Hasil dan Raihan Tim Indonesia dalam Turnamen Razer SEA Invitational 2020

Gelaran turnamen Razer SEA Invitational 2020 baru saja usai belakangan ini. Sambil bergandengan dengan esports organizer Tier One, Razer melangsungkan turnamen berskala regional. Sekalipun sudah melakukan usaha terbaik, tim Indonesia masih belum mengibarkan sang merah putih di ranah esports kali ini.

Selama kurang lebih 3 pekan, ada 10 negara yang mengirimkan utusannya untuk berlaga di Razer SEA Invitational 2020. Setiap tim yang berlaga di Razer SEA Invitational 2020 sudah terlebih dahulu melalui tahapan kualifikasi di negara masing-masing. Turnamen Razer SEA Invitational 2020 mempertandingkan 3 cabang game yaitu, Mobile Legends, PUBG Mobile, serta Dota 2.

Adapun kontingen asal Indonesia terdiri dari 4 tim esports yang sukses memenangkan tahapan kualifikasi nasional. Pada cabang game PUBG Mobile Indonesia diwakilkan 2 tim sekaligus yaitu, tim Red Rocket dan Dranix. Di cabang game Mobile Legends, tim Rimo Batara hadir untuk membela tim Indonesia. Tidak ketinggalan juga pada cabang game Dota 2 Indonesia diwakilkan oleh tim Army geniuses.

Di tahapan kualifikasi PUBG Mobile, tim Indonesia bermain dengan cukup baik. Tim indonesia mampu bertahan sampai circle akhir dan mengumpulkan kill point yang cukup mendudukkan mereka di posisi 4 besar. Sayangnya di babak final performa dari tim Dranix terasa menurun. Kerap kali Dranix harus bernasib too soon ketika terbunuh di fase awal pertandingan.

Akhirnya akumulasi poin bagi tim Indonesia menjadi tidak maksimal, sekalipun Tim Red Rocket bisa memberikan performa yang stabil di babak final. Raihan akhir dari cabang game PUBG Mobile Indonesia harus cukup puas finis di posisi keempat. Tim PUBG Mobile Vietnam sukses menduduki peringkat teratas dan menjadi juara.

Beralih ke cabang game Dota 2, Indonesia berhasil menyelesaikan fase grup dengan menjadi juara grup B. Indonesia secara berturut-turut mampu bermain mengungguli Team Adversity asal Brunei dan Team Veteran asal Myanmar. Di babak final upper bracket tim Army Geniuses harus berhadapan dengan tim Neon Esports asal Filipina. Tim Neon Esports berhasil memukul tim Army Geniuses ke lower bracket setelah menang dengan skor 2-0 tanpa balas.

Sayangnya, sekali lagi tim Indonesia harus menelan kekalahan dari tim 496 Gaming asal Vietnam. Meski sempat saling berbagi poin di fase grup, kali ini tim 496 Gaming menghentikan laju tim Indonesia sepenuhnya tanpa perlawanan yang berarti. Tim Neon Esports keluar sebagai juara setelah menaklukkan 496 Gaming.

Kontingen Indonesia | via: Instagram duniagames.co.id
Kontingen Indonesia | via: Instagram duniagames.co.id

Dari cabang game Mobile Legends Indonesia memulai perjalanan dari grup B. Bertanding menghadapi tim Myanmar, tim Indonesia mengalami kekalahan pertamanya. Keesokan harinya tim Indonesia bertemu dengan tim Laos dan berhasil mencetak kemenangan.

Hasil seri didapatkan tim Indonesia ketika tampil menghadapi tim Kamboja dan tim Filipina. Langkah tim Indonesia harus terhenti karena raihan poin yang tidak cukup unutk masuk ke babak playoff. Tim Filipina akhirnya bisa menjadi jawara berkat kemenangannya atas tim Vietnam di cabang game Mobile Legends.

Sebagai penutup, gelaran turnamen Razer SEA Invittational bisa menjadi bukti bahwa region Asia Tenggara adalahh region dengan ekosistem yang kompetitif dan cukup stabil.

 

Gamers Indonesia Siap Berlaga di Gopay Arena Championship 2020

Pada tanggal 15 Juni 2020 yang lalu, GoPay Arena Championship (GAC) secara resmi dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Zainudin Amali. Festival mobile esports terbesar di Indonesia sudah bergulir sekitar 1 bulan dan menembus angka partisipasi pendaftar yang spektakuler.

Timothius Martin, Senior Vice President, Product Marketing, GoPay dalam rilisnya menjelaskan, “masa pandemi hingga new normal menjadikan kita lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, salah satunya mengisi waktu dengan game.”

Adapun jumlah peserta yang dicatatkan mencapai 7.631 tim pendaftar atau kurang lebih ada sekitar 30.000 gamers yang berpartisipasi. Tidak hanya terbuka untuk kalangan umum saja, di kesempatan yang sama berlangsung juga babak kualifikasi terpisah untuk tim profesional.

Tercatat ada 64 tim profesional berhasil dikumpulkan untuk menambah keseruan dan tingkat kompetitif gelaran turnamen GAC. Nantinya di babak utama akan mempertemukan secara bersamaan pemain profesional dan pemain amatir. Kesempatan ini juga memungkinkan bersinarnya talenta esports baru Indonesia. Total hadiah yang disediakan mencapai 1 miliar Rupiah. Tagar #SeriusMain membawa antusiasme yang luar biasa besarnya terhadap gelaran GAC.

Lewat inovasi GoPay di Google Play, gamer dapat dengan mudah melakukan top up diamond, skin, atau game credit cukup dengan 1-tap-buy. Faktor keamanan dan kemudahan untuk top up adalah hal penting yang menunjang kegiatan gaming dan esports.

Adapun gelaran turnamen GoPay Arena Championship 2020 akan mempertandingkan beberapa cabang esports antara lain: Free Fire, Mobile Legends, dan PUBG Mobile. Babak utama GoPay Arena Championship masih terus berlangsung dan mencapai puncaknya di tanggal 1 dan 2 Agustus 2020 mendatang.

via: Instagram mineskiesports.id
via: Instagram mineskiesports.id

Tidak sampai di situ saja, sepanjang gelaran GoPay Arena Championship 2020 akan dimeriahkan oleh All Star Celebrity Fun Match. Sejumlah influencer dan esports personalities akan beradu skill dan saling menunjukkan kebolehannya bermain. Kapten Liong, Elhayaminbooy, Listy Chan, Larissa Rochefort, dan Pevita Pearce sebagai GoPay Gaming & Entertainment Brand Ambassador adalah beberapa nama yang akan berpartisipasi dalam All Star Celebrity Fun Match. Tidak ketinggalan Aldi Haryopratomo selaku CEO GoPay akan turut bertanding.

Seiring berjalannya turnamen Anda juga berkesempatan unutk memenangkan 9 smartphone Android hanya dengan melakukan top up GoPay selama gelaran GoPay Arena Championship 2020 berlangsung. Pemenangnya nanti akan diumumkan di puncak acara GoPay Arena Championship 2020. Di babak final nanti, jangan lupa saksikan juga penampilan dari JKT 48 sebagai guest star.

MPL Invitational Salip Jumlah Penonton LCK di Bulan Juni

Selama masa pandemi, satu yang tidak bisa dipungkiri adalah meningkatnya kebutuhan masyarakat akan konten hiburan. Ini terjadi karena kebanyakan masyarakat harus tetap berada di rumah sambil menerapkan perilaku Social Distancing. Maka dari itu, seperti dilaporkan IDC, jumlah penonton turnamen esports juga jadi meningkat 2 kali lipat selama situasi pandemi COVID-19 terjadi.

Peningkatan ini ternyata juga berdampak kepada salah satu kompetisi yang besar di skena lokal, Mobile Legends. Peningkatannya cukup drastis, bahkan sampai menyalip liga League of Legends kasta satu dunia, LCK. Data ini dirangkum oleh Esports Charts, yang berisikan turnamen paling populer di bulan Juni 2020.

Dari data yang dikumpulkan ditemukan bahwa MPL Invitational 4 Nation Cup bertengger di peringkat 1, dengan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan (Peak Viewers) sebanyak 705.508 orang. Sementara yang berada di peringkat 2 adalah LCK Summer, dengan Peak Viewers sebanyak 672.362 orang.

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Ini menjadi menarik, karena pada satu sisi penonton MPL Invitational sendiri didominasi oleh penonton lokal Indonesia, sementara LCK disajikan untuk khalayak global dengan tayangan berbahasa Inggris. Lalu jika dibandingkan dari sisi fase pertandingan, LCK bahkan bisa dibilang punya posisi yang lebih penting.

Jumlah penonton terbanyak LCK Summer bulan Juni diambil dari pertandingan pembuka pada tanggal 17 Juni 2020, antara T1 melawan DRX. Sementara jumlah penonton terbanyak MPL Invitational malah datang dari pertandingan yang terbilang biasa saja. Yaitu pertandingan pada Week 1 Day 2 di tanggal 20 Juni 2020, yang mempertemukan antara EVOS.SG dengan GeekFam ID.

Potensi penonton esports Mobile Legends Indonesia juga sebenarnya bisa lebih besar lagi, karena El Clasico RRQ vs EVOS pada Playoff Day 1 berhasil menyentuh angka 1.032.379 orang penonton. Namun berhubung pertandingan tersebut berlangsung di bulan Juli, maka datanya tidak dimasukkan ke dalam rangkuman bulan Juni ini.

Mobile Legends Profesional League
Penonton MPL Indonesia memang sangat banyak dan terkenal fanatik. Ini terbukti lewat catatan jumlah penonton MPL Invitational yang berhasil menyalip penonton liga LoL kasta satu, LCK. Dokumentasi: MPL Indonesia

Selain dua turnamen tersebut berlanjut di peringkat 3 ada BLAST Premier Spring American Finals dengan Peak Viewers sebanyak 504.741 orang, LEC Summer dengan Peak Viewers sebanyak 493.632 orang, dan Arena of Valor Premier League dengan Peak Viewers sebanyak 412.245 orang.

Menariknya data bulan Juni ini menunjukkan bagaimana persaingan antara esports mobile game memiliki jumlah penonton turnamen yang begitu bersaing, bahkan dengan esports game PC kasta satu seperti League of Legends dan CS:GO.

Melihat ini, apakah esports game mobile benar-benar akan menjadi tren berikutnya dan melibas esports game PC? Atau keduanya akan berdiri bersandingan, dengan pasar mereka masing masing?

Rekomendasi 5 Hero Offlane MLBB META Sekarang (Juni 2020)

Di setiap game bergenre multiplayer online battle arena, atau lebih dikenal dengan singkatan MOBA seperti Mobile Legends Bang Bang atau MLBB misalnya, tiap-tiap hero memiliki peran yang berbeda-beda. Pada umumnya peran yang ada dibagi menjadi tiga, yakni carry, support dan juga offlane. Masing-masing dari mereka mempunyai tugas yang berbeda, kemampuan yang berbeda, dan cara main yang berbeda. 

Tidak ada cara terbaik yang mutlak untuk memainkan peran-peran tersebut, karena pada akhirnya semua bergantung pada kondisi dari match yang dimainkan dan skill individu pemainnya. Salah satu role yang unik untuk dimainkan adalah offlane karena cara memainkannya tidak se-straightforward jika dibandingkan dengan seorang carry atau support, misalnya.

Dari sekian tugas yang dilakukan oleh seorang offlaner, salah satu yang terpenting adalah mempertahankan lane. Kegunaan dari tugas tersebut adalah untuk memberikan space pada hero core supaya mereka bisa dengan lebih mudah untuk farming tanpa harus mengurus keamanan lane mereka.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah pemilihan hero untuk dimainkan sebagai offlaner. Tentunya, tidak semua hero dibuat untuk memainkan peran tersebut karena skill mereka yang tidak cocok dalam menjalankan tugas seorang offlaner.  

Akhir-akhir ini, offlaner adalah role yang sangat krusial di Mobile Legends Bang Bang (MLBB). Apalagi di META saat ini yang seringkali memerlukan dua hero offlane: satu di lane atas (offlane) dan satu lagi di lane bawah (sidelane).

Akan sangat krusial bagi Anda jika tidak memilih hero offlane yang META karena harus berhadapan dengan hero offlane tim lawan dan sebisanya menyeimbangi offlane tim lawan dengan menggunakan hero-hero yang kuat.

Dengan itu, jika fase laning di awal dimenangkan oleh sang offlaner, maka akan mempermudah hero-hero yang berada di midlane untuk farming, serta membuat rotasi menjadi terasa lebih aman karena lane sudah didominasi terlebih dahulu. 

Berikut adalah 5 hero offlane yang sedang META saat ini:

1. Uranus

Uranus pada dasarnya merupakan hero yang seharusnya dimainkan sebagai tanker dan bukan offlaner. Tetapi jika Anda melihat durability yang dimilikinya, maka akan masuk akal jika ia dimainkan sebagai offlaner di META saat ini. 

Dengan durability yang dimilikinya, Uranus menjadi sangat susah untuk dibunuh oleh lawannya dan efektif untuk menjaga lane yang dimilikinya. Ditambah lagi dengan kemampuannya untuk satu-lawan-satu menggunakan skill pertamanya, Ionic Edge. Skill tersebut dapat memberikan damage yang tinggi ketika sudah di puncak stack-nya.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Setiap kali Uranus memberi damage kepada musuh, mereka akan mendapatkan sebuah stack dengan batas maksimum 4 stack per target. Untuk setiap stack yang dimiliki musuh tersebut, damage Ionic Edge akan bertambah sebesar 40%, hingga 320% dengan 4 stack.

Selain durability dan damage output-nya yang tinggi, Uranus juga memiliki mobilitas yang tinggi karena skill Transcendent Ward-nya yang memperbolehkannya untuk melarikan diri dari musuh jika terkena gank.

Pilihan emblem yang cocok untuk digunakan oleh Uranus adalah emblem Support dengan talent kedua, serta menggunakan Battle Spell seperti Purify atau Execute.

Jika Anda ingin melihat referensi cara memainkan Uranus yang baik dan benar, beberapa pemain profesional yang bisa dijadikan referensi adalah R7 dari tim Rex Regum Qeon, Pendragon dari tim EVOS Esports, dan juga Antimage dari tim Onic Esports.

 

2. Esmeralda

Esmeralda, hero yang memiliki peran sebagai Mage/Tank ini adalah salah satu hero offlane yang bisa dikatakan salah satu paling overpowered di META saat ini. Durability-nya yang tinggi, serta efek crowd-control dari skill ultimate yang dimiliki Esmeralda, Falling Starmoon, akan sangat mematikan jika terkena banyak musuh.

Ditambah lagi dengan skill pertamanya, Frostmoon Shield, yang dapat mencuri shield dari lawan untuk dipakai kepada dirinya sendiri. Maka dari itu, jika Anda bertemu hero-hero musuh yang mempunyai shield seperti Harith, Uranus, dan Lolita, Esmeralda bisa jadi jawaban untuk mengatasi mereka.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Di sisi yang lain, Esmeralda akan menjadi sangat lemah jika terus menerus terkena efek crowd-control yang bisa menghentikan pergerakan dari skill pertama dan keduanya, sehingga shield yang diperolehnya jadi hilang dan membuatnya tak berdaya.

Karena itu, pemilihan Esmeralda bisa saja sangat efektif dalam situasi tertentu, namun bisa juga sebaliknya. Emblem yang digunakannya tidak jauh beda dari Uranus, yaitu emblem Support dengan talent kedua, dengan Battle Spell Purify atau Flicker.

 

3. Chou

Chou adalah satu-satunya hero yang dapat dikatakan tetap relevan sejak META Season 1 sampai dengan Season 17, walaupun sudah terkena banyak sekali nerf dari mulai efek crowd-control-nya sampai dengan damage output-nya. Alasan mengapa Chou tidak pernah punah dari META adalah kemampuannya sebagai fighter dengan efek crowd-control yang luar biasa.

Contoh termudah adalah skill pertamanya, Jeet Kune Do, dan ultimate-nya, The Way Of Dragon, keduanya bisa menendang musuh ke arah teman sendiri. Tujuannya adalah agar mereka bisa diposisikan di tempat yang ideal untuk dihabisi oleh teman satu tim Anda.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Chou adalah hero yang patut ditakutkan jika bertemu di posisi satu-lawan-satu karena damage-nya yg besar. Bahkan dalam situasi tertentu dengan item build yg tepat, Chou bisa menghabiskan musuhnya hanya dengan satu kali combo saja. 

Efek anti crowd-control dari skill keduanya, Shunpo, mungkin menurut banyak orang tidak terlalu berguna. Akan tetapi, jika dipakai dengan timing yang tepat, bisa memancing musuh-musuhnya dan memulai sebuah teamfight

Pada umumnya, Chou memiliki dua playstyle atau cara bermain sebagai offlaner, yakni mem-pressure musuh atau farming. Hal yang membedakan keduanya adalah cara laning dan item build yang digunakan. 

Untuk playstyle farming, Chou akan membuat item jungle terlebih dahulu untuk mendapatkan damage output besar pada fase awal, sembari mengambil jungle milik musuh. Sedangkan untuk gameplay yang mem-pressure musuh, Chou bermain layaknya seorang perusuh – entah mengganggu core musuh yang sedang sibuk mengumpul buff, atau menciduk hero-hero yang memiliki health rendah dari dalam bush

Secara keseluruhan, Chou adalah salah satu hero yg sepertinya tidak akan mati gaya karena akan selalu ada di META season kapanpun. Apalagi Chou terkadang bisa juga dimainkan sebagai tanker. Untuk Chou, pemilihan emblemnya adalah emblem Assassin dengan talent kedua serta Battle Spell Flicker

 

4. Jawhead

Jawhead merupakan hero melee dengan peran Fighter yang cukup kuat menahan laning sendiri, itulah salah satu alasan mengapa Jawhead pantas untuk dimainkan sebagai offlaner. Selain itu, ia memiliki skill untuk melarikan diri alias skill keduanya, Ejector, yang sangat berguna jika terkena gank.

Skill tersebut tidak hanya memberikan shield yang membuatnya semakin tanky, tetapi juga tambahan movement speed jika skill ini diaktifkan sekali. Di luar itu, kegunaan yang asli dari skill tersebut yang diaktifkan dengan cara memencet dua kali, mampu melempar musuh, minion, ataupun teman sendiri.

Unit yang dilemparnya ke lokasi yang ditentukan akan terkena 300 physical damage dengan tambahan 80% Total Physical ATK beserta bonus stun untuk unit di area dekat mereka dijatuhkan selama beberapa saat. Hal ini sangat berguna dari segi damage dan juga memposisikan musuh di lokasi yang dekat dengan tim sendiri untuk dihabiskan ramai-ramai.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Skill ultimate yang dimilikinya juga berguna untuk mengunci posisi hero lawan. Dengan itu, combo umum yang dapat dilakukan oleh Jawhead dimulai dengan skill keduanya untuk shield dan movement speed tambahan, mengaktifkan skill ultimate, memencet skill kedua sekali lagi untuk crowd-control, lalu mengakhirinya dengan skill pertama.

Walaupun damage yang mampu dikeluarkannya sakit, Jawhead bukanlah hero yang bisa memulihkan health, atau bisa dibilang tidak terlalu durable jika dibandingkan dengan hero offlane lainnya. 

Jika Anda menggunakan emblem Assassin yang solo, yakni talent kedua, maka skill pertama Jawhead, Smart Missiles, akan lebih terasa sakitnya. Sedangkan Battle Spell yang patut digunakan Jawhead adalah Flicker.

Untuk mempelajari Jawhead lebih dalam lagi, pemain profesional yang terkenal untuk gameplay andalan Jawhead, yang bisa dijadikan referensi, termasuk pemain seperti Bravo dari Bigetron Esports, R7 dari Rex Regum Qeon, dan juga Rinazmi dari tim Genflix Aerowolf

 

5. Thamuz

Seperti hero-hero offlane yang sudah disebut di atas, Thamuz adalah hero Fighter dengan mobilitas dan durability yang tinggi. Ia pun memiliki skill pasif bernama Grand Lord Lava yang memberi damage kepada lawan yang mendekatinya terus menerus. 

Skill pertamanya, Molten Scythes, dapat melempar sabit yang dimilikinya ke arah musuh untuk efek slow dan memberi damage. Kalaupun tidak mengenai musuh, maka movement speed Thamuz akan naik sebesar 25%. Ketika ia terlalu jauh dari sabitnya, sabitnya akan kembali padanya dan jika hal itu terjadi, maka basic attack berikutnya akan memberikan 100% dari physical attack-nya.

Sedangkan untuk skill keduanya, Chasm Trample, adalah skill lompat yang dapat memberi damage tambahan juga. Yang terakhir, skill ultimate-nya memberi damage terus menerus kepada musuh yang di dekatnya dan juga memberi Thamuz health point regeneration.

Credits: MLBB
Credits: MLBB

Biasanya Thamuz sangat cocok untuk memberi pressure saat satu lawan satu karena damage-nya yang besar dan health-nya yang tebal. Hal-hal inilah yang membuatnya salah satu hero yang cocok digunakan sebagai offlaner. Namun harus diketahui, Thamuz sangat mengandalkan item jika ingin berdampak signifikan selama match berjalan. Tanpa item yang diperlukannya, gameplay Thamuz akan terasa biasa saja dan kecil pengaruh yang dibawanya.

Biasanya emblem yang sering digunakan saat memainkan Thamuz adalah emblem Fighter, talent kedua untuk menambah Spell Vamp (untuk regenerasi) dan juga menggunakan Battle Spell Vengeance untuk mengurangi damage dari lawan.

 

Penutup  

Pemilihan hero yang dijadikan sebagai offlaner sama pentingnya dengan memilih hero core dan support yang sepadan. Lima offlaner yang diberikan hanyalah sebagai garis pedoman saja jika ingin bermain hero offlane yang efektif khususnya pada META saat ini. Selamat mencoba!

[Rekap] Fnatic Kalahkan T1, Konfirmasi Tim Peserta MPL ID S6, dan Info Lainnya

Selamat datang di artikel [Rekap], rubrik baru dari Hybrid hasil kerja sama dengan ONE Esports. Untuk edisi kali ini ada rangkuman sejumlah info menarik dari berbagai skena esports dan industri game dalam sepekan terakhir. Tanpa berpanjang lebar, mari langsung kita simak Rekap berita esports minggu ini.

Fnatic taklukkan T1 dalam ONE Esports SEA League

Via: ONE Esports
Via: ONE Esports

Dalam lanjutan ONE Esports SEA League yang mempertemukan Fnatic dengan T1, terjadi pertandingan yang terbilang tidak seimbang. Tim yang dihuni oleh pemain bintang Asia Tenggara kembali menunjukkan superioritasnya di pertandingan ini.

T1 yang sedang bersusah-payah menemukan konsistensinya tidak mampu melewati ujian dari jawara Asia Tenggara tersebut. Tim yang dibela midlaner asal Indonesia itu hanya mampu memberikan perlawanan di game pertama saja dan babak belur di game kedua.

Moonton pastikan tak ada tim baru di MPL ID S6

Terungkap sudah jumlah tim peserta untuk Mobile Legends: Bang Bang Professional League season 6. Moonton lagi-lagi memutuskan tak ada penambahan slot.

Sejak bergulir secara franchise di season 4, indikasi akan potensi penambahan slot sudah ada sejak sebelum season 5. Faktanya, tidak ada realisasi sampai season 6 nanti.

Via: ONE Esports
Via: ONE Esports

Tips Yu Zhong Mobile Legends

Beberapa waktu lalu Mobile Legends kembali menghadirkan hero baru bernama Yu Zhong. Ia merupakan seorang hero Fighter yang sebelumnya diperkenalkan dengan nama Chong yang memiliki skill ultimate berubah menjadi naga besar berwarna hitam.

Karena baru hadir di original server Mobile Legends, tentu belum banyak pemain yang mengetahui apalagi menguasai hero Yu Zhong ini. Untuk membantu Anda memahami dan menguasai sang Black Dragon ini, berikut ulasan yang bisa kami berikan:

Via: ONE Esports
Via: ONE Esports

Razer SEA-Invitational tandingkan Dota 2, Mobile Legends, dan PUBG Mobile

Turnamen ini akan diikuti oleh tim-tim terbaik dari 10 negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Brunei Darussalam seperti di SEA Games 2019 lalu, tetapi kali ini bukan tim nasional yang akan bertanding melainkan tim-tim yang berhasil lolos kualifikasi.

Total hadiah TI 2020 tembus US$20 juta

Via: ONE Esports
Via: ONE Esports

Setelah paket Battle Level Bundles mulai dijual pada 24 Juni kemarin, The International 10 Battle Pass langsung diserbu para player hingga penjualannya menembus angka US$20 juta dan memecahkan rekor penjualan Battle Pass tercepat.

 

Powered by ONE Esports 

esports-logo

[IdeaPlay] Bagaimanakah Solusi yang Tepat untuk Mengurangi Gamer Toxic?

Jika Anda pernah bermain game multiplayer yang kompetitif, khususnya yang gratisan, kemungkinan besar Anda pernah bertemu dengan gamer toxicGamer toxic ini sebenarnya ada banyak jenis-jenisnya seperti para pemain yang lebih suka menyalahkan rekan satu timnya, semaunya sendiri dalam bermain (saat memilih role, misalnya), AFK atau rage quit, menggunakan cheat, ataupun perilaku menyebalkan lainnya.

Faktanya, gamer toxic selalu bisa ditemukan di setiap game kompetitif. Hal ini juga bahkan sudah mulai terlihat di Valorant yang dibuat dengan tujuan esports. League of Legends juga dikenal dengan komunitas yang salty. PB juga masih menjadikan cheater sebagai salah satu prioritas yang harus dibasmi. Dota 2, MLBB, AoV, PUBG Mobile ataupun game-game lainnya juga bisa dipastikan memiliki gamer-gamer toxic yang menyebalkan.

Kami juga sebenarnya pernah menuliskan soal toxicity panjang lebar beberapa waktu yang lalu untuk mencari tahu sejumlah penyebab kenapa banyak gamer toxic di game-game kompetitif.

Faktor-faktor ini saya kira memang harus dicari tahu sebelum mencari solusinya. Dari beberapa faktor yang bisa Anda baca di artikel sebelumnya tadi, menurut saya, memang ada yang bisa dicari solusinya dari sisi game publisher namun juga ada yang mungkin di luar jangkauan game publisher.

Sumber:
Sumber: Riot Games

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap toxic-nya gamer yang mungkin berada di luar jangkauan game publisher itu adalah elemen kompetitif, kultur sosial negatif (sekarang ini), ataupun soal sistem free-to-play.

Elemen kompetitif tentunya tak bisa dihilangkan juga jika memang hal tersebut yang jadi nilai jual utama game-game kompetitif. Sedangkan dari faktor sistem free-to-play, ada beberapa alasan kenapa hal ini juga berpengaruh dalam merebaknya jumlah gamer toxic.

Pertama, karena bisa dimainkan gratis, para pemain toxic jadi tidak merasakan konsekuensi untuk berperilaku seenaknya sendiri. Jika akun mereka di-ban karena terlalu banyak menerima laporan negatif mereka juga bisa dengan mudah membuat akun baru.

Kedua, karena freeto-play dan salah satu tujuan/tolak ukur kesuksesan sebuah game adalah jumlah pemain, mengatur perilaku orang banyak itu jadinya jelas lebih sulit ketimbang mengatur perilaku lebih sedikit orang.

Sistem free-to-play tadi, meski berpengaruh, memang mungkin tak bisa diubah begitu saja. Namun sistem reward and punishment tadi yang mungkin bisa diperbaiki untuk mencegah perilaku toxic.

Sumber: League of Legends
Sumber: League of Legends

Solusi yang bisa dilakukan publisher game dalam mengurangi gamer toxic

Setelah membahas penyebabnya secara singkat tadi, menurut saya, inilah mindset yang bisa dimiliki oleh publisher untuk mengurangi perilaku toxic.

Saya percaya bahwa solusi paling efektif dan paling mudah diimplementasikan adalah dengan lebih menekankan pada hadiah (reward) untuk perilaku baik ketimbang hukuman untuk perilaku toxic. Meski hampir semua game sudah memiliki sistem reputasi, misalnya sistem Honor di League of Legends ataupun Credit Score di MLBB, penekanannya lebih pada hukuman buat gamer toxic. Implementasi hukuman ini yang tidak efektif dan mudah disiasati.

Di MLBB misalnya, para pemain yang memiliki Credit Score rendah memang akhirnya akan dilarang untuk bermain Ranked. Namun batasan minimal Credit Score untuk bermain mode Ranked ini terlalu rendah dan hukumannya pun mungkin tak terlalu berarti. Apalagi, selain bisa dengan mudah membuat akun baru dan menanjak Rank setidaknya sampai Grand Master atau Epic, praktek jual beli akun dan jasa joki juga masih marak ditemukan.

Sistem hukuman Credit Score ini juga masih sangat bergantung pada laporan para pemainnya. Dengan meningkatnya perilaku individualis tiap-tiap orang di zaman modern, sistem laporan tadi juga mungkin tidak efektif. Misalnya saja seperti ini, di MOBA, satu tim berisikan 5 orang. Misalnya saja saya hanya toxic terhadap 1 orang, hanya orang itu saja yang merasa dirugikan dan melaporkan saya — sedangkan 3 orang lainnya mungkin tidak merasa memiliki alasan untuk melaporkan saya.

Sebaliknya, jika penekanan sistemnya lebih kepada reward buat mereka-mereka yang berperilaku baik, hal tersebut mungkin akan lebih efektif untuk membangun kultur positif di dalam komunitas.

Mengubah penekanan pada perilaku terpuji, di bayangan saya, bisa jadi seperti contoh berikut. Jika seorang pemain berhasil mempertahankan reputasi (Honor, Credit Score, atau apapun namanya) di tingkat tertinggi dalam satu bulan penuh, ia bisa mendapatkan mata uang yang bisa dibelanjakan. Memberikan ataupun mendapatkan reputasi baik (Like, misalnya) dari pemain lainnya juga bisa mendapatkan reward.

Contoh konkretnya, jika hal tersebut diterapkan di MLBB, misalnya seperti ini. Jika saya bisa mempertahankan Credit Score di angka 110 terus menerus dalam 30 hari, saya akan mendapatkan 100 Diamond. Di MLBB, kita juga bisa memberikan Like/Love kepada pemain lain setelah setiap pertandingan. Setiap kita memberikan Like ke satu pemain, kita akan mendapatkan 10 Gold. Setiap Like yang kita dapat dari pemain lain, kita juga akan mendapatkan 50 Gold.

Jadi, hanya dengan selalu berlaku positif saja, kita bisa mendapatkan 90 Gold tambahan setiap pertandingan dan 100 Diamond per bulan. Tentunya, nominal dan currency reward tadi bisa saja disesuaikan dengan perhitungan masing-masing publisher. Namun, intinya, publisher game harus memberikan alasan dan tujuan yang jelas dan berharga kenapa kita harus berperilaku positif di game mereka. Selain memberikan konsekuensi untuk perilaku negatif — seperti yang sekarang sudah berlaku. Jika ingin lebih jauh lagi, ada ranking juga buat para pemain yang bisa mempertahankan Credit Score paling lama.

Menurut saya, hal ini sebenarnya mudah diimplementasikan (hanya tinggal menghitung berapa nominal dan currency yang masuk akal saja) dan akan lebih efektif untuk mendorong kultur positif di komunitas game tersebut. Dengan kultur positif yang semakin tinggi, otomatis, perilaku toxic juga akan semakin berkurang.

Penutup

Via: Wellspace
Via: Wellspace

Terakhir, ibaratnya saja seperti ini. Baik dengan orang tua, guru, atau atasan, hukuman, teguran, atau cacian saat berlaku negatif itu memang nyatanya lebih sering kita rasakan ketimbang pujian ataupun hadiah saat berlaku positif. Hal ini jadi lebih membuat kita mencari aman ketimbang mengambil inisiatif untuk berlaku positif.

Game sendiri juga sebenarnya sudah menekankan sistem reward dan punishment yang lebih gamblang dan efektif. Anda harus farming jika ingin mendapatkan uang dan EXP. Sebaliknya, Anda tidak boleh sering mati juga jika tidak ingin kehilangan waktu untuk farming. Sistemnya memang dibuat untuk mendorong yang positif dan menghindari yang negatif.

Gameplay-nya tentu saja jadi tidak akan efektif jika Anda hanya didorong untuk menghindari yang negatif. Jika Anda hanya perlu mencari aman, kemungkinan besar, sebagian besar pemain akan lebih memilih untuk bermain pasif.

Apakah Anda setuju dengan solusi ini? Atau apakah Anda memiliki solusi lain yang lebih efektif dan masuk akal untuk dilakukan dalam mengurangi perilaku gamer toxic?

Laning di Mobile Legends: 1-3-1 atau 1-2-2? Mana yang Lebih Efektif?

Di game genre MOBA manapun, setiap fase dari match yang dijalankan memiliki kegunaan masing-masing. Meskipun tampaknya tidak terlalu relevan, fase laning dapat mengubah alur game yang sedang dimainkan. Selain dari playstyle saat fase tersebut, line-up atau komposisi tiap-tiap lane juga tidak kalah pentingnya.

Saat ini, dua komposisi yang paling umum untuk laning di Mobile Legends adalah line-up 1-3-1 dan 1-2-2. Kedua komposisi tersebut tidak hanya berbeda dari role hero yang digunakan, namun juga memiliki keunggulan serta kelemahan masing-masing.

Hero Role Masing-Masing Lane

Biasanya, 1-3-1 berarti ada 1 offlane atau Marksman, lalu pada lane tengah berisi seorang hypercarry beserta 1 Tanker dan juga seorang Support atau Mage, dan pada lane terakhir diisi oleh seorang offlaner. Dapat dikatakan bahwa 1-3-1 bertaruh pada memberikan carry semua buff agar core item lebih cepat didapatkan dibandingkan tim lawan. Tujuan menggunakan line-up ini adalah untuk menyelesaikan game dengan cepat.

Sedangkan untuk 1-2-2 pada umumnya menaruh seorang offlaner pada satu lane, lane tengah terdiri dari midlaner dan Tanker, lalu pada lane terakhir diisi oleh seorang Marksman dan seorang Support atau Mage. Game plan untuk komposisi 1-2-2 tergolong lebih aman karena mengandalkan midlaner sebagai pemberi damage pada early game dan Marksman pada late game.

Credits: Mobile Legends Bang Bang
Credits: Mobile Legends Bang Bang

Strategi Lane 1-3-1

Lane 1-3-1 bergantung pada hero carry untuk mengamankan kill dan mendapatkan objective. Offlaner juga diperlukan untuk menjaga/menahan agar turret tidak mudah dihancurkan lawan. Akan lebih baik jika offlaner itu sendiri dapat menghancurkan turret lawan, yang pastinya menguntungkan bagi timnya.

Oleh karena itu, carry harus lebih berhati-hati agar tidak ketinggalan gold dibanding lawan. Hal ini dapat dibantu dengan mencari waktu untuk roaming dan mem-pick off lawan perlahan-lahan. Sebisanya, carry harus mengamankan kill carry lawan.

Credits: Mobile Legends Bang Bang
Credits: Mobile Legends Bang Bang

Pada fase awal game, carry dapat clear wave minion mid lane pertama dan langsung mencoba mengambil Lithowanderer untuk secure buff sendiri. Akan lebih aman untuk mengambil Lithowanderer di kiri, tetapi jika Anda ingin merusuh, Anda bisa mengambil Lithowanderer kanan terlebih dahulu lalu coba untuk mengambil buff biru lawan. Dari situ, Anda bisa mengamankan red buff sendiri. Sebagai kemungkinan lain, bisa juga dimulai dari buff merah ke Lithowanderer baru akhirnya ke buff biru.

Beberapa hero yang cocok untuk dijadikan hypercarry antara lain adalah Claude, Karrie, Ling, Hanzo dan Kimmy. Gusion dan Lancelot juga opsi yang bagus untuk mengisi role midlaner.

Strategi Lane 1-2-2

Pada umumnya, midlaner dari line-up 1-2-2 akan clear minion pertama, lanjut ke Lithowanderer, lalu buff biru. Sedangkan, Marksman yang di lane bawah bersama dengan Tank atau Support-nya akan mencoba mendapatkan buff merah dahulu baru clear minion.

Credits: Mobile Legends Bang Bang
Credits: Mobile Legends Bang Bang

Sama perihalnya dengan line-up 1-3-1, carry yang berada di lane tengah harus roam untuk mendapatkan kill. Jika itu terjadi, Marksman yang tadinya berada di lane bawah bisa menggantikan midlaner untuk clear minion wave sementara, agar perbedaan gold tidak terlalu jauh.

Hero Marksman yang disarankan termasuk hero-hero seperti Claude, Karrie, Granger, Bruno dan Wanwan. Offlaner yang cocok antara lain adalah X-Borg, Jawhead, Uranus, Esmeralda, Thamuz, Chou, dan lain lain. Sementara Tanker yang patut digunakan adalah Khufra, Atlas, Grock, dan juga Hylos.

Tips Untuk Melawan Formasi 1-2-2

Di META Mobile Legends saat ini (Juni 2020) tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu META terkuat sekarang adalah hypercarry 1-3-1. Namun jika game berlanjut ke arah super-late game, yakni berdurasi lama, formasi 1-3-1 akan sedikit kesulitan menghadapi 1-2-2 terutama dalam segi damage output.

Tetapi formasi 1-3-1 bisa meng-counter formasi 1-2-2 dengan cara tidak blunder di fase awal game. Yang dimaksud ialah, cepat-cepat menjadikan hypercarry-nya kaya sehingga game tidak akan terseret menuju late game.

Credits: Mobile Legends Bang Bang
Credits: Mobile Legends Bang Bang

Tentu tidak berarti bahwa formasi 1-3-1 pasti akan kalah melawan 1-2-2 pada late game, semuanya tetap bergantung pada teamwork dan skill individu masing-masing. Namun sebisanya, formasi 1-3-1 harus mengakhiri game-nya secepat mungkin dan mendominasi early game.

Tips Untuk Melawan Formasi 1-3-1

Formasi ini hanya mengandalkan 1 hypercarry-nya dan cenderung akan ditemani terus oleh 1 Tanker dan 1 Support nya. Hal yang paling ampuh untuk meng-counter playstyle ini adalah dengan cara split-push. Cara agar dapat melakukan split-push secara efektif adalah dengan memanfaatkan hero-hero andalan seperti Masha, Helcurt, ataupun Chou.

Pada dasarnya, hero-hero Fighter maupun Assassin memiliki mobilitas yang cukup tinggi beserta basic attack dan attack speed yang tinggi. Maka dari itu, hero-hero yang memiliki kriteria tersebut sangat efektif untuk melaksanakan split-push.

Credits: Mobile Legends Bang Bang
Credits: Mobile Legends Bang Bang

Jika berhasil, formasi 1-3-1 akan bingung untuk memilih di antara harus menahan split-push atau menemani sang hypercarry. Space yang dibuat bagi tim Anda akan menjadi hasil dari strategi tersebut dan menjadikannya salah satu cara agar core Anda mampu menyaingi core lawan, baik dari segi level maupun item.

Penutup

Kedua formasi yakni 1-3-1 dan 1-2-2 memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Formasi 1-3-1 kuat pada fase awal game karena memanjakan hypercarry-nya untuk mendapatkan dua buff. Alhasil mereka lebih cepat kaya dan mendapat tambahan bonus dari buff merah dan biru.

Di sisi yang lain, formasi 1-2-2 cenderung akan lebih kuat pada late game karena akan ada dua core yang tentunya lebih kuat di arah late game, dibandingkan hanya memiliki 1 hypercarry. Maka dari itu, keduanya harus saling berlomba untuk memenangkan fase-fase krusial dan melaksanakan strateginya masing-masing.

Selamat mencoba!

Artikel ini ditulis oleh Wilson Wongso, kontributor Hybrid.

MPL Invitational 4 Regions Cup Hadir Sebagai Pengganti MSC 2020

Pasca Mobile Legends Professional League Indonesia Season 5 usai, para penggemar esports Mobile Legends biasanya sudah mengantisipasi pertandingan Mobile Legends Southeast Asia Cup. Tahun lalu, ONIC Esports akhirnya berhasil membuktikan posisi Indonesia sebagai yang terbaik di Asia Tenggara, setelah dua tahun sebelumnya Indonesia kerap gagal menggapai posisi juara.

Tahun 2020 ini seharusnya menjadi tahun ke-4 bagi MSC, namun gelaran ini terpaksa dibatalkan karena pandemi COVID-19 yang tak kunjung reda. Ketika merilis informasi tersebut, Moonton sudah menyebut bahwa mereka akan mengadakan turnamen pengganti MSC tersebut. Setelah beberapa saat, Moonton akhirnya membuka informasi tersebut bahwa turnamen tersebut adalah MPL Invitational 4 Regions Cup.

Sumber: Moonton
Walaupun MSC 2020 gagal terselenggara, tetapi ada MPL Invitational 4 Regions Cup hadir sebagai pengganti. Sumber: Moonton

Seperti namanya, MPL Invitational 4 Regions Cup ini melibatkan lebih sedikit negara dibanding dengan MSC. MPL 4 Regions Cup melibatkan Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Myanmar, sementara MSC juga melibatkan 5 negara lainnya termasuk Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Laos.

Untuk format, MPL 4 Regions Cup melibatkan 12 tim. Mereka lalu bertanding dalam tiga fase, yaitu dua kali kualifikasi dan babak Playoff. Pada babak kualifikasi, 12 tim akan bertanding ke dalam tiga grup. Empat tim di masing-masing grup berlomba untuk jadi yang terbaik, memperebutkan 8 slot untuk bertanding di babak Playoff.

Babak kualifikasi dimulai 19 hingga 28 Juni 2020 mendatang, sementara babak Playoff akan digelar selama 3 hari berturut-turut, mulai dari 3 Juli hingga 6 Juli 2020 mendatang. Memperebutkan hadiah sebesar Rp1 miliar, kompetisi ini juga melibatkan dua tim MLBB terbaik Indonesia yaitu RRQ Hoshi dan EVOS Legends.

Hadiah kemenangan EVOS esports
Sumber: MPL Official Sites

“Juara MPL Indonesia akan bertemu dengan juara MY/SG. Bisa juga nantinya akan terulang pertandingan el clasico di babak final nanti. Banyak sekali kemungkinan di turnamen ini. Intinya, kami tidak ingin hanya menampilkan hiburan semata, tetapi juga menumbuhkan nasionalisme di jiwa pemuda Indonesia.” ucap Lucas Mao, Komisaris MPL Indonesia dalam rilis.

Menarik melihat bagaimana regional Asia Tenggara tetap punya ragam turnamen MLBB, walaupun sedang dalam keadaan pandemi COVID-19. Sebelumnya ada ONE Esports MLBB Invitational yang menambahkan Burmese Ghouls ke dalam daftar tim Undangan. Selain itu ada juga Razer SEA Invitational yang juga akan diadakan pada tanggal 3 Juli 2020 mendatang.

Will RRQ’s MPL ID S5 Championship Title Do Any Good for MLBB Ecosystem? Mongstar and KB Responded

Amidst the pandemic situation, Mobile Legends Professional League Season 5 (MPL ID S5) has to hold their Playoffs online, without any offline event whatsoever. Even though I – like the other Indonesian esports Fans- have to feel the emptiness caused by the absence of festivity usually found in offline events, especially in an event with such magnitude of MPL Indonesia Final, it seems like the hype of MPL ID is still steadily high, or even getting higher.

According to Esports Charts, the “peak viewers” number of Grand Final MPL ID even reached 1 million viewers – a new record that has never been previously achieved. This is of course also thanks to the final match between two archnemesis in Mobile Legends Bang Bang (MLBB) esports scene: RRQ vs EVOS Esports.

The interesting fact is how the result was the exact opposite from last season’s Grand Final, because in this one RRQ took the victory home as the champion of MPL ID S5. The same match happened on the final bout of MPL ID S4, but EVOS excelled over their rival, bringing home the most prestigious MLBB Championship Trophy in Indonesia.

Aside from the difference of result, avid viewers of MLBB scene must also realize the big differences in the formation of EVOS Esports between S4 and S5.

Youth vs Senior

Hadiah kemenangan EVOS esports
Credits: MPL Indonesia

In S4, EVOS was still fronted by 3 seasoned players, namely Eko “Oura” Julianto, Yurino “Donkey” Putra, and Gustian “REKT”. The three players have been very well known in MLBB scene in Indonesia since its first season. They were also joined by two new players: Muhammad “Wann” Ridwan and Ihsan “Luminaire” Besari Kusudana.

On the contrary, in MPL Indonesia Season 5, REKT was the only senior player left in EVOS’ roster. This season, EVOS even fielded a player who played their first match in MPL ID in the last match, Raihan “Bajan” Delvino Ardy and Fahmi “Rexxy” Adam Alamsyah. Wann and Luminaire can be categorized as “veterans” because their name was already in the radar since Season 3, even though they just came under the spotlight on Season 4. But of course, they were still far less experienced than Oura and Donkey, or compared to the opposing side’s Lemon and LJ.

On the other side of the match, RRQ fielded their experienced players all the way to the end of the season. This season, RRQ became the victor thanks to the star-studded roster full of senior and seasoned players.

Muhammad “Lemon” Ikhsan and Joshua “LJ” Darmansyah have been well known as great players from their first season. They also officially joined the list of players with two MPL ID championship trophies. LJ was a part of TEAMnxl, the champion of Season 1, while Lemon also succeeded in bringing the trophy for RRQ in Season 2.

If we talk about players with more than one MPL championship, technically there are two more names: Afrindo “G” Valentino and Diky “TUTURU”. Unfortunately, Afrindo -who was part of the Season 1 Champion TEAMnxl- was never fielded even once in Season 4, despite being listed in EVOS’ roster. TUTURU, who was the Season 2 Champion with RRQ also has to stay in the bench during this season’s Playoffs.

Sumber: id-mpl.com
Credits: MPL Indonesia

Aside from LJ, TUTURU, and Lemon, Calvin “VYN” from RRQ is also an experienced player, who has been around since Season 2 of MPL ID – at that time with BOOM Jr. While the other player Rivaldi “R7” Fatah, despite a relatively short resume, has also collected “war experience” since Season 4. Previously, R7 was a well known player in Dota 2 scene in Indonesia.

M Zulkarnain “Wizzking” Zulkifli, who has to be benched by RRQ at the end of the season, also racked a whole bunch of valuable experience since his participation on Season 2 – previously known as Dugong from Saints Indo. This leaves Yesaya Omega “Xin” Armando Wowiling as the most junior member, having only surfaced on Season 3 of MPL ID with Star8.

Also, kudos to Mochammad “KB” Ryan Batistuta, who called himself “emelpedia” for providing me the information of the first appearances of the aforementioned players. Many, many thanks. I pray for you, so that you find your soulmate quickly. Hahahaha.

That’s why, the final match between EVOS and RRQ this time can be seen as the battle of “the youth” vs “the seniors”.

A lot of opinions said that RRQ’s final victory is largely thanks to the draft strategy in the fifth game, but I personally think there was a more fundamental reason: the experience of the players was the deciding factor between the two competitors.

Aside from considering how the ability to hatch strategy and draft are also parallel to experience, new players are also prone to tiny mistakes that they might not even realize, such as face-checking bush, not opening the area around objectives, or enjoying roaming alone a little bit too much, as what I observed the 2 new players from EVOS, Bajan and Rexxy, often did in the final match. Also, the final of MPL ID usually takes the format of Bo5, so a drafting mistake in one game is too shallow to be seen as the main reason of a loss from 5 games, in my two cents. Do remember that in Season 4 Evos defeated RRQ in a more convincing score: 3-1.

The formation of EVOS team this time can be seen as “scary”, seen by how they glided through to the final, defeating their opponents and proving themselves to be a worthy challenger. But RRQ is not a team that can be easily defeated, especially if we see the difference in experience, as I said before.

Clara “Mongstar” also agrees with me on this. “Winning experience played an important role (about RRQ clutching the championship of MPL ID S5). Said experience was what built the mentality and the teamwork. Their experience also proved useful for RRQ players to face and adapt any situation and condition that might arise in a game.”

Mongstar also added, “aside from individual skills which are above average, RRQ also showed that they are not hesitant to use strategies outside of Mobile Legends. Especially there is R7 with a tremendous amount of experience in Dota 2. RRQ demonstrated how they are the boldest team by daring to try something new in this season, paving their way to the championship.”

What is the Impact of RRQ’s title in MPL Indonesia Season 5 to the Ecosystem?

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
MPL ID S4. Photo by: Hybrid – Akbar Priono

Will RRQ’s victory in MPL ID S5 show a more positive impact to Mobile Legends Bang Bang (MLBB) esport ecosystem? Why do I ask such question?

Because, if we see, some of the star players from previous seasons have disappeared from MLBB esports scene. Hansen “Spade” Meyerson, who was put in the same list as TUTURU and REKT as the greatest Marksman, is nowhere to be seen. Edward “Eiduart” Tjahyadikarta who was said to be one of the best team leader, is also gone from MPL – even though he made his own esports team, Siren Esports. Thong “Fabiens” Valentin Andara who was also a senior player with a great reputation in the first seasons of MPL ID has also been absent for the last seasons.

Also, we see how LJ is the only MPL ID S1 champion who is still under the shining spotlight in this season. Supriadi “Watt” Dwi Putra is still a good competitor of the season, even though he was previously demoted to MDL (which we can say as the second-tier championship) in the beginning of the season. Fadhil “Rave” Abdurrahman and Agung “Billy” Tribowo are both still in RRQ but for the second-tier team, RRQ Sena, in MDL. Afrindo Valentino who was the team leader of the Season 1 champion TEAMnxl, as I previously said, did not even play once in MPL ID Season 4, though listed in the roster of EVOS.

With the huge number of senior star players disappearing from the highest level of MLBB competition, despite only reaching their peak in the past 1-2 year, is the career journey to become MLBB Esports professional player is not suitable for a long run? If the new players can easily replace a more seasoned and experienced player, does it not indicate how a career is short-lived and not for the long run?

Mobile Legends Profesional League
Spade on MPL ID Season 1. Sumber: MLBB via Facebook

One of the easiest and most relevant examples with today’s condition is the career as a YouTuber. There is no guarantee for experienced players to not be overshadowed in terms of popularity by a player with less experience. But, Youtube is putting popularity as the heaviest component – which sometimes does not reflect the capacity and quality. A career as a pro player should not rely on popularity only, seeing how capacity and quality needs a lot experience and playing time.

That’s the reason why such argument lingered in my head. Fortunately, EVOS with their 3 senior star players emerged victorious in Season 4. The same can be seen from RRQ, who in this Season 5 also honed their players with more experience to clinch the championship. At least, we can say how experience and playing time in competitive stages are still a plus point for the players – as long as they can manage and capitalize it well, such as by keeping updated with the gameplay development or honing their skills.

“It (the argument of the impact of RRQ’s championship) makes sense,” said KB when I asked for his opinion. “Moreover, I feel the same. I’m no longer a caster, I’m an analyst now. Hahaha…” Add KB. “But I personally think that if RRQ lost, it will raise the question why were they unable to capitalize on their experiences, making them lose to newer players who are hungrier for victory.”

Mobile Legends Profesional League
Shoutcasters of MPL ID S1. Credits: RevivalTV

In one hand, even though the senior players should have more experience that they can give them the upper hand, the new players have something up their sleeves as well (aside from the individual skill, of course). Newer players might have fresher points of view and bigger ambitions. Imagine this, if Lemon and LJ didn’t win this time, they will keep their stature as a formidable opponent to their competitors and as an idol to their fans. But the new players who haven’t hold the MPL trophy even once, like Bajan, Rexxy, or the roster of Bigetron (who were great in Regular Season S5) should have a stronger drive to be the champion for the first time.

But, newer players can also be quickly satisfied. At least that’s what KB said when I asked him about the decline on Bigetron’s performance from Regular Season to Playoff.

“In the other hand, if the newer players won the championship, it can also be a good ‘push’ to the spirit of other new players to join a higher, more serious competitive stage. Right now, with this condition, it can be a mental test for the young players. They who possess good mentality, can be more driven to defeat their seniors.” KB said, concluding our Whatsapp discussion.

Then what about Mongstar? She also proposed a similar opinion to KB. She thinks that whoever won will bring a good impact to the ecosystem of MLBB esports. “Senior players winning, like RRQ did, means that experience is an important factor as long as you can capitalize on it. If newer players won, that can provide bigger motivation to other new players, because it shows how they share the same opportunity,” said Mongstar who has been around the esports ecosystem since the revival era of Dota 2 esports in Indonesia the past few years.

MPL Indonesia Season 5
Mongstar on MPL ID S4. Credits: MPL Indonesia

To close her statement, Mongstar also added that a competition that brings less than positive impact to the ecosystem is a competition that has a “ruling dynasty”. “As long as the title of the champion changes owner often like this MPL, I thnk it’s still positive.”

Closure

The ecosystem of MLBB sports is still very dynamic. Even though RRQ is the champion of this season, their roster formation is very different from the one in their first champion season in MPL ID S2.

That being said, it is going to be interesting to see the transfer market of the next MPL ID, and the battle in competitive stage. The last two seasons, the winning teams of Mobile Legends Professional League (MPL) are the teams with at least 3 formidable senior players. Is this going to be the case with the next MPL ID S6? Or will the wave of new players crash upon the championship and render them champions? Let’s wait and see.

Header Source: Doc. MPL Indonesia. Original article is in Indonesian, translated by @dwikaputra

Red Bull Rebellion Rising Star Challenge Dimenangkan Tim ExoG asal Pontianak

Mencari pemain berbakat di dunia esports memang bisa dibilang susah-susah gampang. Maka dari itu gelaran ajang pencarian bakat kadang juga dibutuhkan untuk memunculkan sosok pemain yang mungkin selama ini belum pernah terlihat. Salah satunya yang melakukan ini adalah Red Bull, lewat gelaran Red Bull Rising Stars Challenge.

Pada awal Januari kemarin, kita melihat Red Bull mengumumkan ajang pencarian bakatnya. Setelah melalui kompetisi yang sengit dalam turnamen yang berlangsung selama delapan hari dan diikuti oleh 500 tim lebih, akhirnya muncul sudah pemain-pemain berbakat tersebut ke permukaan.

Dari proses tersebut, muncul tim ExoG menjadi pemenang, setelah berhasil mengalahkan KHG Molly asal Balikpapan. Sebelumnya, ExoG berhasil menang lawan Public PTK asal Pontianak 2-0 dan KHG Molly menang melawan Putangers asal Surabaya 2-0 di babak Semi-Final.

Pada babak Grand Final, format pertandingan menjadi best-of-5, KHG Molly segera bermain agresif dan membuat tim ExoG keteteran di awal permainan. Namun, ExoG lebih konsisten, sehingga pada akhirnya mereka berhasil menemukan celah di permainan KHG Molly.

Pada game penentuan, ExoG terkena empat kill sekaligus, namun demikian ini tidak membeir efek snowball yang diharapkan KHG Molly. ExoG membalikkan keadaan, menekan KHG Molly secara terus menerus, sampai akhirnya pertandingan diakhiri oleh Lord push, yang membuat tim ExoG jadi juara Red Bull Rebellion Rising Star.

Empat Besar Finalis Red Bull Rebellion Rising Stars Challenge

Sumber: Red Bull
Sumber: Red Bull

ExoG adalah tim yang menempati grup 2 pada penyisihan Red Bull Rebellion Rising Star. Sepanjang kompetisi berlangsung, Exog merupakan tim yang sangat kuat dengan pembagian role yang sederhana nan efektif. Tim penuh bakat ini beranggotakan ExoG Ridakk, ExoG Derr, ExoG Icinn, ExoG Wibuu, dan ExoG Igonn.

Sumber: Red Bull
Sumber: Red Bull

KHG Molly adalah runner-up Red Bull Rebellion Rising Star. Pada dasarnya tim KHG Molly merupakan tim multirole yang didominasi oleh mage dan fighter. Role terbanyak di tim ini dipegang oleh KHG Barbossa Zoldyck yang bisa menggunakan, Mage, Tank, dan Assassin sekaligus. Diikuti oleh KHG Molly Zoldyck yang bisa menggunakan Fighter dan Marksman. Anggota KHG Molly adalah KHG Reney Zoldyck, KHG Tequila, KHG Silva Zoldyck, KHG Barbossa Zoldyck, dan KHG Molly Zoldyck.

Sumber: Red Bull
Sumber: Red Bull

Putangers asal Surabaya merupakan tim pengisi peringkat ketiga di Red Bull Rebellion Rising Star. Tim ini berisikan Putangers Freeza, Putangers BABYWWW, Putangers Kyosh, Putangers Elfano, dan Putangers Percy. Tim asal Surabaya ini hadir dengan kombinasi role yang lengkap dengan pemain Marksman dan Fighter yang kuat. Putangers Freeza jadi pemain paling fleksibel di sini, yang bisa menguasai Mage, Marksman dan Assassin.

Sumber: Red Bull
Sumber: Red Bull

Pengisi peringkat empat adalah tim Public PTK asal Pontianak. Tim ini berisikan putra daerah penuh bakat, yaitu Public PTK Scream, Public PTK Erdogan, Public PTK Afen, Public PTK Ipin, dan Public PTK Sumail. Dalam hal role di dalam permainan, formasi Public PTK mirip-mirip dengan ExoG. Bedanya, tim ini hanya memiliki satu Tank saja yang dibarengi dengan satu Fighter.

Tim MLBB Red Bull rebellion

Gelaran ini adalah sarana mencari pemain MLBB berbakat untuk mengisi posisi di dalam tim esports milik Red Bull yang dinamakan Red Bull Rebellion. Dari empat besar gelaran tersebut, pihak Red Bull akhirnya memilih 7 pemain yang dianggap terbaik dan pantas menerima kehormatan tersebut. Akhirnya tujuh pemain yang terpilih itu adalah 5 personil ExoG ditambah dua pemain asal KHG Molly, berikut roster tim Red Bull Rebellion.

Sumber: Red Bull
Sumber: Red Bull
  • Therryco Jonathan Gabriel (Igonn.)
  • Danang Sigit Widianto (Wibuu.)
  • Sahrulkan (Icinn.)
  • Muhammad Ridho Ali (Ridakk.)
  • Derry Syahbandi (Derr.)
  • Kriesna Rafie Gerhana (Tequila)
  • Arya Al Nazhari (Barbossa Zoldyck)

“Dengan hadirnya Igonn, Wibuu, Icinn, Ridaak, Derr, Tequila, dan Barbossa Zoldyck, tim MLBB Red Bull Rebellion seharusnya sudah lebih dari siap untuk berprestasi dalam turnamen tingkat nasional dan internasional.” Ucap Mr. Jo CEO Red Bull Rebellion.

“Misi Red Bull Rebellion jelas jauh dari kata selesai. Masih banyak yang harus kami lakukan untuk tim dan ekosistem esports Indonesia. Kami berharap tahun 2020 menjadi tahun yang bersejarah bagi esports Indonesia, karena hadirnya tim Red Bull Rebellion dalam upayanya melakukan regenerasi atlet esports di Indonesia.” Tutup Mr. Jo.

Selamat bagi tujuh pemain yang sudah terpilhi! Semoga di masa depan kalian bisa menorehkan prestasi yang akan kalian ingat, serta berprestasi di tingkat internasional dan membanggakan nama Indonesia.