CashCash Obtains Fresh Funding, Yet to Acquire License in Indonesia

Cashcash, a financial technology service running a business in Indonesia, has just received Series A funding. However, the business license of service as a P2P lending aggregator is yet to be issued. The website (cashcash.id) is blocked by Telkom and Telkomsel, the app is not available in Indonesia. CashCash is not a P2P lending but an aggregator collecting online loan products and providing discussion feature for its users.

According on the Kr-Asia report, CashCash managed to secure Series A funding worth millions of dollars from Zhen Fund, Zero2IPO, and Rong360. Lin Yi, CashCash’ CEO, said in the report that CashCash was well received in Indonesia, in a position as an aggregator or user liaison to other online loan services. CashCash also said to provide the best loan service with a feature for the user community to rate, comment, and compare the current fintech products.

In Indonesia, CashCash, developed by Firestorm-sea included in the list of the unregistered or unauthorized services in OJK, Indonesia’s FSA. DailySocial acknowledges there are two sites related to CashCash. First is CashCash.id which already blocked by Telkom and Telkomsel.

Then, there’s also a mobile app which hasn’t available in Indonesia. It refers to the CashCashpro.id managed by PT Digital Kuantum Teknologi (DKT).

Cashcash obtains another investment, yet to acquire business license in Indonesia

Lin Yi on the report said CashCash involved in the list of unauthorized financial technology services because they’re in the process of submitting business license in Indonesia.

He emphasized on CashCash position, not as a P2P service. It only provides a list of loan products collected from more than 60 third party online loan providers with the feature for community comments for users can discuss in advance.

P2P lending is getting more attractive

It was getting crowded with many of China’s P2P lending services entering Indonesia. The government had issued the list of unregistered services to prevent the public from unreasonable interest.

The online loan industry becomes the most popular financial technology sector in Indonesia. Bank Rakyat Indonesia, as one of the largest in this country, will issue an online loan service adopting the P2P lending system. It’s called Pinang and managed by BRI Agro.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

CashCash Amankan Dana Baru, Belum Berizin di Indonesia

CashCash, sebuah layanan teknologi finansial yang beroperasi di Indonesia, baru saja mendapat pendanaan Seri A. Meskipun demikian, di waktu yang sama, izin beroperasi layanan yang berperan sebagai agregator layanan P2P lending ini belum keluar. Situsnya (Cashcash.id) diblokir Telkom dan Telkomsel dan aplikasinya tidak tersedia untuk regional Indonesia. CashCash bukanlah layanan P2P lending, melainkan agregator yang mengumpulkan produk pinjaman online dan menyediakan fitur diskusi bagi penggunanya.

Berdasarkan laporan Kr-Asia, CashCash berhasil mengamankan pendanaan Seri A dengan nominal mencapai jutaan yang didapat dari Zhen Fund, Zero2IPO, dan Rong360. CEO CashCash Lin Yi di laporan tersebut menerangkan bahwa CashCash cukup diterima baik di Indonesia, dengan memosisikan diri sebagai agregator atau penghubung pengguna dengan layanan peminjaman online lainnya. CashCash juga disebut mencoba menyajikan produk pinjaman terbaik dengan adanya fitur bagi komunitas pengguna untuk menilai, memberikan komentar dan perbandingan produk-produk keuangan yang ada.

Di Indonesia, CashCash yang dikembangkan Firestorm-sea masuk dalam daftar aplikasi atau layanan yang belum terdaftar atau tidak berizin OJK. Dari penelusuran DailySocial, ada dua situs terkait Cashcash. Pertama adalah Cashcash.id yang diblokir Telkom dan Telkomsel.

Kemudian ada pula aplikasi mobile yang belum tersedia untuk regional Indonesia. Aplikasi tersebut mengacu ke situs Cashcashpro.id yang dikelola PT Digital Kuantum Teknologi (DKT).

Tampilan laman GooglePlay Cashcashpro

Lin Yi di pemberitaan lanjutan menyebutkan, masuknya CashCash dalam daftar layanan teknologi finansial yang belum memiliki izin karena saat ini mereka dalam proses mengajukan permohonan lisensi untuk beroperasi di Indonesia.

Lin menegaskan bahwa CashCash bukanlah sebuah layanan P2P. Pihaknya hanya menyediakan daftar produk-produk pinjaman yang dikumpulkan dari lebih dari 60 penyedia pinjaman online pihak ketiga, lengkap dengan fitur komentar komunitas sehingga pengguna bisa berdiskusi terlebih dahulu.

P2P lending yang semakin diminati

Indonesia sempat gaduh dengan banyaknya layanan P2P lending dari Tiongkok yang masuk ke Indonesia. Pemerintah kemudian mengeluarkan daftar mereka yang belum berizin untuk menghindarkan masyarakat dari bunga yang besar dan mencekik.

Industri pinjaman online menjadi salah satu sektor teknologi finansial yang paling populer di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia, sebagai salah satu layanan perbankan terbesar di negeri ini, akan mengeluarkan layanan peminjaman online yang mengadopsi sistem P2P lending. Layanan tersebut dinamai Pinang dan dikelola BRI Agro.

Startup “Lending Aggregator” PinjemDoku Rilis Platform E-Loan Application

Startup fintech lending aggregator PinjemDoku merilis platform B2B e-loan aplication untuk mempermudah layanan kepada calon debitur. Untuk langkah awal, Bank Perkreditan Rakyat BPR Dana Berkah Lestari (BPR DBL) menjadi perusahaan pertama yang menggunakan platform tersebut.

Pemanfaatan aplikasi, diharapkan akan membantu BPR DPL memberikan pelayanan yang lebih kepada calon debitur, terutama dalam hal kecepatan proses persetujuan kredit. Juga, menekan ongkos pemasaran BPR jadi ebih efisien.

Jenis kredit yang disasar dalam PinjemDoku adalah kredit konsumer, misalnya KPR, KTA, dan KKB yang membutuhkan jaminan BPKB, sertifikat, surat tagihan, atau polis asuransi/anuitas.

BPR DBL saat ini beroperasi di wilayah Depok, Tangerang, Bogor, Bekasi dan Jakarta Selatan.

Adapun model bisnisnya, pemasar BPR DBL menggunakan aplikasi PinjemDoku untuk melakukan pengajuan pinjaman. Pengajuan secara real time akan diterima tim kredit support yang akan segera melakukan proses BI checking.

Calon debitur yang tidak masuk ke dalam daftar hitam perbankan dapat langsung dikunjungi oleh tim survey, menggunakan aplikasi untuk merekam data survei. Hasil survei akan segera terkirim ke kantor pusat untuk dilakukan analisa oleh analis kredit.

Dengan bantuan sistem scoring yang ada, maka analis kredit dapat segera memberikan rekomendasi kepada komite kredit terkait kelayakan calon debitur memperoleh kredit.

“BPR itu umumnya memiliki keterbatasan modal makanya kurang memiliki kapabilitas ketika ingin menggunakan teknologi digital. Dengan PinjemDoku, meski proses pengajuannya sudah digital, namun verifikasinya masih manual karena membutuhkan tanda tangan basah,” kata Chief Marketing Officer PinjemDoku Gembong Prakoso kepada DailySocial.

Platform e-loan application ini juga telah terintegrasi dengan sistem di asuransi jiwa dan umum untuk memulai proses persetujuan aplikasi. Dalam hal ini, perusahaan yang ditunjuk adalah Asuransi Reliance Life dan Asuransi Bintang.

Sistem akan secara otomatis melakukan kategori risiko kesehatan calon debitur. Apabila memiliki risiko kesehatan yang rendah, mereka akan disetujui oleh pihak asuransi. Jika komite kredit di BPR menyetujui pengajuan, maka sertifikat asuransi akan terbit.

Di sisi lain, jika sistem PinjemDoku mengategorikan calon debitur memiliki risiko kesehatan yang tinggi, maka sistem akan menerbitkan surat pengantar medis. Surat tersebut harus dibawa ke provider rumah sakit yang telah bekerja sama dengan asuransi.

“Dengan adanya sistem terintegrasi ini, BPR dapat menekan ongkos pemasaran hingga 30%. Mereka pun bisa bersaing secara sehat dengan perbankan lainnya.”

Gembong menerangkan pihaknya berkomitmen akan menambah BPR lainnya untuk bergabung sebagai mitra. Hal ini seiring visi perusahaan yang ingin mendigitalkan perekonomian rakyat.

“BPR DBL merupakan piloting untuk rencana PinjemDoku melakukan kerja sama strategis dengan seluruh BPR di seluruh Indonesia, sebagai langkah nyata misi kami yang ini mendigitalkan perekonomian rakyat,” pungkas Gembong.