Co-Working Space Greenhouse Resmikan Kehadiran di Indonesia

Co-working space Greenhouse meresmikan kehadirannya dengan meluncurkan kantor perdana berlokasi di Multivision Tower, Kuningan, Jakarta. Diharapkan tempat ini bisa menjadi opsi untuk para pengusaha startup memulai sebuah perusahaan di Indonesia.

Greenhouse berlokasi di penthouse Multivision Tower lantai 25, seluas 1.800 meter persegi dan berkapasitas maksimal 300 orang. Menawarkan desain ramah lingkungan untuk memberi kesan natural dan harmonis agar dapat memancing kreativitas.

Bahan-bahan interior yang dipakai seperti kayu, batu alam, dan banyak tanaman hijau, atap setinggi sembilan meter ini memiliki kafe dan bar dengan pemandangan 360 derajat kota Jakarta.

“Kami ingin memberikan lingkungan hijau yang menstimulasi pengguna. Kami memahami bahwa orang-orang kreatif memiliki kebutuhan dan persyaratan yang berbeda dan itulah yang ingin kami berikan di Greenhouse. Sebagian besar dinding kaca ini diharapkan dapat membangun komunitas dan kolaborasi, bukan persaingan,” ungkap Co-Founder Greenhouse Manish Nathani, Jumat (26/1).

Diferensiasi Greenhouse dengan co-working lainnya

Menurutnya, hal yang membedakan Greenhouse dengan co-working space lainnya adalah sistem dukungan kelas dunia untuk perusahaan luar negeri. Pihaknya menyediakan siap untuk menjawab dan memberi apa yang diperlukan pelanggan, mulai dari memesan taksi, memesan makanan, hingga pengacara terbaik.

Greenhouse telah bermitra dengan para pengacara, akuntan, sekretaris perusahaan, sampai dengan rental mobil dan broker perumahan untuk melayani pengguna. Di samping itu, Greenhouse juga melakukan inisiatif eksklusif “Greenhouse Booster Program” sebagai wadah kolaborasi antara perusahaan di dunia dengan anggota Greenhouse.

Dalam wadah ini anggota akan mendapat keuntungan layanan produk, pengetahuan pasar, pengalaman, dan kekuatan merek perusahaan. Program ini memiliki nilai US$50 ribu untuk produk layanan in-kind yang diberikan ke setiap anggota.

Nantinya, dalam co-working space direncanakan akan diselenggarakan berbagai sesi workshop, seminar, dan acara inkubator startup. Seperti Startup Weekend, Silicon Drinkabout, serta inisiatif sosial seperti acara Fishackathon uang mempunyai pesan mengenai pemanasan global.

“Obyektif kami adalah untuk mengelola acara yang berkualitas dengan tujuan untuk memberi dampak positif terhadap startup dan inovasi ekosistem di Indonesia.”

Greenhouse menyediakan penawaran yang fleksibel untuk keanggotaan dan disesuaikan dengan kebutuhan, bisa harian, bulanan, sampai tahunan. Ada tiga produk utama, yakni hot desk, dedicated desk, dan private office.

Hot desk dirancang untuk para pengguna mobile yang menginginkan layanan dan lokasi terbaik. Sementara dedicated desk dan private office lebih sesuai untuk tim yang ingin bertujuan untuk mengubah dunia.

Manish menargetkan sampai tahun 2019 mendatang, pihaknya dapat membuka empat lokasi baru di Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Greenhouse didukung sejumlah venture capital dan angel investor dari Indonesia dan Singapura sebagai investornya. Salah satu advisor Greenhouse adalah Raam Punjabi, pengusaha sekaligus pemilik perusahaan Multivision Plus.

Wrapmobil Ramaikan Persaingan Bisnis “Car Advertising”

Bak jamur di musim hujan startup dengan layanan “car advertising” tumbuh nyaris berbarengan. Nama-nama seperti SticarPromogoStickEarn, dan Klana adalah beberapa startup yang bisnis yang serupa dan muncul di waktu bersamaan. Yang paling baru dan tak jauh beda dengan yang lainnya adalah Wrapmobil. Bahkan serupa. Layanan yang memanfaatkan mobil dan kemacetan sebagai media iklan yang dikelola dengan sentuhan teknologi.

Wrapmobil sendiri baru akan meluncur penuh (saat ini masih dalam tahap beta) pada Januari tahun depan. Sebuah persaingan yang layak ditunggu, layanan baru namun dengan pesaing yang tidak sedikit.

“Dalam beberapa minggu ke depan, kami akan mendiskusikan berbagai hal menarik untuk para pengiklan kita, seperti melakukan konvoi, membentuk komunitas, dan berbagai taktik gerilya dalam pemasaran lainnya dengan menggunakan konsep dan teknologi kami. Kami sangat percaya bahwa konsep dari Wrapmobil dan juga perangkat data adalah bentuk evolusi alami dari bentuk iklan outdoor,” terang CEO Wrapmobil Manish Nathani.

Lebih jauh mengenai model bisnisnya Manish menjelaskan Wrapmobil memungkinkan pemilik mobil mendapatkan pendapatan ekstra selama berkendara. Terlebih dengan dengan kemacetan yang terjadi di Jakarta. Wrapmobil sendiri mengusung misi untuk mengganggu bisnis industri reklame tradisional dan membantu orang-orang menyelesaikan cicilan mobile mereka.

“Misi kami adalah untuk membunuh industri reklame tradisional dan membantu setiap orang agar mampu melunasi mobil pertama mereka. Kenyataannya, solusi kami jauh lebih murah dari reklame. Bagi pengiklan, harga ini tidak seberapa dibandingkan dengan harga yang harus mereka keluarkan untuk reklame, dan iklan di bodi mobil nyatanya jauh lebih baik karena tidak statis. Iklan ini akan terus bergerak mengitari kota dan memberikan kesan yang lebih dalam kepada orang-orang,” terang Manish.

Manish juga menyampaikan bahwa pengguna mobil yang bergabung dengan Wrapmobil bisa mengumpulkan setidaknya Rp 3 juta per bulan dengan rata-rata mengemudi dalam jarak 1.000 kilometer dengan iklan penuh di bodi mobil mereka.

“Kami juga memimpin tim desain dan memberikan jasa desain kepada para pengiklan secara cuma-cuma untuk memastikan iklan mereka bisa memberikan hasil yang maksimal. Kami akan memastikan hanya iklan yang menarik untuk dilihat yang akan terpampang untuk partner kami di mobil-mobil,” imbuh Manish.

Salah satu keunggulan yang ditawarkan Wrapmobil adalah tersedianya dashboard untuk memantau metrik performa dari iklan di mobil Sehingga pengiklan dapat mengetahui informasi mulai dari jarak kilometer yang sudah ditempuh, seberapa lama iklan terpasang, sampai dengan rata-rata impression yang dihasilkan iklan tersebut tiap bulannya.