Olympus Umumkan Kamera Mirrorless E-M10 Mark IV dengan Sensor MFT 20MP

Bagi yang tertarik ingin mencoba kamera buatan Olympus, mereka memiliki lini mirrorless entry-level yaitu OM-D E-M10 series. Saat ini, E-M10 II (body only) dijual dengan harga Rp6.799.000 dan Rp10.999.000 untuk E-M10 III (body only) di Indonesia.

Kini Olympus telah memperkenalkan generasi keempatnya, yaitu OM-D E-M10 Mark IV. Perubahan penting yang berada di dalam antara lain sensor Micro Four Thirds baru beresolusi 20MP (generasi sebelumnya 16,1MP) dengan prosesor TruePic VIII.

Dari luar, kamera mirrorless bergaya SLR ini kini dibekali layar yang bisa di flip ke bawah untuk memudahkan aktivitas nge-vlog dan selfie. Olympus turut memperbarui sistem autofocus continuous agar fokus tidak berkeliaran ke subjek lain dan menambah dukungan pengisian daya lewat port USB.

Selain itu, E-M10 IV juga mewarisi fitur unggulan dari generasi sebelumnya. Sebut saja, 5-axis image stabilization, electronic viewfinder OLED 2,36 juta titik, dibekali sejumlah scene mode dan Art Filter, serta perekaman video 4K pada 30 fps.

Olympus OM-D E-M10 Mark IV akan tersedia dalam pilihan warna black dan silver. Untuk body only dibanderol US$699 atau sekitar Rp10 jutaan dan US$799 atau Rp11,6 jutaan dengan lensa kit 14-42mm F3.5-5.6 EZ.

Sumber: DPreview

Sony Umumkan A7S III, Tawarkan 4K 120p dan 1080p 240p 10-bit 4:2:2

Setelah berselang lima tahun, Sony akhirnya mengumumkan kamera mirrorless full frame video-centric penerus A7S II yang dirilis tahun 2015 silam. Adalah Sony A7S III yang seluruhnya dirancang ulang, termasuk sensor dan prosesor gambar baru.

Sensor baru ini tetap beresolusi 12,1MP, tapi dengan struktur back-illuminated. Kenapa resolusinya hanya 12,1MP? Tujuannya ialah untuk menghasilkan ukuran per piksel yang besar.

sony-umumkan-a7s-iii-2

Semakin besar pikselnya, maka semakin banyak cahaya yang masuk sehingga meningkatkan sensitivitas terhadap cahaya dan minim noise saat menggunakan ISO tinggi. Sebagai informasi, tambahan ‘S’ sendiri punya dua arti yaitu sensitivity dan speed.

Selain itu, penggunaan struktur back-illuminated juga meningkatkan kecepatan pembacaan data 2x. Dengan kombinasi prosesor gambar baru Bionz XR yang terdiri dari dua gabungan prosesor, membuat kinerja pemrosesan meningkat hingga 8x lebih tinggi dibandingkan dengan sistem konvensional.

Kemampuan Perekam Video

Sony A7S III dapat merekam video 4K hingga 120 fps dan Full HD 240 fps dengan full-pixel readout tanpa pixel binning dan mendukung ISO sampai 409.600. Dengan S-Log3 yang menawarkan dynamic range 15+ stop dan punya ISO minimum 160 sehingga lebih fleksibel saat pengambilan gambar maupun saat post-production.

Sony menambah kemampuan perekaman video All-Intra 10-bit depth yang memiliki gradasi 4x lebih kaya dibandingkan dengan 8-bit. Serta, 4:2:2 color sampling pada semua format dan frame rate, baik resolusi 4K maupun Full HD langsung ke SD card. Video dapat disimpan dalam format H.264 atau format baru XAVC HS dengan codec H.265 HEVC yang menawarkan kompresi 2x lebih tinggi.

sony-umumkan-a7s-iii-5

Sistem fast hybrid AF-nya memiliki  759 point phase-detection, mencakup 92 persen area sensor, dan dapat bekerja di semua mode termasuk saat merekam video 4K 120p. Punya real-time tracking dan real-time Eye AF berbasis AI yang performanya diklaim meningkat 30 persen.

Untuk pertama kalinya, Sony A7S III kini mendukung perekaman video Raw pada 4K 60p menggunakan external recorder lewat port HDMI. Sony juga berhasil mengurangi efek rolling shutter tiga kali lebih baik dibanding A7S II.

Sementara, bagi yang butuh workflow cepat, A7S III dapat merekam video 10-bit HLG (HDR). Juga tersedia creative look, ada 10 jenis preset yang bisa digunakan untuk foto maupun film.

sony-umumkan-a7s-iii-3

Fitur lainnya, Sony A7S III memiliki 5-axis image stabilization dengan Active Mode yang sangat membantu saat syuting secara handheld. Bahkan ketika menggunakan lensa wide angle native dari Sony, maka hasilnya sangat halus dan stabil seperti pakai gimbal.

Video berkualitas tinggi, tentu menggunakan banyak data dan panas pun tidak bisa dihindari. Untuk itu, Sony mengembangkan mekanisme pembuangan panas baru yang memungkinkan merekam video 4K 60p 10-bit 4:2:2 lebih dari satu jam hingga baterai habis.

Fitur yang dinantikan lain, A7S III punya memiliki layar vari-angle yang berarti dapat berputar ke samping dan memberikan kebebasan saat syuting. Sistem menu pada kamera ini juga didesain ulang sepenuhnya dan dapat dioperasikan melalui layar sentuh. Ketika mode video dipilih, menu akan berubah dan menampilkan konfigurasi khusus video.

sony-umumkan-a7s-iii-4

Selain untuk videografi, A7S III juga andal untuk fotografi minim cahaya. Dengan ISO dari 80-102.400 yang bisa diekspansi 40 ke 409.600. Yang juga istimewa ialah electronic viewfinder-nya yang punya resolusi sangat tinggi 9,44 juta titik yang pertama di dunia.

Untuk menampung file, kamera ini punya dual slot untuk UHS-II SD card dan CFexpress Type-A. Lalu, berapa harga Sony A7S III dan kapan tersedia? Rencananya Sony A7S akan mulai tersedia pada akhir bulan Septermber 2020 mendatang dengan harga mulai dari US$3499 atau sekitar Rp51 jutaan.

Nikon Juga Umumkan Lensa Nikkor Z 24-50 F4-6.3 Terjangkau dan 2 Teleconverter

Bersama dengan kamera mirrorless full frame entry-level Nikon Z5, Nikon mengumumkan Nikkor Z 24-50mm F4-6.3. Lensa zoom yang dirancang untuk sensor full frame ini dibanderol dengan harga yang cukup terjangkau yakni US$400 atau sekitar Rp5,8 juta.

Nikon juga memasangkan lensa anyar ini ke body Z5 sebagai lensa kit, paket ini dijual US$1699 atau Rp24,8 juta. Sebagai informasi, harga Nikon Z5 untuk body only adalah US$1399 atau sekitar Rp20 jutaan.

Nikkor Z 24-50mm F4-6.3 ini pun menjadi lensa Z-mount dengan dimensi paling compact dengan ukuran terpanjang 51mm dan termurah dari Nikon. Panjang fokus 24mm ini sudah terbilang cukup lebar yang serba guna untuk keperluan foto harian dan 50mm ideal untuk foto portrait.

Meskipun aperture yang digunakan tidak konstan, F4 pada panjang fokus 24mm dan nilainya akan otomatis berubah saat melakukan zoom hingga F6.3 pada 50mm. Agar exposure tidak berubah saat merekam video, tipsnya jangan gunakan fungsi zoom atau bila ingin zoom anggap saja lensa ini punya aperture F6.3.

Selain itu, Nikon juga mengumumkan dua teleconverter untuk lini kamera mirrorless Z-series yaitu S Teleconverter TC-1.4x dan TC-2.0x. Keduanya sudah weather-sealed dengan lapisan flour pada elemen depan dan belakang untuk menahan noda, serta sanggup mempertahankan kemampuan autofocus dengan semua titik AF hingga F11.

Teleconverter akan kompatibel dengan lensa Nikkor Z, termasuk Nikkor Z 70-200 F2.8 VR S. Kemungkinan juga akan kompatibel dengan lensa zoom telephoto Nikkor Z 100-400mm f/4.5-5.6 S VR dan Nikkor 200-600mm VR yang rencananya dirilis sebelum akhir tahun 2021.

Teleconverter 1.4x dan 2.0x masing-masing akan dijual seharga US$550 atau sekitar Rp8 juta dan US$600 atau Rp8,8 juta, serta akan mulai dijual pada akhir Agustus bersamaan dengan Nikkor Z 70-200 F2.8 VR S yang diumumkan pada bulan Januari 2020 lalu.

Sumber: DPreview

Nikon Z5 Diumumkan, Mirrorless Full Frame Pesaing Canon EOS RP

Mari kita sedikit flashback ke tahun 2018, di mana sejumlah pabrikan kamera utama akhirnya mengeluarkan kamera mirrorless dengan sensor full frame. Masih ingat Nikon mencuri start dengan mengumumkan Z6 dan Z7 pada bulan Agustus 2018, kemudian diikuti Canon dengan EOS R (September 2018) dan EOS RP (Februari 2019). Serta, Panasonic dengan Lumix S1 dan S1R pada bulan Februari 2019.

Sekarang kita fokus ke Nikon, di mana pada tahun 2019 mereka mengumumkan kamera mirrorless Nikon Z50 yang juga menggunakan Z-mount seperti Nikon Z6 dan Z7 tapi menggunakan sensor APS-C. Kini Nikon baru saja mengumumkan Nikon Z5 dengan Z-mount dan bersensor full frame.

Untuk body only, Nikon Z5 dibanderol dengan harga US$1399 atau sekitar Rp20 jutaan yang artinya bakal berhadapan langsung dengan Canon EOS RP. Pada rentang harga tersebut juga bertengger kuat Fujifilm X-T3 dan Sony A6600 dengan sensor APS-C dan Panasonic Lumix GH5 dengan Micro Four Thirds.

Sebagai informasi, saudara kandungnya (Nikon Z6) saat ini dibanderol Rp29 juta untuk body only. Meski begitu, Nikon Z5 mengemas desain yang identik dan mewarisi sejumlah fitur unggulan milik Z6 seperti 5-axis image stabilization dan sistem autofocus-nya.

Nikon Z5 mengusung sensor FX-format CMOS beresolusi 24MP, bukan varian BSI seperti Nikon Z6 tapi dengan prosesor gambar yang sama yaitu Expeed 6. Fitur IBIS-nya dapat diklaim mengurangi guncangan hingga lima stop.

Kontruksi tubuhnya, bila Nikon Z6 sasis magnesium-alloy, Z6 menggunakan material polikarbonat untuk pelat belakang dan dasarnya. Tetapi tetap tertutup rapat untuk ketahanan terhadap debu dan kelembaban. Pada pelat atas, kita tidak akan menemukan layar status seperti yang dimiliki Nikon Z6 dan Z7.

Kemudian Nikon Z5 memiliki jendela bidik OLED yang ukurannya cukup besar beresolusi 3,69 juta titik dan layar sentuh 3,2 inci yang bisa dimiringkan sedikit ke atas dan ke bawah. Punya dua slot kartu SD yang mendukung UHS-II, serta menggunakan baterai tipe baru EN-EL15C yang menawarkan 470 jepretan sekali pengisian menggunakan LCD dan 390 jepretan dengan jendela bidik.

Meski mengemas baterai tipe baru, uniknya Nikon Z5 juga masih kompatibel dengan baterai EN-EL15 dan battery grip MB-N10 yang sama digunakan oleh Nikon Z6 dan Z7. Soal perekaman video, Nikon Z5 dapat merekam video 4K 30 fps dengan crop 1.7x dan 1080p menggunakan seluruh penampang sensor dengan frame rate hingga 60 fps. Satu lagi, port mikrofon dan headphone juga tersedia.

Harga Nikon Z5 untuk body only dibanderol US$1399 atau sekitar Rp20 jutaan. Lalu, bila dengan lensa baru Nikkor Z 24-50mm F4-6.3 dijual US$1699 atau Rp24,8 juta dan US$2.999 atau Rp43 juta dengan lensa zoom telephoto Nikkor Z 24-200mm F4-6.3 VR.

Sumber: DPreview

Tips Merekam Video dengan Picture Profile Sony dan Basic Correction-nya

Pas awal belajar videografi, teman saya seorang videografer memberi tahu pengaturan terbaik saat merekam video (saya kebetulan pakai kamera mirrorless Sony) yaitu menggunakan S-Log2. Namun penggunaan color profile atau disebut picture profile di kamera mirrorless Sony, mengharuskan kita untuk melakukan color grading di post processing.

S-Log2 ini memang membawa fleksibilitas yang sangat luas, secara teori menawarkan dynamic range 14 stop. Namun perlu usaha ekstra, baik saat produksi karena mininum ISO yang digunakan ialah 800, kemampuan color grading yang mumpuni, dan juga pastikan batas waktu project tidak mepet.

Selain S-Log2, sebetulnya Sony juga punya picture profile yang juga tidak kalah populer di kalangan content creator dan sering dibandingkan dengan S-Log yaitu Cine4. Proses pengolahannya relatif cepat dan hanya membutuhkan pemahaman basic correction yang bisa dipelajari dengan mudah.

Cine4 vs. S-Log2

WhatsApp Image 2020-07-21 at 7.33.19 PM

Cine4 adalah salah satu dari banyak preset gamma yang disediakan oleh Sony. Preset ini menawarkan dynamic range lebih baik daripada profil video standar tapi tidak seluas yang disuguhkan S-Log2.

Tidak seperti S-Log2 yang memberi keleluasaan mengatur warna, Cine4 sudah menyajikan warna yang cukup ideal dan secara native lebih kontras. Dalam hal workflow post-production, Cine4 juga lebih menguntungkan karena hanya butuh basic correction.

Minimum ISO yang digunakan pada Cine4 adalah 200, sedangkan S-Log2 minimum 800 sehingga kita harus menggunakan ND filter saat syuting di pencahayaan cerah. Selain itu, untuk menghindari munculnya noise saat memulihkan detail pada area shadow, biasanya videografer sengaja mengambil footage overexposure sebanyak dua stop yang artinya hal ini mengurangi performa kamera di cahaya rendah.

Fitur picture profile sendiri tersedia di kamera mirrorless dengan sensor APS-C dan full frame terbaru Sony. Untuk APS-C mulai dari Sony A6300, A6400, A6500, dan A6600. Kalau pada Sony A6400, pengaturannya berada di tab pertama nomor sebelas.

Sony menyediakan sepuluh slot picture profile (PP), bisa pilih salah satunya. Misalnya pilih PP1, lalu atur gamma ke Cine4 dan color mode ke Pro atau Cinema. Atau bisa coba pengaturan yang direkomendasikan oleh seorang content creator bernama Cody Blue, sebagai berikut:

  • Gamma: Cine4
  • Black Gamma: Wide, +4
  • Knee: Manual, Point: 80%, Slope +2
  • Color Mode: Pro
  • Saturation: -5

Basic Correction

Basic Correction 1

Untuk menghasilkan video yang cinematic menggunakan Cine4, yang dibutuhkan saat post processing ialah basic correction yang mudah dipelajari. Kalau kalian suka edit foto pakai aplikasi Lightroom, kurang lebih prosesnya bakal sama.

Pada tutorial kali ini, saya menggunakan Adobe Premiere Pro. Setelah memilih footage yang akan diedit, langsung saja kita menuju tab ‘color‘ (Lumitri Color) dan pilih menu basic correction.

Basic Correction 2

Sebetulnya kita bisa mengeditnya sesuai preferensi, tapi umumnya adalah menurunkan hightlight untuk memperoleh detail atau meredam area yang terlalu terang, menambah atau mengurangi shadow, menambah white agar video tampak lebih cerah, dan menaikkan saturation agar warna pada video sedikit lebih menonjol.

Basic Correction 3

Satu hal lagi, kita menuju menu Curves. Pada bagian warna putih, kita buat empat titik seperti pada gambar dan naikkan sedikit titik yang ditengah untuk membuat tampilan video lebih terang dan juga berdimensi.

Bagaimana pun S-Log2 dan Cine4 memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sesuaikan dengan kebutuhan. Bila project yang dikerjakan punya batas waktu yang lama dan durasinya juga tidak terlalu panjang, S-Log2 masih dipercaya opsi terbaik untuk mengeluarkan potensi dan mendapatkan kualitas video secara optimal.

(Referensi: Premiumbeat)

Leica M10-R Unggulkan Sensor Full-Frame 40 Megapixel dan Kapabilitas Low-Light yang Superior

Entah kebetulan atau tidak, huruf “R” nampaknya punya kesan superior tersendiri di industri kamera. Lihat saja seri Sony a7R, yang selama empat generasi selalu menjadi varian yang lebih unggul ketimbang a7 biasa. Di kubu lain, Canon bahkan menamai kamera mirrorless full-frame pertamanya EOS R – yang baru-baru ini sudah diteruskan jejaknya oleh EOS R5 dan R6.

Kalau perlu bukti lebih terkait teori kebetulan saya ini, coba kita lihat penawaran terbaru Leica. Melalui sebuah livestream, dedengkot kamera asal Jerman itu memperkenalkan anggota terbaru dari salah satu seri kamera mirrorless terpopulernya, Leica M10. Nama anggota terbaru tersebut? Leica M10-R, dan kebetulan ia merupakan yang paling superior di antara Leica M10 lainnya.

Leica M10-R

Keunggulan utamanya terletak pada sensor yang digunakan: full-frame 40,89 megapixel, naik sekitar 16 megapixel dibanding sensor milik M10 orisinal. Secara teknis, sensor ini sebenarnya sama seperti yang tertanam pada M10 Monochrom, hanya saja di sini Leica sudah menambahkan filter Bayer sehingga hasil tangkapan M10-R bisa berwarna.

Leica percaya bahwa peningkatan resolusi yang signifikan ini tak hanya ideal disandingkan dengan lensa-lensa M yang baru saja, melainkan juga mampu menonjolkan karakteristik unik dari koleksi lensa M lawas. Bagi peminat fotografi long exposure, mereka bakal tersenyum mengetahui M10-R punya durasi exposure maksimum 16 menit.

Namun peningkatan resolusi belum menceritakan kelebihannya secara utuh, sebab sensor baru ini turut menjanjikan dynamic range yang lebih luas sekaligus noise yang lebih minimal meski rentang ISO-nya tidak berubah (100 – 50000). Jadi untuk pemotretan di kondisi low-light, Leica yakin hasil tangkapan M10-R bakal sangat mendekati kualitas yang dihasilkan M10 Monochrom.

Leica M10-R

Dari perspektif sederhana, kita boleh saja menganggap M10-R ini sebagai M10 Monochrom versi berwarna. Namun pada kenyataannya ia juga mewarisi banyak keunggulan Leica M10-P, spesifiknya bunyi shutter mekanis yang sangat halus dan nyaris tidak terdengar di tempat umum, serta LCD yang sudah dibekali panel sentuh. Desain maupun jeroannya (prosesor, baterai) pun sama persis, dan yang berbeda cuma sensornya itu tadi.

Rencananya, Leica M10-R akan dipasarkan secara global mulai 20 Juli seharga $8.295 (body only), banderol yang sama persis seperti ketika M10 Monochrom pertama diluncurkan Januari lalu. Konsumen bisa memilih antara warna hitam atau silver.

Sumber: PetaPixel dan Leica.

Software Lumix Streaming Kini Tersedia untuk MacOS

Bulan Juni lalu, Panasonic telah meluncurkan software yang menambah fungsi kamera mirrorless Lumix menjadi webcam. Adalah Lumix Tether for Streaming (beta) atau Lumix Streaming yang saat dirilis hanya tersedia untuk platfrom Windows 10.

Kini software Tether for Streaming juga telah tersedia untuk pengguna komputer dengan sistem MacOS. Sayangnya, model kamera yang didukung masih sedikit yaitu Lumix GH5, G9, GH5S, S1, S1R, dan S1H.

Sebagai informasi, Lumix Tether for Streaming ini dikembangkan berdasarkan Lumix Tether (Versi 1.7) yang awalnya dirancang untuk tethered shooting. Sehingga menampilkan elemen-elemen UI seperti autofocus dan control panel pada monitor PC.

Saat sesi video conferensi, tentu hal itu cukup mengganggu dan solusinya Panasonic menambahkan mode live view pada Lumix Streaming. Hal ini memungkinkan pengguna memilih opsi ‘camera view only‘, di mana elemen-elemen UI tersebut bisa disembunyikan atau ditampilkan selama USB tethering sesuai kebutuhan.

Selain itu, Panasonic juga mengumumkan pengembangan software yang disebut ‘Lumix Webcam’ untuk Windows dan MacOS. Apa bedanya
Tether for Streaming dengan Lumix Webcam?

Tether for Streaming pada dasarnya program untuk tethered shooting. Pengguna perlu menginstall software broadcasting supaya komputer dapat mendeteksi output tampilannya, sebelum akhirnya bisa digunakan pada layanan video conference seperti Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya.

Sementara, dengan Lumix Webcam bisa langsung bisa digunakan untuk live streaming dan layanan video conference. Lumix Webcam rencananya akan dirilis pada bulan September di platform Windows 10 dan Oktober untuk macOS.

Kemudian, Panasonic juga merilis update firmware untuk enam kameranya yaitu Lumix GH5, GH5S, G9, G95, G85, dan GX9. Update kali ini terkait peningkatan kompatibilitas dengan Tripod Grip DMW-SHGR1 terbaru dari Panasonic dan menambahkan ‘operational stability‘ dengan lensa Lumix G Vario 12–32mm / F3.5–5.6

Sumber: DPreview

Menemani EOS R5, Canon Juga Umumkan Empat Lensa RF

Selain mengumumkan kamera mirrorless full frame EOS R5 dan R6, Canon juga menghadirkan empat lensa RF baru. Adalah RF 85mm F2 Macro IS STM, RF 100-500mm F4.5-7.1L IS USM, Canon RF 800mm F11 IS STM, dan RF 600mm F11 IS STM. Dengan ini, total lensa native untuk RF-mount berjumlah 14. Mari bahas satu per satu:

Canon RF 85mm F2 Macro IS STM

Lensa prime atau fix telephoto menengah ini harganya cukup terjangkau yaitu US$599 atau sekitar Rp8,6 jutaan. Tidak berbeda jauh dengan lensa RF 35mm F1.8 IS STM Macro yang dibanderol Rp8,8 juta di Indonesia.

Selain asyik buat foto portrait, lensa RF 85mm F2 Macro IS STM ini juga ideal untuk mengambil detail secara close-up. Jarak fokus minimumnya hanya 35mm dengan rasio pembesaran maksimum 0.5X. Artinya, subjek dapat direproduksi hanya setengah dari ukuran sebenarnya. Jadi, masih belum cukup untuk foto macro serangga atau yang berukuran kecil lainnya.

Secara optik, lensa ini terdiri dari 12 elemen dalam 11 grup, termasuk satu elemen UD (ultra low dispersion) untuk membantu mengurangi penyimpangan kromatik. Dimensinya relatif ringkas, dengan ukuran filter 67mm dan bobot 500 gram.

Lensa RF 85mm F2 Macro IS STM punya image stabilizer yang bisa mengurangi guncangan hingga lima stop dan hingga delapan stop bila dikenakan pada EOS R5 dan R6 yang punya IBIS.

Canon RF 100-500mm F4.5-7.1L IS USM

Ini adalah lensa super-zoom pertama Canon untuk RF-mount, yang ideal untuk memotret kegiatan olahraga dan wildlife photography. Sistem image stabilizer pada lensa dapat mengurangi guncangan hingga lima stop dan enam stop bila menggunakan EOS R5 dan R6.

Secara optik, lensa ini terdiri dari 20 elemen dalam 14 grup. Termasuk enam elemen UD (ultra low dispersion) dan satu ‘Super UD‘ yang membantu mengurangi penyimpanan kromatik. Kedua grup fokus digerakkan oleh Nano USM motor untuk memberikan autofocus yang cepat dan tenang.

Lensa RF 100-500mm F4.5-7.1L IS USM memiliki rasio perbesaran maksimum 0.12X dan 0.33X pada ujung lebar dan telefoto. Ukuran diameter filternya 77mm dan bobotnya 1.365 gram. Berapa harganya? Canon RF 100-500mm F4.5-7.1L IS USM dibanderol US$2.699 atau sekitar Rp39 jutaan.

Canon RF 600mm F11 IS STM dan RF 800mm F11 IS STM

Selanjutnya adalah sepasang lensa super-telephoto 600mm dan 800mm dengan fixed-aperture. Ya, Anda tidak salah baca, minimum dan maksimum aperture yang bisa digunakan hanya F11.

Canon menggunakan optik difraksi dual-layer tanpa celah (gapless dual-layer diffractive optics) dan aperture fix F11 sehingga memungkinkan Canon mengurangi ukuran dan panjang lensa. Canon juga mengatakan bahwa desain elemen DO tersebut memungkinkan harganya menjadi lebih terjangkau.

Keduanya dilengkapi image stabilization yang dapat mengurangi guncangan sebanyak lima stop pada lensa 600mm dan empat stop pada lensa 800mm. Saat terpasang pada EOS R5 dan R6, area jangkauan AF adalah 60×40 persen.

Canon juga memperkenalkan sepasang teleconverter RF 1.4x dan 2x. Misalkan kita menggunakan teleconverter 2x, artinya lensa 800mm dengan aperture F11 menjadi 1.600mm F22. Teleconverter tersebut juga kompatibel dengan lensa RF 100-500mm F4.5-7.1L IS USM.

Soal harga, Canon RF 600mm F11 IS STM dibanderol dengan harga US$699 (Rp10 jutaan), sedangkan Canon RF 800mm F11 IS STM US$899 (Rp13 jutaan). Sementara, teleconverter 1.4x dan 2x masing-masing akan dijual seharga US$499 (Rp7,2 jutaan) dan US$599 (Rp8,6 jutaan).

Sumber: DPreview

Canon EOS R5 dan R6 Resmi Diumumkan, Bawa IBIS dan Perekam Video 8K

Sejak awal tahun, Canon memang kerap menggembar-gemborkan fitur-fitur EOS R5, antara lain sensor 45MP baru, in-body image stabilizer (IBIS), dan perekam video 8K. Setelah penantian panjang, kini Canon akhirnya secara resmi mengumumkan EOS R5 dan EOS R6. Mari cari tahu lebih banyak.

Canon EOS R5

Dari sisi tampilan, EOS R5 mengadopsi desain bergaya SLR yang tampak familier seperti EOS R. Dengan LCD 3,2 inci 2,1 juta titik yang fully articulated dan electronic viewfinder (EVF) beresolusi 5,76 juta titik dengan magnification 0.76x.

Fitur M-Fn bar yang menjadi andalan EOS R dihilangkan, digantikan joystick konvensional dan tombol AF-On. Juga dilengkapi port USB Type-C 3.1 Gen2, jack mikrofon, jack headphone, dan dual slot kartu memori yang terdiri dari CFexpress dan SD card. Bila menggunakan kartu CFexpress, kamera dapat mengambil gambar dalam format 10-bit HEIF selain Raw dan JPEG.

Masuk ke dalam, EOS R5 menggunakan sensor full frame rancangan baru dengan resolusi mencapai 45MP dan prosesor DIGIC X seperti yang ditemukan pada kamera DSLR flagship Canon EOS-1D X III. Imbasnya, EOS R5 pun dapat memotret beruntun pada 20 fps dengan continuous focus menggunakan electronic shutter dan 12 fps dengan mechanical shutter.

Sistem autofocus-nya mengandalkan Dual Pixel CMOS AF generasi kedua yang mencakup 100 persen. Serta, dapat melacak orang dan hewan berkat penerapan machine learning. Fitur IBIS pada EOS R5 bisa mengurangi guncangan hingga delapan stop ketika dipasangkan dengan beberapa lensa RF.

Belakangan ini, kemampuan perekam video memang menjadi salah satu aspek penting. Tidak seperti EOS R yang tampaknya dikembangkan setengah hati, kali ini Canon mengeluarkan semuanya. EOS R5 dapat merekam video 8K pada 30 fps hingga 30 menit dengan pilihan Raw atau H.265. Sebagai pembanding, kamera mirrorless full frame video-centric Panasonic Lumix S1H menawarkan 6K 24 fps. Di sisi lain, penerus Sony A7S II belum kunjung datang.

Kalau resolusi 8K terasa ketinggian, EOS R5 bisa merekam video 4K dengan frame rate tinggi 120 fps. Dapat merekam video internal recording 10-bit 4:2:2 dengan dukungan C-Log dan HDR PQ. Semua fitur ini tentu membuat para filmmaker, videografer, dan para content creator tersenyum lebar.

Untuk daya tahan baterainya, menurut CIPA EOS R5 menyuguhkan 320 jepretan sekali charge bila menggunakan LCD, 220 jepretan bila menggunakan EVF pada 120 fps, dan 330 jepretan dengan EVF 60 fps. Canon menyediakan battery grip BG-R10 dengan harga US$349 atau sekitar Rp5 juta. Sementara, harga Canon EOS R5 dibanderol US$3899 atau sekitar Rp56,4 jutaan body only dan US$4999 atau Rp72,4 jutaan dengan lensa RF 24-105mm F4L.

Canon EOS R6

Seperti halnya EOS RP, EOS R6 versi terjangkau dari EOS R5 meski tidak menggunakan sensor 45MP dan tak mampu merekam video 8K atau 4K 120 fps. Sebaliknya EOS R6 hanya menggunakan sensor full frame beresolusi 20MP.

Meski begitu, EOS R6 masih membawa sejumlah fitur unggulan EOS R5. Sebut saja, IBIS yang mampu meredam getaran hingga delapan stop, ditenagai prosesor DIGIC X, sistem autofucus Dual Pixel CMOS II yang mencakup area 100 persen, dan burst shooting hingga 20 fps dengan electronic shutter.

Sementara, untuk perekam videonya mendukung UHD 4K/60p dengan sedikit crop atau hampir menggunakan seluruh lebar sensor. Mendukung pengambilan 10-bit 4:2:2 internal recording dengan C-Log atau HDR PQ.

Kalau dari tampilan, desain EOS R6 mirip dengan EOS R5 dengan layar yang fully articulated. Bedanya ukurannya sedikit lebih kecil, 3 inci dengan resolusi 1,62 juta titik dan EVF 3,69 juta titik. Selain itu, pada bagian atas LCD kecil hilang digantikan mode dial.

Kamera ini memiliki dua slot SD card standar UHS-II. Daya tahan baterainya mendukung 360 jepretan dengan LCD dan 250 dengan EVF pada mode 120 fps (240 di EVF 60 fps). EOS R6 dapat menggunakan battery grip BG-R10 yang sama seperti milik EOS R5.

Meski kemampuannya banyak dipangkas, EOS R6 masih dapat bersaing dengan kamera mirrorless full frame kompetitor. Berapa harga Canon EOS R6? Untuk body only dibanderol US$2.499 atau sekitar Rp36 jutaan, USD$2.899 (Rp41 jutaan) dengan lensa RF 24-105mm F4-7.1 IS STM, dan US$3.599 (Rp52 jutaan) dengan lensa RF 24-105mm F4L IS.

Sumber: DPreview

Kamera Olympus Juga Bisa Jadi Webcam dan Ungkap Roadmap Lensa Terbarunya

Kabar soal pamitnya Olympus di industri kamera memang sangat mengejutkan. Setelah akhir tahun 2020 nanti, bisnis pencitraan Olympus akan diteruskan oleh Japan Industrial Partners.

Bagi pengguna kamera Olympus, harusnya tidak perlu khawatir. Sebab, Olympus telah mengumumkan roadmap lensa terbaru mereka dan softwate OM-D Webcam Beta.

Ya, mengikuti jejak Canon, Fujifilm, dan Panasonic, pemilik kamera Olympus juga memungkinkan mengubah kamera sebagai webcam berkualitas tinggi untuk aktivitas live streaming dan video conference. Saat ini, ada lima model perangkat yang didukung, yaitu:

  • Olympus OM-D E-M1X
  • Olympus OM-D E-M1
  • Olympus OM-D E-M1 Mark II
  • Olympus OM-D E-M1 Mark III
  • Olympus OM-D E-M5 Mark II

Cara menggunakan kamera Olympus sebagai webcam sangat mudah, pertama download dan install softwate OM-D Webcam Beta untuk platform Windows 10, Olympus tidak menyebut ketersediaan untuk platform MacOS. Setelah itu sambungkan kamera melalui port USB Type-C, buka aplikasi video conference yang Anda gunakan misalnya Zoom atau yang lain dan pilih opsi kamera Olympus.

Sebagai catatan, OMD-D Webcam Beta tidak menampilkan audio. Jadi, Anda tetap mengandalkan mikrofon internal komputer atau mikrofon USB eksternal. Dengan begitu, Anda bisa bebas menempatkan kamera di lokasi terbaik.

150-400mm-1536x761

Untuk roadmap atau gambaran lensa yang akan datang, Olympus mengungkap detail soal lensa M.Zuiko Pro 150-400mm F4.5 dengan built-in teleconverter 1.25x. Lensa ini pertama kali diumumkan pada Januari 2019 dan akan tiba pada musim dingin 2020 atau sekitar September.

olympus-roadmap-lensa

Bersama dengan update firmware untuk pengguna OM-D E-M1X yang membawa kemampuan Intelligent Subject Tracking Autofocus. Satu lagi, Olympus telah menambahkan lensa M.Zuiko Pro ED 8-25mm F4 Pro ke dalam roadmap.

Sumber: PetaPixel