Induk ESL dan DreamHack Laporkan Kerugian 212 Miliar; Lebarkan Sayap dengan Investasi Agresif

Modern Times Group (MTG), induk dari dua perusahaan esports terbesar dunia, ESL dan DreamHack, baru saja mempublikasikan laporan keuangan kuartal pertama mereka. Dalam laporan lengkapnya, MTG berhasil mencatat penjualan bersih sebesar US$120 juta, naik 9,4% dari US$110 juta yang mereka peroleh di kuartal yang sama di tahun 2020. Mayoritas dari penjualan bersih tersebut datang dari divisi gaming mereka, yang menghasilkan US$91,1 Juta atau 75,9% dari total penjualan bersih keseluruhan MTG. Sedangkan dari divisi esports sendiri berkontribusi jumlah sisanya, yaitu US$29 juta dari total US$120 juta tersebut.

“Hasil kuartal pertama (kami) cukup bercampur aduk. Hal ini merefleksikan dampak pandemi terhadap dua divisi kami. Meskipun divisi gaming memiliki hasil yang memuaskan dengan naiknya user engagement berkat perluasan portofolio kami di berbagai title, dampak yang dialami divisi esports masih berlanjut karena tertundanya acara esports dengan kehadiran penonton.

Maria Redin menyatakan tidak akan ada live esports event yang digelar di sisa tahun ini Image Credit: MTG

Visibilitas jangka pendek kami tetap rendah berkaca pada perubahan jadwal yang telah kami lakukan. Dampaknya, mitra kami melakukan pengambilan keputusan yang lebih lama dari biasanya, dan berakhir pada tertundanya penandatanganan kontrak-kontrak besar di kuartal pertama ini. Hal tersebut tercermin dari penghasilan sebelum bunga dan pajak (EBITDA) kami. Walaupun begitu, kontrak-kontrak tersebut telah mencapai kata sepakat di kuartal kedua tahun ini.” Sebut Maria Redin selaku Presiden dan CEO dari Modern Times Group.

Apa yang disampaikan oleh Maria berkaitan dengan pembaruan kontrak ESL bersama Intel yang diperpanjang hingga tiga tahun ke depan. Dengan kesepakatan yang bernilai US$100 juta ini, industri esports secara tidak langsung mendapat napas tambahan untuk tetap berjalan seperti semestinya.

Di kuartal pertama tahun ini, ESL telah berhasil menjalankan tiga pagelaran besar tanpa penonton, mulai dari IEM Katowice 2021 di title CS:GO, serta dua gelaran di title Dota 2, yaitu ESL One CIS serta Dream League EU. Selain itu, ESL kembali mendapatkan perpanjangan kontrak dengan Blizzard Entertainment untuk mengoperasikan ekosistem esports Heartstone.

Induk ESL, MTG, belakangan ini juga rajin berinvestasi di beberapa perusahaan B2C, produk-produk esports berbasis mobile, dan di ranah mainstream. Salah satu pengumuman besar di kuartal pertama 2021 adalah DreamHack yang akan menjadi penyelenggara Olympic Virtual Series, inisiatif komite Olimpiade untuk memasukkan esports ke dalam Olimpiade.

Dalam laporannya, MTG juga melakukan investasi dalam rangka perluasan jangkauan mereka di beberapa negara yang tidak disebutkan secara spesifik. Selain di ranah esports, MTG melalui anak perusahaan venture capital-nya menggelontorkan uang sebesar US$1,9 juta untuk investasi ke pengembang game bernama Meta Games.

Jika ditotal, Modern Times Group melaporkan kerugian bersih sebesar US$14,7 juta di periode ini. Angka ini bertambah dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, dengan kerugian sebesar US$11,4 juta.

ESL dan DreamHack Umumkan Merger, Bentuk ESL Gaming

ESL dan DreamHack mengumumkan merger atau penggabungan atas dua perusahaan, dan menciptakan perusahaan baru bernama ESL Gaming. Walau penggabungan ini adalah berita baru, namun ESL dan DreamHack sebenarnya sudah berada di bawah satu perusahaan induk yang sama sejak tahun 2015 lalu, yaitu Modern Times Group (MTG).

Mengutip GamesIndustry.biz, ESL Gaming nantinya akan dipimpin oleh co-CEO ESL yaitu Craig Levine dan Ralf Reichert, serta DreamHack co-CEO yaitu Marcus Lindmark. “Melalui kolaborasi dan kooperasi yang maksimal, serta penyatuan terhadap individu paling visioner dan kreatif di industri game, bersama-sama kami akan terus memajukan inovasi di dalam lingkup ini (gaming) lewat produk-produk dan event yang luar biasa.” ucap Levine.

Sumber: DreamHack Official
Sumber: DreamHack Official

“Untuk para partner, akan ada lebih banyak kesempatan untuk bekerja sama dengan kami, melalui berbagai aktivitas yang kini jangkauannya jadi lebih lebar, melintasi berbagai level dan aspek di ranah gaming serta esports. Bagi para fans kami, merger ini berarti kami akan menawarkan salah satu portfolio event esports dan gaming yang paling ekspansif.”

Kerja sama antara ESL dengan DreamHack memang terbilang sudah cukup intensif, terutama paling terlihat di skena CS:GO internasional. Salah satu contohnya ada pada 23 September 2020 kemarin, ketika ESL dan DreamHack mengumumkan jadwal rangkaian turnamen CS:GO untuk tahun 2021, pasca DreamHack memutuskan untuk tunda semua jadwal turnamen di tahun 2020.

Lebih lanjut soal proses merger, perwakilan ESL Gaming mengatakan kepada GamesIndustry.biz bahwa akan ada pengurangan jumlah pegawai. “Sayangnya, akan ada sedikit perubahan personil, baik dari segi jumlah ataupun area kerja. Namun demikian, perubahan ini bukanlah hasil dari proses merger tersebut, namun merupakan hasil dari restrukturisasi organisasi yang kami lakukan untuk mencapai model operasional yang teroptimasi.”

Sumber: ESL Official
Sumber: ESL Official

Perwakilan ESL lalu melanjutkan penjelasannya, “Sayangnya, melihat situasi pandemi global serta tantangan yang ada di dalamnya, banyak bisnis terpaksa menghadapi keputusan-keputusan sulit, termasuk juga ESL Gaming. Pengurangan jumlah pegawai ini bukan suatu hal yang kami anggap sepele. Kami menganggap para staf seperti keluarga sendiri, dan kami akan melakukan sebisa kami untuk menyokong siapapun yang terdampak selama transisi ini.”

Dengan proses merger yang dilakukan, yang jadi tanda tanya mungkin adalah nasib branding event DreamHack nantinya. Apakah akan tetap ada event esports CS:GO dengan nama DreamHack? Atau akan ada proses rebranding atas semua gelaran-gelaran besar yang pernah dilakukan oleh DreamHack?

Induk Perusahaan ESL dan DreamHack Rugi Rp200 Miliar di Q1 2020

Modern Times Group (MTG), perusahaan induk dari ESL dan DreamHack, baru saja mengumumkan laporan keuangan untuk Q1 2020. Dalam 1 kuartal, pemasukan mereka mencapai 924 juta krona (sekitar Rp1,4 miliar), turun 2 persen jika dibandingkan dengan pemasukan pada Q1 2019, yang mencapai 940 juta krona (sekitar Rp1,43 triliun). Sementara itu, total biaya operasi perusahaan mencapai 993 juta krona (sekitar Rp1,51 triliun), naik 1 persen dari biaya operasi pada Q1 2019. Jadi, MTG mengalami kerugian sebesar 132 juta krona (sekitar Rp200 miliar). Angka ini tidak jauh berbeda dari kerugian yang MTG alami pada Q1 2019.

Dalam 3 bulan pertama dari 2020, banyak bisnis yang mengalami gangguan akibat pandemik virus corona. Pada awal April 2020, MTG menginformasikan para investornya bahwa bisnis mereka mungkin akan terkena dampak dari virus corona. Ketika itu, mereka memperkirakan, bisnis divisi esports akan mengalami penurunan sekiatr 35-45 persen. Namun, MTG tidak berpangku tangan. President dan CEO MTG, Jørgen Madsen Lindemann mengatakan bahwa mereka telah menyiapkan strategi untuk menyesuaikan diri di tengah pandemik.

“Kami akan menjalankan rencana dalam tiga fase untuk mengatasi pandemik. Tiga fokus kami adalah memastikan keberlangsungan bisnis, efisiensi operasi, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada,” ujar Lindemann pada The Esports Observer.

IEM Katowice akhirnya harus digelar tanpa penonton.
IEM Katowice akhirnya harus digelar tanpa penonton.

Lindemann juga optimistis akan keuangan perusahaan. Memang, meskipun divisi esports mengalami masalah karena karantina dan larangan penyelenggaraan turnamen offline, MTG masih memiliki divisi bisnis gaming. Sepanjang Q1 2020, bisnis gaming MTG memberikan performa yang stabil. Malahan, pada akhir Q1 2020, game-game MTG mendapatkan pemain baru. MTG juga meningkatkan kegiatan marketing divisi gaming.

Divisi esports MTG mengalami gangguan sepanjang Q1 2020. Karena corona, ada sejumlah turnamen esports yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan. Misalnya, Intel Extreme Katowice 2020 harus diadakan tanpa penonton. Meskipun begitu, 3 bulan pertama 2020 adalah masa yang sibuk bagi MTG. Mereka menandatangani beberapa kontrak baru.

Salah satunya dengan Activision Blizzard. Dengan perjanjian ini, ESL akan bertanggung jawab atas turnamen StarCraft II dan Warcraft III: Reforged. Selain itu, mereka juga menjalin kerja sama dengan PUBG Mobile untuk mengadakan PUBG Mobile World League (PMWL). Mereka memang batal untuk bekerja sama dengan Huya, platform streaming asal Tiongkok. Namun, ini itdak menghentikan niat mereka untuk memasuki negara dengan populasi terbesar tersebut.

Pendapatan Naik, Perusahaan Induk ESL Tetap Merugi

Modern Times Group mengumumkan laporan keuangan mereka. MTG adalah perusahaan Swedia yang membawahi penyelenggara turnamen esports ESL, perusahaan produksi konten esports DreamHack, mobile developer InnoGames, dan publisher Kongregate. Pemasukan MTG sepanjang 2019 mencapai SEK 4,2 miliar (sekitar Rp5,97 triliun), naik 20 persen dari 2018. Divisi gaming memberikan kontribusi paling besar dengan total pemasukan SEK 2,5 miliar (sekitar Rp3,55 triliun), naik 10 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, pemasukan dari divisi esports mencapai SEK 1,7 miliar (sekitar Rp2,4 triliun), naik 12,6 persen.

Sementara jika melihat performa MTG pada Q4 2019, pemasukan mereka naik 15 persen menjadi SEK 1,16 miliar (sekitar Rp1,6 triliun), divisi esports menyumbang sebesar SEK 516 juta (sekitar Rp733 miliar) dan divisi gaming menyumbang sebesar SEK 650 juta (sekitar Rp952,7 miliar). Pemasukan divisi esports naik 15 persen sementara pemasukan divisi gaming naik sebesar 17 persen. Sementara itu, total pendapatan MTG pada 2019 mencapai SEK 14,3 miliar (sekitar Rp20,3 triliun). Pada Maret 2019, MTG memisahkan diri dengan Nordic Entertainment Group (NENT). SMTG mendapatkan SEK 13,4 miliar (sekitar Rp19 triliun) dari pendistribusian ulang saham NENT Group. Inilah alasah mengapa pendapatan MTG pada 2019 melonjak tajam.

Sayangnya, meskipun pemasukan MTG naik pada 2019, tapi perusahaan masih mengalami kerugian sebesar SEK 458 juta (sekitar Rp650,8 miliar). Total kerugian yang mereka derita naik dari SEK 107 juta (sekitar Rp152 miliar) pada tahun 2018. Sementara jika melihat laporan keuangan per kuartal, kerugian yang MTG alami pada Q4 2019 naik lebih dari tiga kali lipat dari SEK 66 juta (sekitar Rp93,8 miliar) pada Q3 2019 menjadi SEK 207 juta (sekitar Rp294 miliar) pada Q4.

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

“Kami kini mencoba memasuki bisnis baru, sesuatu yang telah sering kami lakukan sepanjang sejarah perushaan,” kata President dan CEO MTG, Jørgen Madsen Lindemann, seperti dikutip dari Game Industry. “Kami percaya, esports dan gaming akan menjadi hiburan di masa depan. Dan kami hanya bisa sukses jika kami bisa menyediakan produk dan inovasi yang relevan dan kreatif.”

Lindemann juga membahas tentang rencana MTG untuk meluncurkan 9 game dengan 4 genre yang berbeda selama 2020. Dia menambahkan, MTG juga melihat bahwa ada beberapa bagian dari esports yang mengalami pertumbuhan. “”Karena kami memiliki beberapa hal yang mendorong pertumbuhan bisnis, ini memberikan MTG kesempatan untuk menjadi pemimpin di dunia esports dan memanfaatkan momentum di industri gaming — sehingga kami bisa menyediakan produk berupa hiburan di masa depan.”

Sepanjang Q4 2019, MTG melakukan sejumlah perubahan pada divisi esports mereka, menurut laporan The Esports Observer. Pada Oktober 2019, DreamHack bekerja sama dengan liga sepak bola Belanda Eredivise untuk menyelenggarakan EA SPORTS FIFA 20 League di Belanda dengan total hadiah EUR100 ribu. Pada Desember 2019, MTG merombak struktur manajemen DreamHack dan membuat entitas baru bernama DreamHack Sports Game. Peter Nørrelund ditunjuk sebagai CEO dari DreamHack Sports Game, sementara itu, Roger Lodewick dan Marcus Lindmark menjabat sebagai Co-CEO dari DreamHack.

Pada tahun lalu, MTG juga mengumumkan, mereka akan meninjau ulang divisi gaming mereka, termasuk investasi gaming yang mereka tanamkan melalui VC Fund. Mereka menyebutkan, proses ini masih berjalan. Sementara itu, pada Januari 2020, ESL mengumumkan bahwa diskusi mereka dengan platform streaming Tiongkok Huya dihentikan. Meskipun begitu, Lindemann mengatakan bahwa ESL tetap berencana untuk masuk ke pasar Tiongkok.