Insta360 One R Adalah Action Cam dengan Lensa Lepas-Pasang Layaknya Kamera Mirrorless

Kamera 360 derajat bukan untuk semua orang. Itulah mengapa belakangan produsen seperti GoPro dan Insta360 turut menyertakan fitur untuk mengekstrak atau merekam video standar pada kamera 360 derajatnya.

Namun kalau menurut Insta360, video standar hasil reframing dari video 360 derajat ini kualitasnya masih kalah jika dibandingkan dengan rekaman kamera biasa. Berkaca pada kesimpulan tersebut, mereka merancang Insta360 One R, sebuah action cam yang dideskripsikan mampu beradaptasi sesuai kebutuhan.

Insta360 One R

Untuk mewujudkannya, Insta360 mengambil rute modular. Satu unit One R terdiri dari tiga jenis modul yang berbeda: Battery Base, Core yang memuat layar sentuh dan bisa dihadapkan ke sisi pengguna atau sebaliknya, dan Lens Mod yang dapat diganti-ganti layaknya sebuah kamera mirrorless. Lens Mod inilah yang menjadi daya tarik utama One R.

Saat pengguna hendak merekam video 360 derajat, mereka dapat memasangkan Dual-Lens 360 Mod yang dapat merekam sisi depan dan belakang sekaligus, sebelum akhirnya digabungkan secara otomatis menjadi satu video 360 derajat beresolusi 5,7K. Kalau ingin merekam video biasa, tinggal lepas dan ganti dengan 4K Wide Angle Mod yang mendukung perekaman dalam resolusi 4K 60 fps serta slow-motion sampai 8x kecepatan asli.

Insta360 One R

Terakhir, ada 1-Inch Wide Angle Mod yang mengemas sensor 1 inci dan komponen optik hasil kolaborasi Insta360 dengan Leica. Mod ini sejatinya adalah versi lebih mumpuni dari 4K Wide Angle Mod, sanggup merekam video 5,3K maupun memotret foto 19 megapixel, dan berhubung ukuran sensornya besar, performanya di kondisi low-light bisa diandalkan.

Ketiga modul lensa ini turut mendukung fitur-fitur seperti sistem stabilization FlowState yang sangat efektif meredam guncangan, mode perekaman HDR maupun Night Shot untuk di pencahayaan minim ala ponsel-ponsel terkini. Satu fitur khusus untuk Dual-Lens 360 Mod yang menarik adalah Auto Frame, yang dirancang untuk memudahkan proses penyuntingan dengan merekomendasikan sejumlah subjek yang teridentifikasi dari keseluruhan video.

Insta360 One R

Secara fisik, dimensi One R tidak jauh berbeda dari action cam standar macam GoPro Hero8 Black. Sertifikasi IPX8 memastikan ia tahan air sampai kedalaman 5 meter tanpa bantuan casing tambahan, dan jika diperlukan, ada aksesori Dive Case yang siap membawanya sampai 60 meter di bawah air.

Urusan audio, One R dibekali dengan sepasang mic internal, namun pengguna dapat dengan mudah menyambungkan mikrofon eksternal via port USB-C, lalu menempatkannya di atas kamera dengan bantuan Accessory Shoe. One R juga mendukung pengoperasian via perintah suara, cocok untuk skenario seperti ketika kamera dipasangkan di atas helm.

Insta360 One R

Insta360 saat ini sudah memasarkan One R dalam tiga bundel yang berbeda, berikut rinciannya:

Ke depannya, Insta360 juga akan memasarkan bundel yang lebih ekstrem, yakni Insta360 One R Aerial Edition yang mencakup sistem mounting khusus supaya kamera bisa dipasangkan pada sejumlah drone. Di luar itu, konsumen juga dipersilakan membeli modul pendukung, seperti misalnya modul Boosted Battery Base yang memiliki kapasitas baterai dua kali lebih besar.

Sumber: Insta360.

Setahun Setelah Diungkap, Kamera Mirrorless Zenit M Akhirnya Tersedia Secara Global

Ajang Photokina tahun lalu menjadi saksi atas munculnya kembali brand kamera legendaris asal Rusia, Zenit. Kala itu, mereka mengumumkan Zenit M, kamera pertamanya sejak berhenti memproduksi di tahun 2005. Setelah sebelumnya lebih dulu dipasarkan di dataran Eropa, Zenit M kini sudah siap go international.

Bagi yang ketinggalan berita, Zenit M pada dasarnya merupakan kamera mirrorless yang identik dengan Leica M (Typ 240). Perbedaannya hanya tampak dari sejumlah elemen desain, serta penggunaan software bikinan Zenit. Juga berbeda adalah dudukan lensanya, yang hanya bisa menerima segelintir lensa buatan Zenit sendiri.

Zenit M

Memasangkan lensa Leica sebenarnya bisa saja, akan tetapi fitur koreksi otomatisnya jadi tidak berjalan. Itulah mengapa Zenit M dibundel bersama lensa Zenitar 35mm f/1.0. Tidak seperti bodi kameranya yang dibuat di Jerman, lensanya ini murni dirancang dan dirakit sendiri oleh Zenit. Dua lensa lain yang tersedia secara terpisah adalah 50mm f/1.0 dan 21mm f/2.8.

Selebihnya, spesifikasi Zenit M sama persis seperti Leica M (Typ 240), mulai dari sensor full-frame 24 megapixel-nya, sampai LCD 3 inci di belakangnya. Ini berarti Zenit M juga hanya bisa merekam video dalam resolusi maksimum 1080p saja. Kendati demikian, saya pribadi belum pernah berjumpa dengan pengguna Leica yang memakai kameranya untuk merekam video.

Zenit M

Berhubung basisnya Leica, tidak mengherankan apabila Zenit M dibanderol mahal: $6.995, dan itu sudah dengan status “sale” di situsnya. Konsumen yang tertarik sepertinya harus cepat memesan mengingat Zenit hanya akan memproduksinya sebanyak 500 unit saja. Meski begitu, mereka rupanya masih harus menunggu apabila mengincar varian yang berwarna serba hitam.

Sumber: DPReview dan Leica Rumors.

Drone Yuneec Typhoon H3 Unggulkan Kamera Hasil Kolaborasinya dengan Leica

Drone yang menarik tidak selalu datang dari DJI. Karya terbaru Yuneec berikut ini adalah contohnya. Dinamai Typhoon H3, daya tarik utamanya terpusat pada kameranya, yang ternyata merupakan hasil kerja sama antara Yuneec dan Leica.

Kamera ini mengemas sensor CMOS 1 inci beresolusi 20 megapixel, dengan kemampuan merekam video pada resolusi maksimum 4K 60 fps dan bitrate 100 Mbps. Pengaturan-pengaturan parameter seperti auto white balance, reproduksi warna, sharpening, de-noising, dan lain sebagainya Yuneec percayakan kepada Leica.

Mode perekaman ‘mentah’ 10-bit Y-Log dan DNG pun juga tersedia, dan lagi-lagi semuanya disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh Leica. Kamera ini menyambung ke gimbal 3-axis, dan ia siap memutar 360° untuk mengambil gambar panoramik. Video hyperlapse pun juga dapat dibuat berkat interval pengambilan gambar JPEG yang pendek.

Yuneec Typhoon H3

Typhoon H3 melanjutkan jejak Typhoon H yang diperkenalkan lebih dari tiga tahun silam. Yang dibanggakan kala itu adalah teknologi Intel RealSense untuk mendeteksi sekaligus menghindari berbagai rintangan yang ditemui selama mengudara, dan sekarang Yuneec juga ingin kameranya bisa mencuri perhatian.

Drone berwujud hexacopter ini datang bersama remote control besar yang mengemas layar sentuh 7 inci dan sistem berbasis Android. Live view dari kamera drone dapat dilihat dalam resolusi 720p, dan jarak transmisinya sendiri mencapai 1,6 kilometer.

Yuneec Typhoon H3

Typhoon H3 mendukung penggunaan dua remote control sekaligus, sehingga dua orang bisa berbagi tugas mengendalikan pergerakan drone dan kameranya secara terpisah. Kalau tidak mau pusing, tentu saja Typhoon H3 juga dilengkapi sejumlah mode penerbangan otomatis dengan fungsi yang berbeda-beda: Follow Me/Watch Me, Curve Cable Cam, Orbit, dan Journey.

Dalam sekali pengisian, baterai Typhoon H3 bisa menemaninya mengudara hingga 25 menit. Sejauh ini Yuneec belum mengungkap informasi mengenai perilisannya, akan tetapi kalau menurut rumor yang beredar, harganya diperkirakan berkisar $2.200 untuk bundel standarnya.

Sumber: DPReview.

Leica Q2 Mendarat di Indonesia, Pocket Camera Bersensor Full Frame 47,3MP

Sebagai seorang penggemar fotografi, saya amat antusias mencoba berbagai jenis kamera baru dari brand berbeda. Saya sudah me-review Sony Alpha A7 III, Panasonic Lumix DC-GH5, Canon EOS R, hands-on Fujifilm GFX 50R, dan banyak lagi.

Hari ini, saya datang ke acara peluncuran Leica Q2. Leica Store Indonesia membanderol pocket camera dengan sensor full frame beresolusi 47,3-megapixel ini seharga Rp81,9 juta dan mulai tersedia tanggal 19 Maret 2019.

Leica-Q2

Jelas saya tidak bisa membandingkan kamera Leica ini dengan kamera buatan pabrikan kamera asal Jepang yang berlomba-lomba dalam mengadopsi teknologi kamera. Tapi, saya percaya tiap brand kamera memiliki nilai-nilai yang membedakan satu dengan yang lainnya.

Easy to Use

Leica-Q2

Saya hanya sebentar mencoba Leica Q2, karena unit demonya hanya satu dan harus bergantian dengan yang lain. Dari sisi tampilan, desain Leica Q2 amat detail, klasik tapi sangat berkelas.

Build quality-nya terasa sangat solid dengan sasis magnesium yang weather resistant (IP52). Body dan lensanya dilengkapi dengan perlindungan terhadap debu (dust) dan cipratan air (splash).

Leica-Q2

Pengoperasiannya pun simple, ada dua cara untuk menetapkan titik AF yaitu lewat layar sentuh 3 inci yang beresolusi 1,04 juta dot atau menggunakan tombol navigasi d-pad empat arah.

Di sebelah kiri layar terdapat tiga tombol yaitu Play, FN, dan Menu. Kemudian ada tombol programmable di ujung kanannya. Sementara, di atas ada dua kenop untuk mengatur exposure.

Menariknya, dengan menekan tombol Menu sekali maka akan muncul menu ‘Favorit’ yang terdapat 15 shortcut yang bisa disesuaikan. Bila menekannya dua kali akan muncul menu utama.

Leica-Q2

Electronic viewfinder-nya (EVF) menggunakan panel OLED beresolusi 3,68 juta dot dengan pembesaran 0,76x. Kenop dioptri disamping EVF harus ditekan sebelum bisa diputar untuk mencegah perubahan yang tidak disengaja.

Lensa Fix 28mm

Leica-Q2

Inti dari Leica Q2 adalah sensor full frame 47,3-megapixel dan lensa fix Summilux 28mm f1.7 APH. Lensa terdiri dari 11 elemen dalam 9 grup, dengan 3 elemen aspherical dan optical stabilized.

Dibantu dengan prosesor Maestro II yang mampu menjepret tanpa henti 10 fps dengan mechanical shutter dan hingga 20 frame dengan electronical shutter. Kecepatan auto focus-nya 0,15s dan sensitivitasnya berada di rentang ISO 50 hingga 50.000.

Leica-Q2

Bagi yang membutuhkan fleksibilitas lebih dalam mengatur komposisi foto, Leica Q2 memiliki crop mode yang memungkinkan kita untuk memotret dengan pilihan focal length 35mm (30MP), 50mm (15MP), dan 75mm (6,6MP). Berkat resolusinya yang tinggi, kualitas hasil fotonya pun tetap terjaga baik.

Leica-Q2
Ambassador Leica, Mario Wibowo/ Foto: Lukman Azis

Saya tidak bisa mencoba Leica Q2 berlama-lama karena keterbatasan unit. Tapi, saya melihat jepretan dari salah satu ambassador Leica, Mario Wibowo yang ditampilkan di sana, hasilnya memang mengundang decak kagum, tajam dan warnanya begitu khas.

Perekam Video 4K

Leica-Q2

Untuk sekedar mengambil footage, Leica Q2 mampu merekam video 4K pada 24 fps atau 30 fps. Serta, video slow-motion 120 fps pada resolusi Full HD. Perlu diketahui, Leica Q2 tidak memiliki port audio untuk mencapkan mikrofon eksternal.

Daya tahan baterainya 30 persen lebih baik dari Leica Q, dari 250 shot menjadi 370 shot. Kamera ini sudah dilengkapi konektivitas WiFi dan Bluetooth, hasil jepretannya bisa dikirim ke smartphone dengan mudah menggunakan aplikasi Leica Fotos.

Verdict

Leica-Q2

Saya perlu menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leica Q2 untuk lebih memahami nilai-nilai yang ditawarkan, tapi saya harus mengantri lama untuk peminjaman unit review-nya. Kesan awal saya, Leica Q2 menawarkan kemudahan untuk mendapatkan foto berkualitas secara instan.

Buat fotografer profesional, kamera ini mungkin bakal merepotkan bila dijadikan kamera utama tapi sempurna sebagai kamera kedua. Harganya yang mencapai Rp81,9 juta, target pasarnya memang lebih segmented. Cocoknya untuk siapa ya?

Masih Ringkas, Leica Q2 Usung Sensor Full-Frame 47 Megapixel dan Bodi Weatherproof

Hampir empat tahun berselang, Leica Q akhirnya resmi punya penerus, bukan sebatas varian baru yang mengusung perubahan minor. Dinamai Leica Q2, penampilan luarnya nyaris sama, akan tetapi hampir semua bagian dalamnya sudah dirombak secara drastis.

Yang paling utama, resolusi sensor full-frame miliknya naik secara signifikan, dari ‘cuma’ 24 megapixel menjadi 47,3 megapixel pada Q2 – kebetulan resolusi sensor Lumix S1R sama persis, tapi apa benar cuma kebetulan? Dibantu dengan prosesor Maestro II, sensor ini mampu menjepret tanpa henti dengan kecepatan 10 fps, sedangkan sensitivitasnya berada di rentang ISO 50 – 50000.

Lensa yang menancap adalah Leica Summilux 28mm f/1.7 ASPH, bisa jadi sama seperti yang terpasang pada pendahulunya. Kendati demikian, Q2 masih menawarkan fleksibilitas dalam mengatur komposisi berkat fitur crop yang memungkinkan pengguna untuk memotret dengan pilihan focal length 35mm, 50mm, dan 75mm.

Juga merupakan perubahan besar adalah kemampuan merekam videonya. Bukan lagi 1080p, resolusi 4K sudah menjadi opsi standar di sini. Tidak pernah ada yang bilang kamera Leica cuma pantas dipakai untuk memotret saja, bukan?

Leica Q2

Meski fisik Q2 nyaris identik dengan pendahulunya, Leica sebenarnya sudah menerapkan sejumlah perbaikan desain demi menjadikannya lebih intuitif. Dari yang sepele seperti kenop dioptri untuk viewfinder elektronik (EVF), yang kini harus ditekan terlebih dulu sebelum bisa diputar demi mencegah perubahan yang tidak disengaja.

Perubahan sepele lain yang sangat bermanfaat adalah tombol programmable pada kenop di ujung kanannya. Tombol pengoperasiannya juga sudah disederhanakan menjadi tiga saja, diposisikan di sebelah kiri LCD 3 inci beresolusi 1,04 juta dot-nya.

Leica Q2

Untuk EVF-nya, Q2 masih menggunakan panel beresolusi 3,68 juta dot, namun panel tersebut kini merupakan panel OLED, serta sudah mendukung refresh rate yang tinggi demi meminimalkan lag. Kita juga tidak boleh lupa bahwa Leica Q2 mengusung sasis magnesium yang weather resistant (IP52), dan itu tanpa mengubah dimensinya jika dibandingkan dengan Leica Q orisinal.

Wi-Fi dan Bluetooth LE sudah menjadi fitur standar pada Q2, sedangkan baterainya diklaim sedikit lebih awet karena bisa tahan sampai 370 jepretan. Leica Q2 saat ini sudah dipasarkan dengan banderol $4.995, tidak berbeda terlalu jauh dari harga awal Leica Q.

Sumber: PetaPixel dan DPReview.

Leica Q-P Adalah Kamera Compact Bersensor Full-Frame dengan Penampilan Stealthy

Sebagai brand yang amat tersohor, Leica bebas meluncurkan edisi khusus dari produk-produknya yang sudah ada. Coba lihat saja Leica Q. Kamera compact bersensor full-frame itu sejauh ini sudah tersedia dalam dua edisi terbatas: satu edisi khusus Indonesia, satu lagi Leica Q Snow yang dirilis menjelang olimpiade musim dingin Februari lalu.

Baru-baru ini, Leica kembali memperkenalkan edisi anyar Leica Q. Kali ini bukanlah yang berkuantitas terbatas, melainkan varian baru bernama Leica Q-P. Embel-embel “P” pada dasarnya menandakan fokus pada aspek stealthy, seperti yang sebelumnya ditunjukkan oleh Leica M10-P.

Leica Q-P

Kesan stealthy itu tersirat dari hilangnya logo merah khas Leica di bagian depan, digantikan oleh ukiran mereknya saja di pelat atas. Pendekatan desain semacam ini pada dasarnya ditujukan kepada para street photographer, yang sering kali tidak mau mengundang perhatian ketika sedang ‘berburu’ di sudut-sudut kota.

Pembaruan lain yang diusung Q-P terletak pada tombol shutter-nya. Leica bilang sensasi taktil tombol ini lebih terasa ketimbang pada Leica Q standar. Mungkin kedengarannya sepele, tapi cukup membantu bagi yang setiap harinya menjepret ratusan foto.

Leica Q-P

Selebihnya, Q-P tidak berbeda dari Q biasa. Sensor full-frame yang tersemat masih sama dan masih beresolusi 24 megapixel, demikian pula lensa Summilux 28mm f/1.7 ASPH yang terpasang. Viewfinder dan layar sentuh 3 incinya pun sama, masing-masing dengan resolusi 3,68 juta dan 1,04 juta dot.

Soal harga, kalau Leica Q standar dibanderol $4.250, Leica Q-P harus ditebus lebih mahal seharga $4.995. Harga tersebut sudah termasuk sebuah leather strap dan satu baterai cadangan.

Sumber: DPReview.

Leica Kembali Luncurkan Kamera Mirrorless Full-Frame Tanpa LCD, Leica M10-D

Yang namanya kamera digital, sudah pasti ada sebuah layar di bagian belakangnya untuk melihat hasil jepretannya. Namun pakem ini tidak berlaku buat perusahaan sekelas Leica. Dua tahun lalu, mereka mengejutkan industri fotografi dengan meluncurkan kamera mirrorless tanpa LCD bernama Leica M-D.

Bukannya kapok, Leica malah mematangkan ide gilanya ini. Baru-baru ini, maestro kamera asal Jerman itu memperkenalkan Leica M10-D, suksesor M-D yang juga tidak dibekali layar sama sekali.

Leica M10-D

Di saat Leica M10-P menghadirkan layar sentuh pada bodi Leica M10, M10-D malah meniadakannya. Sebagai gantinya, ada satu kenop besar yang menghuni bagian belakangnya. Namun tidak seperti M-D, kenop pada M10-D ini bukan berfungsi untuk mengatur tingkat ISO.

Kenopnya sendiri terbagi menjadi dua: kenop bagian dalam untuk mengatur exposure compensation (+3 sampai -3), sedangkan kenop bagian luarnya untuk mematikan dan menyalakan kamera, serta untuk mengaktifkan koneksi Wi-Fi.

Ya, M10-D setidaknya masih memberikan pengguna opsi untuk mengatur komposisi sekaligus melihat hasil jepretannya via smartphone. Selain fungsi remote control, aplikasi pendampingnya ini juga mendukung fungsi transfer gambar, baik yang diambil dalam format JPEG maupun DNG.

Leica M10-D

Secara teknis, M10-D mengusung spesifikasi yang identik dengan M10 dan M10-P, yang mencakup sensor full-frame 24 megapixel dan prosesor Maestro II. Kamera dilengkapi penyimpanan internal sebesar 2 GB, tapi ada juga slot SD card yang tersembunyi di pelat bawahnya.

Satu hal sepele namun unik adalah kehadiran semacam tuas rol film di pelat atasnya seperti yang terdapat pada kamera analog. Namun fungsi tuas ini ternyata tidak lebih dari sebatas grip tambahan untuk ibu jari.

Leica M10-D saat ini telah dipasarkan seharga $7.995, nyaris $2.000 lebih mahal daripada Leica M-D. Aksesori electronic viewfinder yang bisa dipasangkan ke hotshoe milik M10-D ditawarkan secara terpisah seharga $575.

Sumber: DPReview.

Zenit Bangkit Kembali dengan Kamera Mirrorless Full-Frame, Zenit M

Penggemar sekaligus pengguna kamera Leica semestinya pernah mendengar pabrikan bernama Zenit. Di era fotografi film, merek asal Rusia tersebut pernah berjaya berkat sejumlah kamera jiplakan produk-produk Leica, sampai akhirnya mereka berhenti memproduksi kamera di tahun 2005.

Namun di tahun 2016, Shvabe Holding selaku pemegang merek Zenit mengumumkan bahwa mereka berniat menghidupkan brand itu kembali. Setahun setelahnya, niat mereka semakin jelas dengan rencana meluncurkan kamera mirrorless full-frame di tahun 2018, dan itu ternyata bukan bualan semata.

Di ajang Photokina 2018, di tengah-tengah pengumuman dari brandbrand besar, Zenit memperkenalkan Zenit M. Kalau sebelumnya mereka banyak mencontek Leica, kali ini Zenit bekerja sama langsung dengan Leica; Zenit M dibuat dengan Leica M (Typ 240) sebagai basisnya.

Leica M (Typ 240) / Leica
Leica M (Typ 240) / Leica

Kendati demikian, Zenit bilang bahwa mereka telah melakukan modifikasi baik pada hardware maupun software guna merealisasikan Zenit M, yang seharusnya berarti ini bukan revisi kosmetik semata. Menemani Zenit M adalah lensa Zenitar 35mm f/1 yang proses desain dan produksinya diklaim 100% berlangsung di Rusia.

Menurut Zenit, lensa ini sanggup menghasilkan gambar dengan efek soft focus dan bokeh yang unik tanpa memerlukan pemrosesan digital tambahan. Secara keseluruhan, penampilan Zenit M memang sengaja dibikin mirip dengan kamera-kamera lawas buatan mereka.

Zenit M

Zenit sejauh ini belum membeberkan spesifikasi M, akan tetapi semestinya identik dengan Leica M (Typ 240), yang mencakup sensor CMOS full-frame 24 megapixel, ISO 6400, continuous shooting 3 fps, perekaman video 1080p, LCD 3 inci beresolusi 920 ribu dot, live view focusing, dan viewfinder dengan tingkat perbesaran 0,68x.

Rencananya, kamera ini akan mulai dipasarkan di Eropa pada bulan Desember mendatang. Harganya belum diungkap, tapi sebagai referensi, Leica M (Typ 240) yang menjadi basisnya sampai sekarang masih bisa dibeli seharga $6.000.

Sumber: PetaPixel dan Shvabe.

Leica S3 Sapa Penggemar DSLR Medium Format Tahun Depan

Photokina 2018 dimanfaatkan Leica untuk merayakan ulang tahun ke-10 DSLR medium format-nya, Leica S2. Pabrikan asal Jerman itu juga mengumumkan suksesornya, Leica S3, yang membawa sejumlah penyempurnaan dalam wujud yang tidak jauh berbeda.

Peningkatan yang paling signifikan, seperti yang sudah bisa kita duga, adalah di sektor resolusi. Sensor ProFormat (45 x 30 mm) yang digunakan S3 menawarkan resolusi 64 megapixel, naik hampir dua kali lipat dibanding sensor tipe CCD yang tertanam pada Leica S2.

S3 tidak lupa menjanjikan kemampuan merekam video 4K, dengan jaminan hasil yang berkualitas berkat pemanfaatan seluruh penampang sensor, serta tampilan khas medium format. Urusan continuous shooting, Leica S3 sanggup menjepret dalam kecepatan 3 fps.

Leica S3

Selebihnya, detail mengenai S3 masih minim. Leica cuma bilang bahwa sistem autofocus-nya dipastikan cepat sekaligus akurat, dan kamera akan dibekali viewfinder optik yang besar dan terang – S3 termasuk kategori DSLR, sehingga wajar apabila yang digunakan bukanlah viewfinder elektronik.

Rencananya, Leica S3 akan dipasarkan mulai musim semi tahun 2019. Harganya belum diungkap, tapi sudah pasti mahal. Buktinya, Leica S (Typ 007) (yang menggantikan sensor tipe CCD milik S2 dengan sensor CMOS di tahun 2014) masih bisa dibeli seharga $20.000.

Sumber: PetaPixel dan DPReview.

Leica M10-P Siap Menggoda Street Photographer Berkantong Tebal

Leica belum lama ini mengungkap suksesor dari kamera mirrorless Leica M10 yang dirilis pada awal tahun lalu. Dinamai Leica M10-P, pembaruan yang dibawanya tergolong sedikit (desainnya sama), akan tetapi cukup signifikan terutama bagi para penggiat street photography.

Itu dikarenakan desain M10-P yang lebih minimalis sekaligus stealthy; Anda tak akan menemukan logo merah khas Leica di mana pun pada M10-P. Perubahan kecil namun sepele ini setidaknya bisa membantu menimbulkan kesan di mata publik bahwa sang fotografer tidak sedang menggunakan kamera mahal, sehingga momen-momen candid bisa diabadikan dengan lebih leluasa.

Leica M10-P

Juga sangat membantu menyuguhkan kesan stealthy itu adalah bunyi shutter mekanis yang jauh lebih halus. Bunyi jepretan M10-P nyaris tidak terdengar sama sekali, apalagi kalau kita menggunakannya di tempat-tempat umum.

LCD 3 inci di bagian belakangnya sepintas terlihat sama, akan tetapi Leica telah membubuhkan panel sentuh untuk memudahkan pengoperasian. Kehadiran touchscreen pastinya akan sangat membantu ketika melihat-lihat hasil foto, plus bakal mempermudah pengaturan fokus yang lebih presisi.

Leica M10-P

Selebihnya, M10-P mengusung spesifikasi utama yang sama persis seperti pendahulunya, yakni sensor CMOS full-frame 24 megapixel, dengan rentang ISO 100 – 50000. Tidak ada satu pun colokan di tubuhnya, tapi untungnya masih ada Wi-Fi. Viewfinder dan lain sebagainya pun masih identik dengan M10 standar.

Leica M10-P saat ini sudah dipasarkan seharga $7.995 dalam dua pilihan warna: hitam-silver atau serba hitam. Kenaikan harganya dibandingkan M10 standar terbilang sangat tinggi jika melihat minimnya fitur baru yang dihadirkannya, tapi ya begitulah Leica.

Sumber: DPReview.