih kepada orang banyak.

Artikel berikut ini akan membahas tiga jenis pemilik startup yang wajib dihindari karena memiliki tujuan dan sikap yang kurang sesuai dengan karakter pendiri startup yang ideal.

Hanya ingin menjadi “founder”

Berawal dari mengikuti tren dan sekedar mencoba saat ini masih banyak pendiri startup yang membangun startup hanya demi mengejar title atau jabatan yang bergengsi sebagai Founder. Tipe pendiri startup seperti ini biasanya tidak memiliki tujuan dan rencana jangka panjang, namun hanya fokus kepada status dan popularitas, ketika berhasil mendapatkan pendanaan dari investor ternama, telah meluncurkan startup dan diliput oleh berbagai media.

Menjadi seorang pendiri startup merupakan tanggung jawab besar, memerlukan proses,dan rencana jangka panjang. Tidak hanya bersifat sementara atau “in the moment” saja.

Cenderung “lari” ketika mendapatkan masalah

Untuk membangun startup dibutuhkan kemampuan, kesabaran dan dedikasi yang tinggi, ketika pendiri startup hanya memikirkan cara cepat untuk keluar dari permasalahan atau hanya memikirkan exit strategy, bisa jadi pendiri startup tersebut tidak memiliki cukup ambisi dan keinginan untuk menjalankan bisnis startup.

Tipe pendiri startup seperti ini biasanya juga akan gampang menyerah ketika dihadapkan dengan masalah atau tantangan dan cenderung lari atau menghindar ketimbang mencari solusi terbaik untuk terus menjalankan bisnis. Keberhasilan sebuah startup sepenuhnya tergantung dari keyakinan dan kemampuan pendiri mencari solusi terbaik ketika sedang mengalami kesulitan.

Hanya mengejar keuntungan

Idealnya ketika startup didirikan harus memiliki nilai dan bagaimana layanan serta produk yang ada bisa memberikan kontribusi untuk orang banyak. Meskipun mendapatkan keuntungan atau profit merupakan tujuan utama dari sebuah startup, namun jika tidak dibarengi dengan visi dan misi yang bernilai akan menjadikan Anda pendiri startup yang hanya memikirkan kepada keuntungan saja.

Tipe pendiri startup seperti ini biasanya akan menghiraukan cara-cara yang tepat untuk membangun bisnis dan hanya fokus kepada mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Bukan hanya mengejar kesempatan dan popularitas saja, tipe pendiri seperti ini akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Kiat Memastikan Tidak Mengulangi Kesalahan Saat Memimpin

Semua orang tidak pernah luput dari kesalahan, sekalipun seorang pemimpin. Sebab setiap kesalahan yang diambil seorang pemimpin, bisa jadi berdampak fatal ke depannya. Untuk meminimalkan kesalahan, salah satu hal penting yang perlu Anda terapkan adalah tidak terlalu keras pada diri sendiri. Bila sudah terlanjur melakukan kesalahan, bagaimana cara memimalisir untuk tidak mengulanginya kembali?

Artikel berikut ini akan memfokuskan pada cara apa saja yang perlu Anda pastikan agar tidak mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya.

Ubah pendekatan

Jika menginginkan hasil yang berbeda, cobalah untuk mengubah cara pendekatan Anda. Berangkat dari kesalahan terdahulu, gunakan kesempatan tersebut untuk belajar suatu hal baru. Agar potensi Anda melakukan kesalahan yang sama bisa dikurangi.

Kenali sebab dan pertandanya

Ketika Anda melakukan kesalahan sama dan terus menyalahkan situasi, pada akhirnya akan terus berakhir di kondisi yang sama. Akar masalahnya mungkin karena Anda kurang percaya diri, menyebabkan evaluasi yang buruk dan mendorong Anda ke situasi yang sama.

Maka dari itu, solusi yang paling tepat untuk adalah mengambil langkah mundur dengan mencari akar penyebabnya.

Selalu evaluasi diri

Dengan rajin mengevaluasi diri, Anda berarti mengambil langkah mundur demi melihat gambaran besar dari seluruh akibat dari tindakan dan mencoba untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Sebaiknya Anda bertanya pada diri sendiri, hal berbeda apa saja yang bisa Anda lakukan di lain waktu, kelemahan apa yang menyebabkan Anda melakukan kesalahan, dan sebagainya.

Dari evaluasi, Anda akan memahami proses sebab dan akibat. Jika Anda tahu bahwa setiap tindakan yang Anda ambil saling mengikat satu sama lain, ini akan membuat Anda jadi lebih mudah menghindari kesalahan.

Ikuti naluri

Setelah Anda membuat kesalahan, Anda harus meluangkan waktu untuk melihat ke belakang dan mengidentifikasi apa yang salah. Mungkin Anda memutuskan untuk bekerja dengan tipe klien yang ideal, oleh karenanya buatlah catatan kecil hal-hal apa saja yang Anda abaikan.

Jika naluri memberi tahu Anda untuk berhati-hati, hentikanlah untuk bekerja dengan klien tersebut. Sebab naluri itu pada dasarnya akan selalu melindungi Anda dari kesalahan yang sebelumnya telah terjadi.

Keputusan Penting yang Wajib Dicermati Founder

Keputusan yang tepat mempengaruhi kelancaran startup, apakah itu memilih pegawai yang tepat, model bisnis hingga menentukan target pasar dan tujuan ke depannya. Tugas Anda sebagai pemilik startup menjadi krusial dalam hal pengambilan keputusan hingga melangkah ke tahapan selanjutnya di perusahaan, jika salah atau terlambat bisa mempengaruhi jalannya bisnis.

Sudah banyak perusahaan ternama yang terpaksa gulung tikar karena kurang peka terhadap tren, kondisi hingga teknologi. Sebut saja Kodak dan Blockbuster yang terpaksa harus tutup karena gagal untuk menjalankan bisnis menyesuaikan kondisi yang ada sehingga kurang tepat saat mengambil keputusan.

Artikel berikut ini akan membahas 4 cara tepat yang wajib dicermati saat mengambil keputusan untuk perusahaan.

Keputusan merekrut pegawai

Cara yang diambil oleh Google untuk melakukan perekrutan hingga menerapkan kultur perusahaan dengan memberikan fasilitas lengkap kepada pegawai, mungkin terlihat sedikit berlebihan. Namun cara tersebut terbukti berhasil menarik perhatian kandidat yang tepat dan berkualitas tinggi sehingga terciptanya tim yang solid. Dalam hal ini Anda pemilik startup berhak untuk menentukan seperti apa kultur perusahaan yang bakal diterapkan, namun cermati dengan baik kandidat yang akan direkrut.

Keputusan menentukan target pasar

Saat startup mulai dibangun kebanyakan pemilik startup cenderung kurang fokus dalam hal menentukan target pasar. Layanan atau produk “fits for all” akhirnya tercipta dan banyak yang berakhir gagal. Temukan target pasar yang tepat dan tentunya sesuai dengan model bisnis yang dimiliki. Jika Anda memutuskan untuk tampil lebih “niche” atau fokus kepada pasar tertentu hal tersebut sah-sah saja. Namun pastikan telah tervalidasi dan memiliki cukup konsumen yang bersedia untuk menggunakan dan membayar layanan atau produk yang Anda hadirkan.

Keputusan saat mengalami kegagalan

Sudah banyak startup yang mengalami kegagalan di masa awal, untuk itu siapkan mental Anda sebagai pemilik jika kegagalan terjadi. Tentukan langkah yang tepat secara cepat, jalur yang selanjutnya akan diambil, apakah memutuskan untuk pivoting atau mulai dari awal dengan pendekatan yang berbeda. Yang perlu diingat adalah, kegagalan merupakan tanda bahwa apa yang Anda tawarkan saat ini tidak berhasil.

Keputusan untuk menentukan tujuan

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menentukan tujuan yang tepat, mulai dari membuat rencana secara bertahap, menentukan tonggak pencapaian dan menciptakan strategi pertumbuhan yang terstruktur agar Anda bisa membawa bisnis saat ini lebih baik lagi di masa depan. Dengan menentukan keputusan yang tepat, tidak hanya pertumbuhan yang baik yang akan Anda raih, namun juga efisiensi dan potensi untuk berhasil.

Pahami Tiga Prinsip Ini Sebelum Mendirikan Startup

Ketika Anda menjalankan bisnis, saran terbaik yang perlu Anda lakukan sebagai pemilik, pendiri, eksekutif dari perusahaan startup adalah mendengar masukan sebanyak mungkin dan mengimplementasikan usulan yang paling relevan dengan skenario Anda.

Kesalahan umum seperti mengabaikan kebutuhan pelanggan, hanya merekrut talenta berdasarkan resume yang impresif saja, dan fokus pada mencari keuntungan merupakan beberapa yang harus Anda hindari sebelum mendirikan startup.

Artikel ini akan fokus membahas tiga prinsip yang perlu Anda perhatikan sebelum mendirikan startup. Berikut rangkumannya:

Tentukan identitas perusahaan Anda

Saat pertama kali memulai, Anda mungkin tergoda untuk mendasarkan diri pada produk yang dimiliki, apa adanya, dan peduli pada penampilannya. Anda beranggapan hal tersebut bakal membuat perusahaan jadi menonjol. Atau bisa jadi, Anda menemukan diri setelah mendefinisikan perusahaan berdasarkan pesaing Anda. Ini adalah sebuah kesalahan, sebab lambat laun akan memaksa Anda untuk bersikap reaktif, bukan proaktif.

Sebaiknya Anda pusatkan perhatian pada pelanggan terlebih dahulu. Pahami dan hargai pengaruh mereka terhadap kesuksesan perusahaan. Dengan memperhatikan apa yang dikatakan pelanggan tentang produk Anda di online, email, atau media sosial, membuat Anda jadi lebih siapa memenuhi permintaan mereka.

Sebelum Anda dapat menentukan atau mendefinisikan ulang tentang startup Anda, sebaiknya Anda harus tahu siapa pelanggan dan apa yang mereka inginkan. Jika tidak, Anda akan selalu bereaksi terhadap tren pasar, bukan menciptakan tren.

Media sosial adalah salah satu cara terbaik untuk terlibat dengan pelanggan lewat percakapan dua arah. Setelah Anda membangun basis pelanggan, pastikan untuk rajin meninjaunya secara berkala. Beri kesempatan pada pelanggan untuk meninjau produk dan saran yang perlu Anda lakukan untuk masa depannya.

Pilih karakter dan kepribadian talenta

Jangan remehkan dampak dari budaya perusahaan. Seberapa baik talenta baru bergaul dengan teman sebayanya sama pentingnya dengan keahlian mereka, tidak peduli seberapa mengesankan resume yang dimilikinya. Keterampilan itu bisa diajarkan dan dipelajari, namun tidak bagi karakter dan kepribadian.

Selagi talenta masih muda, sangat penting untuk membentuk karakter dan kepribadian karena saat mereka sudah capai di tingkat profesional, kepribadian dan karakternya telah terbentuk dengan baik.

Seseorang yang cocok dengan perusahaan tapi kurang memiliki keterampilan yang kurang mumpuni, pada bagaimanapun juga dapat diajarkan untuk memperbaiki wilayah tersebut.

Saat Anda merekrut talenta baru, perhatikan hal tersebut. Ada sisi positif dan negatifnya ketika Anda memutuskan untuk merekrut talenta lewat bantuan agensi. Di satu sisi, Anda akan menghemat lebih banyak waktu dan tenaga, tapi daya kontrol terhadap talenta yang diinginkan jadi kurang maksimal.

Fokus pada tim, bukan uang

Sebagai pemilik bisnis, secara alami Anda akan fokus pada keuangan perusahaan. Ini cukup dimaklumi, sebab tanpa uang, Anda tidak dapat membuat produk atau merekrut talenta untuk menjual produk tersebut. Namun bila hanya terfokus pada uang saja, perusahaan akan gagal.

Anda harus memprioritaskan dua hal daripada uang, yakni pelanggan dan talenta. Bangun produk yang memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan daripada menjual produk laris yang sudah dahulu laku di pasar niche lainnya. Fokuslah pada produk yang diminta konsumen, sebab hal ini adalah cara terbaik mendapatkan penjualan dan meningkatkan margin keuntungan.

Kemudian, fokuskan diri Anda untuk talenta/karyawan. Tanpa bantuan tim, bisnis Anda mungkin tidak akan berjalan. Dengan mendengarkan tim, Anda memastikan bahwa Anda selalu memiliki orang baik di belakang untuk memproduksi, mengemas, memasarkan, dan mengirimkan produk yang memberi keuntungan dan membayar tagihan.

Uang mungkin ada di depan baris dari dasar pemikiran Anda, tapi sebelumnya harus pastikan bahwa Anda juga menjaga posisi orang-orang di belakang tetap berada di nomor satu. Tanpa pelanggan dan karyawan, bisnis hanya sebatas mimpi.

Lima Cara Menjadi Pemimpin Startup yang Tegas Tanpa Perlu Menuntut

Bersikap tegas dalam lingkungan kerja adalah bakat yang tidak bisa dikuasai oleh banyak orang, sebab ketegasan memiliki garis yang sangat tipis antara rasa ingin mendorong atau menuntut ketika rekan kerja Anda tidak mendengarkan arahan dari Anda.

Agar dapat membedakan dua sikap tersebut, lebih baik Anda pelajari lagi definisi dari keduanya. Bersikap tegas berarti Anda menyatakan pendapatan dengan cara yang tenang dan santai, sekaligus menjaga pintu tetap terbuka untuk oposisi dan diskusi. Fokus utama di sini adalah tidak peka terhadap pemikiran orang lain, sementara Anda juga memastikan pemikiran Anda sendiri terwakili dengan jelas.

Bersikap tegas memberikan dampak komunikasi yang sehat, mendorong rekan kerja untuk berpartisipasi. Di sisi lain, bersikap agresif yang cenderung menuntut berdampak pendapat jadi tetap terdengar juga, namun sangat nyaring sehingga membuat orang lain jadi merasa terancam untuk diacuhkan.

Tidak ada kesepakatan atau diskusi bersama ketika Anda bersikap menuntut, sebab pendapat orang lain Anda abaikan sama sekali. Tentunya, ini akan menyebabkan lingkungan kerja jadi tidak sehat karena hubungan kerja jadi canggung dan tidak mudah percaya.

Lalu, Anda pun juga mengambil keuntungan mengingat posisi Anda adalah tertinggi dengan “memaksa” rekan kerja untuk sepakat dengan pendapat Anda. Apakah sikap seperti ini akan membantu Anda dalam jangka panjang? Jawabannya tentu saja tidak.

Artikel ini akan lebih jauh membahas cara apa saja yang perlu dilakukan seorang pemimpin yang tegas tanpa perlu menuntut.

Banyak mendengar

Menjadi pendengar yang baik adalah sifat penting yang perlu dikuasai oleh setiap pemimpin. Biarkan tim Anda tahu bahwa mereka memiliki suara dan menyadari suara mereka penting bagi perusahaan, namun pastikan Anda tidak membiarkan suara Anda sendiri tidak tenggelam.

Untuk itu lakukanlah sesi brainstorming secara berkala, saat Anda duduk bersama tim dan mencoba untuk menangkis gagasan pro dan kontra yang muncul di sana. Langkah ini tidak hanya memberi Anda kesempatan untuk berbagi pemikiran dan pendapat sendiri, tapi membiarkan tim mengetahui bahwa pendapat mereka itu ternyata dipertimbangkan oleh Anda.

Mengajukan permintaan

Langkah kedua, bagaimana Anda mendekati tim kerja ketika ingin membicarakan tugas yang harus mereka selesaikan. Lalu bagaimana sikap seperti apa yang bisa mengkategorikan Anda sebagai atasan yang tegas atau banyak menuntut?.

Untuk menjawab ini, Anda disarankan untuk mengajukan permintaan. Misalnya, bertanya “Apakah kamu bisa selesaikan tugas ini sampai Jumat?” dan tunggu respon dari mereka. Jika mereka menerima tugas tersebut, maka tugas Anda berikutnya adalah memonitor kemajuan mereka dari waktu ke waktu.

Jika mereka mengatakan tidak, tanyakan apa alasannya dan coba cari cara untuk menyelesaikannya tepat waktu. Mungkin bentuk kalimat pertanyaan yang bisa Anda lemparkan kepada tim bisa seperti ini, “Kita harus selesaikan tugas sampai Jumat pekan ini. Saya tahu ini sulit, namun adakah cara untuk melakukannya?”.

Lemparkan pertanyaan

Naluri pertama ketika Anda menghadapi situasi yang kurang menguntungkan adalah menuduh, mengarahkan jari, mencari pelaku, dan meminta penjelasannya. Bagaimana kalau tindakan seperti itu dihilangkan, ganti dengan pertanyaan “Ada apa ini, mengapa ini terjadi?” ke hadapan orang yang bertanggung jawab. Kemudian, Anda juga bisa bersama-sama dengan pihak yang bertanggung jawab untuk memperbaiki situasi tanpa perlu menunjukkan sikap memberontak sama sekali.

Banyak mengamati

Kunci menuju kesuksesan adalah Anda kenal audiens sendiri. Untuk itu, Anda perlu belajar mengamati dan bermain dengan kecerdasan emosional. Lihat apa yang sesuai untuk tim Anda, bagaimana reaksinya terhadap skenario pengujian dan improvisasinya dari sana.

Memotivasi dan memimpin

Sangat mudah untuk mendelegasikan dan menghilangkannya dari skenario cara kepemimpinan Anda. Tapi ini tidak akan membantu Anda dalam jangka panjang. Bersikap tegas berarti Anda ingin menyelesaikan sesuatu dengan cara yang benar sesuai keinginan. Jadi pastikan Anda menemui satu-satu tim Anda demi memberi dorongan kepada mereka ke arah yang benar. Beri apresiasi atas pencapaian mereka, pantau pertumbuhan, dan biarkan mereka belajar dari kesalahan sendiri.

Lima Beban Psikologis Ketika Menjadi Pengusaha

Dunia kewirausahaan sering diidentikkan dengan sangat menarik bahkan sampai mewah, apalagi perusahaan tersebut telah sukses dan menjadi raksasa. Akan tetapi, ada sisi gelap yang seringkali tidak dipublikasikan ke khalayak luas.

Pengusaha sukses yang beredar di publik itu, faktanya hanyalah segelintir orang-orang yang telah mencapai titik tertentu. Masih banyak pengusaha lainnya yang belum mencapai titik tersebut, bahkan masih jauh untuk capai ke sana.

Artikel ini akan membahas lebih detil beban psikologis seperti apa yang bakal Anda hadapi ketika memutuskan menjadi pengusaha, berikut detilnya:

1. Akuntabilitas

Sebagai seorang pemimpin di perusahaan, Anda adalah eksekutor yang menentukan diambil atau tidaknya suatu keputusan bisnis. Anda juga lah sebagai orang yang paling berpengaruh, entah secara positif atau tidak dari hasil keputusan tersebut. Bila terjadi sesuatu yang tidak beres, pasti banyak yang mengira itu adalah kesalahan yang Anda lakukan.

Terlalu banyak mengambil keputusan dapat memicu stres dan mengakibatkan kesalahan dalam mengambil keputusan. Parahnya Anda akan terjebak dalam siklus stres dan kesalahan pengambilan keputusan tanpa henti.

2. Tekanan finansial dan ketidakpastian lainnya

Tidak ada yang namanya perusahaan startup yang tipikal. Ada bisnis yang dapat berjalan tanpa memerlukan investasi, namun ada juga yang membutuhkan banyak uang sebelum bisnis benar-benar hidup.

Mengutip dari Small Business Administration, diperkirakan startup memerlukan setidaknya US$30 ribu untuk terus berjalan. Jika Anda ingin menjadi pengusaha, sebaiknya tabung sebagian uang Anda atau berhutang ke pihak lain.

Ketika Anda memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan lama dan menjadi pengusaha secara full time, sangat kecil kemungkinannya bisa mendapat penghasilan baru dalam waktu singkat. Paling tidak, Anda harus bertahap setidaknya beberapa bulan tanpa penghasilan.

Anda pun harus yakin melakukan risiko keputusan ini dengan penuh percaya diri dan yakin bahwa Anda pasti akan mendulang penghasilan dengan nilai berkali lipat dari sebelumnya.

3. Sulit percaya orang lain

Tidak ada pengusaha yang membangun bisnis sendiri, Anda butuh dikelilingi oleh karyawan terbaik. Terkadang Anda sulit mempercayai mereka untuk merawat perusahaan Anda, meski Anda harus tetap mempercayai karyawan jika Anda ingin bisnis tumbuh.

Anda perlu mendelegasikan tugas, mempercayakan seluruh departemen kepada orang lain dan bergantung pada mitra dan vendor sebagai tulang punggung Anda. Selain itu, Anda harus mendengarkan saran mentor dan pengusaha lain jika Anda menginginkan perspektif yang lebih lengkap mengenai maslaah apa yang akan Anda hadapi.

Pada akhirnya, keputusan akan tetap berada di tangan Anda. Anda tetap perlu melepaskan kendali atas apa yang mungkin menjadi proyek terpenting dalam hidup Anda.

4. Keseimbangan antara hidup dan kerja

Bila Anda memutuskan untuk menjadi pengusaha, Anda harus tetap bersemangat dengan gagasan sendiri. Pada bulan-bulan pertama, Anda akan gila kerja meski tanggal libur demi mencapai hasil yang memuaskan. Meski Anda sudah mengatur waktu antara kerja dengan pribadi, lama kelamaan akan bercampur seiring tuntutan gaya hidup ala pengusaha.

Waktu Anda untuk keluarga lama kelamaan makin sedikit, waktu istirahat dan pola makan pun juga berantakan. Semakin jauhnya gaya hidup sehat, kondisi Anda pun juga memburuk, depresi dan kelelahan pun tak teralakkan lagi.

5. Kesepian

Untuk beban psikologis ini paling jarang dibicarakan. Namun, dunia kewirausahaan itu benar-benar sepi. Jam kerja yang panjang, jauh dari teman dan anggota keluarga. Anda tidak merasa terhubung dengan orang-orang sekitar Anda, sebab Anda harus menjadi “bos” dan profesional sempurna di hadapan semua rekan kerja yang Anda anggap sebagai keluarga.

Anda tidak bisa menunjukkan saat-saat lemah, apalagi jika perusahaan berada di ambang kehancuran. Anda juga tidak akan memiliki banyak teman, terlepas apakah bisnis Anda sukses atau tidak. Mungkin Anda akan memiliki banyak kontak dengan rekan profesional, tapi bukan sebagai teman.

Jika Anda menghadapi kelima jenis beban psikologis ini, Anda butuh pertolongan. Maka dari itu, lowongkan waktu sebentar untuk beristirahat, berlibur, berkumpul dengan keluarga dan teman terdekat. Temui juga terapis. Prioritaskan kesehatan jasmani dan rohani Anda, bila tidak bisnis Anda akan menanggung konsekuensinya.

Belajar Kepemimpinan dari Kebiasaan Waktu Kecil

Ilmu kepemimpinan mulai banyak dipelajari banyak orang sekarang ini. Hal ini selain membekali diri untuk menjadi seorang pemimpin, juga upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tahukah Anda dari sekian banyak ilmu kepemimpinan ada beberapa yang diambil dari kebiasaan waktu kecil kita? Berikut beberapa di antaranya.

Mengucapkan terima kasih

Ini menjadi hal dasar yang diajarkan kepada kita waktu kecil. Setiap tindakan orang lain yang meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan lainnya kita wajib membalasnya dengan ucapan terima kasih. Terdengar sederhana tetapi ilmu berterima kasih ini bisa membuat hubungan menjadi lebih baik dan meningkatkan rasa menghormati satu sama lain.

Mendengarkan lebih banyak

Sebagai seorang pemimpin wajib hukum mengetahui banyak mengenai apa dan siapa yang mereka pimpin. Untuk mengetahui itu semua diharuskan pula untuk lebih banyak mendengarkan dibandingkan bicara. Mencoba mendengarkan sambil memahami permasalahan yang ada. Mendengarkan sambil mengenali satu sama lain. Mendengarkan ide, masukan, atau bahkan kritikan. Sesuatu yang tentu sangat mendasar bagi seorang pemimpin.

Jangan menginterupsi

Sebagai bagian dari menjadi pendengar yang baik adalah tidak memotong atau menginterupsi pembicaraan seseorang. Jika memang mereka butuh tanggapan berikan hal tersebut setelah mereka rampung bercerita. Biarkan mereka menyelesaikannya dengan tuntas. Kalau pun Anda terpaksa atau terlanjur memotong di tengah jalan mintalah maaf dan kesediaan mereka untuk melanjutkan.

Saling membantu

Jiwa individualis muncul seiring berkembangnya waktu. Faktor persaingan pribadi atau ingin menonjol sendiri bisa menjadi faktor buruk yang mengurangi rasa membantu satu sama lain. Rasa kesediaan membantu satu sama lain tidak hanya wajib dimiliki oleh pemimpin. Tetapi pemimpin yang wajib memberikan contoh.

Bermain!

Bermain di sini bukan berarti menganjurkan kita untuk bermain. Melainkan berpikirlah seperti anak-anak ketika mendapat mainan. Bagaimana antusias mereka, rasa ingin tahu, semangat, dan tidak memiliki rasa takut sedikit pun dalam mengambil keputusan. Hanya saja untuk perkara bisnis semua itu harus tetap harus diperhitungkan meski sekali-kali nekat itu perlu.

Menjadi Pemimpin Tim yang Lebih Baik

Memimpin sebuah bisnis memang bukan hal mudah, meskipun hanya sebuah bisnis rintisan atau startup. Pemimpinnya harus mampu bersikap dan menyikapi hal-hal di dalam bisnis dengan baik dan tepat agar menghindari konflik atau masalah berkelanjutan. Menjadi pemimpin tidak mudah, belajarnya pun tidak secepat yang dibayangkan. Perlu waktu, perlu berproses.

Berikut beberapa tips untuk membantu Anda menjadi seorang pemimpin yang baik untuk sebuah bisnis rintisan.

Tumbuhkan jiwa melayani

Yang perlu ditekankan dalam memimpin sebuah bisnis adalah peran dan tugas. Di satu sisi kita sebagai bos yang artinya memiliki tanggung jawab penuh terhadap apa yang tim kerjakan dan berhak menerapkan sistem deadline yang ketat untuk mencapai tujuan. Di sisi lain pemimpin juga memiliki peran penting untuk melayani untuk bisa tetap tumbuh dan produktif, baik dari individu maupun kelompok.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mendengarkan dan melayani. Dalam hal ini mendengarkan apa masukkan dari tim yang lain dan melayani kebutuhan tim, termasuk motivasi dan arahan. Tugas lainnya yang tidak kalah penting adalah tugas untuk tetap menjaga pekerjaan tetap “on the track”.

Kebugaran dan kehadiran

Sebagai seorang pemimpin sudah sewajarnya jika harus bersikap dan terlihat semangat sepanjang waktu. Untuk menjaga ini selain tetap berpikiran positif sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga rutin. Pemikiran yang positif dan tubuh yang bugar menjadi modal awal untuk menularkan energi positif ke sekitar.

Di samping itu usahakan untuk hadir di sela-sela tim. Kehadiran pemimpin sedikit banyak akan memotivasi seluruh anggota tim untuk bekerja dengan baik. Terlebih jika mereka membutuhkan Anda untuk berkonsultasi atau sekedar bertukar pikiran tentang apa yang sedang mereka kerjakan.

Persiapkan lebih matang di belakang

Persiapan yang baik dan matang biasanya membawa hasil yang memuaskan. Penting untuk setiap pemimpin untuk memiliki rencana dan persiapan yang matang sejak jauh hari. Untuk memberikan hasil yang memuaskan usahakan untuk melakukan persiapan atau perencanaan sendiri lebih jauh secara privat. Ini akan membantu Anda terlihat sangat siap dan sangat menguasai segala kemungkinan yang ada di depan. Budaya persiapan ini sebenarnya berlaku untuk semua tim. Tetapi sebagai seorang pemimpin menyiapkannya lebih matang dari tim yang lain lebih baik.

Dalih Millennials Sering Berpindah Tempat Kerja

Generasi millennial dikenal sebagai seorang pekerja yang cenderung lebih suka berpindah-pindah tempat kerja. Hal tersebut salah satunya disimpulkan oleh Perhimpunan Manajemen SDM Indonesia dalam diskusi yang diadakan Agustus tahun lalu.

Tren tersebut ternyata benar adanya. Beberapa startup mengaku keluar masuknya talenta dalam tubuh bisnis menjadi hal yang sangat biasa. Tak mengherankan jika setiap hari di layanan listing lowongan pekerjaan, media teknologi dan jejaring profesional, hampir setiap hari selalu ada lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh startup di Indonesia.

Berikut ini adalah dalih yang sering dilontarkan Generasi Y untuk berpindah tempat kerja.

Mencari pengalaman baru

Ini menjadi alasan yang paling banyak dijadikan justifikasi. Beberapa orang yang merasa pengalamannya tidak bertambah di tempat kerja yang dinaunginya, sehingga ketika ada kesempatan berpindah, maka ia tak menyia-nyiakannya. Namun menurut beberapa orang, mereka merasa dibatasi, sehingga tidak berkembang sesuai yang ia inginkan, baik dalam koneksi dengan rekanan atau kompetensi dari bidang yang ia geluti.

Tak sedikit orang yang memilih untuk bertahan di suatu startup. Kebanyakan disebabkan karena faktor lingkungan kerja dan pimpinan yang membebaskan ia berekspresi. Mengizinkan untuk berkomunikasi langsung dengan rekanan bisnis, memberikan kesempatan untuk memimpin dan memberikan keterbukaan kepada pekerja tersebut.

Pengalaman di lingkungan kerja tak melulu soal tugas baru yang harus dikerjakan, namun juga meliputi kesempatan-kesempatan untuk mencicipi dunia yang lebih luas.

Sistem “birokrasi” yang tidak jelas

Ada startup berukuran kecil maupun medium, namun memiliki aturan yang ditegakkan, sesuai dengan SOP bisnis yang sering diadopsi korporasi. Ada juga yang tidak jelas, hingga memunculkan banyak “drama” di sana-sini. Bagi beberapa orang, aturan yang tidak jelas sangat mengganggu, terlebih untuk millennials yang sedikit-sedikit “baper”. Perlu kejelasan, dengan mekanisme yang gamblang dan yang paling penting transparan.

Jika menempatkan di sisi startup, maka menjadi kewajiban pemimpin untuk tidak seenaknya sendiri mengubah-ubah aturan sesuai yang ia mau, dan yang terparah justru menyesuaikan mood-nya. Sebuah kesalahan besar. Hal ini biasa terjadi pada sistem kerja yang tidak bisa membedakan batasan antara profesionalitas dan kekerabatan atau bahkan kekeluargaan.

Semua harus memiliki porsi yang pas dan ditempatkan secara bijak. Terkait dengan aturan, jangan sampai para pekerja merasa tidak nyaman dengan dinamika yang terlalu dibuat-buat.

Faktor pemimpin

Tak jarang menemui orang yang begitu tertarik masuk ke sebuah startup karena sangat terkagum dengan founder-nya. Namun banyak pula yang akhirnya keluar karena “sakit hati” atas kebijakan yang sering diambil pemimpin perusahaan tersebut. Lagi-lagi sikap profesional pemimpin bisnis yang tidak ditegakkan justru memicu hal ini, misalnya terlalu pilih-pilih, terkesan selalu tidak percaya, hingga selalu menabur janji manis yang sering tidak diingat.

Startup membutuhkan akselerasi kencang bisnisnya. Menghadapi dinamika yang ada, startup perlu memiliki kompetensi talenta yang terukur. Memiliki pekerja yang loyal cenderung akan mampu membawa perusahaan untuk berproduksi lebih cepat, dengan pengalaman dan kultur kerja yang sudah menjadi bagian dari kesehariannya, bisnis tidak lagi membuang-buang waktu untuk memberikan waktu beradaptasi bagi pekerjanya.

Apakah Seorang Founder Harus Selalu Jadi CEO Sampai Akhir?

Sosok Reid Hoffman (Founder LinkedIn) dan Jeff Weiner (CEO LinkedIn) menjadi salah satu diantara pasangan terkenal yang membuat adanya stereotip bahwa satu-satunya orang yang bisa membawa perusahaan sampai ke tujuan akhir atau IPO; bahwa founder harus meninggalkan perusahaan jika ada CEO yang baru menempati posisinya.

Mark Suster dari Upfront Ventures menceritakan dirinya adalah pernah menduduki posisi sebagai Chairman di perusahaan pertamanya sebelum terjun ke Upfront Ventures. Dia melepas jabatannya tersebut sebelum akhirnya perusahaan itu dijual. Menurut Suster, keputusan yang diambilnya itu sangat sulit karena menyita emosional.

Ibarat bayi, Suster sudah membangun perusahaan itu hingga besar dan sudah mendarah daging. Namun akhirnya memutuskan untuk menyerahkan ke orang lain, tak ayal berbagai pemikiran negatif muncul. Misalnya, apakah orang yang diamanati bisa memperlakukan perusahaan seperti apa yang sudah Suster lakukan sejak dulu?.

Menurut Suster, ada beberapa pendiri yang memang ditakdirkan jadi CEO yang sukses, ada juga yang tidak, dan beberapa diantaranya (seperti Suster) mencintai perusahaan pada lima tahun pertama, pendapatan pertama US$30-US$50 juta, memimpin 150 karyawan, tapi tidak menyukai peran di titik tersebut.

Jadi, ketika Anda ingin mundur dari posisi CEO (seperti Reid Hoffman) pastikan Anda membawa sosok CEO yang lebih berpengalaman dan menyukai scaling/fase pertumbuhan startup.

Bagi Suster, dirinya tahu bahwa kapasitas perusahaan sudah terlalu besar melampaui kemampuan dan keinginannya. Perusahannya tersebut awalnya adalah sekelompok orang yang bertekad ingin mewujudkan ide jadi kenyataan, meningkatkan modal, diliput media, hingga akhirnya perusahaan mampu menembus pendapatan sebesar US$36 juta dan disukai konsumen.

Namun, dengan 90 karyawan yang melayani lima negara membuat pekerjaan jadi kurang menyenangkan bagi Suster. Sebab butuh keterampilan tertentu yang mampu menangani seluruh pekerjaan tersebut, di luar batas kemampuannya. Secara terang-terangan, Suster mengaku dirinya kagum dengan Adam Miller, seorang CEO Cornerstone on Demand.

Miller dan Suster sama-sama membangun perusahaan dalam kurun waktu yang bersamaan sekitar November 1999. Miller kini masih menjabat sebagai CEO dan sudah menjadi perusahaan terbuka dengan valuasi sekitar $2 miliar. Menurut Suster, tidak semua orang cocok memimpin perusahaan dengan siklus yang penuh lika liku tersebut.

Rencana Jason Spievak menjual Invoca dan mundur dari jabatan CEO

Suster juga bercerita mengenai founder dari perusahaan startup yang pertama kali didanai lewat Upfront Ventures, yakni Jason Spievak, founder dan CEO dari Invoca. Spievak menimbang-nimbang apakah dirinya adalah orang yang tepat untuk membawa perusahaan ke level berikutnya yakni IPO.

Menjawab hal tersebut, Suster bertanya ke Spievak tentang proses berpikirnya mengapa pertanyaan itu bisa muncul. Padahal dia sudah berhasil jadi pemimpin pasar dalam Marketing Automation untuk panggilan telepon. Invoca tumbuh 100% dari tahun ke tahun, malah berhasil tumbuh hingga 650% selama tiga tahun terakhir.

Invoca kini sudah memiliki 150 karyawan di tiga titik kantor, berpeluang puluhan juta kali mencetak pendapatan, permintaan yang terus ada dari investor, mendapat kesempatan untuk berbicara di acara konferensi, di hadapan media, dan lain sebagainya.

Untuk memastikan Spievak sebelum mengambil keputusan, Suster pun bertanya, “Apa Anda benar-benar ingin IPO? Jika tidak, saya pikir sebaiknya Anda harus tetap menjadi CEO karena saya pikir ada 4-5 perusahaan yang rela membayar kita jutaan hingga miliaran dollar untuk membeli Invoca. Jika IPO adalah tujuan akhir Anda, saya tidak bisa memikirkan pemimpin yang lebih baik untuk membawa Invoca ke jenjang berikutnya selain Anda.”

Spievak bersikeras, menurutnya dengan menjual perusahaan yang sudah dia bangun bukanlah tujuannya. Akhirnya mereka berdua setuju, jika ingin membawa Invoca lebih besar lagi perlu sosok berpengalaman untuk memimpin. Komitmen Spievak untuk tetap menjadi direksi setelah IPO, jadi krusial bagi Suster. Sebab sosoknya tidak hanya berperan sebagai orang penting dan pemegang saham terbesar, tetapi juga sebagai kunci utama senior eksekutif.

Umumnya, ketika perusahaan swasta mencari CEO baru sering memiliki masalah. Namun syukurnya hal ini tidak terjadi di Invoca.

Dipertemukan dengan Mark Woodward calon kandidat terkuat jadi CEO

Ketika Suster dan Spievak bertemu Mark Woodward, mereka yakin dia adalah orang yang tepat jadi pemimpin meski itu adalah pertemuan pertama. Untuk meyakinkan intuisi mereka, keduanya pun rela mendalami Woodward selama berbulan-bulan sebelum mengambil keputusan.

Akhirnya, intuisi itu jadi kenyataan dengan mengumumkan Woodward sebagai CEO yan baru dan mereka bahagia dengan keputusan tersebut. Sebelum bergabung, Woodward sudah membawa dua perusahaan swasta jadi terbuka dengan penghasilan miliaran dollar. Dia banyak menghabiskan waktu awalnya di perusahaan Silicon Valley, beberapa perusahaan perangkat lunak seperti Oracle dan McAfee.

Kemudian, beralih ke Amerika Utara menjalankan Legent dan melipat gandakan pendapatan dari US$28 juta jadi US$700 juta. Dia juga berhasil menjual Legent untuk CA senilai hampir US$2 miliar. Di CA, Woodward jadi CEO Serena, berhasil melipatgandakan pendapatan lebih dari US$1 miliar dan melantai di bursa dengan nilai valuasi hampir US$1 miliar.

Sepanjang karirnya sepanjang tujuh sampai delapan tahun, dia sudah bermain peran sebagai pemain tim yang setia, berkomitmen, dan bersedia mengembangkan bisnis lewat semua celah.

Bersama dengan Woodward, Spievak dan Suster akan membawa perusahaan ekspansi keluar negeri, menggandakan anggota tim, berinvestasi lebih banyak ke tim sales, layanan profesional dan dukungan pelanggan. Strategi ini menuntut seseorang yang benar-benar berpengalaman untuk menjalani operasional dengan skala sebesar itu.

Dari pengalaman ini, ada benang merah yang bisa ditarik yakni pemimpin terbaik adalah orang-orang yang mampu menempatkan kepentingan terbaik untuk perusahaan dengan mengesampingkan ego pribadi.

Seperti yang direncanakan sebelumnya, Invoca yang sudah IPO ini, Suster merasa bangga dengan Spievak atas perusahaan yang sudah dia bangun tersebut dan sikap kepemimpinannya setiap tugas yang ia jalankan.

Dirinya percaya saat ini Invoca ada di tangan tepat dengan pemimpin yang sudah terbuki kemampuannya dan didukung oleh Spievak dan timnya yang luar biasa.