Motion Stills, Aplikasi GIF Camera Buatan Google, Kini Dilengkapi Mode Augmented Reality

Pertengahan tahun lalu, Google merilis aplikasi Motion Stills untuk Android setelah lebih dulu meluncurkan versi iOS-nya setahun sebelumnya. Kelebihan Motion Stills dibanding aplikasi GIF camera lain adalah kemampuannya menciptakan GIF yang begitu stabil, seakan-akan direkam menggunakan ponsel yang terpasang di atas tripod.

Google baru-baru ini meng-update Motion Stills versi Android untuk menambahkan mode augmented reality (AR). Ini berarti pengguna bisa menambatkan beragam objek virtual, mulai dari ayam sampai dinosaurus, pada GIF maupun video buatannya. Yang istimewa, mode AR ini rupanya memanfaatkan teknologi instant motion tracking.

Mengapa harus ada motion tracking? Supaya objek virtual beserta pergerakannya dapat terlihat alami. Semisal Anda meletakkan seekor ayam virtual di atas telapak tangan, posisinya di situ tidak akan berubah meski tangan Anda gerak-gerakkan. Hal yang sama juga berlaku untuk permukaan horizontal lainnya, seperti meja atau bahkan daun pada tanaman.

Lebih istimewa lagi, mode AR ini tidak bergantung pada ARCore, dan bisa dinikmati oleh perangkat Android apapun yang memiliki gyroscope tanpa harus dikalibrasi lebih dulu. Teknologi motion tracking ini memiliki fondasi yang sama dengan teknologi dipakai YouTube untuk menyensor (blur) objek bergerak, hanya saja di sini Motion Stills memanfaatkan data yang berasal dari accelerometer dan gyroscope milik perangkat.

Usai merekam, tentu saja hasilnya bisa dibagikan ke mana pun Anda mau. Juga menarik adalah bagaimana Google memanfaatkan produk lain mereka untuk mewujudkan fitur baru ini: objek-objek 3D yang tersedia pada mode AR Motion Stills berasal dari Poly, yang pada dasarnya merupakan platform berbagi objek-objek 3D yang dibuat menggunakan Blocks (juga buatan Google).

Sumber: Engadget dan Google.

Application Information Will Show Up Here

Tim Carnegie Mellon Berhasil Ajarkan Komputer Agar Bisa Membaca Bahasa Tubuh Manusia

Hardware dan software yang semakin canggih memungkinkan teknologi kendali berbasis gerakan diterapkan pada produk konsumen. Wii, PlayStation Move dan Microsoft Kinect ialah beberapa contohnya. Perangkat seperti Kinect bahkan tak hanya dipakai di ranah hiburan. Peneliti di Google dan MIT bahkan turut memanfaatkannya untuk membantu pengembangan robot.

Hal tersebut menunjukkan pada kita krusialnya sistem kendali motion di ranah robotik. Dan belum lama ini, para peneliti sukses meraih satu pencapaian penting. Tim Robotics Institute di Carnegie Mellon University berhasil mengajarkan komputer sehingga sistem bisa membaca gerakan serta bahasa tubuh manusia, baik secara langsung maupun dari video. Hebatnya lagi, komputer dapat mendeteksi bagian-bagian terkecil di badan – seperti jari.

Yaser Sheikh selaku associate professor Carnegie Mellon menjelaskan bahwa sistem pelacak gerakan canggih ini membuka cara interaksi baru antara mesin dengan manusia, dan mesin dengan lingkungan di sekitarnya. Berkat kemampuan mengenal pose tangan, user bisa menggunakan komputer secara lebih natural. Bayangkan saja jika PC dapat mengetahui objek atau icon yang Anda tunjuk.

Pengembangan teknologi ini dibantu oleh Panoptic Studio, sebuah struktur berbentuk kubah setinggi dua lantai berisi 500 kamera. Luar biasanya, inkarnasi terbaru dari sistem itu dapat digunakan oleh siapa saja, dengan memanfaatkan satu laptop dan sebuah kamera. Melalui setup tersebut, komputer bisa melakukan tugas-tugas sulit, misalnya memantau anggota tim sepak bola atau membuat mobil driverless mengetahui kapan ada pejalan kaki yang mau menyeberang.

Dan dengan mampu memahami perilaku manusia, komputer dapat membantu ahli medis menyelamatkan jiwa. Misalnya lewat diagnosis awal autisme, dyslexia dan depresi, serta membantu mereka di tahap rehabilitasi. Lalu di bidang olahraga, kemampuan ini memungkinkan komputer melacak posisi pemain di arena sembari mempelajari postur kaki, tangan dan kepala buat dipelajari lebih lanjut.

Demi mendorong dilakukannya lebih banyak riset dan penerapan praktis, peneliti Carnegie Mellon telah melepas kode OpenPose. Kode tersebut kabarnya sudah mulai dimanfaatkan oleh tim ilmuwan lain dan ada lebih dari 20 perusahaan komersial juga menyampaikan ketertarikan mereka untuk melisensi teknologi ini, termasuk sejumlah perusahaan otomotif.

Rencananya, Yaser Sheikh dan tim akan mempresentasikan hasil uji coba sistem pendeteksi hand-pose and multiperson mereka di ajang CVPR (Computer Vision and Pattern Recognition Conference) 2017 yang akan dilangsungkan pada tanggal 21 sampai 26 Juli nanti di Honolulu, Hawaii.

Sumber: Carnegie Mellon University.

Lenovo Jadi yang Pertama Garap Smartphone Project Tango

Masih ingat dengan Google Project Tango? Ide tentang sebuah smartphone yang dapat mempelajari konsep ruang dan gerakan ini Google perkenalkan hampir dua tahun yang lalu, dan sekarang tampaknya kerja keras tim pengembangnya sudah menemukan titik terang.

Memang tidak dijelaskan secara merinci perkembangan signifikan apa yang dilalui Project Tango sejauh ini. Akan tetapi salah satu pabrikan hardware, yaitu Lenovo, telah mengonfirmasi bahwa mereka sedang mengembangkan smartphone yang dibekali teknologi tersebut. Lenovo tidak sendirian, mereka bekerja sama langsung dengan Google dan Qualcomm guna mengoptimalkan kinerja hardware dan software-nya.

Ide dasarnya sebenarnya tidak berubah. Smartphone ini nantinya sanggup mengenali ruangan beserta objek di dalamnya, lalu menampilkannya di layar secara tiga dimensi. Tak cuma itu, ia juga mampu membaca gerakan pengguna secara akurat, membuka potensinya menjadi jendela menuju dunia virtual yang hanya akan terbatasi oleh kreativitas para developer.

Bicara soal developer, Lenovo dan Google pun mengajak para developer untuk merancang aplikasi yang dioptimalkan buat Project Tango. Seperti yang kita tahu, teknologi canggih macam ini bakal terasa percuma apabila tidak ada konten yang cukup untuk dinikmati pengguna. Nantinya, aplikasi yang dinilai terbaik bakal disematkan ke smartphone Project Tango dari Lenovo secara default.

Sejauh ini juga belum ada rincian spesifikasi sama sekali terkait smartphone Project Tango besutan Lenovo ini. Satu hal yang bisa dipastikan, ia bakal ditenagai oleh prosesor Qualcomm Snapdragon yang cukup bertenaga mengingat prototipenya saja perlu melakukan sebanyak 250 ribu kalkulasi per detik.

Kalau melihat gambar teaser-nya, desainnya juga jauh lebih menarik ketimbang prototipe dua tahun silam. Pada bagian belakangnya, bisa kita lihat bahwa tak cuma kamera standar yang ada di sana, tapi komponen yang sepertinya merupakan kamera motion tracking sekaligus sensor kedalaman (depth) – sekaligus komponen yang berada di bawah kamera yang menurut saya adalah sebuah sensor sidik jari.

Project Tango sepertinya dapat mengubah persepsi negatif kita tentang kompetisi smartphone yang semakin lama semakin terasa seperti sekedar adu spesifikasi belaka. Kita nantikan saja kehadirannya pada musim panas tahun ini.

Sumber: Business Wire.