SEACL 2021 Selesai Digelar, Indonesia Rengkuh Posisi 3

SEACL 2021 baru aja selesai digelar, ajang tahunan PES yang musim ini digelar secara online mempertemukan para jagoan PES dari 8 negara di kawasan Asia Tenggara: Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Vietnam, Thailand, termasuk Indonesia.

Dimulai sejak tahun 2015, kompetisi SEACL berawal dari komunitas online di sosial media, baru pertama kali digelar secara offline pada tahun 2016 di Kota Hanoi, Vietnam. Berlanjut 2017 diadakan di Kota Bandung, Indonesia; 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia; dan 2019 Bangkok Thailand tahun dimana Rizky Faidan meraih Juara Asia dan Tim WANI menjadi Tim COOP Runner-up World Finals. Tahun 2020 gelaran SEACL harus batal terselenggara dikarenakan pandemi, dan di Tahun 2021 ini, Liga1PES sebagai wadah sekaligus organizer kembali menggulirkan ide “kembali ONLINE” untuk SEACL musim ini.

“Awal-nya agak kurang pede sih, karena melihat kondisi pandemi dan juga cukup lama vakum dari komunitas esports PES sejak awal pandemi.”, ujar Valent selaku Founder Liga1PES. Tapi alhasil event yang bisa dibilang “iseng”, justru mendapat respon sangat positif dan antusiasme yang luar biasa tidak hanya komunitas di Indonesia, melainkan juga komunitas regional di Asia Tenggara, terbukti 7 negara mengkonfirmasi keikutansertaan mereka di musim ini dengan menggelar kualifikasi di negara mereka masing-masing dan mengirimkan wakilnya untuk berpartisipasi di putaran final SEACL 2021 Online 28-29 Agustus kemarin.

Di musim sebelumnya, SEACL menggunakan format individu dimana setiap negara yang mengirimkan 4 orang wakil, setiap pemain yang dikirimkan akan bertanding secara individu, sehingga gelar Juara akan diperoleh oleh individu yang berhasil menjadi pemenang di babak Final. Sedangkan di musim 2021 memiliki format yang berbeda, meski setiap negara mengirimkan jumlah personil sama yaitu 4 orang, tapi kali ini mereka akan bermain sebagai SATU TIM mewakili negara masing-masing, sehingga penampilan 1 orang akan mempengaruhi keseluruhan Tim atau Negara tersebut. Hal tersebut dilakukan karena melihat perkembangan esports PES sekarang ini yang terus berkembang menuju format kompetisi menggunakan Tim, seperti Eleague Thailand dan Efootball.Pro di Eropa.

Format TIM yang digunakan pada SEACL kali ini menggunakan format 3 GAMES, yaitu 1v1, COOP 2v2 dan 1v1. Kualifikasi Indonesia musim ini pun diselenggarakan berbeda dimana kualifikasi dilakukan terbuka hanya untuk pemain yang belum memiliki pengalaman di tingkat PRO atau yang belum pernah bermain di kompetisi PRO. Alhasil 4 pemain Indonesia yang berhasil lolos dan menjadi wakil Indonesia di SEACL kali ini adalah para pemain yang memang secara pengalaman belum memiliki jam terbang di level internasional. Dan inilah yang menjadi VISI Liga1PES dengan event SEACL kali ini.

“Kami mengharapkan Liga1PES melalui SEACL bisa menjadi wadah bagi para pemain PES Indonesia yang mau memulai karir di esports untuk berkembang ke tingkat yang lebih tinggi, baik secara skill, mental, maupun pengalaman bertanding. Yang diharapkan melalui wadah ini Indonesia bisa terus melahirkan pemain-pemain PRO baru seperti Faidan dkk yang lahir dari tahun-tahun sebelumnya yang sekarang banyak dari mereka mulai memiliki karir dengan klub-klub sepakbola atau esports PRO, baik di Liga Thailand atau IFEL yang ada di Indonesia.” Kata Valent.

SEACL 2021 berlangsung selama 2 hari, Hari Sabtu 28 Agustus dimulai dengan babak grup dimana seluruh negara bertanding dengan format “Round Robin” yang hasilnya 4 negara teratas berhak lolos dan tampil ke babak gugur yang dimainkan Hari Minggu. Indonesia berhasil menduduki posisi runner-up selisih 1 POIN di bawah Vietnam, diikuti oleh Malaysia dan Thailand.

Sebagai pemuncak dan runner-up klasemen Vietnam & Indonesia berhak menempati “Upper Bracket” di babak gugur, sedangkan Malaysia & Thailand yang berada di posisi 3 & 4 babak grup harus memulai babak gugur dari posisi “Lower Bracket”. Pertemuan pertama Tim Indonesia dengan Tim Vietnam yang berisikan 4 pemain PRO yang berlaga di ELeague Thailand di babak grup, Tim Vietnam benar-benar menghajar habis-habisan tim Indonesia dengan memenangkan seluruh 3 GAME tanpa balas. 4-2, 2-1, dan 2-0.

Memasuki babak gugur Hari Minggu, kepercayaan diri Tim Indonesia sebenarnya cukup tinggi dan sangat siap menghadapi Tim Vietnam, tapi pengalaman para pemain Vietnam di liga PRO memang menjadi salah satu aspek terpenting dalam kompetisi setingkat SEA yang hasilnya, Tim Indonesia harus kembali mengakui keunggulan Tim Vietnam dan harus turun ke “Lower Bracket” untuk bersaing dengan Tim Malaysia yang berhasil unggul atas Thailand pada putaran pertama “Lower Bracket”.

Indonesia yang tampil sangat baik di putaran babak grup, lagi-lagi harus menelan pil pahit melawan Tim Malaysia yang berisikan juga para pemain PRO, termasuk 2 pemain Asian Games 2018 yang bermain di kategori COOP. Jika di babak grup Indonesia mampu memenangkan 2 GAME melawan Tim Malaysia dengan skor 2-2 PK, 1-0, 4-2, di babak grup justru Tim Malaysia berhasil membalikkan keadaan dengan penampilan memukau mereka dan mengalahkan Tim Indonesia dengan memenangkan 2 GAME langsung 2-2 PK dan 2-1. Alhasil Indonesia gagal lolos ke babak Grand Final dan harus puas sebagai Tim posisi ke-3 di babak grup.

Seluruh pertandingan Tim Indonesia dapat disaksikan melalui channel youtube Liga1PES: youtube.com/liga1pes

Di babak Grand Final, Tim Vietnam benar-benar mendominasi pertandingan, meski Tim COOP Malaysia mencuri 1 GAME dari Tim Vietnam, namun dominasi dan pengalaman pemain Vietnam di musim ini benar-benar menjadikan mereka layak sebagai Juara di regional SEA. Skor 5-1, 1-2, dan 5-0 memastikan Vietnam keluar sebagai Juara SEACL musim 2021.

Tetap semangat untuk Tim PES Garuda SEACL 2021! Jangan patah semangat, terus bermimpi untuk meraih prestasi! Kompetisi bukan soal memenangkan segalanya, tapi kompetisi untuk kita terus bertumbuh dan menjadikan pribadi kita yang lebih baik dari sebelumnya. GO esports & PES Indonesia!

Artikel ini ditulis oleh Valentinus Sanusi, founder dari Liga1PES. Penyesuaian ringat untuk tulisan agar sesuai dengan arahan media Hybrid.co.id. 

IEFTL Minggu ke-5, Ghazeto Perbesar Jarak dengan Remaong FC

Minggu lalu merupakan minggu ke-5 dari Indonesia Efootball Team Lobby (IEFTL). Saat ini, Ghazeto Storia masih menduduki posisi puncak di klasemen sementara dengan 52 poin dan selisih gol sebesar 49. Selisih poin Ghazeto dengan Remaong FC, yang kini menjadi runner-up, cukup jauh, mencapai 17 poin. Remaong FC sempat memuncaki klasemen sementara pada minggu ke-1. Namun, mereka tergelincir ke posisi ke-4 pada minggu ke-2. Sekarang, Remaong FC duduk di peringkat ke-2 dengan 35 poin.

Selisih poin antara tim-tim di peringkat 2 sampai peringkat 6 sangat tipis. Posisi ke-3 dan ke-4 diduduki oleh Garuda Ten dan Gatot Kaca. Keduanya sama-sama memiliki 34 poin. Hanya saja, Garuda Ten memiliki selisih gol yang lebih besar, mencapai 23 sementara selisih gol Gatot Kaca hanya mencapai 11. Tim yang duduk di peringkat ke-5 dan ke-6 juga memiliki poin yang sama, yaitu 33 poin.

IEFTL Minggu ke-5
Klasemen sementara IEFTL minggu ke-5. | Sumber: Facebook

Sementara itu, Ghazeto Storia berhasil mempertahankan posisinya di puncak klasemen sejak minggu ke-2. Memang, berdasarkan data dari IEFTL, Ghazeto merupakan tim dengan winning streak paling lama. Mereka berhasil memenangkan 20 pertandingan berturut-turut. Tak hanya itu, mereka juga memegang undefeated streak paling lama dengan 22 pertandingan tanpa kalah.

IEFTL diadakan dengan dua format pertandingan, yaitu liga dan IEFTL Cup. Pertandingan liga utama diadakan setiap hari Kamis dan Jumat sementara pertandingan IEFTL Cup diadakan setiap 2 minggu pada hari Selasa. Menurut data dari IEFTL, sepanjang minggu ke-5, tercipta 877 gol, dengan 737 gol tercipta di liga dan 140 sisanya di IEFTL Cup. Hal itu berarti, jumlah rata-rata gol pada setiap pertandingan IEFTL — baik liga maupun cup — mencapai 2,55 gol.

IEFTL Minggu ke-5
Statistik IEFTL minggu ke-5. | Sumber: Facebook

Masih menurut data statistik IEFTL, Ghazeto Storia dinobatkan sebagai tim penyerang terbaik. Hal ini terlihat dari fakta bahwa mereka mencetak gol paling banyak, yaitu 88 gol. Garuda Ten menjadi tim ofensif terbaik ke-2 dengan total gol 81, diikuti oleh Aliansi dengan 77 gol, Remaong FC dengan 73 gol, dan JCC E-Sports dengan 60 gol. Untuk soal kemampuan bertahan, Volcano menjadi tim dengan pertahanan terbaik, diikuti oleh Gatot Kaca, Aco Glory, Remaong FC, dan Ghazeto Storia.

IEFTL Minggu ke-3, Ghazeto Storia Masih Puncaki Klasemen

Minggu ke-3 dari Indonesia Efootball Team Lobby (IEFTL) baru saja berakhir. Ghazeto Storia, yang merebut posisi pertama dari Remaong FC pada minggu ke-2, masih duduk di peringkat pertama. Dari 4 pertandingan selama minggu ke-3, Ghazeto berhasil memenangkan semua pertandingan, termasuk ketika mereka melawan tim unggulan Aliansi dan Remaong FC. Melawan Aliansi, mereka menang dengan skor tipis 2-1 sementara saat berhadapan dengan Remaong FC, mereka menang dengan skor 5-1. Kini Ghazeto memiliki 28 poin dengan selisih goal sebanyak 23.

Sementara itu, tim Gatot Kaca, yang duduk di peringkat 2 pada minggu ke-2, kini harus puas dengan peringkat 7. Dari 4 pertandingan pada minggu ke-3, Gatot Kaca hanya bisa memenangkan 1 pertandingan. Ketika melawan Ghazeto pada hari ke-7, tim Gatot Kaca harus bertekuk lutut dengan skor tipis 0-1. Tak hanya itu, mereka juga kalah melawan tim Aco Glory dengan skor 0-2 dan hanya bisa bermain imbang ketika menghadapi tim Volcano.

IEFTL Minggu ke-3
Klasemen sementara dari IEFTL Minggu ke-3. | Sumber: Facebook

Kapten tim Gatot Kaca, Tri Susanto sempat diwawancara sebelum timnya melawan Ghazeto. Hasil wawancara ini lalu diunggah ke Facebook. Ketika ditanya tentang strategi Gatot Kaca untuk melawan Ghazeto, Tri menjawab, “Untuk strategi melawan Ghazeto kemungkinan Gatot Kaca akan menekan lawan di seluruh lapangan, menekan barisan pertahanan dalam setiap kesempatan dan tidak memberi ruang bergerak pada pemain terbaik Ghazeto.”

Dia mengakui, Ghazeto merupakan tim kuda hitam yang dapat menghambat ambisi mereka untuk menjuarai IEFTL musim ini. Meskipun begitu, dia mengungkap, semua pemain Gatot Kaca memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk bermain dengan fun tanpa harus memikirkan menang dan kalah. “Yang penting unggul minimal 1 gol di setiap pertandingan,” katanya sambil bergurau. Menurut Tri, ada 3 tim yang merupakan pesaing terberat di IEFTL musim ini, yaitu Remaong FC, Aliansi, dan Garuda Ten.

IEFTL minggu ke-3
Jumlah gol yang dicetak tim IEFTL setelah minggu ke-2 berlalu. | Sumber: Facebook

IEFTL menggunakan 2 format kompetisi, yaitu liga dan cup. Minggu lalu, tim IEFTL mengumpulkan data tentang produktivitas tim-tim yang ikut serta dalam IEFTL. Dari data itu, terlihat bahwa tim JCC E-Sports merupakan tim yang paling produktif dalam mencetak gol.

Per minggu ke-2, tim tersebut telah mencetak 38 gol: 11 gol pada ajang piala dan 27 gol pada liga. Itu artinya, per pertandingan, mereka mencetakk 4,75 gol. Tim yang paling produktif ke-2 adalah Garuda Ten dengan rata-rata gol per pertandingan sebanyak 4,38 gol. Ghazeto menjadi tim yang paling produktif membuat gol nomor 3. Mereka mencetak 4,25 gol per pertandingan.

Online PES Community Adakan Kompetisi PES Team Lobby

Indonesia Efootball Team Lobby (IEFTL) di bawah Online PES Community (OPC) menyelenggarakan kompetisi PES Team Lobby dengan format 11v11. Dalam kompetisi tersebut, ada 16 tim yang ikut serta. Masing-masing tim memiliki sekitar 20-25 pemain. Jadi, setidaknya, kompetisi ini diikuti oleh 320 orang. Sama seperti pertandingan sepak bola biasa, kompetisi tersebut akan menggunakan sistem kandang dan tandang (home & away).

Dari 16 tim, saat ini, Remaong FC duduk di peringkat pertama dengan poin 6. Mereka berhasil menang melawan Impromptu dengan skor 4-0 pada hari pertama. Sementara pada hari kedua, Remaong FC dapat menang telak melawan Hanoman dengan skor 7-1. Posisi kedua diduduki oleh tim Gatot Kaca, yang juga berhasil memenangkan dua pertandingan dalam dua hari. Hanya saja, selisih skor Gatot Kaca lebih kecil. Pada hari pertama, Gatot Kaca menang melawan Miracle Team dengan skor tipis 3-2. Sementara pada hari kedua, mereka juga dapat menang dengan skor 2-1 melawan Incredible Squad.

pes team lobby
Klasemen sementara, hasil pertandingan hari kedua. | Sumber: Facebook

Dalam unggahan di media sosial, IEFTL menjelaskan bahwa alasan mereka mengadakan turnamen 11v11 adalah agar format tersebut bisa format alternatif kompetisi PES. Saat ini, kompetisi PES biasanya diadakan dengna format 1v1, 2v2, atau bahkan 3v3. Pertandingan 11v11 diharapkan akan menjadi format yang unik karena menyerupai pertandingan sepak bola sebenarnya.

Salah satu alasan IEFTL mengadakan turnamen Team Lobby ini adalah untuk mendorong komunitas game PES di Indonesia untuk tetap melakukan kegiatan positif di tengah pandemi virus corona. Memang, di kala karantina seperti sekarang, esports bisa menjadi pelipur lara bagi fans sepak bola yang kecewa karena banyak liga sepak bola dibatalkan. Saat dihubungi melalui pesan singkat, Prima Bastian dari OPC juga mengatakan, tujuan lain mereka mengadakan kompetisi 11v11 adalah membangun sistem yang kompetitif sehingga terlahir tim PES Indonesia yang dapat berlaga di pertandingan Team Lobby.

Prima mengatakan, menyelenggarakan kompetisi dengan format Team Lobby justru memudahkan OPC sebagai penyelenggara untuk berkomunikasi dengan perwakilan tim. Pasalnya, dalam turnamen 1v1 atau 2v2, penyelenggara harus menyediakan setidaknya 64 slot/tim/pemain. Itu berarti, penyelenggara harus berkomunikasi dengan 64 orang pemain yang berbeda-beda. “Sedangkan di sini, OPC hanya mengawasi 16 slot/tim,” ujarnya. “Peraturannya pun sudah kami buat sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta.”

Lebih lanjut dia menjelaskan, “Kalau per tim, mereka sudah punya komitmen dalam bermain dan punya kebanggaan tersendiri dalam membantu tim mereka untuk menang. Euforianya sudah seperti pemain sepak bola sebenarnya.” Dia yakin, kompetisi Team Lobby memiliki hype yang berbeda dari pertandingan individual. “Motivasi kami sekarang adalah agar dilirik organisasi yang lebih besar. Kalau bisa yang memang official, seperti PSSI.”

Liga1PES Bakal Cari 5 Pemain PES Terbaik untuk Wakilkan Indonesia di SEA Finals 2020

Turnamen Pro Evolution Soccer (PES) SEA Finals 2020 akan diadakan pada 4-5 April 2020 di Yangon, Myanmar. Kompetisi tersebut akan menggunakan format baru. Kali ini, para pemain tidak lagi bertanding sendiri-sendiri. Sebagai gantinya, mereka akan bertarung sebagai tim. Dalam setiap pertandingan, akan ada tiga game yang diselenggarakan, yaitu satu game 1v1 dan dua game 2v2. Karena itulah, kali ini, Liga1PES akan mencari lima pemain PES terbaik di Indonesia.

Untuk mencari lima pemain yang akan mewakili Indonesia, Liga1PES mengadakan tiga babak kualifikasi: dua babak kualifikasi offline dan satu babak kualifikasi online. Kualifikasi online diadakan sepanjang bulan Februari 2020. Di sini, dicari dua pemain yang akan berlaga dalam pertandingan 2v2. Jika tertarik, Anda bisa mendaftarkan diri di sini. Babak kualifikasi ini akan diadakan dalam empat seri dan delapan tim terbaik akan masuk ke seri final. Anda bisa melihat jadwal pertandingan dari masing-masing seri pada gambar di bawah.

Jadwal untuk babak kualifikasi online. | Sumber: Facebook
Jadwal untuk babak kualifikasi online. | Sumber: Facebook

Sementara itu, dua babak kualifikasi akan diadakan secara offline. Liga1PES bekerja sama dengan Indonesia Gaming League (IGL) untuk mengadakan babak kualifikasi di Jakarta. Sayangnya, saat ini belum ada informasi tentang tempat dan waktu dari babak kualifikasi tersebut. Satu hal yang pasti, babak kualifikasi tersebut ditujukan untuk mencari satu pemain terbaik yang akan berlaga dalam game 1v1. Babak kualifikasi terakhir, yang juga diadakan secara offline, bertujuan untuk mencari dua pemain terbaik yang akan digabungkan sebagai tim dalam pertandingan 2v2.

Dalam babak kualifikasi online, peserta harus mendaftar sebagai tim. Sementara dalam kualifikasi offline, pemain yang dipasangkan sebagai tim adalah dua pemain terbaik. Terkait hal ini, pendiri Liga1PES Valentinus Sanusi menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan, kedua pemain tersebut tidak cocok dengan satu sama lain. “Tapi saya yakin, pemain dengan kualitas yang baik pasti bisa adaptasi dengan permainan mode apapun,” kata Valentinus ketika dihubungi oleh tim Hybrid melalui pesan singkat.

Liga1PES mengadakan tiga babak kualifikasi untuk SEA Finals 2020. | Sumber: Facebook
Liga1PES mengadakan tiga babak kualifikasi untuk SEA Finals 2020. | Sumber: Facebook

Liga1PES juga mencari mitra untuk mengadakan babak kualifikasi offline. Satu-satunya syarat untuk menjadi rekan adalah memiliki PlayStation 4 dan game PES yang bisa dimainkan dengan online. Ketika ditanya tentang hal ini, Valentinus menjelaskan, “Rental di Indonesia itu banyak, tapi belum terstruktur. Nah, kita coba buka peluang buat komunitas/pelaku di lokal yang mau bekerja sama dengan kita, buat sama-sama mengembangkan komunitas PES di jalur pretasi yang kita buat di Liga1PES.”

Pihak yang terpilih sebagai mitra berkewajiban untuk mengadakan kompetisi yang sesuai standar yang telah ditentukan. Sementara itu, salah satu hak yang didapatkan oleh mitra adalah mendapatkan promosi dan publikasi tempat acara di media sosial Liga1PES serta dapat memungut biaya pendaftaran dari peserta. Ke depan, mitra juga mendapatkan hak prioritas untuk menjadi rekan Liga1PES untuk acara yang akan datang.

Valentinus menyebutkan, pemain PES Indonesia cukup disegani di kancah internasional. Memang, tahun lalu, Rizky Fadhian berhasil masuk ke babak semifinal dalam PES World Finals. Menurut Valentinus, salah satu alasan mengapa ada cukup banyak pemain PES berbakat di Indonesia adalah karena PES adalah game yang “merakyat”.

Rizky Fadhian saat berlaga di Emirates Stadium. | Sumber: Facebook
Rizky Fadhian saat berlaga di Emirates Stadium. | Sumber: Facebook

Game PES itu salah satu game yang sudah menjadi game rakyat. Pertama, karena sepak bola. Kedua, karena ada banyak rental. Budaya itu sudah mengakar di masyarakat. Biar sekarang eranya mobile esports, tapi saya percaya, game rakyat ini masih eksis, tinggal bagaimana kita bisa ‘mengelola’ komunitas ini menjadi sesuatu yang produktif, positif, dan bahkan bisa jadi kebanggaan untuk komunitas lokal, di kota mereka atau bahkan untuk Indonesia,” ujar Valentinus.

Meski mengaku dia tidak dapat menjelaskan tentang pengelolaan komunitas yang baik, dia percaya, jika seseorang bisa menunjukkan jalan yang baik pada komunitas, dia harus melakukan itu. “Kadang, tugas kita mungkin membangun jalan itu, supaya komunitas bisa berjalan di jalan yang baik,” katanya. “Kadang jalan baik itu bukan jalan yang mau dilewati oleh banyak orang, tapi itu harus mulai dibangun dari sekarang dan hasilnya mungkin baru terlihat beberapa tahun kemudian.”

Liga1PES sendiri berusaha untuk mengembangkan ekosistem esports PES dengan membuat kompetisi dengan struktur yang jelas dan mengikuti standar internasional. Mereka juga fokus pada prestasi pemain. “Pemain yang tadinya cuma main di rental, sekarang kita lihat beberapa pemain dikontrak klub-klub sepak bola Thailand,” ujarnya. “Dan itu bukan karena Liga1PES semata, tapi peranan pemain lebih penting. Karena mereka yang menjalani, mereka yang bekerja keras mengejar itu, bahkan bertahun-tahun.”

Dia melanjutkan, “Sekarang, banyak event esports yang mungkin menawarkan hadiah ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Tapi, uang hadiah seharusnya bukan jadi prioritas membangun komunitas. Karena, kalau tolok ukurnya ekonomi, nggak bakal ada batasnya. Tapi, dampak bagaimana kita membawa komunitas ke level yang lebih baru. Hadiah uang bisa habis setelah event, tapi kalau prestasi bakal terus ‘nempel’ jadi title pribadi pemain. Dan hanya prestasi yang bisa buat pemain naik tingkat.”

Indonesia Pesta Kemenangan di PES Asia Finals 2019

20-21 April 2019 ini berlangsung sebuah kualifikasi bergengsi untuk esports Pro Evolution Soccer (PES) tingkat Asia, yaitu Final Regional Asia PES League 2019 (PES Asia Finals).

Di kualifikasi yang berlangsung di Tokyo, Jepang, Indonesia sendiri memang mengirimkan 7 pemainnya sekaligus; berkat performa gemilang para pemain tersebut. Rizky Faidan, pro player PES asal Bandung yang memang sedang berada di puncak performanya belakangan, pun lolos ke ajang ini untuk dua kategori; 1vs1 dan Co-Op (3vs3).

Performa gemilang Rizky pun kembali terjadi di PES Asia Finals kali ini. Pasalnya, ia kembali jadi juara di 2 kategori tadi. Rizky menjuarai PES Asia Finals untuk kategori 1vs1 dan 3vs3 (bersama tim WANI).

Di kategori Co-Op (3vs3), tim WANI yang berisikan Rizky FaidanMuchamad Lucky Ma’arif, dan Rio Dwi Septiawan, berhasil melenggang ke babak final untuk berhadapan dengan tim Beginners dari Jepang. Di pertandingan final ini, tim Wani memang cukup mudah mendominasi di awal jalannya pertandingan. Trio pemain Indonesia berhasil memimpin skor dengan 2-0 di akhir babak pertama.

Namun para pemain Jepang nyaris mengejar ketinggalan saat berhasil memanfaatkan kesalahan pemain kita dan mencetak 1 gol. Skor pun berubah jadi 2-1. Untungnya, WANI berhasil melesatkan bola ke gawang untuk yang ketiga kalinya. Skor sementara 3-1. Beginners pun kembali berhasil memanfaatkan peluang setelah kombinasi umpan-umpan cantik mereka dan menjadikan skor 3-2.

Skor 3-2 pun bertahan sampai peluit terakhir dibunyikan dan tim WANI berhasil jadi juara kategori 3vs3 di PES Asia Finals ini.

Tim WANI saat juara kategori 3vs3 PES Asia Finals. Sumber: Liga1PES
Tim WANI saat juara kategori 3vs3 PES Asia Finals. Sumber: Liga1PES

Di kategori 1vs1, Indonesia sebenarnya sudah mengamankan 1 kursi untuk ke World Finals yang rencananya akan digelar bulan Juni 2019 dari babak perempat final. Pasalnya, di babak tersebut, 2 pemain Indonesia (Rizky Faidan dan Akbar Paudie) bertemu untuk memperebutkan slot ke babak semi final dan ada 4 pemain terbaik di Asia Finals ini yang akan langsung mendapat kursi ke jenjang selanjutnya.

Rizky pun mengalahkan Paudie dan melenggang sampai ke babak final. Di babak pamungkas ini, Rizky harus berhadapan dengan Mayageka dari Jepang. Kedua pemain pun bertarung keras dan cukup berimbang. Sampai menit 75, skor pun masih sama 2-2. Namun, lewat serangan balik cepat dari Rizky, ia berhasil mencetak 1 gol dan membuat skor berubah jadi 3-2. Skor 3-2 pun berakhir sampai akhir pertandingan.

Rizky pun berhasil meraih piala keduanya di turnamen ini. Rizky, yang saya hubungi setelah kemenangannya, menyempatkan diri untuk memberikan komentarnya. “Titip salam dan makasih buat semua yang udah dukung aku, tim aliban, zeus, temen temen pes indonesia, sama semua yang udah support lewat IG dan YouTube.” Ujar Rizky.

Dari kemenangan mereka di final tingkat Asia ini, tim WANI dan Rizky Faidan akan kembali lagi berlaga di World Final PES League 2019 melawan tim-tim terbaik dari regional Eropa dan Amerika.

Saya lalu bertanya kepada Valentinus SanusiFounder Liga1PES dan dedengkot komunitas PES Indonesia, tentang peluang Indonesia di World Finals nanti. Menurutnya, Indonesia akan menjadi tim kuda hitam di gelaran kompetitif PES paling bergengsi di dunia.

Rizky Faidan. Sumber: Liga1PES
Rizky Faidan. Sumber: Liga1PES

“Untuk pemain yang lolos saat ini dengan Tim WANI & Rizky, saya yakin Indonesia bakal menjadi “kuda hitam” di WF (World Finals) nanti. Karena bisa lolos & tampil ke WF aja udah menjadi pencapaian yang luar biasa buat Indonesia. Jadi kita akan tampil tanpa beban, tapi yang pasti kita juga punya motivasi sendiri untuk memberi “perlawanan” dan menunjukkan kemampuan pemain-pemain Indonesia melawan dunia, termasuk sang juara bertahan.” Ungkap Valentinus.

Oh iya, menurut cerita Valentinus, kemenangan Rizky ini mungkin adalah yang pertama kali di dunia. “Belum pernah ada yang juara di regional manapun di 2 kategori berbeda. Bahkan di regional Eropa aja, juara dunia tahun lalu, Ettorito cuma juara regional Eropa di Co-Op. Di 1vs1 nya, ia bukan juaranya.

Bagaimanakah nanti perjuangan kawan-kawan kita di World Finals ya? Apakah kawan-kawan kita nanti berhasil jadi juara dunia? Kita dukung terus saja ya!

Empat Perwakilan Liga1PES Bertanding di SEA Finals 2019 Akhir Pekan Ini

Final dari kompetisi kasta tertinggi jagat kompetitif Pro Evoulution Soccer Indonesia, Liga1PES, baru saja berakhir. Setelah perjalanan panjang, akhirnya terpilih empat pemain yang akan mewakili Indonesia di ajang PES South East Asia Finals (SEA Finals), yang akan diadakan di Bangkok, Thailand.

Memasuki musim keempat, SEA Finals tampil beda tahun ini. Salah satu penyebabnya adalah karena bertambahnya jumlah negara partisipan SEA Finals, dari enam menjadi delapan negara se-Asia Tenggara. Delapan negara peserta SEA Finals tersebut adalah: Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura, Myanmar, Laos, dan Kamboja.

Sumber: Facebook @Liga1PES
Sumber: Facebook @Liga1PES

Event kompetisi SEA Finals terbilang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dalam dua tahun terakhir, kompetisi ini berhasil menambah empat negara partisipan, yaitu Singapura dan Myanmar yang bergabung tahun 2018, serta Laos dan Kamboja yang bergabung dalam SEA Finals mulai tahun 2019 ini.

Selama 3 tahun belakangan, jagat kompetitif PES di Asia Tenggara bisa dibilang masih dikuasai oleh Vietnam. Hal ini terbukti dari keberhasilan Vietnam memenangkan SEA Finals 3 kali berturut-turut dengan 2 pemain mereka: Duy Map di tahun 2016, 2017, dan Le Tam di tahun 2018.

Sementara kalau dari Indonesia sendiri, salah satu fakta menariknya adalah, perwakilan Indonesia untuk SEA Finals yang selalu berubah setiap tahun. Ada Rizky Fadian di SEA Finals 2016, lalu Ady Qwa di SEA Finals 2017, dan terakhir ada Akbar Paudie dari Gorontalo yang dapat runner-up di SEA Finals 2018.

Dengan semakin berkembangnya komunitas SEA PES di Asia Tenggara, kini semakin banyak pihak yang melirik jagat kompetitif PES. Setelah kemarin game PES bisa masuk cabang demonstrasi esports di Asian Games, kini SEA Finals di Thailand juga didukung penuh oleh Thailand E-Sports Federation (TESF) dan Siamsport.

PES SEA Finals 2019 akan diadakan pada 3 Maret 2019 mendatang, di Thailand Esports Arena. Kompetisi ini memperebutkan total hadiah sebesar US$1800 (Sekitar Rp25 juta) dan juga satu slot untuk bertanding di kejuaraan tingkat Asia.

Sumber: Facebook @Liga1PES
Empat wakil SEA Finals yang merupakan empat besar dari kompetisi Liga1PES. Sumber: Facebook @Liga1PES

Melihat geliat esports PES di tanah air serta Asia Tenggara yang begitu aktif, hal ini tentu bisa menjadi peluang bagi para sponsor nantinya. Apalagi gelaran SEA Finals yang kini punya jenjang ke tingkat Asia dan sampai ke Internasional, tentu membuat jagat kompetitif PES, termasuk Liga1PES jadi semakin menjanjikan bagi ekosistem esports Indonesia.

A Long Pass from Liga1PES Working on PES Esports in Indonesia

After we talked about fighting game’s world in Indonesia with Advance Guard several times ago, in this opportunity, we’d like to talk about another esports that can be said as minority as well, Pro Evolution Soccer.

I have invited Liga1PES Founder Valentinus Sanusi to have a talk over a coffee with us. Liga1PES is the biggest PES community in Indonesia becoming a place for gamers of KONAMI football games to gather.

PES Esports State in Indonesia

To begin, I asked about the state of PES esports’ ecosystem in Indonesia. “It’s almost every week that the community at PS (PlayStation) rental place set up a competition of PES or as it’s once known as Winning Eleven,” answered Valentinus.

“From what they’re doing, we as Liga1PES representative see that they don’t have any proper place and management to get a proper competition done. That’s why since 2016, we’ve tried to develop a structured national competition system together with the PS rental place and the community,” he added.

Since a long time ago, PES series have always been compared to EA’s FIFA. We can say that both of them now are quite marginalized as the increasing popularity of mobile platform as a preferred platform and MOBA as a preferred genre (followed closely by Battle Royale).

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

How is the comparison of esports state between FIFA and PES in Indonesia? Before the FIFA fans argue, we’re going to get an answer from Indonesia’s FIFA representative next time.

Valentinus said many things about this. Liga1PES competition has entered its fourth year, and through this competition, they are not only looking for the best PES player at national level but also trying to distribute and provide chances for national players to compete at a higher level like SEA (Southeast Asia) or international competition.

Originally, Liga1PES would like to bring the best Indonesia players to compete at SEA events against other best players from neighboring countries like Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapore, and Myanmar.

“In terms of esports, I dare to claim that PES is far way better than FIFA as we already have a routine national scale competition system, interconnected with regional competition, and now we’re working on international competition with European and American community.”

PES Esports Challenges in Indonesia

An interesting thing about Indonesia’s PES is that one could say of it as the best-selling game in its glory day, the era of PS1 and PS2, and most likely PES is the most played game at every rental place in Indonesia. I am sure that most gamers, both PC and consoles, have played, at least once, PES or WE on those days.

However, as technology develops, PES fame began to fade and was replaced by MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) that is now still being the most popular esports. PC and consoles are also crushed by Android platform.

How does Valentinus respond to that?

“I think that this doesn’t only happen to PES. Esports itself is a new, fast-growing industry dominated by PC and mobile platform.”

He also added that there were a lot of factors affected PES popularity, and one thing that couldn’t be denied was that mobile market was indeed bigger than consoles.

“Most of Indonesians own at least a phone and can access games easily without TV, and it is the one reason that makes MOBA grow faster. It’s easily accessible.”

Valentinus also said, “It’s not that people are not interested in PES, the game is just lacking of exposure.” The console market itself is more segmented than PC or mobile.

“For instance, RPG fans around the world is bigger in number than MOBA fans but this comparison is not fair and even, just like comparing MOBA with PES.”

Valentinus also believes that PES actually has bigger market potential than other genres, as PES is a football genre and football is the world’s most favorite sport.

That’s why he argued that it would be way easier to invite commoners to watch football game esports than any other genre and it has also been proved as PES esports is growing so fast in Europe and Asia. Some big football clubs even has begun to recruit PES players to represent their club.

“PES esports in Thailand even has been supported by their government and KONAMI will conduct an esports league for Thailand’s football clubs. With this growth, I think the mixed exposure between football and its esports will be a great combination in years to come.”

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Various Parties’ Support for PES Community

While it’s lacking of exposure in Indonesia, PES community has gotten many supports from various parties.

Liga1PES having vision to make PES gamers as people’s and gamer community’s role model by providing a place for the community to play PES positively and win achievements both nationally and internationally, according to Valentinus, has gained support from True Digital Plus Indonesia, Telkom Group, and other local partners.

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

They also have close relation with KONAMI and received official licenses (endorsement and validation) from KONAMI for their tournaments. The PES League Asia 2v2 earlier this year (2018) is one of the examples, as Liga1PES and KONAMI conducted qualification in 7 cities and online as well. They successfully brought Indonesia players to compete in Bangkok, Thailand. At that time, Indonesia became Runner-Up as they’re losing to Japan in final.

Liga1PES was also involved in Asian Games 2018 by conducting PES Party before that huge event started, and it was supported by KONAMI. Liga1PES also became the organizer in a qualification for Indonesia representative in Asian Games 2018.

Valentinus said that they could give direct feedback to KONAMI, both in terms of games and community, esports, or their marketing matters. Mutually, KONAMI is also able to access PES Indonesia community growth via Liga1PES.

“Of course with this relationship we really hope that there would be a concrete action that could be manifested in the community. But it always requires a long, restless process for every policy or program related to KONAMI,” he closed the talk.

That was our brief talk with Valentinus related to PES Indonesia community and Liga1PES.

Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus
Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus

On one side, what he said about football being easily accepted by many people might be right, yet on the other side, football games are not only PES, EA’s FIFA has always been their biggest rival.

Next time I’ll invite FIFA community representative to hear their opinion about the same matters. The real work is not only for the community to get done, KONAMI and EA also need to work more for football game esports growth, including in Indonesia.

I personally would like to see both of them growing big and popular, even the MOBA itself. That’s why, I brought the name of FIFA purposely to provoke KONAMI to invest more in Indonesia before EA does – and vice versa. Hahaha…

Thank you for Valentinus to have spent his time and share his story to us. We hope PES and Liga1PES community would be way stronger in times to come!

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian.

Umpan Lambung dari Liga1PES Menggarap Esports PES di Indonesia

Setelah beberapa waktu lalu kami membahas soal dunia persilatan fighting game di Indonesia bersama dengan Advance Guard, kali ini kita kembali membahas tentang satu lagi esports yang juga boleh dibilang minoritas, yaitu Pro Evolution Soccer.

Karena itulah, saya menghubungi Valentinus Sanusi, Founder Liga1PES, untuk berbincang. Liga1PES sendiri merupakan komunitas PES terbesar di Indonesia yang menjadi tempat berkumpulnya para gamer bola besutan KONAMI.

Kondisi Esports PES di Indonesia

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Untuk memulai perbincangan, saya pun menanyakan seperti apa kondisi ekosistem esports PES di Indonesia. “Untuk PES atau yang dulu dikenal dengan nama Winning Eleven itu bisa dibilang hampir tiap minggu ada lomba yang diadakan di rental PS (PlayStation) oleh komunitas ataupun pemilik rental.” Jawab Valentinus.

“Kita dari Liga1PES melihat apa yang dilakukan komunitas tadi tidak terwadahi dan terkelola dengan baik. Makanya, sejak tahun 2016, kita di Liga1PES mencoba untuk mengembangkan sistem kompetisi yang sifatnya nasional dan terstruktur bersama dengan rental-rental PS dan komunitas tadi,” tambahnya.

Seperti biasanya, sejak dahulu kala, seri PES selalu dibanding-bandingkan dengan FIFA rilisan EA. Keduanya, sekarang memang boleh dibilang minoritas karena platform mobile yang jadi mayoritas dari segi platform dan MOBA dari sisi genre (yang dibuntuti ketat oleh Battle Royale).

Bagaimana perbandingan kondisi esports antara FIFA dan PES di Indonesia? Sebelum Anda yang fans FIFA protes, lain kali kita akan ambil jawaban dari perwakilan FIFA Indonesia ya.

Valentinus pun bercerita cukup panjang soal ini. Kompetisi Liga1PES sudah memasukin tahunnya yang keempat. Lewat kompetisi ini, komunitas tidak hanya mencari pemain PES terbaik di level nasional namun mereka juga mencoba menyalurkan atau memberikan kesempatan bagi para pemain nasional untuk bertanding lagi di tingkat yang lebih tinggi, seperti di tingkat SEA (Asia Tenggara) ataupun internasional.

Muasalnya, Liga1PES akan membawa pemain terbaik Indonesia untuk bersaing lagi dengan pemain PES terbaik di ajang SEA melawan pemain-pemain dari negara tetangga, seperti Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura, ataupun Myanmar.

“Jadi secara esports, saya bisa bilang PES jauh lebih unggul dibanding FIFA karena kita sudah memiliki sistem kompetisi skala nasional yang berjalan rutin, terkoneksi dengan kompetisi tingkat regional, dan saat ini juga kita sedang menjajaki kompetisi level internasional bekerja sama dengan komunitas di Eropa dan Amerika.”

Tantangan Esports PES di Indonesia

Satu hal yang menarik dari PES di Indonesia adalah game ini mungkin bisa dibilang game paling laris di jamannya, saat era PS1 dan PS2. Muasalnya, kemungkinan besar, PES merupakan game terlaris di setiap rental yang ada di Indonesia. Sebagian besar gamer, baik PC ataupun console, juga setidaknya pernah memainkan PES atau WE saat itu.

Namun demikian, seiring waktu dan perkembangan teknologi, PES pun meredup popularitasnya digantikan oleh MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang sekarang masih menjadi esports terlaris. PC dan console pun juga tergerus popularitasnya gara-gara platform Android.

Bagaimananakah Valentinus melihat hal tersebut?

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

“Saya rasa hal ini tidak berlaku di PES saja sih. Esports sendiri memang industri baru yang pertumbuhannya sangat luar biasa yang sayangnya masih didominasi oleh platform PC dan mobile.

Ia juga menambahkan banyak faktor yang berpengaruh terhadap popularitas PES yang menurun. Namun satu hal yang tak dapat dipungkiri, menurut Valentinus, adalah pasar mobile yang lebih besar ketimbang console. 

“Mayoritas penduduk Indonesia punya ponsel dan bisa akses game-nya tanpa ribet bawa-bawa TV seperti kita di konsol. Faktor ini yang saya rasa buat MOBA lebih cepat dan bahkan sangat cepat pertumbuhannya karena aksesnya yang sangat mudah.”

Lebih jauh menjelaskan, Valentinus juga percaya bahwa ada faktor pembajakan yang begitu kental di Indonesia yang membuat pihak publisher atau developer game console seolah ogah melirik dan mengeluarkan dana untuk pasar Indonesia.

Itu tadi kondisi yang spesifik dengan kondisi di Indonesia, bagaimana dengan di luar sana? Apakah PES juga bisa dibilang kurang laris di luar sana?

Valentinus pun mengatakan, “kalau di luar sendiri bukan dibilang kurang laris sih, hehehe… Namun memang kalah exposure saja.” Ia juga kembali mengatakan bahwa pasar console memang lebih segmented ketimbang PC ataupun mobile.

“Ibaratnya penggemar RPG sedunia juga lebih besar dari penggemar MOBA tapi perbandingan ini bukan apple-to-apple, seperti halnya membandingkan MOBA dengan PES.”

Valentinus juga percaya bahwa PES sebenarnya punya potensi pasar yang lebih besar dibandingkan genre lainnya. Pasalnya, PES merupakan genre olahraga dan sepak bola juga merupakan cabang olahraga favorit di Indonesia dan dunia.

Maka dari itu, ia pun berargumen bahwa lebih mudah untuk mengajak masyarakat awam untuk nonton esports bola dari genre lainnya. Hal ini juga terbukti dengan perkembangan pesat esports PES di dunia olahraga di negara-negara Eropa dan Asia. Klub-klub bola besar sudah mulai merekrut para pemain PES untuk menjadi wakil klubnya.

“Kancah esports PES di Thailand bahkan juga sudah didukung pemerintah dan KONAMI juga akan menggelar liga esports untuk klub-klub sepak bola Thailand. Dengan perkembangan ini, saya rasa exposure gabungan antara sepak bola dan esports game bola bakal jadi kombinasi yang luar biasa banget di tahun-tahun mendatang.”

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Dukungan Berbagai Pihak ke Komunitas PES

Meski memang nyatanya bisa dibilang kurang exposure di Indonesia, komunitas PES di Indonesia sudah mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak.

Liga1PES yang memiliki visi untuk menjadikan gamer PES sebagai teladan masyarakat dan komunitas gamer sendiri dengan menjadi wadah bagi komunitas untuk bermain PES secara positif dan meraih prestasi baik di dalam ataupun luar negeri ini, menurut pengakuan Valentinus, telah mendapatkan dukungan dari True Digital Plus Indonesia, Telkom Group dan sejumlah partner lokal.

Sumber: Liga1PES
Sumber: Liga1PES

Mereka juga punya hubungan dekat langsung dengan KONAMI. Liga1PES juga mengantongi lisensi (endorsement dan validasi) resmi dari KONAMI untuk turnamen mereka. Misalnya saja salah satunya adalah PES League Asia 2v2 di awal tahun ini (2018). Liga1PES bersama-sama dengan KONAMI menyelenggarakan kualifikasi di 7 kota dan juga online. Mereka juga berhasil membawa pemain-pemain Indonesia untuk bertanding di Bangkok, Thailand. Saat itu, Indonesia berhasil meraih posisi Runner-Up karena kalah dari Jepang di partai final.

Menyoal Asian Games 2018, Liga1PES juga turut andil di sana. Mereka didukung KONAMI untuk menyelenggarakan PES Party menjelang Asian Games kemarin. Liga1PES sendiri juga menjadi organizer untuk kualifikasi mencari wakil Indonesia di Asian Games 2018.

Valentinus juga mengatakan bahwa mereka bisa memberikan feedback langsung ke pihak KONAMI, baik dalam aspek game itu sendiri ataupun untuk urusan komunitas, esports, ataupun pemasaran mereka. Sebaliknya, KONAMI juga bisa mengakses perkembangan komunitas PES Indonesia melalui Liga1PES.

“Tentunya, dengan hubungan ini, kita sangat mengharapkan ada aksi konkrit yang bisa kita realisasikan di komunitas. Hanya saja, untuk setiap kebijakan atau program yang berhubungan dengan KONAMI selalu membutuhkan proses yang panjang dan tidak mudah.” Tutupnya.

Itu tadi obrolan singkat saya dengan Valentinus tentang komunitas PES Indonesia dan Liga1PES.

Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus
Valentinus Sanusi. Dokumentasi: Valentinus

Di satu sisi, mungkin memang benar apa yang dikatakannya tadi soal sepak bola yang mudah diterima banyak orang. Namun demikian, di sisi lainnya, game bola juga sebenarnya tidak hanya PES. FIFA besutan EA selalu menjadi rival beratnya.

Lain kali, saya akan mengajak perwakilan dari komunitas FIFA untuk mendengarkan pendapatnya. Namun satu hal yang pasti, pertarungannya sebenarnya bukan hanya pada komunitasnya. Andil KONAMI dan EA sendiri juga nantinya akan sangat berpengaruh besar atas perkembangan esports-nya, termasuk di Indonesia.

Saya pribadi inginnya dua-duanya sama besarnya dan sama populernya, bahkan dibanding MOBA sekalipun. Makanya, saya sengaja bawa-bawa nama FIFA di sini karena harapannya KONAMI seharusnya tambah panas jika EA yang lebih dulu investasi besar-besaran di Indonesia – demikian juga sebaliknya. Hahaha…

Terima kasih buat Valentinus yang sudah menuangkan waktu dan ceritanya di sini. Semoga komunitas PES dan Liga1PES semakin kuat ke depannya ya!