Bigetron Bravo Jadi Juara INDOESPORTS League Mobile X Game.ly Mobile Legends: Bang Bang

Selesai pada 22 Desember 2019 kemarin, INDOESPORTS League Mobile X Game.ly Mobile Legends: Bang Bang (IES League MLBB Season 1) telah menemukan pemenangnya. Bigetron Bravo keluar sebagai pemenang setelah mendominasi permainan Rimo di babak final. Walau sudah masuk musim liburan, antusiasme para pemain terhadap kompetisi terbukti masih cukup tinggi.

Terdapat lebih dari 700 peserta berpartisipasi dalam turnamen ini yang tergabung ke dalam 128 tim. Jumlah partisipan melebihi target awal yaitu 64 tim. Akhirnya slot peserta dibuka hingga mencapai 128 tim, demi memberi akses berkompetisi kepada lebih banyak pemain. Total tim tersebut lalu dibagi ke dalam 4 grup untuk mengikuti babak kualifikasi pada 21-22 Desember 2019. Setelah babak kualifikasi usai, 12 tim tersisa, bertanding bersama 4 tim yang cukup ternama seperti Bigetron Bravo, Belletron Esports, FO Esports dan Zero Kids.

Sumber: INDOESPORTS
Sumber: INDOESPORTS

Kompetisi ini terbukti memunculkan bakat-bakat yang berpotensi. Terlihat di babak Semi Final ada dua tim non-profesional yang muncul menantang Bigetron Esports. Bigetron Bravo harus berhadapan dengan FO Esports terlebih dahulu. Pada sisi lain, tim Rimo berhadapan dengan Demigod Esports.

Bigetron Bravo vs FO Esports jadi pertarungan yang sengit. Kedua tim bermain dengan tempo lambat, sampai akhirnya Bigetron Bravo berhasil membobol pertahanan FO Esports yang yang kuat. Dalam prosesnya, susul-menyusul poin kill terjadi di antara kedua tim. Tapi setelah Bigetron Bravo unggul dan menghancurkan banyak turret, FO Esports tak mampu lagi berkutik, yang membawa Bigetron Bravo mengamankan posisinya di babak Final.

Laga final antara Rimo dan Bigetron Bravo juga tak kalah menarik. Rimo berhasil mencuri poin di awal pertandingan, namun Bigetron Bravo tetap bermain tenang setelahnya. Tim Rimo yang sepertinya terlalu terhanyut euforia kemenangan jadi terlihat kurang berhati-hati.

Sumber: INDOESPORTS
Sumber: INDOESPORTS

Bigetron Bravo memanfaatkan celah itu, untuk mengamankan lebih banyak poin kill. Seiring berjalannya waktu, Bigetron Bravo semakin mempercepat tempo permainannya. Rimo semakin keteteran, Bigetron Bravo akhirnya jadi juara IES League MLBB Season 1.

Bigetron Bravo membawa pulang hadiah sebesar Rp6,000.000. Perintkat dua ada Rimo yang menerima hadiah sebesar Rp2.500.000. Pada peringkat tiga ada Demigod Esports yang menerima Rp 1.500.000 sebagai sebagai hadiah.

Selamat kepada para pemenang! Jangan berkecil hati jika belum lolos. INDOESPORTS League Mobile X Game.ly akan kembali pada season kedua. Sampai jumpa di turnamen berikutnya!

Melihat Potensi Indonesia Jelang Esports SEA Games 2019

Tinggal menghitung hari menuju pertandingan cabang Esports SEA Games 2019. Dipertandingkan mulai tanggal 5 sampai 10 Desember 2019 di Filoil Flying V Centre, San Juan, Metro Manila, cabang ini memperebutkan 6 medali dari 6 cabang yang dipertandingkan, yaitu Dota 2, StarCraft II, Hearthstone, Tekken 7, Arena of Valor, dan Mobile Legends: Bang Bang.

Persiapan Indonesia menghadapi SEA Games terbilang sudah cukup maksimal. Dari sisi Tekken 7, kontingen Indonesia sempat diberangkatkan ke gelaran REV Major Filipina untuk bertanding dengan jago Tekken dunia, seperti LowHigh, Knee, dan Awais Honey. Dari sisi Dota 2, tim Garuda Muda sempat bootcamp di Singapura selama dua hari untuk berlatih dengan tim Evil Geniuses. Kontingen StarCraft II juga tak mau kalah, diberangkatkan ke Korea Selatan oleh AKG Games untuk berlatih dengan Jake “NoRegreT” Umpleby.

Jika Indonesia sudah melakukan persiapan semaksimal mungkin, bagaimana dengan negara lain yang akan jadi penantang Indonesia di cabang Esports SEA Games 2019? Hampir semua negara peserta lain sudah mengumpulkan kontingen mereka masing-masing. Dari total 11 negara peserta SEA Games, hanya 9 negara saja yang mengirimkan kontingen mereka untuk esports SEA Games 2019, yaitu: Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Sementara itu, Brunei dan Timor Timur jadi dua negara yang tidak mengirimkan kontingen ke cabang esports SEA Games 2019.

Lebih lanjut, berikut daftar nama kontingen cabang esports dari 9 negara peserta SEA Games 2019:

 

Melihat daftar ini, Indonesia terbilang jadi salah satu negara dengan talenta esports paling lengkap bersama dengan Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Singapura. Sementara tiga negara lain yaitu Kamboja, Laos, dan Myanmar, menjadi negara yang hanya mengirimkan kontingen untuk beberapa cabang esports saja.

Terkait potensi medali, Eddy Lim Ketua IESPA, turut memberikan komentarnya. “Potensi medali kita besar di Mobile Legends dan Hearthstone.” ucapnya. “Lawan berat tetap Filipina sang tuan rumah, tapi kemenangan kita di gelaran M1 kemarin membuat kita jadi lebih percaya diri mendapatkan medali di esports SEA Games 2019 lewat cabang MLBB.” lanjut Eddy Lim.

Jeremy “Tibold” Yulianto selaku pelatih kontingen MLBB juga turut memberikan komentarnya. “Jujur saya pribadi juga percaya diri akan dapat medali untuk MLBB. Tapi saya dan kontingan berusaha untuk tetap fokus pada tujuan, yaitu membawa nama baik Indonesia dan tidak overconfident.” ucapnya.

Selain dari itu, potensi medali lain di esports SEA Games 2019 sebenarnya juga datang dari cabang Tekken 7. Pada gelaran Test Event Esports SEA Games 2019, Muhammad “MEAT” Andriansyah berhasil mendapatkan medali perak setelah kalah di babak final oleh wakil Filipina.

Terkait ini saya juga menanyakan pendapat Bram Arman sebagai wakil dari komunitas, soal kompetisi yang akan dihadapi oleh MEAT di cabang esports SEA Games 2019 . “Memang Filipina dan Thailand masih jadi dua negara penantang terberat sih. Filipina punya Doujin dan AK, sementara Thailand punya Book dan ShinAkuma.” ucapnya.

Sumber: Liquidpedia
Book, wakil Thailand untuk cabang Tekken 7 di SEA Games esports 2019, merupakan pemain yang sudah punya jam terbang cukup tinggi di dunia kompetitif Tekken 7. Sumber: Liquidpedia

Doujin memang bisa dibilang penantang berat MEAT dalam kompetisi ini. Ia sempat membuat MEAT turun ke lower-bracket dalam pertandingan REV Major 2019 di Filipina. Nopparut “Book” Hempamorn dari Thailand juga tak bisa diremehkan. Namanya mungkin tidak sebesar seperti Knee atau JDCR, namun Book kerap berhasil membuktikan dirinya di kancah lokal atau regional SEA. Tercatat ia pernah menjadi juara Thaiger Uppercut 2018, bahkan mengalahkan Knee di babak Final gelaran tersebut. Ia juga pernah mendapat posisi top 8 di EVO Championship Series 2018 di Las Vegas, Amerika Serikat.

Cabang esports SEA Games 2019 akan mulai bertanding pada tanggal 5 sampai 10 Desember 2019 mendatang. Terlepas dari semua hal tersebut, mari kita doakan agar semua kontingen Indonesia di bisa mendapatkan hasil terbaik di cabang esports SEA Games 2019.

Kata Sang Analis Soal Kemenangan EVOS Legends di M1 World Championship

Gelaran MLBB M1 World Championship sudah cukup lama berlalu. Namun demikian, perjalanan EVOS Esports sepanjang musim 2019 ini tetap memunculkan decak kagum tersendiri. Bagaimana tidak, tiga musim cuma bisa berharap menjadi juara, mereka akhirnya mendapatkan kemenangan yang gemilang di MPL ID Season 4.

Kemenangan ini jadi tambah lengkap setelah mereka juga memenangkan gelaran M1 World Championship 2019. Proses kemenangan EVOS pada gelaran M1 juga jadi menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak, EVOS Esports yang sudah ketinggalan 1-3 bisa bangkit kembali dan mengalahkan RRQ 3 kali berturut-turut dari seri best-of-7.

M1 Front Venue
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Yabes Elia

Membahas cerita manis kemenangan EVOS Esports dalam gelaran M1, Ade Setiawan Pamungkas selaku Data Analyst tim Mobile Legends EVOS Esports pun angkat bicara. Membahas persiapan Ade mengatakan bahwa EVOS Legends memang sudah mempersiapkan beberapa strategi untuk brebagai macam musuh. “Apalagi lawan yang kita hadapi pada gelaran M1 adalah negara yang belum kita ketahui strategi serta gameplay yang dimainkan. Dokumentasi pertandingan mereka juga sangat minim, membuat kami cukup kesulitan untuk mengulas permainan musuh-musuh.”

Memang, gelaran M1 berhasil membuka potensi dari negara lain dalam kancah kompetitif MLBB Internasional. Selama ini, kita mungkin hanya tahu Filipina sebagai negara paling berbahaya untuk dihadapi MLBB Indonesia, terutama dalam gelaran Mobile Legends SEA Championship 2019. M1 menunjukkan potensi dari wakil Jepang, 10Seconds Gaming Plus, yang sukses memberikan perlawanan berarti kepada tim-tim besar.

“Mungkin bukan sulit, tapi lebih karena keunikan gameplay tim 10s Gaming Plus yang merupakan tim yang baru terlihat. Tapi tetap saja, mereka memang cukup mengejutkan, karena mampu mengalahkan beberapa tim favorit di M1.” Ade menjelaskan soal 10s Gaming Plus.

Pembahasan lalu berlanjut kepada comeback mengagumkan dari EVOS Legends, berhasil kalahkan RRQ 4-3 setelah sebelumnya terdesak dengan skor 1-3. Apa faktor yang membuat kemenangan tersebut terjadi? “Kunci comeback mungkin bisa dibilang dari pengambilan hero Harith. Selain dari itu peran lain yang memegang adalah soal semangat, dan kepercayaan mereka dengan pelatih, tim, serta kepercayaan mereka bahwa komunikasi yang baik bisa membalikkan keadaan.”

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Rekt (ketiga dari kiri) kapten tim EVOS Legends. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Harith muncul di awal comeback EVOS, tepatnya pada game kelima. Wann berhasil memainkan Harith dengan optimal, menyumbang damage dealt terbesar, dan membuat fokus RRQ teralih menjadi melakukan ban kepada Harith. Keputusan pengambilan Harith juga berhasil membuat RRQ jadi terpaku pada hero yang digunakan oleh Wann dan Rekt, dibanding fokus pada permainan mereka sendiri.

Menyinggung soal Rekt, kapten EVOS Legends, Ade memberikan pujian terhadap andil penting sosok dengan nama asli Gustian ini dalam mengatur emosi dan tempo permainan seluruh tim EVOS.

“Rekt punya peran cukup banyak di dalam tim. Yang perlu disorot adalah Rektiitu sosok yang sangat profesional dan merupakan penengah yang baik jika tim mengalami kesalahan dalam strategi maupun gameplay.” pungkas Ade membahas peran Rekt.

Dominasi Indonesia membuat Moonton menempatkan Indonesia sebagai tuan rumah gelaran M2 tahun depan. Dengan segala kemenangan gemilang yang didapatkan EVOS tahun ini, Rekt dan kawan-kawan mengemban beban berat untuk mempertahankan prestasi tersebut. Dapatkan mereka melakukannya? Atau justru akan ada nama baru yang bisa menggeser dominasi EVOS di MPL ID dan menggeser dominasi Asia Tenggara di M2 2020 mendatang?

Hari Kedua Babak Playoff MPL ID Season 4: Buah Manis Penantian Panjang Si Harimau Putih

Ribuan pasang mata tertegun menatap ke layar besar di panggung MPL Indonesia Season 4 (MPL ID Season 4). Wajar, laga Grand Final mempertemukan rivalitas tersengit sepanjang sejarah kancah esports Mobile Legends di Indonesia. The El Classico, RRQ melawan EVOS, dua tim yang banyak diidolakan para penonton sejak dari Season 1 dulu.

Sesaat EVOS ataupun RRQ menciptakan momen, penonton menggemuruh, meneriakkan nama tim yang mereka dukung. Di sisi kanan para penggemar dengan atribut serba kuning meneriakkan nama RRQ sekuat tenaga mereka. Di sisi kiri juga tak mau kalah, penonton dengan atribut serba biru menyebut nama EVOS Esports yang memekakkan telinga penonton lainnya di Tennis Indoor Senayan.

Ini mungkin bisa dibilang jadi MPL Indonesia paling emosional sepanjang sejarah. Kemenangan yang sudah diidam-idamkan si Harimau Putih akhirnya tiba juga. Tim ini sudah jadi favorit juara sejak awal Season 1. Namun sayang, kemenangan tersebut tak kunjung tiba. Dua kali mereka harus puas jadi runner-up saja, di MPL ID Season 1 dan Season 2. Tapi di Season 4, semua usaha keras mereka, kesetiaan Oura yang tak pernah sekalipun beranjak dari tim, akhirnya terbayar. EVOS Esports jadi juara MPL Indonesia Season 4.

Laga Grand Final antara EVOS melawan RRQ sebenarnya adalah rematch dari Upper Bracket Final MPL ID Season 4, bahkan juga bisa dibilang rematch dari MPL ID Season 2. Namun kali ini EVOS Esports datang dengan persiapan lebih matang. Persiapkan tersebut membuat EVOS bisa melaju dengan cukup mulus saat babak Upper Bracket Final. RRQ dibabat habis 2-0 oleh EVOS dalam durasi yang cukup cepat.

Kekalahan ini memaksa RRQ turun ke Lower Bracket Final dan kembali menghadapi Alter Ego. Namun sepertinya Alter Ego pun masih sangat kebingungan menghadapi permainan RRQ. Berkali-kali Rmitchi dan kawan-kawan berusaha sebisanya untuk mencari celah di pergerakan tim RRQ, namun mereka masih tak juga mendapatkannya. Alter Ego gagal membalaskan dendamnya saat di Upper Bracket Semi-Final kemarin, RRQ berhasil menang 2-0.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Alter Ego gagal membalaskan dendamnya saat harus mengahadapi RRQ lagi di babak Lower Bracket Final. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Jelang melaju ke Grand Final, RRQ sempat berbagi soal persiapannya untuk melawan EVOS. “Sebetulnya saat Upper Bracket Final kami banyak coba-coba dan melakukan eksperimen. Kami sedang menguji seberapa efektif suatu hero tertentu yang jarang dipakai jika digunakan untuk pertandingan tingkat tinggi. Makanya kalau untuk Grand Final kita sudah mempersiapkan sesuatu yang khusus yang tentunya tak akan diduga oleh EVOS.” ucap R7 menjawab alasan kekalahannya saat sesi konfrensi pers.

Benar saja, Grand Final berjalan seperti yang direncanakan oleh RRQ, walau cuma untuk game pertama saja. RRQ ketika itu berhasil membungkam Grock dari Donkey yang keganasannya sudah melegenda di kancah kompetitif Mobile Legends. Donkey dipaksa bermain Chou berhasil membuat permainan RRQ jadi di atas angin. Apalagi pada game pertama permainan RRQ juga lengkap lewat lihainya Kaja dari Vyn, ganasnya Badang dari R7, serta sadisnya Lunox dari Lemon, yang membuat EVOS jadi kelabakan. Akhirnya, setelah satu kali Lord, Game pertama dimenangkan oleh RRQ.

Donkey kembali dipaksa menggunakan Chou di Game kedua, membuat dirinya jadi bulan-bulanan bagi tim RRQ. Wajar, permainan Donkey memang cenderung barbar, membuat hero yang mengutamakan timing dan kedisiplinan seperti Chou jadi kurang cocok untuknya. RRQ pun segera memanfaatkan momen ini untuk menguasai permainan. Sayangnya RRQ belum sepenuhnya menguasai permainan, karena Claude dari Rekt diam-diam terus mengumpulkan pundi-pundinya. Belum lagi RRQ juga menggunakan hero yang cukup eksperimental dalam pertandingan ini, yaitu Gord untuk Lemon.

Benar saja, masuk fase pertengahan permainan, RRQ mulai keteteran. Claude dari Rekt terus menerus membuat kekacauan. Ia bisa dengan seenak hati menembus ke jantung serangan RRQ dengan Blazing Duet dan melenggang kabur dengan mudah menggunankan Battle Mirror Image. Mereka kebingungan, mencari cara untuk menghentikan Rekt, termasuk Gord dari Lemon.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Ditambah lagi, Lord yang harusnya bisa didapatkan RRQ tercuri oleh X-Borg dari Oura di menit 18, yang mungkin semakin menambah beban mental pada permainan mereka. Akhirnya memasuki menit 23 RRQ tak lagi mampu menahan gempuran tersebut. EVOS menangkan game kedua, skor jadi 1-1.

Kini pertarungan sampai kepada game ketiga. Giliran EVOS yang bermain eksperimental. Kali ini mereka menggunakan Zhask untuk Rekt. Tapi satu hal yang paling ditakuti datang di game ini, Donkey akhirnya mendapatkan Grock. Tak butuh waktu lama, Grock dari Donkey terus menerus membuat RRQ jadi kewalahan. Eksperimen EVOS juga berhasil pada game ini, Zhask terus-terusan memakan Turret demi Turret tim RRQ. Dalam 8 menit, semua Turret terluar tim RRQ habis. Dengan satu kali lord, EVOS pun segera memenangkan game ketiga dalam durasi 10 menit saja.

Masuk game keempat, pertandingan jadi semakin menegangkan bagi tim RRQ, karena ini adalah momen hidup dan mati. Dengan skor sementara 2-1, EVOS berarti cukup menangkan satu game lagi dari seri best-of-five, untuk bisa menjadi juara.

Tetapi blunder besar dilakukan oleh RRQ saat fase draft pick. Pertama, Grock terbebas dan berhasil diambil oleh EVOS saat first pick. Kedua, Claude juga lepas, yang segera diambil oleh EVOS saat kesempatan second pick. Tapi RRQ sendiri sebenarnya mengamankan hero-hero andalan mereka seperti Karrie dan Kaja.

Menariknya, saat pertandingan dimulai RRQ malah mengungguli EVOS di awal permainan, setidaknya dari sisi kill point. Sayang hal itu belum cukup untuk membungkam EVOS, karena mereka masih imbang secara net-worth. Alhasil, dengan segera Claude yang dimainkan Rekt mengacak-acak pergerakan tim RRQ. R7 dan kawan-kawan mulai kalang kabut, kordinasi mereka mulai tak karuan. Jalan EVOS jadi semakin mulus setelah mereka unggul 8 ribu net-worth, dan menyapu bersih semua Turret terluar tim RRQ. Akhirnya dengan satu kali Lord, semua Turret terdalam RRQ hancur, serangan pun tak lagi dapat dibendung, EVOS Esports menjadi juara MPL ID Season 4.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Histeria Donkey mendapatkan piala MPL Indonesia setelah mendambakannya dengan cukup lama. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Ini jadi kemenangan yang sangat manis bagi pemain-pemain senior seperti Oura, Donkey, dan juga Rekt, yang sudah sangat mendamba-dambakan piala MPL Indonesia sejak lama. Kemenangan ini jadi tambah lengkap karena keberhasilan mereka membawa para pendatang baru, Wann dan Luminaire, jadi juara di MPL pertama yang mereka ikuti. “Karena dari season 1 sudah berjuang keras demi MPL ini, jadi perasaan senang atas kemenangan di MPL Season 4 ini benar-benar luar biasa.” Ucap Oura saat sesi konfrensi pers pasca kemenangannya.

EVOS dan RRQ selaku masing-masing berhak mendapatkan hadiah sebesar US$150.000 (Sekitar Rp2,1 miliar) dan US$70.000 (Sekitar Rp980 juta). Keduanya juga berhak mewakili Indonesia untuk gelaran Mobile Legends World Championship (M1). Turnamen ini jadi pertama kalinya ajang kompetitif MLBB untuk tingkat dunia. M1 akan menyajikan total hadiah lebih dari US$250,000 dan diselenggarakan pada 15-17 November 2019 di Axiata Arena, Malaysia.

Selamat bagi EVOS Esports! Semoga EVOS maupun RRQ bisa membanggakan nama Indonesia nantinya di kancah internasional lewat gelaran Mobile Legends World Championship (M1).

Hari Pertama Babak Playoff MPL ID Season 4: Si Landak Kuning yang Gagal Bangkit

26 Oktober 2019 adalah hari pertama babak Playoff Mobile Legends Professional League Indonesia Season 4 (MPL ID Season 4). Tennis Indoor Senayan penuh sesak oleh para fans yang ingin menyaksikan penampilan salah satu dari The Big Six yang bertanding untuk memperebutkan titel MLBB paling bergengsi se-Indonesia.

Pertarungan sengit babak Playoff dibuka dengan pertemuan antara AURA Esports melawan ONIC Esports. Di atas kertas, AURA Esports yang berada di peringkat 5 pada akhir Regular Season, seharusnya lebih unggul jika dibanding ONIC yang berada di peringkat 6. Namun ONIC sepertinya hanya menyembunyikan permainan sejatinya saja selama Regular Season. Si Landak Kuning pun mengamuk, membuat AURA Esports luluh lantah.

Pada game pertama, AURA sebenarnya punya kesempatan menang yang besar. Tetapi ONIC menggila setelah melewati fase pertengahan, membuat Phoenix dan kawan-kawan jadi kewalahan. Kekalahan di game pertama sepertinya menyisakan beban mental yang cukup kentara bagi AURA Esports. Walhasil, ONIC segera menyabet kesempatan tersebut tanpa ragu lagi, memenangkan pertandingan dengan skor 2-0, dan melaju ke Semi Final upper bracket.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pertandingan berikutnya adalah Bigetron Esports melawan Alter Ego, matchup yang mungkin kurang terasa rivalitasnya. Kendati demikian, pertarungan ini berjalan dengan sengit. Alter Ego yang disebut sebagai The Dark Horse oleh Wibi “8Ken” Irbawanto, sempat terpeleset di game kedua. Masuk game ketiga, Maungzy, Celiboy dan kawan-kawan mendapatkan yang membuat penonton histeris bla-bla. Akhirnya tim

Memasuki babak upper bracket semi-finals Playoff MPL ID Season 4, rivalitas antar tim jadi semakin ketat. Apalagi ketika ONIC dan EVOS bertemu, sang juara bertahan MPL ID S3 melawan tim favorit juara MPL ID S4. EVOS memang sedang begitu solid dan konsisten di MPL ID Season 4. Apalagi dengan kehadiran Rekt yang disebut-sebut melengkapi the missing puzzle yang selama ini dicari-cari oleh si Harimau Putih.

“Roster sekarang jadi lebih kuat mungkin karena kami punya visi, usaha, serta impian sama, sehingga lebih mudah untuk menyatukan chemistry.” ujar Oura pada sesi konfrensi pers. Ini jadi memunculkan pertanyaan, jangan-jangan EVOS jadi gagal meraih juara karena pemain terdahulu punya visinya menjadi lebih terkenal bukan jadi juara?

Kembali membahas permainan, pertadingan dibuka dengan EVOS yang bermain dengan galak. Tetapi ONIC tak gentar, Drian dengan Grock bahkan dengan santainya mencuri Turtle pertama yang sedang diambil EVOS kala itu. EVOS terus mendesak, kill demi kill didapatkan, tapi ONIC dengan rotasi yang lihai tetap mempertahankan keunggulan net-worth sampai menit 8.

Lord pertama menjadi momentum terbaik bagi ONIC menuai kemenangan dari keunggulan net-wroth yang sudah diamankan. Tapi pergerakan lihai Selena dari Luminaire berhasil merebut sang Lord. Tapi hal tersebut tak terlalu berarti. Setelahnya EVOS malah harus kehilangan 4 pemainnya, terculik satu per satu oleh ONIC yang terus bergerang secara berbarengan. Momentum ini akhirnya digunakan ONIC untuk mengamankan game pertama.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

EVOS mengulang permainan galak mereka di game kedua, tapi bedanya, eksekusi mereka kali ini lebih rapih. Sebegitu rapihnya, bahkan EVOS kali ini tak memerlukan Lord untuk memenangkan permainan. ONIC yang bersiaga di area Lord malah tertangkap basah oleh EVOS yang sedang melakukan patroli. ONIC terkena Wipe-Out, EVOS pun segera menghancurkan markas dari tengah tanpa ragu lagi.

Meski ini adalah kesempatan terakhir bagi ONIC untuk bertahan di upper bracket, namun kekalahan di game kedua sepertinya sangat memukul mental Anti-Mage dan kawan-kawan. Pada game ketiga, walau ONIC lagi-lagi kelabakan menghadapi permainan agresif dari EVOS, namun mereka tetap bertahan sekuat tenaga di game ini.

Sempat kehilangan 3 pemain dan markasnya dalam satu kali pertarungan, ONIC terus mencoba bangkit melawan EVOS. Terutama Masha dari Anti-Mage, yang berkali kali bikin EVOS jadi sakit kepala. Tapi semua usaha tersebut dari ONIC ternyata tidak cukup, setelah Masha akhirnya terhentikan di menit 21. EVOS langsung saja mendesak lewat tengah, dan menghancurkan markas di menit 21. EVOS mengalahkan ONIC 2-1 dan melaju ke upper-final.

“Permainan ONIC memang berubah saat babak Playoff, sangat kuat melebihi Regular Season.” Oura sempat berpendapat pada sese konfrensi pers. “Tetapi kami sendiri memang merasa di pertandingan tadi masih kurang maksimal, masih banyak hal yang harus diperbaiki, terutama jika ingin menjadi juara.” Donkey melanjutkan.

Pertarungan selanjutnya adalah pertemuan antara RRQ melawan Alter Ego, the old star, Lemon, melawan the rising star, Celiboy. Tak hanya dari segi dua pemain kuncinya saja, secara tim sendiri RRQ memang adalah jagoan lama di MPL, terutama di Season 1 dan 2. Sementara Alter Ego adalah pendatang baru yang permainannya sedang sangat prima di musim ini.

Pertarungan pertama, Alter Ego mendapat momentum sejak dari awal-awal permainan. RRQ sempat beberapa kali mencoba untuk merebut momen tersebut, sayangnya usaha R7 dan kawan-kawan masih belum cukup. Sementara itu pada game kedua, Alter Ego mencoba mengulang kesuksesannya, sayang, kini RRQ telah menemukan cara untuk melawan keganasan Haritz dari Celiboy. Setelah tak mampu lagi membendung Masha dari RRQ.R7 yang sangat liar, mau tak mau Alter Ego harus kembali mempersiapkan diri untuk game 3.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sebagai penentuan untuk menuju ke babak final upper bracket, Alter Ego mencurahkan segala daya usahanya demi memukul the old king turun ke lower bracket. Sayangnya Alter Ego yang memilih Valir untuk LeoMurphy ternyata membuat mereka kesulitan sendiri.

Berkali-kali ia terculik, membuat usaha Alter Ego untuk mengalahkan RRQ di dalam pertarungan jadi lebih berat. Tapi RRQ sendiri ketika itu kerap terlalu memaksa menjebol lewat tengah, ketika masih ada Turret di lane bawah. Pertarungan RRQ melawan Alter Ego akhirnya jadi saling tarik-ulur, sampai spawn Lord keenam di menit 30. Alter Ego akhirnya tak mampu lagi menahan serbuan RRQ yang bertubi, sang raja akhirnya berhasil membuktikan posisinya sebagai tim yang lebih senior dari Alter Ego. RRQ melaju ke upper final dengan skor 2-1.

Penutup di hari pertama, Alter Ego harus bermain lagi di lower bracket, melawan ONIC yang sebelumnya kalah oleh EVOS di upper bracket semi-final. Haritz untuk Celiboy kembali digunakan sebagai ujung tombak tim Alter Ego. Sementara ONIC mencoba menggunakan Lunox dari Udil sebagai ujung tombak untuk game pertama.

Kontes adu kemampuan kedua tim berlangsung dengan cukup cepat, ONIC pun tak mampu menahan Alter Ego yang masih panas-panasnya setelah pertandingan sebelumnya. Setelah satu kali Lord, ONIC langsung tumbang di game pertama. Hal ini pun seakan terulang di game kedua. Terlepas dari penggunaan Grock untuk Sasa, namun permainan ONIC memang terlihat kurang maksimal dalam pertandingan ini. Alter Ego berhasil menjajah teritori ONIC sepanjang early game. Masuk menit 10, Lord yang berhasil didapatkan Maungzy dan Caesius segera mengamankan kemenangan bagi Alter Ego di game kedua.

MPL ID Season 4 akan melanjutkan pertandingan hari keduanya pada Minggu 27 Oktober 2019 ini. Laga pertarungan langsung dibuka dengan pertemuan RRQ melawan EVOS, pertandingan el classico. Akankah MPL ID Season 4 memunculkan juara baru? Atau malah RRQ bisa mengulang masa kejayaannya seperti di MPL ID Season 2?

Anda dapat menonton langsung di Tennis Indoor Senayan, atau menyaksikannya lewat livestreaming yang ditayangkan pada MLBB Indonesia Official Facebook Page.

The Big Six: Enam Pentolan Tim Finalis MPL ID Season 4

Grand Final MPL Indonesia Season 4 (MPL ID Season 4) sudah di depan mata. Akhir pekan nanti (26-27 Oktober 2019), Tennis Indoor Senayan akan menjadi saksi penobatan gelar tim Mobile Legends: Bang-Bang terbaik di Indonesia. Dari total 8 tim yang bertanding selama 8 pekan Regular Season, babak Playoff kini tinggal menyisakan 6 tim saja.

Geek Fam dan Genflix Aerowolf menjadi korban ganasnya pertarungan MPL ID Season 4 di panggung XO Hall MPL Arena. Kini tinggal tersisa EVOS Esports, RRQ, Alter Ego, AURA Esports, ONIC Esports, dan Bigetron Esports, yang siap bertarung di panggung megah Grand Final MPL ID S4.

Enam tim ini, memiliki permainan khas dan juga ujung tombaknya masnig-masing. Enam ujung tombak ini bisa dibilang sebagai “The Big Six”, pemain atau pelatih yang membuat enam tim tersebut punya gaya main yang beda, entah dari strategi rotasi ataupun draft pick unik yang menghibur para penonton.

Membicarakan sosok-sosok tersebut, redaksi Hybrid berbincang dengan Wibi “8KEN” Irbawanto. Ia membagikan pandangannya mengenai sosok yang patut diacungi jempol di balik performa tim yang berhasil lolos hingga ke babak Playoff. Siapa saja sosok sosok tersebut?

Ruben Sutanto (Coach) – Bigetron Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Membuka obrolan, Wibi langsung menyebut sosok di balik layar dari Bigetron esports yaitu Ruben Sutanto. “Ruben, pelatih dari Bigetron Esports. Selain permainan para pemain yang memang konsisten, saya sedikit banyak memberikan kredit terhadap permainan Bigetron di first half Regular Season kepada sang pelatih.” ucap Wibi.

“Pemolesan taktik serta drafting hero terlihat banyak dialihkan kepada sang pelatih ruben, yang memang mantan veteran esports dengan koleksi juara yang sangat banyak. Saya menyukai drafting Bigetron dengan varian counter pick yang digunakan sang pelatih untuk menghentikan laju permainan lawan. Well deserved recognition untuk sang pelatih.” Wibi menutup pembahasan soal Ruben.

Sebelum menjadi pelatih, Ruben sempat bermain League of Legends secara kompetitif. Walau mungkin belum berhasil membawa prestasi tingkat internasional, namun sepak terjang Ruben di kancah lokal terbilang luar biasa. Tercatat, ia pernah merebut 3 juara League of Legends Garuda Series di 3 tahun berbeda, yaitu tahun 2016, 2017, dan 2018.

Peran serat coach ini jadi terlihat dari kemampuan Bigetron dalam bekerjasama dalam pertandingan di MPL ID Season 4. Hal ini tercermin lewat beberapa statistik yang mereka catatkan seperti KDA tertinggi (5.2), partisipasi kill terbesar kedua (63,27%) dengan rata-rata game tercepat yang diselesaikan pada waktu 12:38 menit.

Yehezkiel “Phoenix” Patric – AURA Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Veteran esports lain yang turut masuk ke dalam daftar adalah Yehezkiel “Phoenix” Patric; yang juga mantan pemain League of Legends. Phoenix bisa dibilang sebagai salah satu pemain tank yang paling bersinar di antara pemain-pemain lainnya selama MPL ID Season 4.

Wibi sendiri mengatakan, “Untuk AURA, menurut gue jatuh kepada Phoenix. Meskipun rotasi Tank mulai menjadi suatu hal yang awam pada musim ini, namun Phoenix membawa suatu gaya bermain yang berbeda dari pemain lainnya. Sebagai seorang Tank, dia terbilang sangat rinci. Ia memperhatikan ekonomi tim (jumlah minion, level, HP turret, posisi hero, dan spell usage) dan fase lanning sebelum melakukan rotasi, sehingga eksekusi gank dari Phoenix jadi sangat akurat”.

“Konsep ‘Lane Equilibrium’ atau garis tengah lane jadi identik dengan gaya bermain Phoenix yang gesit ketika melkaukan gank. Hampir setiap gank ia lakukan ketika musuh sedang melakukan push di garis tengah lane. Konsistensi dia terhadap prinsip ganking ini. serta kalkulasinya dalam melakukan gank yang dapat mengubah alur permainan di awal sangat menarik perhatian. Maka layak jika sosok Phoenix menjadi perhatian pada tim Aura Esports.” Wibi menjelaskan lebih lanjut.

Pergerakan Phoenix sebagai tank yang secara aktif dan konsisten membantu kawan-kawannya, tercermin lewat statistik merata dari segi Gold Share, Kill Participation dan Assist. Perannya sebagai penyelamat juga sangat terasa, jadi walau ia hanya mengamankan 511 GPM (Gold per Minute) saja, tapi dia berhasil memberi lahan farming untuk sang Marksman, Alive, sehingga ia bisa mendapat catatan 730 GPM.

Gustian “Rekt” – EVOS Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

EVOS Esports kerap menjadi jagoan bagi para penonton MPL ID sejak dari Season 1. Namun entah apa yang terjadi, tim Harimau Putih ini hanya berhasil menguasai babak Regular Season saja, namun kerap gagal mengamankan titel juara ketika bertanding di Grand Final. Kegagalan di partai final pun seakan menjadi kutukan yang terus menghantui tim EVOS walau kerap memainkan jajaran pemain penuh bintang.

Musim ini, EVOS kembali menguasai fase Regular Season di MPL ID S4, tapi apakah pada akhirnya akan dapat mengamankan titel juara? Untuk itu ada sosok Rekt, yang menurut Wibi akan menjadi penyelamat EVOS di musim ini.

“Rekt is a definite powerhouse for EVOS,” Wibi membuka penjelasannya. “dia melambangkan era baru untuk EVOS yang tidak pernah membawa piala selama 3 Season terakhir. Dengan Rekt sebagai ujung tombak tim yang selalu memberi performa konsisten selama musim ini, saya pribadi punya banyak harapan terhadap EVOS yang sedang terlahir kembali.

Menyebut Rekt sebagai penyelamat EVOS di musim ini bukan hanya omong kosong belaka. Secara statistik, mantan pemain Bigetron ini terbukti menjadi ujung tombak tajam yang selama ini diidam-idamkan oleh EVOS Esports. Ia mencatatkan diri sebagai pemain dengan KDA tertinggi (6.9), Kill terbanyak kedua (188 kill), dan GPM tertinggi dengan 778 Gold per Minute.

Muhammad Julian “Udil” Ardiansyah – ONIC Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Tim ini berhasil menyodok dan menjadi bahan perbincangan pada MPL ID S3 kemarin. Mendominasi scene lokal hampir sepenuhnya, mencatatkan kemenangan beruntun selama musim kompetisi 2018-2019, bahkan menjadi juara se-Asia Tenggara lewat gelaran MLBB Southeast Asia Cup 2019 (MSC 2019). Siapa sosok di balik kemenangan tersebut? “ONIC Esports? Definitely Udil” Wibi menjawab dengan sangat tegas.

“Bisa dibilang tim ONIC terlalu terpusat pada power play yang dilakukan oleh Udil. Jika ia bisa membawa 120% kemampuannya lagi, maka ia bisa tampil layaknya seorang Hokage dengan kekuatan rubah ekor sembilan. Dengan begitu, jelas ONIC akan menjadi tim yang amat sangat ditakuti pada babak Playoff mendatang.” Wibi yang ternyata seorang wibu, menjelaskan dengan menggunakan referensi anime Naruto.

Peran Udil sebagai ujung tombak tim ONIC Esports memang masih terlalu dominan. Tercatat Udil hampir merajai semua aspek yang ditorehkan oleh ONIC Esports mulai dari GPM, KDA, Damage per Minute, hingga Kill Participation.

Ini bisa menjadi pedang bermata dua bagi si Landak Kuning. Pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan adalah mencari cara untuk memberi ruang gerak sebebas-bebasnya bagi Udil agar dapat farming dengan leluasa. Dengan keuntungan level dan equip, Udil bisa menggila lalu melibas musuh-musuhnya dengan tanpa takut apapun. Pertanyaannya, jika ruang gerak Udil berhasil dibatasi oleh tim musuh, akankah ONIC Esports bisa kembali merengkuh piala MPL ID di musim ini?

Muhammad “Lemon” Ikhsan – Rex Regum Qeon

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

“Untuk tim Rex Regum Qeon saya pilih Lemon. Salah satu pemain mechanical Mage terbaik yang pernah ada di ranah esports MLBB.” Wibi langsung menjawab, ketika ditanya siapa pemain ujung tombak yang punya peran paling besar dari tim RRQ.

“Sang pemain ikonik tersebut ingin membuktikan bahwa dia dan RRQ bisa kembali ke tahta juara layaknya penampilan mereka di MPL Season 2. Banyak yang harus dibuktikan oleh Lemon di Season 4 dan babak Playoff ini adalah panggung untuk membuuktikan kembali ke dunia bahwa dirinya memang pantas berada di tahta juara.” Wibi lanjut menjelaskan.

Musim ini, RRQ menjadi yang memiliki 10 orang pemain menjadi salah satu tim dengan pemain terbanyak di MPL ID S4. Pembagian jatah bermain serta variasi strategi yang ditunjukkan terbukti berhasil membuat lawan kebingungan. Tapi nyatanya, Lemon tetap tampil sebagai pemain Mage yang wajib disegani.

Kendati demikian, Lemon tidak terlalu mencolok secara statistik, mengingat kolaborasinya dengan Tuturu di setiap pertandingan berlangsung. Lemon menempati posisi kedua di seluruh statistik dan data yang ditorehkan RRQ selama gelaran Regular Season. Apalagi perannya di dalam tim juga terbilang hanya menjadi “pedang kedua” bila Tuturu gagal dalam pertarungan yang berlangsung.

Eldian “Celiboy” Rahardian Putra – Alter Ego

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Bukan rahasia lagi bahwa Celiboy adalah pemain yang paling memberi kesan selama gelaran Regular Season MPL ID S4. “Alter Ego, The Dark Horse. Tim yang selalu mengalami kesulitan menembus juara satu, walau selalu mengekori para juara setiap Season di gelaran MPL. Celiboy adlaah pemain yang layak disimak jika melihat tim Alter Ego.” Wibi menyatakan pendapatnya.

“The Miracle Boy berjasa banyak dalam meletakkan Alter Ego sebagai tim peringkat ketiga di Regular Season. Jika performa Celiboy dan para pemain Alter Ego lainnya bisa konsisten hingga babak Playoff, bukan tidak mungkin MPL Season 4 menjadi trofi perdana tim Alter Ego.” Tutup caster yang punya nama panggung dengan pelafalan HachiKen.

Celiboy menjadi Miracle Boy bukan cuma asal sebut saja, karena pemain ini benar-benar bermain gemilang dan membawa Alter Ego bangkit ke papan atas MPL ID S4. Salah satu contohnya saja, dia merupakan pemain dengan status Kill terbanyak (215) selama gelaran Regular Season MPL ID S4. Tapi memang, tubuh tim Alter Ego secara keseluruhan juga sedang dalam kondisi prima. Melihat ke sisi lain, pemain Tank Alter Ego, LeoMurphy bahkan juga mencatatkan statsitik assist yang tinggi sebanyak 306 assist; menggeser torehan “Raja Assist” RRQ.Vyn.

Gensi dan ambisi setiap tim untuk mengukuhkan gelar juara MPL Indonesia Season 4 akan tersaji di babak Playoff yang berlangsung di Tennis Indoor Senayan. The Big Six pasti akan menunjukkan permainan serta siasat terbaiknya agar dapat mendapatkan titel paling bergengsi di kancah MLBB lokal tersebut.

Mampukah ONIC Esports mengembalikan gengsinya sebagai tim terbaik Asia Tenggara dan mempertahankan gelar juara MPL? Sanggupkah EVOS Esports menjaga kans juara yang terbangun sejak babak Regular Season? Atau, prediksi juara baru dari tim-tim papan tengah akan terwujud dengan berbagai kejutan menarik?

Jangan lupa, saksikan langsung gelaran Grand Finals MPL ID Season 4 di Tennis Indoor Senayan pada tanggal 26-27 Oktober 2019 karena acara ini gratis! Dapatkan pula hadiah berupa diamonds selama acara untuk penonton yang beruntung.

Nasib Buruk ONIC Esports di Pekan Ketujuh MPL Indonesia Season 4

Tanpa terasa, Mobile Legends: Bang Bang Professional League (MPL) Indonesia Season 4 sudah menyelesaikan pertandingan pada pekan ketujuh. Pada pekan ini, pertandingan berjalan dengan sengit, dengan berbagai kejutan terjadi.

Satu tema besar yang menjelaskan MPL ID S4 pekan ketujuh ini mungkin adalah nasib ONIC Esports yang begitu buruk. Memang saat bertemu Aura, ONIC Esports sedikit melakukan percobaan dengan mengganti Udil dengan Trust, walau sebenarnya Trust menunjukkan permainan yang kurang memuaskan di beberapa pekan terakhir.

Dalam pertandingan tersebut, ONIC berhasil menjaga keseimbangan di awal permainan. Sayangnya ONIC malah jadi loyo ketika pertandingan sudah memasuki fase late game. Pada pertandingan ini, ONIC harus merelakan poin kemenangan mereka, Aura menang dengan skor 2-0 lewat aksi Kaja yang dimainkan oleh Darkness secara memukau.

Sumber: MPL ID Official Media
Sumber: MPL ID Official Media

Jadwal pertandingan berikutnya ONIC adalah melawan Bigetron Esports. Tim berlogokan robot ini sebenarnya merupakan penghuni klasemen papan tengah di pekan ke-5 dan ke-6, bersama dengan Alter Ego dan Aura. Walau pada paruh musim sebelumnya ONIC adalah juara MPL ID S3 dan MLBB Southeast Asia Cup 2019, namun di musim ini mereka seperti ditarik ke bawah dan dibuat “setara” dengan ketiga tim tersebut.

Melawan Bigetron Esports, ONIC harus kembali menerima torehan buruk. Setelah mereka kalah pada game pertama, ONIC melihat secercah harapan setelah Udil turun tahta menggantikan Trust pada game kedua. Namun harapan tersebut langsung direnggut dan dihancurkan oleh Bigetron Esports. Saat ONIC terlalu nekat menginisasi Lord, Bigetron yang dalam kondisi prima segera mengambil kesempatan atas blunder tersebut. Bigetron mendapat Wipe-out, mereka tak lagi ragu, langsung menyerbu lewat tengah dan menghancurkan base milik ONIC dengan bantuan sebuah siege minion.

Nasib buruk ONIC Esports hanya satu hal di MPL ID S4 pekan ketujuh, hal lain yang tak kalah menarik adalah Genflix Aerowolf yang mengalahkan RRQ di pekan ini. Walau mengandalkan roster runner-up MPL ID S3, namun entah kenapa performa Genflix Aerowolf terbilang lesu di musim ini.

Menghadapi RRQ yang merupakan pengisi peringkat 2 di MPL ID S4, mereka akhirnya berhasil mengecap kemenangan yang sudah cukup lama diidam-idamkan. Genflix berhasil mendominasi game pertama, namun Tuturu dan kawan-kawannya sempat menyamakan kedudukan jadi 1-1.

Sumber: MPL ID Official Media
Sumber: MPL ID Official Media

Tapi Genflix akhirnya berhasil menemukan pola permainannya di pekan ini, dan berhasil memenangkan pertandingan melawan RRQ dengan poin 2-1. Kendati demikian, kemenangan ini tak banyak mengubah keadaan. RRQ tetap bertengger di peringkat 2, sementara Genflix juga tidak bergeming di peringkat terbawah.

Hal terakhir yang juga tak kalah menarik disimak di pekan ini adalah penampilan tim Alter Ego. Berhadapan dengan Geek Fam, salah satu tim penghuni papan tengah ini ternyata tampil cukup kesulitan. Pergerakan lihai Celiboy terus diperhitungkan oleh Geek Fam, yang tentu membuat Alter Ego juga jadi kesulitan.

InsticT dengan permainan yang ciamik berbuah hasil yang baik pada permainan. Doyok yang sempat abse selama beberapa pekan juga menunjukkan kualitasnya dengan caranya memainkan Esmeralda. Geek Fam sempat mencuri poin pada game pertama. Sayangnya Alter Ego lagi-lagi menunjukkan permainan mereka yang sesungguhnya.

Sebagai tim yang pernah menundukkan tim-tim favorit juara MPL Indonesia Season 4, permainan Maungzy dan kawan-kawan bukan sembarang permainan. Lewat aksi sang Rising Star, Celiboy, armada Alter Ego memimpin dominasi dan melanjutkan tren positif mereka belakangan ini di pekan ini. Alter Ego memenangkan game melawan Geek Fam, 2-1.

Sumber: MET Official Page
Sumber: MET Official Page

Pekan depan akan menjadi pekan terakhir dari regular season MPL ID Season 4. Akankah tim papan atas tumbang di pekan terakhir? Mampukah Alter Ego merebut tahta tersebut? Akankah ONIC dapat menyelesaikan masalah mereka dan keluar dari kekalahan beruntun yang mereka alami?

Pastikan Anda menyaksikan pekan terakhir Regular Season MPL ID S4 setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu. Anda dapat menyaksikannya langsung secara offline di MPL Arena (XO Hall Markas), Tanjung Duren, Jakarta Barat, atau menyaksikannya secara online lewat Mobile Legends: Bang Bang official Facebook Page.

WATONG MLBB Competition, Ketika Gaming Jadi Bagian Gaya Hidup

Seiring dengan perkembangan esports mobile games, membuat video game secara tidak langsung juga menjadi bagian dari gaya hidup. Maka dari itu tak heran jika berbagai brand non-endemik yang berhubungan dengan gaya hidup, seperti makanan, minuman, ataupun fashion jadi semakin percaya diri untuk terjun ke ekosistem esports.

Tak ayal, perkembangan itu pun semakin terasa di ekosistem esports Indonesia. Hybrid sudah sempat membahas hal tersebut, beberapa di antaranya seperti GoPay yang mensponsori RRQKaesang Pangarep lewat brand Ternakopi yang mensposori Aerowolf Genflix, ataupun EVOS yang melebarkan sayap bisnisnya ke bidang fashion dan merchandising lewat brand EVOS GOODS.

Ki-ka: Presiden Direktur Aerowolf, Iwan Iman, Kaesang, Anshari Kadir, dan Hutama Pastika. | Sumber: Instagram Aerowolf
Kini, kerjasama antara brand gaya hidup seperti Ternakopi dengan esports jadi seperti tak aneh lagi, Ki-ka: Presiden Direktur Aerowolf, Iwan Iman, Kaesang, Anshari Kadir, dan Hutama Pastika. | Sumber: Instagram Aerowolf

Seakan tak mau ketinggalan, brand lokal pun juga turut serta terjun ke dalam ekosistem. Ingin menarik perhatian kalangan muda, Warung Tongkrongan atau WATONG menyelenggarakan sebuah kompetisi Mobile Legends: Bang-Bang yang bertajuk WATONG MLBB Competition.

Menggandeng INDOESPORTS, kompetisi ini diadakan di WATONG yang berada di kota Semarang dan Salatiga. Kompetisi ini diadakan dalam rangka peresmian cabang baru Warung Tongkrongan, sembari mencari bakat-bakat Mobile Legends di tingkat lokal.

Hal ini juga mengingat Mobile Legends yang bisa dibilang sebagai salah satu game yang paling diterima oleh khalayak umum dan punya banyak peminat di berbagai daerah di Indonesia. Untuk pendaftarannya sendiri sudah dibuka sejak 10-19 September 2019 kemarin.

Pertandingan akan dilanjutkan dengan fase qualifier yang diadakan pada tanggal 20-22 September 2019 mendatang. Setelah itu, pertandingan akan dilanjutkan dengan babak Grand Final yang diselenggarakan pada 23 September 2019.

Sumber: Rilis Resmi INDOESPORTS
Sumber: Rilis Resmi INDOESPORTS

Babak Grand Final akan menghadirkan Wawa Mania dan Amanda Go sebagai shoutcaster dan tim WAW Esports. Nantinya Anda dapat menguji kemampuan bermain MLBB dengan menantang langsung tim WAW Esports di dalam sebuah pertandingan fun exhibition.

Kerja sama antara bisnis gerai makanan dengan esports ini memang cukup unik. Secara internasional, hal ini juga sempat terjadi, salah satunya saat KFC menyelenggarakan sebuah kompetisi Dota 2 di Rusia sana.

Bagi Anda yang berdomisili di sekitar Semarang dan Salatiga, Anda dapat datang langsung dan menyaksikan ke WATONG MLBB Competition. Tetapi, jika Anda penasaran, Anda juga dapat menyaksikan tayangan langsung pertandingan ini via channel Youtube INDOESPORTS.

 

Mobile Legends rilis Fitur MCL, Potensi Untuk Regenerasi Pemain?

Akhir pekan lalu (6 Juli 2019), menjadi ajang kickoff bagi fitur baru Mobile Legends: Bang Bang, yaitu fitur MCL atau MLBB Championsip League. Fitur? Betul, ini bukan jenis kompetisi official Moonton lain seperti MLBB Intercity Championship, melainkan sebuah fitur di dalam game yang memungkinkan para pemain berkompetisi dalam bentuk liga online.

Bermain rank secara solo ataupun party mungkin sudah menjadi hal yang biasa, tapi tingkat pertaruhan dan pertarungannya tidak setinggi itu. Maka dari itu, lewat fitur dengan jargon Esports Mania ini, pemain dapat merasakan kompetisi yang sesungguhnya, hanya dengan turut mendaftar di dalam game MLBB itu sendiri.

Anda penggemar Dota mungkin lebih familiar dengan fitur ini. Sekilas, MLC mirip seperti fitur Battle Cup. Setiap pemain, dari rank apapun, dapat turut serta di dalam kompetisi MLC dengan cara membeli tiket. Setelah membeli tiket, pemain langsung bertanding pada waktu yang ditentukan, yaitu pada hari sabtu.

Kompetisi dilaksanakan dengan format bracket, dan pemenangnya akan mendapatkan berbagai macam hadiah; mulai dari Starlight Point, Emote, sampai Skin eksklusif.

“Jujur, gue seneng banget dengan kehadiran fitur ini. Secara nggak langsung, para player yang cuma main push rank jadi punya tujuan lebih. Karena ini official dari Moonton.” Fauzianska “Rangeremas” Ramadhan, shoutcaster kondang di kancah Mobile Legends, melontarkan komentarnya perihal fitur MLC.

Memang, fitur ini bisa dilihat sesederhana sebagai ruang bagi semua orang untuk berkompetisi dan menikmati manisnya kemenangan. Tapi fitur MCL sebenarnya punya potensi yang lebih besar, yaitu sebagai ruang pencarian bakat-bakat baru yang segar. Valve, lewat Dota 2 Battle Cup, melewatkan potensi besar ini. Alhasil, Battle Cup jadinya mungkin hanya dimanfaatkan menjadi ruang berkompetisi para pemain Dota veteran yang sudah bosan bermain mencari MMR.

Sumber: Dokumentasi MPL Indonesia
Sumber: Dokumentasi MPL Indonesia

“Cuma, gue sih berharap MCL bisa jadi cara bagi para pemain untuk menuju ke dalam scene kompetitif, apalagi mengingat sistem yang akan diterapkan dalam MPL. Kalau harapan muluk-muluk, pengennya MCL bisa terintegrasi sama MPL, jadi nantinya jagoan MCL punya kemungkinan untuk ditarik main ke dalam liga.” Kata sosok yang akrab disapa Oji kepada saya, saat menanggapi soal fitur ini dan kegunaannya untuk regenerasi pemain.

Mau tidak mau, rela tidak rela, Mobile Legends punya sumbangsih terhadap meledaknya industri esports di Indonesia. Tapi, menurut saya, pada momen ini Moonton sudah harus mulai memikirkan cara agar game buatannya bisa mengakar di Indonesia; seperti League of Legends mengakar di Korea Selatan sana.

Liga Franchise, mungkin terlihat seperti satu langkah mundur bagi para pemain MLBB yang punya mimpi besar menjadi bintang lewat liga MPL. Tapi jika ada inisiatif liga pencarian bakat pemain, yang memberi kesempatan kepada pemain biasa meraih mimpi mereka menjadi pro player, bukan tidak mungkin Mobile Legends bisa mencapai status yang sama seperti League of Legends di Korea Selatan.