DreamHack dan Riot Bekerja Sama Adakan Northern League of Legends Championship

DreamHack bekerja sama dengan Riot Games untuk menyelenggarakan Northern League of Legends Championship (NLC). Liga League of Legends yang ditujukan bagi organisasi esports asal Eropa Utara ini akan mencakup Finlandia, Norwegia, Denmark, Swedia, Inggris Raya dan Irlandia. Pertandingan pertama dari liga tersebut akan diadakan pada Juni.

Di tengah pandemik virus corona, pertandingan reguler dari NLC akan diadakan secara online, sama seperti liga League of Legends di kawasan lain. Namun, babak final dari NLC, yang bakal diselenggarakan pada Agustus, akan diadakan dalam DreamHack Summer di Jönköping, Swedia.

“Sejak lama, DreamHack telah menjadi penyelenggara esports nomor satu di kawasan Nordik. Kami senang dapat menjalin kerja sama jangka panjang dengan Riot untuk membuat ekosistem yang lebih stabil bagi para pemain, fans, dan tim League of Legends,” kata Michael Van Driel, Chief Product Officer, DreamHack, seperti dikutip dari Esports Insider. Perjanjian antara DreamHack dan Riot Games akan berlangsung selama tiga tahun. “NLC juga telah menggandeng 12 organisasi esports dari berbagai negara di Eropa Utara. Kami percaya, ini akan menjadi turnamen esports terbaik di kawasan Nordik.”

Northern League of Legends Championship
Skema Northern League of Legends Championship.

Kehadiran NLC juga didukung oleh perusahaan telekomunikasi Telia Company. Sebelum bekerja sama dengan Riot Games, Telia telah mengadakan Telia Esports Series, yang terdiri dari liga League of Legends nasional untuk kawasan Finlandia, Swedia, Norwegia, dan Denmark, lapor Gamasutra. Dua tim terbaik dari liga nasional buatan Telia akan bisa maju ke turnamen Telia Masters. Dari sini, tim-tim terbaik akan berlaga di NLC.

“Kami bekerja sama dengan DreamHack dan Telia untuk membuat turnamen bagi pemain League of Legends terbaik di kawasan Nordik,” ujar Mo Fadl, Head of Publishing Nordics, Riot Games. “Dengan begitu, jalan dari liga amatir ke liga profesional menjadi semkain jelas. Kami tidak sabar untuk melihat para talenta yang akan berlaga di pertandingan internasional.”

Untuk musim pertama, NLC akan menawarkan total hadiah sebesar setidaknya SEK 1 juta (sekitar Rp1,6 miliar). Beberapa organisasi esports yang telah mengonfirmasi partisipasi mereka antara lain ENCE, Nordavind, Singularity, Excel Esports, Fnatic, dan Barrage.

ESPN akan Tayangkan LCS Spring Split 2020 di Televisi

Selain Counter-Strike, League of Legends mungkin jadi game lain yang juga punya kisah sukses jangka panjang. Rilis sejak 27 Oktober 2009 lalu, MOBA besutan Riot Games masih menjadi salah satu game terpopuler, dengan perkiraan jumlah pemain mencapai 100 juta. Tak hanya sebagai game, League of Legends juga berhasil menjadi ekosistem esports tersukses, membuat Riot percaya diri menjadikannya sebagai pilar bisnis.

Salah satu alasan suksesnya ekosistem tersebut adalah League of Legends Championship Series. Merupakan pertandingan liga kasta utama skena League of Legends Amerika Serikat, LCS terbukti menjadi satu komoditas menarik bagi sponsor. Buktinya LCS bisa mendapat sponsor dari perusahaan layanan finansial Mastercard, ataupun perusahaan otomotif Honda.

Sumber: Riot Games
Sumber: Riot Games

Baru-baru ini, Riot Games juga berhasil mengamankan kesepakatan penayangan dengan dengan jaringan televisi swasta khusus olahraga di Amerika Serikat, ESPN. Dalam kesepakatan ini, ESPN akan pertandingan League of Legends Championship Series (LCS) pada saluran televisi mereka.

Mengutip dari Esports Observer, ESPN akan segera menayangkan tiga ronde pertandingan babak Playoff LCS Spring Split 2020, lewat saluran televisi ESPN2 dan saluran digital lewat aplikasi ESPN.

Tayangan perdana menampilkan pertandingan 100 Thieves vs Team SoloMid pada pukul 16:00 ET (10 April 03:00 WIB) di aplikasi ESPN. Kerja sama penayangan ini tidak bersifat eksklusif, sehingga pertandingan LCS akan tetap tayang juga di Twitch.

Terkait kerja sama ini, John Lasker, ESPN VP/Digital Programming mengatakan, “Kami sangat bersemangat untuk dapat bekerja dengan Riot Games dalam kesempatan untuk menciptakan konten yang inovatif di dalam sistem franchise yang luar biasa ini. Dengan menayangkan salah satu esports terpopuler di dunia, memungkinkan ESPN untuk merangkul penonton baru.”

Chris Greeley, Komisaris LCS menambahkan. “Ini adalah saat-saat, ketika menonton dan menikmati pertandingan para elit memiliki kekuatan untuk menyatukan kita sebagai komunitas. Lewat kerja sama ini, kami sudah tidak sabar untuk menyajikan pertandingan terbaik LCS kepada khalayak baru ataupun para penggemar setia. Nantikan pertandingan League dengan skill tingkat tinggi, seraya kami memahkotai tim terbaik di LCS Spring Split 2020.”

Babak Playoff LCS sudah dimulai sejak pekan lalu, dengan format pertandingan online. Kulminasi pertandingan ini adalah babak Grand Final yang diselenggarakan Minggu, 19 April, di saluran ESPN2. Juara LCS Spring Split akan melaju ke tingkat selanjutnya, Mid-Season Invitational, yang mempertemukan jawara-jawara liga kasta utama regional lain.

Seiring dengan perkembangannya, media tradisional jadi menunjukkan ketertarikan terhadap ekosistem esports. Dalam konteks Indonesia, Mobile Legends Professional League musim kelima jadi liga esports yang mendapatkan kerja sama penayangan. Mereka mendapatkan kerja sama penayangan dengan Elshinta TV dan RCTI.

Melihat hal ini, mungkin di masa depan, televisi akan dibanjiri oleh tayangan esports. Jika hal ini terjadi, mungkin esports akan menjadi bentuk hiburan baru dan norma yang umum bagi masyarakat.

Masalah yang Muncul Ketika Pertandingan Esports Digelar Online

Pandemik virus Corona membuat banyak acara olahraga harus dibatalkan. Namun, sebagian pertandingan esports masih bisa diselenggarakan walaupun sempat tertunda, seperti liga League of Legends di Tiongkok, Korea Selatan, Eropa dan Amerika Utara. Memang, salah satu keuntungan pertandingan esports adalah ia bisa diadakan secara online. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada masalah yang harus diantisipasi oleh penyelenggara ketika mengadakan pertandingan esports online. Salah satunya adalah para penyelenggara harus memastikan bahwa para peserta yang bertanding tidak melakukan kecurangan.

Saat sebuah pertandingan esports diadakan secara offline, penyelenggara bisa mengimplementasikan sejumlah metode untuk memastikan validitas pertandingan, misalnya dengan menyediakan wasit di panggung serta para pengawas di belakang panggung. Namun, ketika para tim bertanding dari markasnya masing-masing, pihak penyelenggara tidak bisa mengirimkan wasit ke sana. Namun, pihak League of Legends European Championship telah menyiapkan beberapa metode untuk memastikan pemain tidak berbuat curang, mulai dari kamera ekstra di markas tim, memonitor percakapan pemain, dan merekam jalannya pertandingan. Pihak penyelenggara juga bisa mengambil alih kendali pertandingan dari jauh jika dianggap perlu.

“Ada banyak hal yang tidak bisa Anda kendalikan ketika Anda menyelenggarakan pertandingan online,” kata Avi Bhulyan, VP of Product Development, Popdog, perusahaan layanan esports pada The Esports Observer. Sebelum ikut serta dalam penyelenggaraan LEC, Bhulyan juga memiliki pengalaman dalam mengadakan League of Legends Championship Series (LCS) di Amerika Utara. “Di LEC, LCS, dan liga besar lainnya, biasanya peserta menggunakan perangkat yang masih disegel untuk mencegah para pemain mengutak-atik perangkatnya. Ada banyak hal yang bisa seseorang lakukan pada perangkat mereka untuk meningkatkan kemungkinan mereka menang. Ada juga risiko terjadi masalah pada server.”

Host dari League of Legends Pro League. | Sumber: TJ Sports/Riot Games via The Esports Observer
Host dari League of Legends Pro League. | Sumber: TJ Sports/Riot Games via The Esports Observer

Bhulyan mengaku, keputusan LEC untuk mengadakan pertandingan secara online memang tidak ideal. Kemungkinan, kualitas tayangan pertandingan LEC tidak akan sebaik jika pertandingan dilakukan secara offline. Ada berbagai masalah yang mungkin terjadi seperti lag, terputus dari server, atau bahkan DDOS (Distributed Denial of Service). “Saya rasa, mengingat keadaan saat ini, risiko ini pantas untuk diambil. Namun, jika terjadi kecurangan, kami akan menyelidikinya dengan serius,” ujar Bhulyan.

Selain itu, pihak penyelenggara LEC juga harus mempertimbangkan cara untuk menyertakan segmen lain dari turnamen selain pertandingan, seperit analisa sebelum dan sesudah game serta wawancara dengan tim yang menang. Untuk menyiarkan segmen ini, tim manajemen LEC berencana untuk menampilkan video berupa rekaman pertandingan dan grafik. Namun, mereka tampaknya tidak akan menampilkan para analis atau para pemain ketika diwawancara.

“Untuk segmen selain pertandingan, semua masih sama,” kata LEC Broadcast Producer, John Depa. Dia menjelaskan, mereka ingin menyiapkan konten siaran dengan sangat hati-hati mengingat ini adalah kali pertama mereka menyiapkan siaran di luar studio. Tak hanya itu, LEC juga hanya memiliki waktu satu minggu untuk menentukan prosedur pembuatan konten sebelum pertandingan online kembali digelar. “Ke depan, kami akan memperbaiki prosedur kami,” ujarnya.

League of Legends Champions Korea Kembali Dimulai, Pertandingan Diadakan Secara Online

League of Legends Champions Korea (LCK) akan kembali diadakan pada 25 Maret 2020 setelah ditangguhkan pada 3 Maret 2020 karena virus Corona. Di halaman Facebook resminya, LCK mengungkap bahwa pertandingan akan diselenggarakan secara online, sama seperti liga League of Legends di Tiongkok, Eropa, dan Amerika Utara.

Mengingat LCK sempat terhenti selama tiga minggu, tim LCK harus membuat penyesuaian pada jadwal pertandingan untuk memastikan ada jeda antara liga ini dengan turnamen esports lainnya. Karena itu, LCK akan memadatkan jadwal pertandingan. Pertandingan akan diadakan pada lima hari dalam satu minggu. Setiap harinya, akan ada dua sampai tiga pertandingan yang diadakan.

LCK juga mengubah jadwal pertandingan para tim. Tujuannya, untuk memastikan tidak ada tim yang berlaga lebih dari satu kali dalam satu hari. Mereka juga berusaha untuk menghindari keadaan dimana satu tim harus bertanding dalam beberapa hari berturut-turut.

LCK kembali diadakan.
LCK akan diadakan secara online. | Sumber: Riot Games via Dot Esports

Saat ini, LCK sudah berlangsung setidaknya setengah musim. Gen.G duduk di peringkat satu dengan 8 kemenangan dan 1 kekalahan, diikuti oleh DragonX dan T1 yang sama-sama mendapatkan 7 kemenangan dan 2 kekalahan, menurut laporan VP Esports. Tim yang keluar sebagai juara dari LCK Spring Split ini akan maju ke Mid-Season Invitational, yang dijadwalkan untuk diadakan pada Juli 2020. Sementara itu, LCK diperkirakan akan berakhir pada 16 April 2020.

LCK mulai digelar pada Februari. Ketika itu, tim manajemen telah mulai mengantisipasi wabah virus Corona dengan mengadakan pertandingan di studio tanpa penonton. Hanay sejumlah wartawan yang diizinkan untuk datang. Para jurnalis tersebut juga diminta untuk menggunakan masker. Semua mikrofon juga ditutup demi melindungi para pemain. Pada 2 Maret, LCK resmi ditunda karena pandemik virus Corona yang memburuk di Korea Selatan.

Pandemik virus Corona memberikan dampak besar pada industri game dan esports. Di satu sisi, karena masyarakat diminta untuk tidak keluar dari rumah, jumlah pemain game dan penonton streaming game meningkat pesat. Di sisi lain, kekhawatiran virus Corona menyebabkan berbagai turnamen esports dan peluncuran game tertunda. Selain itu, jika wabah virus Corona terus berlanjut, ini akan menyulitkan organisasi esports.

Liga League of Legends di Eropa dan Amerika Utara Kembali Digelar

Pada pekan lalu, Riot Games sempat menangguhkan League of Legends European Championship (LEC) dan League of Legends Championship Series (LCS) karena virus Corona. Kemarin, mereka baru saja mengumumkan bahwa kedua turnamen tersebut akan kembali diadakan pada akhir minggu ini. Kedua turnamen itu akan diadakan secara online. Keputusan ini sama seperti yang diambil oleh tim League of Legends Pro League (LPL) untuk kembali menyelenggarakan pertandingan secara online karena mewabahnya virus Corona di Tiongkok.

Semua tim yang berlaga di LEC, kecuali Origen, akan bertanding dari markas mereka sendiri di Berlin, Jerman. Sementara Origen, tim League of Legends Astralis Group, akan bertanding dari markas mereka di Copenhagen, Denmark. Memang, Origen sudah dijadwalkan untuk bertanding secara online sejak pemerintah Denmark memutuskan untuk melakukan shutdown dalam rangka meminimalisir penyebaran virus Corona.

Pihak manajemen LEC percaya, kualitas jaringan internet akan cukup memadai untuk memastikan pertandingan berjalan lancar. Namun, jika muncul masalah dengan jaringan atau muncul masalah tak terduga lainnya, mereka mempertimbangkan untuk menghentikan pertandingan sementara dan melanjutkannya kemudian. Mengingat virus Corona masih mewabah di Eropa, LEC tidak akan mengirimkan pengawas ke markas tim yang bertanding. Sebagai gantinya, mereka akan melakukan pengawasan dengan teknologi untuk memastikan bahwa tidak ada tim yang bermain curang.

“Sesuai dengan himbauan pemerintah, dan untuk meminimalisir risiko kesehatan, kami telah memutuskan untuk tidak mengirimkan wasit ke markas dari masing-masing tim,” kata pihak manajemen LEC, seperti dikutip dari VPEsports. “Sebagai gantinya, kami akan mengimplementasikan sejumlah cara untuk menjamin integritas pertandingan. Beberapa metode yang kami implementasikan antara lain memasang kamera ekstra untuk memonitor ruangan tempat para pemain bertanding, memonitor komunikasi suara, dan merekam apa yang terjadi di layar pemain.”

Sementara itu, LCS juga akan kembali diselenggarakan. Sama seperti LEC, pertandingan LCS juga akan diadakan secara online. Karena sempat ditunda, ada perubahan pada jadwal turnamen. Babak akhir dari LCS akan dilangsungkan pada 18-19 April 2020. Selain itu, tempat babak final diadakan juga diganti, dari Frisco, Texas ke Los Angeles.

“Integritas pertandingan adalah prioritas pertama LCS,” kata LCS Commissioner, Chris Greeley, menurut laporan ESPN. “Kami akan mengimplementasikan beberapa metode yang juga ditetapkan oleh LEC untuk menjamin bahwa tidak ada kecurangan ketika pertandingan diadakan secara online.”

Sumber header: Dot Esports

Texas Wesleyan University Sediakan Jurusan Esports Communication

Semakin banyak pihak yang menyadari bahwa industri esports telah menyediakan banyak lapangan pekerjaan. Dengan berkembangnya industri esports, maka semakin banyak juga permintaan tenaga kerja yang berkompetensi di bidang ini. Namun, masih sedikit universitas yang menyediakan jurusan yang mempelajari tentang esports. 

Para akademisi juga masih kesulitan untuk membuat kurikulum pendidikan esports. Sehingga hal ini membuat Texas Wesleyan University untuk memasukkan esports communication ke dalam program sports communication mereka. Para akademisi di sana berusaha menyusun program akademik sports communication. Guna mempersiapkan mahasiswa mereka untuk bekerja di kedua bidang sports dan esports communication di masa mendatang.

Eugene Frier selaku Executive Director of esports & recration berkata, “kami sangat beruntung untuk memiliki banyak kegiatan yang berhubungan dengan esports di area Dallas-Fort Worth. Saya sangat senang untuk bekerja di insititusi pendidikan yang memberikan perhatian terhadap esports. Bukan hanya di kegiatan ekstrakurikuler, tetapi juga di dalam kegiatan akademik.”

Dr. Kay L. Colley selaku Associate Professor and Department Chair of Mass Communication di Texas Wesleyan University percaya bahwa mahasiswa mereka yang lulus dari program ini akan memiliki electronic portfolio guna membuktikan kemampuan mereka di industri esports. Dengan demikian, diharapkan pihak yang mempekerjakan mereka dapat mengetahui potensi calon karyawannya. Program sarjana science in sports communication akan berjalan pada musim gugur tahun 2020.

Saat ini, Texas Wesleyan University telah mempersiapkan praktisi di industri esports guna membantu proses pembelajaran mahasiswa. Mereka juga sedang berencana untuk memasukkan esports ke dalam kurikulum pembelajaran agar memberikan mahasiswa untuk mempelajari ilmu yang berspesialisasi di esports seperti shoutcasting.

TXWES telah menjalani ekstrakurikuler esports sejak tahun 2018. Mereka memiliki tim League of Legends, Overwatch, dan Hearthstone yang bertanding di turnamen antar universitas. Bentuk dukungan TXWES terhadap esports juga ditunjukkan dengan menyediakan beasiswa bagi calon mahasiswa yang berprestasi di esports. 

Lebanon High School Resmikan Fasilitas Esports Mereka

Pada tanggal 4 Maret 2020, Lebanon High School meresmikan fasilitas esports mereka. Meroketnya popularitas esports, Lebanon High School tidak ragu untuk terjun jauh lebih dalam lagi ke industri ini. Berisikan 24 komputer dengan spesifikasi yang tinggi, biaya yang dikeluarkan untuk membangun fasilitas ini sebesar US$80 ribu.

Lebanon High School telah ditunjuk oleh Departemen Pendidikan Pennsylvania untuk menjalankan program PASmart. Dengan demikian, pemerintah telah membantu pendanaan dalam pengadaan fasilitas esports tersebut.

Program PASmart tersebut adalah upaya dari pemerintah Pennsylvania untuk memberikan akses kepada insititusi pendidikan dalam penyediaan komputer. Guna menunjang pembelajaran mengenai ilmu komputer dan STEM (science, technology, engineering, and mathematics). Esports juga diharapkan memberikan kesempatan bagi para murid untuk mempelajari critical communication, kolaborasi, dan penyelesaian masalah yang bisa diterapkan pada pekerjaan dan di kehidupan sehari-hari.

Shawn Canady selaku Chief Information Officer di Lebanon High School District berkata, “dengan esports, mereka dipaksa untuk beradaptasi dengan cepat dan menyusun strategi. Kedua hal ini sangat penting di dunia kerja pada abad ke-21.” Lebanon High School juga berharap dengan adanya fasilitas ini mereka bisa menghidupkan ranah kompetitif di Pennsylvania. “Kami adalah salah satunya yang memiliki fasilitas yang mampu untuk menyelenggarakan turnamen dan mempersilakan tim lain untuk bertanding di sini.” Shawn Canady menambahkan.

Esports merupakan kegiatan ekstrakulikuler di Lebanon High School. Ke depannya, Shawn Canady untuk menggunakan fasilitas ini sebagai kelas web design, audio production dan video production. Tetapi untuk mengikuti kegiatan ini, para murid harus memenuhi standar PIAA eligibility. Yang berarti, hanya murid yang memiliki tingkat kehadiran kelas yang konsisten dan nilai akademik baik yang boleh mengikuti program ini.

Mungkin ada yang merasa aneh terhadap penyediaan fasilitas bermain game di sekolah. Tetapi Shawn Canady menekankan bahwa hal ini adalah salah satu upaya mereka untuk mempererat hubungan murid dengan sekolah. “Tujuannya adalah untuk menjaga para murid tetap aktif dan tertarik untuk datang ke sekolah.”

Di Indonesia sendiri, setahu kami, baru ada SMA 1 PSKD; sekolah yang menawarkan fasilitas dan beasiswa esports. 

MAD Lions Ingin Sasar Pasar Esports Spanyol

Kebanyakan organsisasi esports menggunakan bahasa Inggris ketika membuat konten, baik dalam siaran atau di akun media sosial mereka. Tidak heran, mengingat mereka memang menyasar pasar internasional. MAD Lions melihat hal ini sebagai kesempatan untuk menyasar penonton dari Spanyol dan negara-negara lain yang memiliki bahasa Spanyol sebagai bahasa ibu.

“Jika Anda memerhatikan organisasi-organisasi esports, kebanyakan mencoba untuk menyasar negara-negara yang berbahasa Inggris, pasar internasional. Sementara itu, tidak banyak organisasi esports internasional yang mencoba untuk menargetkan warga negara yang berbahasa ibu Spanyol,” kata Co-founder dan President dari MAD Lions serta Vice President, Strategy of Overactive Media, Jorge Schnura dalam wawancara dengan Inven Global. “Padahal, ada banyak penonton yang berbahasa ibu Spanyol. Selain warga Spanyol, juga ada warga negara-negara di Amerika Latin. Dan ada lebih dari 50 juta warga Amerika yang berbahasa ibu Spanyol. Populasi ini juga terus bertambah dalam waktu cepat dan daya beli mereka juga terus naik.”

Menariknya, MAD Lions sendiri merupakan bagian dari OverActive Media, sebuah perusahaan asal Kanada dan tim League of Legends MAD Lions tak memiliki pemain asal Spanyol. Ketika ditanya tentang ini, Schnura menjawab, “Kami tidak berencana untuk memasukkan pemain Spanyol hanya untuk membuat kami terlihat lebih otentik. Kami adalah organisasi Spanyol. Markas kami ada di Madrid. Tim manajemen kami merupakan orang-orang Spanyol. Dan tentu saja, kami memang bagian dari OverActive Media, perusahaan Kanada, tapi tim kami dijalankan dari Spanyol.”

MAD Lions sasar pasar esports Spanyol
Jorge Schnura dan tim MAD Lions. | Sumber: Inven Global

Menurut Schnura, keberadaan MAD Lions dapat membantu perkembangan industri esports di Spanyol dan negara-negara lain yang berbahasa Spanyol. “Kami mencoba untuk mewakilkan fans esports Spanyol, sehingga ada tim yang bisa mereka dukung,” ujarnya. “Kami juga punya tim akademi lokal untuk mengembangkan talenta yang ada di Spanyol. Kami punya tiga pemain Spanyol yang bermain untuk tim akademi kami.” Dia mengaku, tidak tertutup kemungkinan, pemain yang kini masih ada di tim akademi tersebut akan masuk ke tim utama mereka. “Kami mencoba untuk memberikan tim yang bisa dibela oleh warga Spanyol. Tim yang otentik, yang merepresentasikan nilai-nilai yang dimiliki oleh fans Spanyol,” lanjut Schnura.

Mengingat ada banyak orang yang berbahasa Spanyol, Schnura menjelaskan bahwa MAD Lions membagi target audiens mereka menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah fans esports, yaitu orang-orang yang memang menonton LEC dan liga Spanyol LSO atau turnamen esports lain. Kategori kedua adalah gamer, orang-orang yang bermain tapi belum tentu menonton esports. Dan terakhir adalah gamer kasual. Dia menjelaskan, MAD Lions akan menyasar target pasarnya satu per satu dengan perlahan.

“Pertama, kami akan menyasar fans esports yang menonton LEC dan LSO, yang juga berbahasa ibu Spanyol,” ujar Schnura. Meskipun target utama MAD Lions adalah orang-orang berbahasa ibu Spanyol, Schnura menekankan bahwa mereka juga akan tetap menyediakan konten untuk audiens internasional. MAD Lions memiliki akun media sosial yang membuat konten dalam bahasa Inggris.

“Setelah kami menemukan strategi yang tepat untuk memenangkan hati fans esports, kami baru akan mencoba menyasar para gamer. Cara untuk memenangkan hati mereka adalah dengan membuat konten yang tidak terlalu fokus pada turnamen esports, tapi pada gameplay dan gaya hidup dari para gamer,” kata Schnura. Untuk melakukan itu, MAD Lions akan bekerja sama dengan para influencer untuk membuat konten bersama. Sementara untuk menjangkau gamer kasual dan masyarakat awam, mereka akan memanfaatkan kreator konten mereka dan memainkan game-game yang tengah populer di masyarakat.

Schnura menjelaskan, MAD Lions tidak akan sembarangan bekerja sama dengan konten kreator. “Kami tidak akan bekerja sama dengan kreator konten yang terlalu agresif, yang bisa menyebabkan masalah,” aku Schnura. Dia mencontohkan, streamer yang terus memaki musuhnya atau memukul keyboard karena marah. “Kami juga akan memerhatikan audiens sang influencer. Kami ingin orang-orang yang menargetkan generasi muda, tapi juga orang-orang yang mungkin tertarik dengan esports,” ujarnya.

Sumber: Dot Esports

Riot Games dan Nielsen Bekerja Sama untuk Menganalisa Penonton LCS

Riot Games dan Nielsen dikabarkan telah memperpanjang kerja sama mereka. Kerja sama ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai angka penonton di esports League of Legends. Nielsen akan menerapkan metode pengukuran data yang baru untuk esports broadcast dan video-on-demand replay yaitu Live+. Nielsen percaya bahwa metode ini akan membantu Riot Games dalam berinteraksi dengan para penggemar League of Legends.

Riot Games juga telah bekerja sama dengan Nielsen pada bulan Juni tahun lalu untuk memperjelas return of investment para sponsor penyiaran League of Legends. Laporan sebelumnya memperlihatkan LCS berada di peringkat tiga dalam liga olahraga yang paling populer di Amerika serikat bagi penonton yang berumur 18-34 tahun.

Fans League of Legends
Sumber: DotEsports

Matthew Archambult selaku Head of Esports Partnership dari Riot Games berkomentar, “data yang bisa diandalkan dan akurat adalah hal penting untuk mereka yang berkecimpung di media. Nielsen yang sudah menerapkan metode mereka di media televisi merupakan standar di industri ini. Kami sangat senang untuk membawa hal tersebut ke LCS untuk menentukan engagement dari para penggemar League of Legends.”

Metode tersebut menggunakan metrik yang sama dengan yang mereka gunakan tahun lalu ketika bekerja sama dengan Riot Games yaitu average minute audience. Metrik yang sama digunakan oleh Nielsen dalam menentukan TV ratings untuk mendapatkan angka engagement dari penonton. Nicole Pike selaku Managing Director of Esports di Nielsen berkata, “kami sangat tertarik untuk memperkenalkan cara baru dalam menganalisis penonton pertandingan esports. Penerapan metode Live+ adalah langkah selanjutnya dalam hal ini.”

Pihak dari Riot Games melihat peningkatan viewership di VOD replay pertandingan. Hal ini membuktikan bahwa content tersebut dianggap berharga oleh penggemar League of Legends. Dengan demikian, Riot Games menganggap penting penggunaan metrik yang menghitung jumlah penonton VOD. Data yang dikumpulkan akan membantu Riot Games untuk lebih mengerti bagaimana cara para penggemar League of Legends menonton konten esports mereka.

Intinya adalah, dengan Metode ini, Riot Games berharap untuk bisa mempelajari lebih dalam mengenai para penggemar mereka. Sehingga mereka bisa memberikan konten yang lebih menarik lagi guna meningkatkan viewership di liga esports League of Legends. Data yang bisa diandalkan tersebut juga membantu Riot Games untuk menjelaskan return of investment kepada para sponsornya.

Valorant, Game FPS dari Riot Games Mulai Nampak ke Permukaan

Riot Games sangat ambisius di tahun 2020 ini. Pasalnya, mereka mengumumkan akan membuat beberapa game di genre yang berbeda. Legend of Runeterra yang merupakan card game bertema League of Legends telah memasuki fase beta pada bulan Januari kemarin. Selanjutnya, Riot Games juga memperkenalkan game ber-genre FPS mereka yang dinamakan Project A. Melihat video trailer-nya, Project A bagaikan gabungan antara CS:GO dan Overwatch. Hero-based FPS memang menarik untuk dimainkan bagi penggemar genre MOBA dan FPS. Tetapi setelah pengumuman trailer-nya, Riot Games belum memberikan informasi lebih lanjut mengenai Project A mereka. Tetapi mereka memastikan akan memberikan update di tahun 2020 ini.

Dikutip dari Daily Esports, baru-baru ini ada seseorang yang mendapatkan informasi mengenai pendaftaran merek dagang “Valorant” oleh Riot Games. Belum bisa dipastikan apakah merek yang terdaftar ini untuk digunakan di game FPS Project A mereka. Bersamaan dengan penemuan ini, tiba-tiba Twitter dikejutkan dengan munculnya akun @PlayVALORANT yang sudah diikuti oleh para atlet esports CS:GO dan Rainbow Six Siege. Pada akun Twitter tersebut, terdapat banner yang menunjukkan angka 02.

 

Screenshot game Project A juga tersebar di Twitter. Akun @ValorantTheGame  menyebarkan screenshot saat fase pemilihan karakter di game Project A. Di screenshot ini terlihat beberapa karakter dan informasi mengenai skill yang dimiliki oleh Sage. Berperan sebagai support, Sage memiliki beberapa skill yaitu Barrier Orb, Slow Orb, Healing Orb dan Resurrection.

Viper juga sempat diperlihatkan di trailer Project A. Skill yang ia miliki lebih terlihat offensive dibandingkan Sage. Jumlah skill yang dimiliki para karakter ini lebih banyak dibandingkan dengan para karakter di Overwatch. Begitu banyak active skill, Project A memiliki elemen MOBA yang kental. Yang membuat saya penasaran, seberapa liar developer Project A untuk menciptakan skill mechanic di game-nya.

Update: Riot Games juga telah merilis laman resmi dari Valoran yang bisa Anda akses di tautan ini.