Laowa 10mm F2 Zero-D MFT Adalah Lensa Ultra-Wide-Angle Compact untuk Kamera MFT Berbadan Kecil

Kamera mirrorless yang menggunakan sensor Micro Four Thirds (MFT) memiliki crop factor 2x dibanding full frame. Ini berarti bila pengguna ingin menangkap pemandangan yang lebar, maka membutuhkan lensa ultra-wide-angle.

Baru-baru ini, Venus Optics telah mengumumkan lensa ultra-wide-angle keduanya dengan teknologi Zero-Distortion untuk sistem Micro Four Thirds yakni Laowa 10mm F2 Zero-D MFT, sebelumnya sudah ada Laowa 7.5mm F2 MFT. Dimensi lensa ini sangat compact, sehingga cocok digunakan untuk kamera MFT berbadan kecil dan memiliki focal length setara 20mm di full frame.

Laowa 10mm F2 Zero-D MFT ini terdiri dari sebelas elemen dan dalam tujuh grup, termasuk tiga elemen extra-low dispersion. Ukuran panjangnya hanya 41mm, diameter 53mm, dan beratnya cukup ringan hanya 125 gram.

Seperti lensa Laowa lain dalam lini Zero-D, lensa ini dirancang khusus untuk meminimalkan distorsi untuk memberikan perpektif sudut lebar yang lebih natural. Ini berarti saat memotret arsitektur dan cityscape, hasilnya tidak akan tampak miring.

Lensa ini tidak memiliki fitur autofocus, kontrol fokus dilakukan secara manual. Namun Loawa memiliki contact yang memungkinkan mengatur aperture melalui kamera dan menyediakan data EXIF di dalam file foto.

Fitur lainnya termasuk diafragma aperture lima bilah, jarak fokus minimumnya 12cm, dan ulir filter depan berukuran 46mm. Untuk harganya, lensa ultra-wide-angle Laowa 10mm F2 Zero-D MFT ini dibanderol US$399 atau sekitar Rp5,6 jutaan. Berikut contoh foto yang diambil menggunakan lensa ini.

Sumber: DPreview

Sigma Merilis Tiga Lensa Full Frame untuk Sistem Kamera L dan E-Mount

Sigma telah mengumumkan tiga lensa full frame premiun I-series untuk sistem kamera mirrorless Sony E-mount dan L-mount Alliance (Leica, Panasonic, dan Sigma). Adalah Sigma 24mm F3.5 DG DN, Sigma 35mm F2 DG DN, dan Sigma 65mm F2 DG DN, melengkapi Sigma 45mm F2.8 DG DN yang sudah lebih dahulu hadir.

Ketika lensa fix ini memiliki desain serupa, yang mana miliki cincin aperture, tuas untuk beralih mode fokus antara AF/MF, dan sistem autofocus-nya digerakkan oleh motor penggerak. Dimensi bodinya ringkas, sasisnya terbuat dari logam, dan sudah weather-sealed sehingga tahan terhadap debu serta kelembaban.

Sigma 24mm F3.5 DG DN termasuk lensa wide-angle yang memiliki total 10 elemen, mencakup elemen khusus SLD, aspherical glass, dan Super Multi-Layer coating dari Sigma untuk mengurangi efek ghosting dan flare. Jarak fokus minimumnya 11cm dengan pembesaran maksimum 1:2 (0.5x). Bobotnya hanya 225 gram dan sudah termasuk lensa hood tipe kelopak.

Selanjutnya Sigma 35mm F2 DG DN yang menawarkan focal length standar serbaguna, cocok digunakan untuk beragam macam keperluan. Lensa ini juga terdiri dari total 10 elemen, termasuk elemen khusus SLD, aspherical glass, dan Super Multi-Layer coating. Jarak fokus minimumnya 27cm dengan perbesaran maksimal 0.18x dan bobotnya 325 gram.

Terakhir Sigma 65mm F2 DG DN, termasuk telephoto pendek yang asyik buat foto portrait. Lensa ini memiliki total 12 elemen, termasuk elemen khusus yang sama seperti saudaranya. Jarak fokus minimumnya 55mm dengan pembesaran maksimum 0.15x dan memiliki bobot paling berat 405 gram dengan lensa hood model tabung logam.

Ketiga lensa Sigma ini dilengkapi tutup lensa logam yang terpasang secara magnetis dan juga tutup lensa plastik konvensional. Untuk harganya, Sigma 24mm F3.5 DG DN dibanderol US$549 (sekitar Rp7,7 jutaan). Sementara, Sigma 35mm F2 DG DN dijual US$639 (Rp9 jutaan) dan US$699 (Rp9,9 jutaan) untuk Sigma 65mm F2 DG DN.

Sumber: DPreview

Tokina Umumkan Tiga Lensa Baru untuk Fujifilm, Canon EF, dan Nikon F

Bagi pengguna kamera mirrorless Fujifilm, mereka tidak kekurangan pilihan lensa fix native. Namun opsi mereka bertambah banyak, Tokina telah mengumumkan dua lensa fix terbaru untuk sistem Fujifilm X-mount yaitu atx-m 23mm F1.4 dan atx-m 33mm F1.4.

Tokina atx-m 23mm F1.4 ini berarti menawarkan focal lenght ekuivalen 35mm di full frame, yang ideal untuk foto street dan lanscape. Sementara Tokina atx-m 33mm F1.4 ekuivalen 50mm di full frame, lensa sudut standar ini serbaguna dan cocok digunakan oleh amatir yang baru belajar memotret ataupun para profesional.

Kedua lensa ini memiliki fitur color balance tuning untuk menyesuaikan dengan berbagai mode film simulation khas Fuji. Serta, menawarkan autofocus yang cepat dan tetap senyap berkat penggunaan motor ST-M.

Tokina_II

Lebih lanjut, Tokina atx-m 23mm F1.4 dan atx-m 33mm F1.4 memiliki cincin aperture tanpa klik, nine-blade diaphragms, rentang aperture F1.4 hingga F16, ukuran filter 52mm, panjang 72mm, dan diameter 65mm. Sementara, bobotnya masing-masing 276 gram dan 285 gram.

Tokina juga mengumumkan lensa zoom terbaru untuk kamera DSLR Canon EF dan Nikon F yaitu atx-i 17–35mm F4. Lensa ini terdiri dari 13 elemen dalam 12 grup, dengan rentang aperture F4 hingga F22, jarak fokus minimum 28mm, memiliki rasio makro 1:4.82, dan filter depan berukuran 82mm.

tn1735cam2

Lensa ini memiliki fitur mekanisme One-Touch Focus Clutch dari Tokina, yang memungkinkan beralih antara autofocus dan manual dengan mendorong dan menarik laras lensa. Autofocus-nya sendiri menggunakan sensor Tokina GMR dan motor Silent Drive-Module (SD-M).

Mengenai harga, Tokina atx-m 23mm F1.4 dan atx-m 33mm F1.4 dibanderol masing-masing US$479 (Rp6,7 jutaan) dan US$429 (Rp6 jutaan). Sedangkan, Tokina atx-i 17–35mm F4 dijual US$600 atau sekitar Rp8,5 jutaan.

Sumber: DPreview 1, DPreview 2

Tips Memotret Menggunakan Lensa Manual

Sistem autofocus di kamera mirrorless generasi terbaru bisa dibilang sangat canggih, tak hanya sekedar cepat tetapi juga akurat dan konsisten dapat diandalkan bahkan untuk keperluan video. Tak diragukan lagi, fitur ini sangat membantu pekerjaan memotret selesai dengan lebih cepat.

Saking praktisnya, di satu titik terus menerus mengandalkan autofocus membuat saya jadi tak sabaran saat memotret. Akhirnya saya memutuskan untuk memisahkan pekerjaan dan membuat personal project, di mana saya bisa mengeksplorasi fotografi sekaligus menikmatinya, salah satunya menggunakan lensa manual dan pakai jendela bidik.

7Artisans 35mm F1.2 menjadi pilihan saya, karena ukurannya ringkas dan harganya juga terjangkau, bersanding dengan Sony A6400. Memotret dengan santai tanpa terburu, atur komposisi dan fokus, lalu tunggu momen dan jepret. Lantas apa saja yang perlu dipersiapkan? Berikut beberapa tips memotret menggunakan lensa manual.

1. Focus Peaking

Mengandalkan layar atau jendela bidik saja, kadang tidak cukup. Untuk membantu kita meraih fokus dengan tepat, kita perlu mengaktifkan fitur focus peaking di pengaturan kamera. Jadi, kita bisa melihat bagian mana yang tajam.

Kebanyakan kamera yang dirilis lima tahun terakhir harusnya sudah dilengkapi fitur ini. Di Sony A6400, level focus peaking-nya bisa dipilih antara tinggi, sedang, dan rendah. Serta ada empat warna, yaitu red, yellow, blue, dan white.

2. Focus Magnifier

Focus peaking memang sangat membantu untuk melihat area mana yang fokus, namun kadang kurang akurat apalagi bila menggunakan aperture besar. Focus magnifier ialah fitur untuk memastikan objek utama yang kita bidik benar-benar tajam.

Fitur yang satu ini bakal sering kita gunakan bila menggunakan lensa manual, oleh karena itu sematkan sebagai shortcut. Di Sony A6400, saya mengaturnya di tombol C1 karena lokasinya dekat dengan tombol shutter dan mudah dijangkau.

Biasanya saya akan merangkai komposisi dulu, setelah itu saya menekan tombol C1 untuk menggunakan focus magnifier dan arahkan ke objek utama. Kemudian tekan tombol di tengah navigasi untuk memperbesar 5.9x, putar cincin fokus dan lepaskan tembakan.

3. Ambil Jangan Sekali

Saat menjalankan project ini, fokus saya bukanlah untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Namun lebih ke bagaimana menikmati prosesnya, kamera pun sudah saya atur sedemikian rupa agar bisa fokus mengabadikan momen.

Menurut saya ada dua tantangan utama saat menggunakan lensa manual. Pertama saat menggunakan aperture besar, misalnya F1.2 yang mana depth of field-nya sangat dangkal. Lalu yang kedua, memotret dengan elemen subjek bergerak.

Untuk mengatasinya, jangan melepaskan tembakan hanya sekali, melainkan dua sampai tiga kali bila menggunakan single shooting. Bila perlu gunakan continuous shooting yang rendah, karena tak perlu banyak-banyak nanti bakal repot memilih hasilnya.

Berikut beberapa foto yang diambil menggunakan lensa 7Artisans 35mm F1.2:

Verdict

Memotret dengan lensa manual fokus membuat saya sadar, bahwa betapa premiumnya fitur autofocus. Saat bekerja, jelas dengan senang hati saya menggunakan fitur autofocus karena cepat dan sangat praktis.

Di sisi lain, memotret membantu saya lebih fokus melihat keadaan sekiling, sensasi ini sangat saya nikmati saat hunting. Dengan menggunakan lensa manual, bersusah payah mendapatkan fokus dan mengotak-atik pengaturan sendiri, saya berharap bisa menciptakan karya foto yang lebih berkesan.

Tamron Umumkan Lensa Zoom Telephoto 70-300mm F4.5-6.3 untuk Sony E-Mount

Tamron telah meluncurkan 70-300mm F4.5-6.3 Di III RXD. Lensa zoom telephoto yang diklaim terkecil dan teringan di dunia untuk kamera mirrorless full frame Sony E-mount.

Meski aperture maksimumnya F6.3 pada ujung telephoto, lensa ini tetap cukup menarik karena keserbaguanaannya. Rentang zoom-nya sangat luas cocok untuk berbagai keperluan, mulai dari dokumentasi, landscape, olahraga, wildlife, portrait, dan lainnya.

sideview underside

Ukuran lensa yang ringkas juga membuatnya mudah dibawa bepergian dan dioperasikan. Panjang 14,7cm, diameter 77mm, dan berat hanya 545 gram. Sehingga kamera APS-C Sony seperti A6600, A6400, dan A6xxx lainnya juga dapat menangani lensa 70-300mm F4.5-6.3 Di III RXD dengan baik dan punya ekuivalen 105-450mm.

Yang juga tak kalah menarik adalah harganya, lensa Tamron 70-300mm F4.5-6.3 ini dibanderol US$549 atau sekitar Rp8,2 juta. Rencananya dijual mulai akhir bulan Oktober, meski karena situasi pandemi covid-19 jadwal rilisnya dapat berubah.

lens mount

Untuk spesifikasinya, lensa ini dibuat dari 15 elemen dalam 10 kelompok. Termasuk elemen low dispersion untuk meminimalkan aberration dan lapisan Broad-Band Anti-Reflection (BBAR) untuk mendapatkan gambar yang tajam di seluruh rentang zoom.

Sementara, autofocus-nya digerakkan oleh teknologi motor Rapid Extra-Silent Stepping Drive (RXD) dari Tamron yang memanfaatkan penuh sistem autofocus Sony yaitu fast hybrid AF dan Eye AF. Rentang aperture F4.5 hingga F32 dengan diafragma aperture tujuh bilah, serta punya jarak fokus minimum 80cm pada mode terlebarnya dan 150cm pada ujung telephoto-nya.

Sumber: DPreview

Nikon Menambah Dua Lensa untuk Sistem Z-mount, 14-24 F2.8 S dan 50mm F1.2 S

Bulan Agustus tahun 2018, Nikon secara resmi mengumumkan kamera mirrorless full frame pertamanya dengan mount Nikon Z atau Z-mount. Adalah Nikon Z6 dan Z7 bersama tiga lensa Nikkor Z 35mm F1.8 S, 50mm F1.8 S, dan 24-70 F4 S.

Kemudian pada tahun 2019, Nikon merilis satu kamera dengan Z-mount tetapi menggunakan sensor APS-C yaitu Nikon Z50. Beberapa lensa yang hadir di tahun 2019 antara lain Nikkor Z 14-30 F4 S, 24-70mm F2.8 S, 85mm F1.8 S, 24 F.8 S, DX 16-50mm F3.5-6.3 VR, 58mm F0.95 S Noct, dan DX 50-250mm F4.5-6.3 VR.

Lanjut ke tahun 2020, Nikon sudah melepas Nikon Z5 pada bulan Juli lalu. Kamera mirrorless full frame dengan harga yang lebih terjangkau dari Nikon Z6. Untuk lensanya, ada Nikkor Z 70-200 F2.8 VR S, 24-200mm F4-6.3 VR, 20mm F1.8 S, dan 24-50mm F4-6.3.

Sekarang Nikon menambah dua lensa lagi untuk sistem Nikon Z yaitu Nikkor Z 50mm F1.2 S dan 14-24mm F2.8 S. Dengan ini berarti jumlah kamera dengan Nikon Z ada empat dan lensa native-nya ada sekitar 16 model dengan focal length beragam.

Nikkor Z 14-24mm F2.8 S

Nikon_Z_14-24_2.8_angle1

Lensa zoom wide-angle ini menggunakan desain optik baru yang membuatnya 35% lebih ringan dibanding versi Nikon FX (DSLR) yaitu Nikon AF-S Nikkor 14-24mm f/2.8G ED. Berkat elemen depan yang hampir rata, lensa ini tetap memiliki ulir filter konvensional di bagian depannya. Meski ukurannya cukup besar 112mm dan juga mendukung filter gel di belakang.

Lensa ini berukuran 88.5mm x 124.5mm, dengan bobot 650 gram berkat penggunaan material magnesium alloy pada bodinya. Secara optik, Nikkor Z 14-24mm F2.8 S terdiri dari 16 elemen dalam 11 grup, mencakup aperture sembilan bilah, empat elemen ED, lapisan anti-reflektif Nano Crystal dan ARNEO untuk mengurangi ghosting, flare, dan coma.

Selain itu, Nikkor Z 14-24mm F2.8 S juga sudah weather sealing dan memiliki panel OLED kecil yang dapat menampilkan berbagai informasi seperti aperture serta tombol dan ring kontrol yang dapat disesuaikan. Rencananya lensa ini akan dijual pada bulan November dengan harga US$2400 atau sekitar Rp35,6 jutaan.

Nikkor Z 50mm F1.2 S

Nikon_Z_50_1.2_angle1

Sebelumnya Nikon juga sudah memiliki lensa prime atau fix 50mm, tetapi kali ini Nikon membawa versi yang lebih premium lagi dengan aperture F1.2. Lensa Nikkor Z 50mm F1.2 S ini memiliki desain optik ‘symmetrical‘ yang menurut Nikon meningkatkan kemampuannya untuk memberikan ketajaman dari ujung ke ujung.

Secara optik, lensa ini terdiri dari 17 elemen dalam 15 grup. Meliputi 2 elemen ED, tiga elemen aspherical, serta lapisan anti-reflektif Nano Crystal dan ARNEO untuk mengurangi ghosting dan flare. Rencananya Nikkor Z 50mm F1.2 akan mulai dijual pada bulan Desember dengan harga US$2.100 atau sekitar Rp31 jutaan.

Sumber: DPreview

Venus Optics Umumkan Lensa Laowa Ultra Wide Angle 11mm F4.5 untuk Kamera Mirrorless Full Frame

Venus Optics kembali merilis lensa Laowa terbarunya, sebuah lensa fix ultra wide angle dengan focal length 11mm yang dapat menangkap pemandangan yang luas. Imbuhan ‘FF’ dan ‘RL’ pada namanya menekankan bahwa lensa ini dirancang untuk kamera mirrorless dengan sensor full frame.

Laowa 11mm F4.5 FF RL merupakan lensa manual yang dibuat dari 14 elemen dalam 10 grup. Termasuk dua elemen aspherical dan tiga elemen extra-low dispersion. Serta, memiliki diafragma aperture lima bilah dengan rentang f4.5 sampai f22.

Leica_L

Meski didesain untuk kamera full frame, dimensinya masih terbilang ringkas. Panjangnya hanya 63,5mm dengan lebar 58mm, dan berbobot 254 gram. Dilengkapi dengan filter berulir berukuran 62mm yang dapat disekrup ke lensa secara langsung dan punya jarak fokus minimum 19cm.

Dengan sudut pandang 126 derajat, Laowa 11mm F4.5 FF RL bisa menjadi andalah para fotografer landscape, travel, dan interior. Kelebiha lensa ini antara lain kita bisa memasukkan area yang luas dalam satu bidang foto dan juga untuk menangkap objek yang luas dalam jarak dekat atau ruang yang kecil.

Laowa 11mm F4.5 FF RL tersedia untuk sejumlah sistem kamera, yaitu Leica M, Leica L, Sony FE, dan Nikon Z. Khusus untuk Laowa 11mm F4.5 FF RL versi Leica M dibanderol seharga US$799 atau sekitar Rp11,6 jutaan. Sementar, versi lainnya sedikit lebih murah yakni US$699 atau Rp10,1 jutaan.

Sumber: Dpreview

Laowa OOOM 25-100mm T2.9 Adalah Lensa Zoom Cinema Pertama Venus Optics

Venus Optics mengumumkan ketersediaan lensa zoom cinema pertamanya, Laowa OOOM 25-100mm T2.9. OOOM ini singkatan dari “Out of our minds” dan dibanderol dengan harga US$5000 atau sekitar Rp74 juta dengan dudukan Sony E-mount atau Canon EF-mount.

Laowa OOOM 25-100mm T2.9 ini memiliki aperture konstan dan mencakup sensor berukuran Super 35+. Artinya lensa dipastikan kompatibel dengan kamera cinema kelas atas seperti 8K Red Helium dan Arri Alexa Mini.

Karena dirancang dari awal untuk kebutuhan sinematografi, lensa ini pun menjanjikan focus breathing yang sangat rendah. Guna memberikan solusi lengkap bagi para filmmaker. Spesifikasinya Laowa OOOM 25-100mm T2.9 sebagai berikut:

  • 9 bilah aperture blade
  • Kompabilitas dengan format Super 35+
  • Kontruksinya terdiri dari 20 elemen dalam 16 grup
  • minimum focus 60cm
  • Ukuran filter 95mm
  • Dimensi 102x240mm dan berat 2.5kg
  • Tersedia untuk mount Sony/Arri/Canon

Laowa menjanjikan akan memproduksi teleconverter 1.4x dalam tiga bulan ke depan yang akan memperpanjang focal length dari 25-100mm menjadi 35-140mm. Kemudian pada bulan Oktober mendatang, akan tersedia adaptor anamorphic 1.33x sehingga memberikan bidang pandang super lebar dengan rasio 2.35:1.

Sumber: Digitalcameraworld

Olympus Juga Umumkan Kehadiran Lensa Zoom Super Telephoto M.Zuiko Digital ED 100-400mm F5.0-6.3 IS

Selain memperkenalkan kamera mirrorless OM-D terbarunya, E-M10 Mark IV. Olympus juga mengumumkan kehadiran lensa zoom super telephoto M.Zuiko Digital ED 100-400mm F5.0-6.3 IS.

Mengingat crop factor sensor Micro Four Thirds dengan full frame sebanyak 2x, maka 100-400mm ekuivalen dengan 200-800mm. Lensa ini juga kompatibel dengan teleconventer MC-14 1.4x dan MC-20 2.0x sehingga bisa zoom lebih jauh lagi, ideal untuk memotret subjek yang sulit didekati seperti burung dan satwa liar.

Misalnya bila menggunakan teleconventer MC-20 2x, artinya 100-400mm menjadi 200-800mm yang setara dengan 400-1.600mm. Bila menggunakan bodi kamera Olympus terbaru, lensa ini mendukung focus stacking dan punya image stabilization bawaan hingga tiga stop.

Lensa M.Zuiko Digital ED 100-400mm F5.0-6.3 IS ini tahan debu dan cipratan air dengan berat 1.120 gram. Jarak fokus minimum adalah 1,3 meter di seluruh rentang zoom dan memiliki filter berdiameter 72mm menggunakan lapisan ZERO (Zuiko Extra-low Reflection Optical) untuk mengurangi flare dan ghosting.

Untuk ketersediaannya, Olympus M.Zuiko Digital ED 100-400mm F5.0-6.3 IS dijadwalnya akan dikirim pada 8 September 2020. Harganya dijual US$1.500 atau sekitar Rp21,8 jutaan.

Sumber: DPreview

Elnomaxim 55mm F1.2 Adalah Lensa Besutan MS Optics Untuk Leica M-mount

Buat kamu yang memiliki hobi fotografi dan menyukai kamera klasik seperti kamera jenis rangefinder besutan Leica. MS Optics baru-baru ini telah meluncurkan lensa baru untuk kamera Leica dengan dudukan M-mount.

Lensa tersebut adalah Elnomaxim 55mm F1.2, lensa ini menggunakan desain optik tipe gauss dengan formula yang sederhana. Sistem fokusnya sepenuhnya manual dengan focal length 55mm dan rentang aperture dari F1.2 hingga F16.

Selain itu, Elnomaxim 55mm F1.2 memiliki jarak fokus minimum satu meter dan punya filter berdiameter 49mm. Panjang dari lensa ini 43mm dan punya bobot 180 gram.

MS Optics yang didirikan oleh Sadayasu Miyazaki asal Jepang ini memang kerap membuat lensa-lensa Leica yang unik. Seperti lensa MS Optics lainnya, Elnomaxim 55mm F1.2 bukan lensa yang super tajam tetapi memiliki karakter yang khas. Berikut beberapa hasil fotonya.

Lensa Elnomaxim 55mm F1.2 untuk Leica M-mount tersedia dalam pilihan warna black chrome dan silver chrome. Bisa dipesan lewat Japan Camera Hunter dengan harga US$1.200 atau sekitar Rp17,6 jutaan dan diproduksi dalam jumlah kecil sehingga stoknya bisa cepat habis tapi kemungkinan akan restock kembali.

Sumber: DPreview