Rekap Week 5 MPL ID 2020 Season 6: Kemenangan Beruntun ONIC Esports Putus

Pertandingan Mobile Legends Professional League Indonesia 2020 Season 6 berlanjut ke pekan ke-5 pada akhir pekan lalu (11 – 13 September 2020). Pekan ini pertandingan terpenting adalah antara RRQ Hoshi melawan ONIC Esports. Sampai week 4 kemarin, ONIC Esports masih mempertahankan win-streak dengan catatan 7-0. Namun, kemenangan beruntun tersebut akhirnya putus oleh RRQ di hari ketiga MPL ID 2020 Season 6 Week 5. Selain dari itu, berikut rekap MPL ID 2020 Season 6 Week 5.

Day 1 – 11 September 2020

Sumber: Instagram @mpl.id.official
Sumber: Instagram @mpl.id.official

Jadwal pertandingan hari pertama adalah Bigetron Alpha melawan Genflix Aerowolf, dilanjut Geek Fam melawan Alter Ego. Bigetron Alpha berhasil mencuri poin atas Genflix Aerowolf lewat pertandingan yang cukup alot, setelah Bigetron Alpha sempat kecolongan satu Game. Biegtron Alpha memenangkan pertandingan 2-1.

Pada pertandingan kedua, Geek Fam sepertinya masih belum bisa mendapatkan tempo permainannya. Geek Fam mengalami serentetan nasib buruk, dengan catatan menang-kalah 1-6 sampai week 4 kemarin. Pada week 5, Doyok dan kawan-kawan pun masih belum mendapatkan komposisi permainan terbaiknya, sehingga mereka kembali menelan kekalahan 0-2.

Day 2 – 12 September 2020

Sumber: Instagram @mpl.id.official
Sumber: Instagram @mpl.id.official

Hari kedua jadi hari yang padat. Ada tiga pertandingan berjalan yaitu: ONIC vs AURA, RRQ vs Geek Fam, dan Alter Ego vs BTR. AURA Fire mengalami nasib serupa dengan Geek Fam ID untuk musim ke-6 ini, sama-sama belum bisa menemukan permainan terbaiknya. Bertemu dengan pemuncak klasemen, AURA Fire pun kembali menelan kekalahan 0-2.

Sementara pada pertandingan kedua, Geek Fam ID sepertinya sudah mulai dapat memperbaiki permainan, walau belum bisa menorehkan kemenangan. RRQ Hoshi berhasil mempertahankan konsistensinya dan menang 2-1. Pertandingan terakhir, Bigetron Alpha melawan Alter Ego. Sayang Bigetron Alpha tidak bisa mempertahankan momentum dari kemenangan yang mereka dapat di hari sebelumnya. Kedua tim sama-sama adu keras, namun akhirnya Alter Ego yang berhasil menuai kemenangan dengan skor 2-1.

Day 3 – 13 September 2020

Sumber: Instagram @mpl.id.official
Sumber: Instagram @mpl.id.official

Hari Minggu, MPL ID 2020 Season 6 Week 5 menyajikan pertandingan AURA vs EVOS, dan RRQ vs ONIC Esports. Pertandingan antara RRQ vs ONIC sepertinya jadi salah satu yang ditunggu, mengingat para penggemar RRQ Hoshi yang tentu saja sangat menginginkan kekalahan dari pemuncak klasemen sementara. Tapi sebelumnya, ada pertandingan antara EVOS melawan AURA Fire terlebih dahulu. Dalam pertandingan tersebut, perjuangan EVOS Legends terbilang cukup mulus. Permainan EVOS Legends cukup solid di pekan ini, sehingga mereka berhasil bungkam AURA Fire 2-0.

Berlanjut ke laga puncak, RRQ Hoshi vs ONIC Esports. RRQ Hoshi sebenarnya cukup keteteran di awal-awal permainan, apalagi ONIC Esports bermain denga cukup rapi mengamankan objektif demi objektif di awal-awal. Namun masuk pertengahan permainan, Ling yang dimainkan RRQ.Alberttt semakin perkasa. Setelah terkena Wiped Out di area Lord, RRQ Hoshi segera menutup Game 1 di menit 17:57. RRQ vs ONIC, 1-0.

ONIC belum hilang asa di Game kedua, bahkan masih memegang keunggulan sampai menit 10. Meski begitu, pertahanan RRQ Hoshi begitu solid, membuat ONIC kesulitan menutup Game dengan kemenangan. Seiring waktu Karrie tim RRQ Hoshi menghimpun kekuatan, item demi item, dikumpulkan, tower demi tower. Meski demikian, ONIC juga masih tak mau kalah, membuat pertandingan berjalan alot sampai 20 menit lebih. Pertandingan baru berakhir setelah RRQ Hoshi mengamankan Lord di menit 35:34, yang segera digunakan untuk menghancurkan Base ONIC. RRQ vs ONIC, 2-0.

Sumber: Instagram @mpl.id.official
Sumber: Instagram @mpl.id.official

Catatan viewership MPL ID 2020 Season 6 – Week 5

Minggu ini pertemuan antara RRQ Hoshi melawan ONIC Esports sepertinya menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar esports MLBB Indonesia. Walau demikian, total views hari kedua tetap lebih banyak dibanding hari lainnya, mungkin karena durasi tayangan yang lebih panjang. Berikut catatan viewership MPL ID 2020 Season 6 Week 5:

Facebook Gaming

Day 1 (11 September 2020)

  • Total durasi siaran – 5 jam 36 menit 15 detik
  • Total tayangan dilihat – 712,7 ribu views

Day 2 (12 September 2020)

  • Total durasi siaran – 10 jam 13 menit 46 detik
  • Total tayangan dilihat – 1,1 juta views

Day 3 (13 September 2020)

  • Total durasi siaran – 6 jam 16 menit 6 detik
  • Total tayangan dilihat – 988,2 ribu views

YouTube

Day 1 Bahasa Indonesia

  • Total durasi siaran – 5 jam 32 menit 51 detik
  • Total tayangan dilihat – 1,369,475 views

Day 2 Bahasa Indonesia

  • Total durasi siaran – 10 jam 12 menit 53 detik
  • Total tayangan dilihat – 1,890,241 views

Day 3 Bahasa Indonesia

  • Total durasi siaran – 6 jam 13 menit 45 detik
  • Total tayangan dilihat – 1,826,494 views

Viewership per Pertandingan

Day 1

  • BTR vs GFLX Aerowolf – 355.020 peak viewers
  • Geek Fam ID vs AE – 419.284 peak viewers

Day 2

  • ONIC vs AURA – 479.929 peak viewers
  • RRQ vs Geek Fam ID – 745.640 peak viewers
  • AE vs BTR – 406.828 peak viewers

Day 3

  • AURA vs EVOS – 616.303 peak viewers
  • RRQ vs ONIC – 1.092.949 peak viewers

*data dikumpulkan dari Esports Charts

MPL ID 2020 Season 6 menyisakan 3 pekan pertandingan lagi di babak Regular Season. Kira-kira, apakah ONIC Esports bisa kembali mengumpulkan kemenangan lagi setelah mereka tumbang di week 5 MPL ID 2020 Season 6? Apakah para tim papan bawah bisa mendapatkan permainan terbaiknya di minggu depan?

Turnamen Esports Terpopuler Agustus 2020: PUBG Mobile dan MLBB Masih Perkasa

Bulan Juli 2020 lalu kita melihat banyak turnamen esports game mobile menguasai daftar tayangan esports terpopuler. Mobile Legends dan PUBG Mobile menjadi dua game yang mendapat sorotan, mengingat catatan penonton MPL Invitational yang berhasil menyalip LCK Korea Selatan, dan tayangan PUBG Mobile World League – East Region yang jumlah konsumsinya begitu besar di Indonesia.

Jelang pertengahan September 2020, Esports Charts kembali merilis laporan turnamen esports terpopuler, kali ini untuk bulan Agustus 2020. PUBG Mobile dan Mobile Legends ternyata masih perkasa bulan ini. Gelaran PMWL East yang dimenangkan oleh Bigetron RA menjadi tayangan esports paling banyak ditonton dengan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan (peak viewers) sebanyak 1.153.865 orang.

Catatan turnamen esports terpopuler bulan Agustus dari Esports Charts. Sumber: Esports Charts
Catatan turnamen esports terpopuler bulan Agustus dari Esports Charts. Sumber: Esports Charts

Mobile Legends mengisi peringkat 3 dengan laga El Classico di pekan pertama MPL ID 2020 Season 6, yang mencatatkan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan sebanyak 884.898 orang. Menariknya, dua liga esports yang terbilang baru tersebut, berhasil menyodok posisi liga-liga esports yang lebih matang.

Jumlah penonton esports MLBB lagi-lagi berhasil melampaui LCK, liga League of Legends kasta satu Korea Selatan. Dalam daftar tersebut LCK mengisi peringkat 4, dengan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan sebanyak 823.597 orang pada pertandingan antara Afreeca Freecs melawan T1, yang terjadi tanggal 26 Agustus lalu.

Sementara itu PMWL East menyalip LEC, liga League of Legends kasta satu Eropa. Dalam daftar tersebut LEC Summer mengisi peringkat 2, dengan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan sebanyak 900.377 orang pada pertandingan El Classico G2 vs Fnatic, yang terjadi tanggal 29 Agustus 2020 lalu.

Hal lain yang tak kalah menarik adalah munculnya Fall Guys ke dalam daftar ini. Walau cuma mengisi peringkat 5 saja, namun Twitch Rivals Fall Guys Showdown berhasil mencatatkan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan sebanyak 565.971 orang pada pertandingan yang terselenggara tanggal 28 Agustus 2020 lalu.

Sumber: MPL ID
Laga El Classico masih menjadi salah satu laga yang paling menyedot perhatian khalayak esports MLBB Indonesia. Sumber: MPL ID

Jika melihat catatan ini, esports game mobile sepertinya masih tetap menunjukkan potensi yang menjanjikan di masa depan. Esports Indonesia juga menunjukkan potensi yang besar, jika melihat bagaimana jumlah penonton laga EVOS vs RRQ bisa lebih banyak dari jumlah penonton T1, yang merupakan salah satu tim League of Legends terbaik dunia.

Potensi besarnya esports Indonesia juga terlihat dalam skena PUBG Mobile. Menurut catatan terakhir dari Hybrid.co.id, tayangan bahasa Indonesia PMPL ID 2020 Season 2 sempat mencapai angka 2,3 juta views, tepatnya pada pertandingan week 3 day 3 (30 Agustus 2020).

Melihat hal ini, mungkin suatu hari nanti esports game mobile akan menjadi tren baru, yang lebih besar daripada esports game PC. Siapa yang tahu?

Apa Alasan Turunnya Performa RRQ Hoshi di MPL ID Season 6?

Pertandingan dari Mobile Legends Professional League Indonesia Season 6 kini sudah akan memasuki pekan keemapat. Dinamika kompetisi antar tim pun kini sudah semakin terasa. Untuk sementara waktu, ONIC Esports merajai klasemen babak Regular Season MPL ID Season 6 setelah pertandingan pekan tiga, dengan perolehan menang-kalah 5-0.

Walau demikian, MPL ID musim ini terasa seperti kurang lengkap. Salah satu alasannya mungkin karena RRQ Hoshi, yang banyak dijagokan oleh khalayak esports MLBB Indonesia, sedang mengalami rentetan performa kurang memuaskan belakangan waktu. RRQ Hoshi saat ini menduduki peringkat 6 pada klasemen sementara babak Regular Season, dengan perolehan menang-kalah 2-4.

Sumber: RRQ Official
Sumber: RRQ Official

Ada apa dengan sang Raja? Penurunan performa ini terbilang mengejutkan, mengingat Rex Regum Qeon yang begitu gemilang pada musim sebelumnya, bahkan berhasil memenangkan MPL Invitational setelah melibas Resurgence asal Singapura dengan skor 3-0. Mengutip dari ONE Esports, James Chen selaku pelatih tim RRQ Hoshi mengatakan bahwa penurunan performa tersebut terjadi karena perubahan susunan roster.

“Ada dua faktor penyebab turunnya performa RRQ Hoshi, yaitu susunan roster baru dan tekanan eksternal. Orang-orang memiliki harapan yang tinggi kepada kami, namun kami pasti akan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik pada setiap pertandingan,” ucap James dalam pembahasan performa RRQ yang Hybrid.co.id kutip dari ONE Esports.

Memang RRQ saat ini sedang kehilangan salah satu pemain andalannya, Yesaya Omega Armando alias Xinnn. Terakhir kali, Xinnn mengabarkan bahwa dirinya memutuskan untuk rehat sementara waktu, karena kekhawatirannya atas kesehatan tubuhnya sendiri. “Saya memutuskan rehat agar dapat berhenti merokok, serta makan dan tidur yang lebih teratur. Keputusan ini saya ambil karena saya jadi kurang istirahat jika bermain sebagai roster utama, dan pola hidupnya juga tidak sehat secara umum,” Xinnn menjelaskan lewat sebuah video YouTube yang ia terbitkan tanggal 20 Agustus 2020 lalu.

Untuk sementara waktu, Xinnn digantikan oleh pemain tim RRQ Sena yang bermain di liga MDL, yaitu Albertt. Pemain asal Bali tersebut dikenal punya potensi yang besar. Namun selama bersama RRQ Hoshi, performa Albertt terbilang belum sepenuhnya stabil, jika berkaca dari catatan menang-kalah yang didapatkan RRQ dari 3 pekan MPL ID Season 6 berjalan.

Pekan depan, MPL ID Season 6 sudah memasuki pekan ke-4. RRQ Hoshi akan berhadapan dengan AURA Esports hari Sabtu, 5 September 2020 mendatang. AURA Esports juga sedang menghadapi serentetan performa buruk. Sang rubah api kini berada di peringkat 8 dengan catatan menang-kalah 0-5. Maka dari itu, pertandingan tersebut mungkin bisa dibilang menjadi pembuktian bagi kedua tim untuk dapat bangkit dari keterpurukan.

[Rekap] Skandal LING ER, Absennya Udil, dan Info Menarik Lainnya

Selamat datang di artikel [Rekap], rubrik baru dari Hybrid hasil kerja sama dengan ONE Esports. Untuk edisi kali ini ada rangkuman sejumlah info menarik dari berbagai skena esports dan industri game dalam sepekan terakhir. Tanpa berpanjang lebar, mari langsung kita simak Rekap berita esports minggu ini.

 

LING ER terlibat Match-fixing

Meski region Eropa & CIS adalah wilayah Dota 2 terkuat dan paling menarik untuk disimak, kawasan Asia juga tidak kalah seru. Sayangnya, salah satu tim di kawasan ini telah mencoreng sportifitas esports.

LING ER merupakan salah satu tim yang berisi pemain-pemain muda menjanjikan. Namun, tim tersebut dinyatakan bersalah karena terlibat dalam pengaturan skor. Ini adalah problematika klise yang ada di setiap cabang olahraga dan esports, sayangnya, Dota 2 juga tidak lepas dari masalah ini.

 

Kemelut antara Epic Games dan Apple

Epic Games mengumumkan bahwa mereka akan mengajukan gugatan terhadap Apple atas kebijakan App Store-nya. Pengumuman itu datang tidak lama setelah Apple menghapus Fortnite versi iOS dari App Store.

Menanggapi penghapusan Fortnite dari App Store, Epic Games telah mengajukan keluhan di Pengadilan Distrik Amerika Serikat.

 

META hyper carry di skena kompetitif profesional?

Pada beberapa bulan terakhir, meta hyper carry memang jadi prioritas di scene kompetitif Mobile Legends: Bang Bang.

Membiarkan satu hero menjadi kaya raya dan alat bunuh paling membahayakan pun dinilai sebagai strategi paling efektif memenangi pertandingan saat ini.

Sampai sekarang belum terlihat meta lain di scene kompetitif. Sampai akhirnya RRQ Sena membuktikan bahwa meta lama masih bisa dijalankan dengan sempurna.

Epic Games suguhkan A Total War Saga: Troy gratis

Lebih dari 7,5 juta orang tertarik untuk mengklaim dan mengunduh salinan gratis dari game A Total War Saga: Troy dari Epic Games Store pada hari pertama peluncuran game garapan Creative Assembly ini pada 13 Agustus 2020.

Creative Assembly memberikan penawaran A Total War Saga: Troy secara gratis selama 24 jam pertama. Hal ini dilakukan dalam hal promosi dan bagian dari kesepakatan dari Creative Assembly untuk membuat game terbarunya itu menjadi eksklusif di Epic Games Store.

 

Kenapa Udil tidak bermain di pekan pertama MPL ID S6?

Credits: MPL ID via Facebook
Credits: MPL ID via Facebook

Kejutan terlihat di skuad Alter Ego pada dua pertandingan pekan pertama MPL ID Season 6. Pemain anyar mereka, Udil Surbakti, tidak bermain.

Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan. Kemana Udil? Masa sudah ditransfer mahal-mahal tapi tak dimainkan? Hasil yang didapati AE pada pekan pertama pun bisa dibilang belum sempurna. Mereka kalah 1-2 dari Bigetron Alpha, kemudian menang tipis 2-1 atas Geek Fam ID.

Usut punya usut alasan tak bermainnya Udil pun terungkap. Adalah offlaner tim, Rafly “Pai” Alvareza yang berbicara.

Powered by ONE Esports 

esports-logo

Top 3 Teams MPL ID S6 Prediction from 4 Shoutcasters

A while ago, Moonton already confirmed the starting date of the MPL ID S6 Regular Season. It will begin on 14 August 2020. There will be no new team in this 6th season since MPL ID changed using the franchise model in Season 4.

8 MLBB professional teams will compete for a total prize of USD 300K in the tournament that divided into two phases, Regular Season (14 August – 4 October 2020) and Playoffs (16-18 October 2020).

MPL and MLBB esports in Indonesia could be said as the most dynamic esports scene in the country. It’s because only RRQ has won the title two times (S1 and S5). Besides them, no other team could achieve the same thing. Even RRQ lost their moment in S1 and struggled in S3.

Sumber: Moonton
Source: Moonton

So, how about the S6? Which top 3 teams predicted could be on the top, considering every one of them already announced their official rosters? To answer this question, I already contacted 4 MLBB shoutcasters, which previously cast MPL ID S5.

The 4 shoutcasters in this article are Arwanto “WaWa Mania” Tanumiharja, Veronica “Velajave” Fortuna, Fauzianska “RangerEmas” Ramadhan, dan Fahmi “Kornet” Maulana.

Let’s start the prediction from the oldest shoutcaster… Hahaha.

 

WaWa Mania

WaWa mentioned RRQ as the first team that he predicts will come on top of Season 6. “It’s a definitive answer. They have solid players who are the best in each lane.”

For the second team, the shoutcaster started his career in CS: GO, named ONIC Esports. “It’s not an easy choice, actually. But, if I have to choose, ONIC should be on the top 3. Previously, with only CW (Calvin Winata) and Rasy (Rasya Arga Wisista), they were really great. Moreover, now, they have Sanz (Gilang, who previously played for Victim Esports). Their enemy will have a difficult choice whether to target Sanz or Antimage (Maxhill Leonardo).


View this post on Instagram

A post shared by MPL Indonesia (@mpl.id.official) on

 

For the third team, WaWa mentioned EVOS Esports. “They (EVOS) are still trying to find their rhythm after being left by their star players (such as Oura and Donkey). However, with Bajan (Raihan Delvino), EVOS is seen finding its new tempo. Also, the strength of EVOS comes from some of their players’ experiences.”

Before closing our conversation, WaWa also added another team that needs to be watched out closely. “Geek Fam is currently doing great. I don’t know what Doyok (Tantyo Aditya) has been eating. Hahaha…”

 

Velajave

The only female shoutcaster that I asked in this article, Velajave, has a bit different opinions from WaWa.

She said RRQ is one of the top 3. “(RRQ) simply because of their players’ bonding so far. Every player there also have strong mechanical skills.” Explains the shoutcasters who’s more famous in the Dota 2 esports scene.

Her second answer was also the same with WaWa, which is ONIC Esports. “They (ONIC) have an outstanding line-up. Last season, they were. Furthermore, with the addition of Sanz, it will bring a new color to the team. I am pretty sure they will play better this season.”

Geek Fam became the third answer from Vela. “So far, they show good performances in Mytel International Championship because of their new roster and coach. We all know Nafari (Azam Aljabar, which previously played in professional Dota 2 scene for The Prime) has a good track record in MOBA. Hopefully, he can show his best abilities in S6.” Said one of the shoutcasters who has the sharpest analytical skills in Indonesian’s MOBA scenes.

Credits: Moonton via Instagram
Credits: Moonton via Instagram

“Bigetron actually has an interesting line-up too. With Renbo (Markos, who’s previously played for Victim Esports), Bigetron also becomes a stronger team.” Added Velajave.

Why didn’t Vela mention EVOS considering that they have one of the most consistent track records from Season 1 MPL ID? This team won the S4 and became the Runner-Up for 3 times (S1, S2, and S5).

“This is a tricky question. Honestly, I still don’t see the potential because I’m not sure how their performance is. I know Zeys (Bjorn Ong) is a genius. I also believe with Wann’s (Muhammad Ridwan) and Rekt’s (Gustian) abilities, but I don’t know the others. I’m not underestimating them. I just want to see their performance later. More so, this is just a prediction seeing from the line-up. There is a big chance I made a bad prediction.” Said Vela.

 

Fahmoy/Kornet

Fahmi, the real name from Fahmoy or Kornet, mentioned 3 teams when I contacted him through WhatsApp. “RRQ, ONIC, and Alter Ego.”

Furthermore, Fahmi explained, “RRQ has mastered the META. Besides that, they have strong chemistry and individual skill in each player. While ONIC, they already have 3 players with a strong background: Drian (Adrian Larsen), Antimage, and Sasa (Lu Khai Ben). Now, they have Sanz.”

“For Alter Ego, their gameplay is totally different from the previous season. They also have Udil (Udil Surbakti, from ONIC) now, which make their gameplay more solid. I honestly want to mention EVOS, but it’s difficult if Rekt became a Support player.” Ended the shoutcaster who’s previously worked on a radio station before jumping to esports.

RangerEmas

The last shoutcaster in this article is RangerEmas, which is usually called Oji by his friends. Similar to the other 3 shoutcasters, Oji straightly went to RRQ as his first answers.

Credits: Moonton via InstagramCredits: Moonton via Instagram

“First, it’s undebatable to say RRQ. We know they don’t change their roster, even though they lost their legendary Marksman (Diky “TUTURU”), winning the previous season. Furthermore, the player there aren’t human. They are all aliens. (Using the same roster) means the chemistry is still similar to the previous season.” Said Oji, which, as far as I know, is the only shoutcaster who’s been in every season of MPL from S1 to S5. Ryan “KB” Batistuta is still active in the MPL, actually. Yet, he was moved to an Analyst in the previous seasons.

Oji then added his prediction for the rest. “For the third, I actually have two options — between Genflix Aerowolf and EVOS Esports. In my opinion, Genflix will show its fangs later, even though they slipped in the previous MPLI. Though for this S6, it seems they are already preparing everything from their roster, training time, or even their coach. They mustn’t make blunders like what they did before.

Credits: Moonton via Instagram
Credits: Moonton via Instagram

On the other hand, EVOS is really strong because of Bajan. This player could show the proof that he can play, not just as a tanker, but also as an offlaner. As an offlaner, he could play offensive heroes like Masha. Although, I’m not entirely sure if the chemistry between their new players is good enough to perform well in S6.” Said Oji.

The original article is in Indonesian, translated by Yabes Elia

Prediksi 3 Tim Teratas MPL ID S6 dari 4 Shoutcaster MLBB

Beberapa waktu yang lalu, Moonton sudah mengumumkan secara resmi bahwa MPL Indonesia Season 6 akan kembali bergulir dari tanggal 14 Agustus 2020. Tidak ada penambahan tim di musim keenam kali ini sejak MPL Indonesia berubah jadi sistem franchising di Season 4.

8 tim profesional MLBB akan memperebutkan total hadiah sebesar USD 300 ribu dalam turnamen liga yang terbagi jadi 2 fase, Regular Season (14 Agustus-4 Oktober 2020) dan Playoffs (16-18 Oktober 2020).

MPL Indonesia sendiri khususnya dan esports MLBB di Indonesia pada umumnya, sampai saat ini, mungkin memang masih berhak menyandang predikat sebagai ekosistem esports terpanjang yang paling dinamis di tanah air. Pasalnya, Selain hanya RRQ yang berhasil menjadi juara MPL ID lebih dari satu kali (S2 dan S5), tidak ada tim lain yang bisa melakukan hal serupa. RRQ sendiri juga sebenarnya sempat kehilangan momentum di Season 1 dan bahkan terseok-seok di Season 3.

Sumber: Moonton
Sumber: Moonton

Lalu bagaimana dengan musim keenam nanti? Siapakah 3 tim yang diprediksi bakal menempati posisi teratas, mengingat masing-masing tim sudah mengumumkan daftar pemainnya untuk MPL ID S6? Untuk menjawab pertanyaan tadi, saya sudah menghubungi 4 shoutcaster MLBB yang juga pernah memandu jalannya pertandingan di MPL ID.

Keempat shoutcaster yang akan menyumbangkan prediksinya kali ini adalah Arwanto “WaWa Mania” Tanumiharja, Veronica “Velajave” Fortuna, Fauzianska “RangerEmas” Ramadhan, dan Fahmi “Kornet” Maulana.

Mari kita mulai dari prediksi shoutcaster yang paling tua lebih dulu… Eh… Wkawkakwk…

 

WaWa Mania

WaWa menyebutkan nama RRQ sebagai yang pertama saat saya tanyakan 3 tim yang ia prediksi menempati posisi teratas di akhir musim MPL ID S6. “RRQ sudah jelas lah ya, solid team play dan terbaik di lane masing-masing.”

Untuk tim kedua, shoutcaster yang sebenarnya mengawali kariernya dari CS:GO ini, menyebutkan nama ONIC. “(Pilihan) ini dilema sih wawkakwkak… Tapi kalau disuruh milih, harusnya sih ONIC Esports. Sebelumnya pakai CW (Calvin Winata) dan Rasy (Rasya Arga Wisista) saja sudah dahsyat. Apalagi sekarang kedatangan Sanz (Gilang, yang sebelumnya bermain untuk Victim Esports). Musuh pun jadi harus berpikir matang untuk memutuskan siapa yang harus jadi target, Sanz atau Antimage (Maxhill Leonardo).


View this post on Instagram

A post shared by MPL Indonesia (@mpl.id.official) on

Sedangkan yang ketiga, WaWa menyebutkan nama EVOS Esports. “Mereka (EVOS) memang masih mencari jati diri setelah ditinggalkan beberapa pemain kunci (seperti Oura dan Donkey) tapi dengan dimainkannya Bajan (Raihan Delvino), EVOS terlihat sudah cukup bisa mendapatkan irama. Poin plus dari EVOS adalah pengalaman lebih dari beberapa pemainnya.

Sebelum menutup perbincangan, WaWa juga menambahkan satu tim yang juga harusnya layak diwaspadai di musim ini. “Geek Fam juga lagi jago tuh. Ga tau Doyok (Tantyo Aditya) makan apa tuh… Hahaha…”

 

Velajave

Satu-satunya shoutcaster perempuan yang saya mintai pendapatnya di artikel kali ini, Velajave memiliki prediksi yang sedikit berbeda dengan WaWa.

Tim yang pertama ia sebut adalah RRQ. “(RRQ) simply karena bonding yang sudah ada selama ini dan juga mekanik masing-masing pemainnya juga bagus.” Jawab shoutcaster yang sebenarnya lebih dikenal di skena Dota 2 Indonesia.

Sama seperti WaWa, Vela juga menyebutkan nama ONIC Esports. “Mereka (ONIC) punya line-up yang bagus. Musim kemarin juga demikian. Ditambah dengan kehadiran Sanz juga bakal jadi warna baru. Tapi aku yakin mereka bakal lebih baik (musim ini).”

Geek Fam menjadi nama tim ketiga yang Vela sebutkan. “Sejauh ini mereka menunjukkan performa yang sangat baik di Mytel International Championship karena roster terbaiknya dan juga coach yang baru. Kita tahu Nafari (Azam Aljabar, yang dulu dikenal sebagai pemain profesional Dota 2 untuk The Prime) punya jejak baik di dunia per-MOBA-an. Semoga dia bisa menunjukkan kemampuannya maksimal nanti.” Ujar salah satu shoutcaster yang punya analisis paling tajam di skena esports MOBA Indonesia ini.

“Bigetron juga punya line-up yang menarik, ditambah Renbo (Markos, yang sebelumnya juga bermain untuk Victim Esports) yang baru masuk juga akan memperkuat tim ini.” Tambah Velajave.

Lalu kenapa Vela tidak menyebutkan nama EVOS? Mengingat EVOS mungkin bisa dibilang sebagai salah satu tim MPL ID yang paling konsisten sejak Season 1. Tim ini sudah pernah juara di S4 dan 3x jadi Runner-Up (S1, S2, dan S5).

Tricky yah pertanyaannya (kenapa tidak menyebut nama EVOS). Jujur saja, aku masih belum melihat potensi karena aku ga tau permainan mereka gimana. Aku tahu Zeys (Bjorn Ong) itu jenius. Aku juga percaya dengan kemampuan Wann (Muhammad Ridwan) dan Rekt (Gustian) tapi aku belum tahu performa yang lainnya. Bukan underestimate ya, tapi aku mau lihat dulu gimana performa mereka nanti. Lagipula ini kan masih prediksi dari jajaran roster aja. Kemungkinan besar, aku juga bisa salah (prediksinya).” Tutup Vela.

 

Fahmoy/Kornet

Fahmi menyebutkan 3 nama tim saat saya hubungi melalui pesan Whatsapp. “RRQ, ONIC, dan Alter Ego.”

Lebih lanjut Fahmoy pun menjelaskan, “RRQ itu tim yang menguasai META. Ditambah lagi, mereka juga punya chemistry dan skill individu yang sangat kuat. Sedangkan ONIC sebelumnya sudah punya 3 pemain dengan fondasi yang kuat, yaitu Drian (Adrian Larsen), Antimage, dan Sasa (Lu Khai Ben). Apalagi sekarang ditambah Sanz.”

“Kalau Alter Ego, gameplay mereka jauh beda dari musim sebelumnya. Ditambah Udil (Udil Surbakti, yang pindah dari ONIC)permainan Alter Ego jadi jauh lebih rapih. Gua pengen jawab EVOS sih tapi berat euy kalau Rekt jadi Support…” Tutup shoutcaster yang dulu berkecimpung di radio sebelum hijrah ke esports ini.

 

RangerEmas

Shoutcaster terakhir yang memberikan pendapatnya kali ini adalah Oji, panggilan sayang dari Rangeremas. Sama seperti ketiga caster sebelumnya Oji juga langsung menyebutkan nama RRQ. “Yang pertama udah pastilah ya, RRQ. Kita tahu dengan roster-nya yang ga berubah, meski harus kehilangan legenda Marksman MLBB Indonesia (Diky “TUTURU”), formasinya masih sama dengan saat mereka juara di Season 5. Apalagi isinya di sana bukan orang ya, tapi alien semua. Chemistry-nya pun berarti masih sama seperti musim sebelumnya.”

“Kedua, menurut gua pribadi, ONIC Esports. Dengan mental yang cukup baik karena baru juara dan masuknya Sanz yang punya mekanik sangat bagus, gua belum tahu apakah chemistry-nya nanti sudah siap atau belum. Pemilihan formasi antara Sanz atau CW juga gua belum tahu. Tapi yang pasti ONIC bakal kuat banget.” Ujar Oji yang, sepengetahuan saya, jadi satu-satunya shoutcaster langganan MPL sejak Season 1 sampai Season 5 kemarin. Ryan “KB” Batistuta sebenarnya juga masih aktif di MPL namun posisinya bergeser jadi Analyst di beberapa musim terakhir.

Oji pun menambahkan jawaban untuk tim ketiga yang akan bertengger di puncak, di akhir musim MPL ID S6. “Untuk yang ketiga, gua punya 2 opsi ya — antara Genflix Aerowolf dan EVOS Esports. Menurut gua, Genflix bakal bisa nunjukkin taringnya banget walaupun agak kepleset waktu MPLI. Tapi untuk MPL ID S6 kali ini kayaknya mereka udah siapin semua dari mulai roster-nya, waktu latihan, ataupun coach-nyaYang penting mereka jangan melakukan blunder-blunder lagi seperti sebelum-sebelumnya sih.

Sedangkan untuk EVOS juga kuat banget karena ada Bajan, yang malah ternyata juga bisa buktiin kalau dia bukan hanya sekadar pemain Tanker tetapi juga Offlaner. Di posisi Offlaner, ia juga bisa bermain menggunakan Hero-Hero yang offensif seperti Masha. Tapi, gua belum tahu sih apakah chemistry antara lini baru para pemain EVOS ini nanti cukup buat tampil gemilang di Season 6.” Tutup Oji.

Will RRQ’s MPL ID S5 Championship Title Do Any Good for MLBB Ecosystem? Mongstar and KB Responded

Amidst the pandemic situation, Mobile Legends Professional League Season 5 (MPL ID S5) has to hold their Playoffs online, without any offline event whatsoever. Even though I – like the other Indonesian esports Fans- have to feel the emptiness caused by the absence of festivity usually found in offline events, especially in an event with such magnitude of MPL Indonesia Final, it seems like the hype of MPL ID is still steadily high, or even getting higher.

According to Esports Charts, the “peak viewers” number of Grand Final MPL ID even reached 1 million viewers – a new record that has never been previously achieved. This is of course also thanks to the final match between two archnemesis in Mobile Legends Bang Bang (MLBB) esports scene: RRQ vs EVOS Esports.

The interesting fact is how the result was the exact opposite from last season’s Grand Final, because in this one RRQ took the victory home as the champion of MPL ID S5. The same match happened on the final bout of MPL ID S4, but EVOS excelled over their rival, bringing home the most prestigious MLBB Championship Trophy in Indonesia.

Aside from the difference of result, avid viewers of MLBB scene must also realize the big differences in the formation of EVOS Esports between S4 and S5.

Youth vs Senior

Hadiah kemenangan EVOS esports
Credits: MPL Indonesia

In S4, EVOS was still fronted by 3 seasoned players, namely Eko “Oura” Julianto, Yurino “Donkey” Putra, and Gustian “REKT”. The three players have been very well known in MLBB scene in Indonesia since its first season. They were also joined by two new players: Muhammad “Wann” Ridwan and Ihsan “Luminaire” Besari Kusudana.

On the contrary, in MPL Indonesia Season 5, REKT was the only senior player left in EVOS’ roster. This season, EVOS even fielded a player who played their first match in MPL ID in the last match, Raihan “Bajan” Delvino Ardy and Fahmi “Rexxy” Adam Alamsyah. Wann and Luminaire can be categorized as “veterans” because their name was already in the radar since Season 3, even though they just came under the spotlight on Season 4. But of course, they were still far less experienced than Oura and Donkey, or compared to the opposing side’s Lemon and LJ.

On the other side of the match, RRQ fielded their experienced players all the way to the end of the season. This season, RRQ became the victor thanks to the star-studded roster full of senior and seasoned players.

Muhammad “Lemon” Ikhsan and Joshua “LJ” Darmansyah have been well known as great players from their first season. They also officially joined the list of players with two MPL ID championship trophies. LJ was a part of TEAMnxl, the champion of Season 1, while Lemon also succeeded in bringing the trophy for RRQ in Season 2.

If we talk about players with more than one MPL championship, technically there are two more names: Afrindo “G” Valentino and Diky “TUTURU”. Unfortunately, Afrindo -who was part of the Season 1 Champion TEAMnxl- was never fielded even once in Season 4, despite being listed in EVOS’ roster. TUTURU, who was the Season 2 Champion with RRQ also has to stay in the bench during this season’s Playoffs.

Sumber: id-mpl.com
Credits: MPL Indonesia

Aside from LJ, TUTURU, and Lemon, Calvin “VYN” from RRQ is also an experienced player, who has been around since Season 2 of MPL ID – at that time with BOOM Jr. While the other player Rivaldi “R7” Fatah, despite a relatively short resume, has also collected “war experience” since Season 4. Previously, R7 was a well known player in Dota 2 scene in Indonesia.

M Zulkarnain “Wizzking” Zulkifli, who has to be benched by RRQ at the end of the season, also racked a whole bunch of valuable experience since his participation on Season 2 – previously known as Dugong from Saints Indo. This leaves Yesaya Omega “Xin” Armando Wowiling as the most junior member, having only surfaced on Season 3 of MPL ID with Star8.

Also, kudos to Mochammad “KB” Ryan Batistuta, who called himself “emelpedia” for providing me the information of the first appearances of the aforementioned players. Many, many thanks. I pray for you, so that you find your soulmate quickly. Hahahaha.

That’s why, the final match between EVOS and RRQ this time can be seen as the battle of “the youth” vs “the seniors”.

A lot of opinions said that RRQ’s final victory is largely thanks to the draft strategy in the fifth game, but I personally think there was a more fundamental reason: the experience of the players was the deciding factor between the two competitors.

Aside from considering how the ability to hatch strategy and draft are also parallel to experience, new players are also prone to tiny mistakes that they might not even realize, such as face-checking bush, not opening the area around objectives, or enjoying roaming alone a little bit too much, as what I observed the 2 new players from EVOS, Bajan and Rexxy, often did in the final match. Also, the final of MPL ID usually takes the format of Bo5, so a drafting mistake in one game is too shallow to be seen as the main reason of a loss from 5 games, in my two cents. Do remember that in Season 4 Evos defeated RRQ in a more convincing score: 3-1.

The formation of EVOS team this time can be seen as “scary”, seen by how they glided through to the final, defeating their opponents and proving themselves to be a worthy challenger. But RRQ is not a team that can be easily defeated, especially if we see the difference in experience, as I said before.

Clara “Mongstar” also agrees with me on this. “Winning experience played an important role (about RRQ clutching the championship of MPL ID S5). Said experience was what built the mentality and the teamwork. Their experience also proved useful for RRQ players to face and adapt any situation and condition that might arise in a game.”

Mongstar also added, “aside from individual skills which are above average, RRQ also showed that they are not hesitant to use strategies outside of Mobile Legends. Especially there is R7 with a tremendous amount of experience in Dota 2. RRQ demonstrated how they are the boldest team by daring to try something new in this season, paving their way to the championship.”

What is the Impact of RRQ’s title in MPL Indonesia Season 5 to the Ecosystem?

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
MPL ID S4. Photo by: Hybrid – Akbar Priono

Will RRQ’s victory in MPL ID S5 show a more positive impact to Mobile Legends Bang Bang (MLBB) esport ecosystem? Why do I ask such question?

Because, if we see, some of the star players from previous seasons have disappeared from MLBB esports scene. Hansen “Spade” Meyerson, who was put in the same list as TUTURU and REKT as the greatest Marksman, is nowhere to be seen. Edward “Eiduart” Tjahyadikarta who was said to be one of the best team leader, is also gone from MPL – even though he made his own esports team, Siren Esports. Thong “Fabiens” Valentin Andara who was also a senior player with a great reputation in the first seasons of MPL ID has also been absent for the last seasons.

Also, we see how LJ is the only MPL ID S1 champion who is still under the shining spotlight in this season. Supriadi “Watt” Dwi Putra is still a good competitor of the season, even though he was previously demoted to MDL (which we can say as the second-tier championship) in the beginning of the season. Fadhil “Rave” Abdurrahman and Agung “Billy” Tribowo are both still in RRQ but for the second-tier team, RRQ Sena, in MDL. Afrindo Valentino who was the team leader of the Season 1 champion TEAMnxl, as I previously said, did not even play once in MPL ID Season 4, though listed in the roster of EVOS.

With the huge number of senior star players disappearing from the highest level of MLBB competition, despite only reaching their peak in the past 1-2 year, is the career journey to become MLBB Esports professional player is not suitable for a long run? If the new players can easily replace a more seasoned and experienced player, does it not indicate how a career is short-lived and not for the long run?

Mobile Legends Profesional League
Spade on MPL ID Season 1. Sumber: MLBB via Facebook

One of the easiest and most relevant examples with today’s condition is the career as a YouTuber. There is no guarantee for experienced players to not be overshadowed in terms of popularity by a player with less experience. But, Youtube is putting popularity as the heaviest component – which sometimes does not reflect the capacity and quality. A career as a pro player should not rely on popularity only, seeing how capacity and quality needs a lot experience and playing time.

That’s the reason why such argument lingered in my head. Fortunately, EVOS with their 3 senior star players emerged victorious in Season 4. The same can be seen from RRQ, who in this Season 5 also honed their players with more experience to clinch the championship. At least, we can say how experience and playing time in competitive stages are still a plus point for the players – as long as they can manage and capitalize it well, such as by keeping updated with the gameplay development or honing their skills.

“It (the argument of the impact of RRQ’s championship) makes sense,” said KB when I asked for his opinion. “Moreover, I feel the same. I’m no longer a caster, I’m an analyst now. Hahaha…” Add KB. “But I personally think that if RRQ lost, it will raise the question why were they unable to capitalize on their experiences, making them lose to newer players who are hungrier for victory.”

Mobile Legends Profesional League
Shoutcasters of MPL ID S1. Credits: RevivalTV

In one hand, even though the senior players should have more experience that they can give them the upper hand, the new players have something up their sleeves as well (aside from the individual skill, of course). Newer players might have fresher points of view and bigger ambitions. Imagine this, if Lemon and LJ didn’t win this time, they will keep their stature as a formidable opponent to their competitors and as an idol to their fans. But the new players who haven’t hold the MPL trophy even once, like Bajan, Rexxy, or the roster of Bigetron (who were great in Regular Season S5) should have a stronger drive to be the champion for the first time.

But, newer players can also be quickly satisfied. At least that’s what KB said when I asked him about the decline on Bigetron’s performance from Regular Season to Playoff.

“In the other hand, if the newer players won the championship, it can also be a good ‘push’ to the spirit of other new players to join a higher, more serious competitive stage. Right now, with this condition, it can be a mental test for the young players. They who possess good mentality, can be more driven to defeat their seniors.” KB said, concluding our Whatsapp discussion.

Then what about Mongstar? She also proposed a similar opinion to KB. She thinks that whoever won will bring a good impact to the ecosystem of MLBB esports. “Senior players winning, like RRQ did, means that experience is an important factor as long as you can capitalize on it. If newer players won, that can provide bigger motivation to other new players, because it shows how they share the same opportunity,” said Mongstar who has been around the esports ecosystem since the revival era of Dota 2 esports in Indonesia the past few years.

MPL Indonesia Season 5
Mongstar on MPL ID S4. Credits: MPL Indonesia

To close her statement, Mongstar also added that a competition that brings less than positive impact to the ecosystem is a competition that has a “ruling dynasty”. “As long as the title of the champion changes owner often like this MPL, I thnk it’s still positive.”

Closure

The ecosystem of MLBB sports is still very dynamic. Even though RRQ is the champion of this season, their roster formation is very different from the one in their first champion season in MPL ID S2.

That being said, it is going to be interesting to see the transfer market of the next MPL ID, and the battle in competitive stage. The last two seasons, the winning teams of Mobile Legends Professional League (MPL) are the teams with at least 3 formidable senior players. Is this going to be the case with the next MPL ID S6? Or will the wave of new players crash upon the championship and render them champions? Let’s wait and see.

Header Source: Doc. MPL Indonesia. Original article is in Indonesian, translated by @dwikaputra

MPL ID Season 5 Tayang di RCTI+

Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID) Season 5 sekarang juga ditayangkan di RCTI+, layanan video-on-demand gratis di bawah MNC Group. Sebelum ini, MPL ID Season 5 telah dapat ditonton di berbagai platform, termasuk YouTube, Facebook, Nimo TV, dan Elshinta TV.

“RCTI+ selalu berkomitmen untuk menghadirkan konten berkualitas. Kami juga terus berinovasi dengan menghadirkan radio streaming dan konten audio, serta berita,” kata Kanti Mirdiati, Managing Director RCTI+ dalam pernyataan resmi yang diterima oleh Hybrid.co.id. “Teranyar, RCTI+ bekerja sama dengan MPL-ID untuk menayangkan MPL Indonesia Season 5. Ke depan, akan banyak konten esports yang tayang di RCTI+ untuk para pecinta esports.”

Menayangkan MPL ID Season 5 merupakan bagian dari kampanye RCTI+ untuk mendorong masyarakat agar tidak keluar rumah di tengah pandemik virus Corona. Kanti berkata, “Saat ini, esports menjadi salah satu aktivitas yang digemari oleh banyak orang. Oleh sebab itu, RCTI+ tidak melewatkan tawaran kerja sama ini.” Dimulai pada Februari lalu, MPL ID Season 5 telah memasuki minggu ke-8. Sementara MPL Season 5 Playoff akan diselenggarakan pada 10-12 April. Pertandingan dari MPL ID akan ditayangkan secara rutin pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Sumber: Hybrid - Akbar Priono
Saat MPL ID Season 5 diumumkan. | Sumber: Hybrid – Akbar Priono

“MPL-ID adalah salah satu liga Mobile Legends tingkat nasional yang paling cepat berkembang,” kata Komisaris Liga MPL Indonesia, Lucas Mao. “Pada minggu pertama MPL ID Season 5, kami melihat jumlah penonton concurrent di seluruh platform mencapai 476 ribu orang, naik 150 persen dari musim sebelumnya. Kami juga dapat menarik bakat internasional, baik dari pelatih dan pemain yang berasal dari Singapura, Malaysia, dan Brunei. Karena itu, kami senang bisa bekerja sama dengan RCTI+ untuk memperluas jangkauan MPL ID.”

MPL ID Season 5 diumumkan pada Januari 2020. Ketika itu, dijelaskan bahwa MPL ID akan melakukan ekspansi struktur kompetisi. Dalam Season ke-5, MPL ID masih menggunakan model franchise dan diikuti oleh 8 tim. Namun, liga tersebut kini memiliki dua liga penyokong, yaitu Mobile Legends: Bang Bang Development League (MDL) dan Mobile Legends: Bang Bang Campus Championship (MLCC).

Di tengah pandemik virus Corona, banyak kegiatan olahraga yang dibatalkan. Alhasil, pertandingan esports menjadi alternatif tontonan karena liga esports masih bisa diadakan meski secara online.

Berapa Lama Lagi Umur Game dan Esports MLBB di Indonesia?

MSC 2017 adalah awal mula dari kebangkitan industri esports Indonesia gelombang kedua. Playoffs MPL Indonesia Season 1 adalah event yang berjasa mendobrak industri gaming dan esports ke khalayak ramai ataupun industri non-endemic.

Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) ada di pusat kebangkitan industri esports Indonesia gelombang kedua ini — gelombang pertamanya berawal di tahun 2003 dan tak berhasil memancing ketertarikan industri non-endemic. Meski sudah berjalan 3 tahun, MLBB masih menjadi salah satu game dan esports terlaris di Indonesia.

Namun demikian, sebagian besar (jika tidak semua) orang yang sudah cukup lama berkecimpung di industri game di Indonesia punya anggapan bahwa semua game pasti ada umurnya (life-cycle). Di sisi lain, jika kita berbicara soal game MOBA, sudah ada 2 studi kasus yang mampu menunjukkan umur panjangnya di platform PC — setidaknya di pasar global. Dua game tersebut adalah Dota 2 dan League of Legends (LoL). Keduanya sudah menjalankan turnamen esports tingkat dunianya sejak 2011 dan belum ada tanda-tanda akan ada penurunan dalam waktu dekat.

Sumber: MPL Indonesia
Sumber: MPL Indonesia

Jadi, pertanyaan yang ingin coba saya bahas kali ini adalah berapa lama umur game dan esports MLBB di Indonesia? Apakah game ini bisa sama panjang umurnya dengan Dota 2 ataupun LoL, meski berada di platform mobile?

Tulisan ini ‘hanyalah’ opini saya semata. Namun demikian, bagi saya, opini bisa jadi berbobot tergantung siapa yang berpendapat dan bagaimana argumentasinya. Faktanya, gravitasi, gelombang radio, arus listrik, aljabar, analisa data, dan semua ilmu pengetahuan yang ada saat ini juga berangkat dari opini — sebelum dibuktikan dan dikaji ulang. Meski begitu, bagi Anda yang gusar, cemas, dan takut dengan ‘opini’ itu tadi, silakan tutup laman ini.

Sebelum kita masuk ke pembahasan, seperti yang tadi saya tuliskan, izinkan saya menjelaskan sedikit pengalaman saya sebagai justifikasi argumentasi atas opini saya di sini. Saya sudah bekerja secara profesional penuh waktu di industri game dan sekitarnya sebagai pekerjaan pertama saya pasca lulus kuliah di 2008. 85% perjalanan karier saya ada di industri media (cetak ataupun digital). Sisanya ada di publisher aplikasi ataupun game.

Mari kita kembali ke pertanyaan yang ingin saya bahas di sini. Berapa lama lagi MLBB masih bisa terus bertahan di Indonesia baik dari sisi user (gamer) ataupun ekosistem esports-nya? Sebelum saya mencoba menjawab pertanyaan tadi di akhir artikel, izinkan saya menjabarkan beberapa hal yang menurut saya berpengaruh terhadap keberlangsungan MLBB sebagai argumentasinya.

Sentimen Negatif dan Pesimisme Esports MLBB

Sumber: MSC
Sumber: MLBB

Selama 3 tahun MLBB hidup di ekosistem esports Indonesia, sentimen negatif dan positif memang selalu ada. Namun, sentimen pesimis tentang keberlangsungan MLBB paling gencar terdengar pasca gelaran Playoffs MPL ID S3 yang digelar di Britama Arena, Kelapa Gading. Gelaran tersebut mungkin memang jadi yang paling sepi sepanjang sejarah MPL ID, setidaknya sampai artikel ini ditulis.

Oh iya, buat yang tidak tahu apa itu MPL, MPL adalah liga kompetitif tertinggi untuk MLBB yang resmi digelar oleh Moonton selaku publisher dari MLBB. Anggaplah turnamen ini seperti Premier League di sepak bola atau NBA di basket. Karenanya, MPL memang bisa jadi salah satu tolak ukur antusiasme gamer ataupun fans esports MLBB di Indonesia.

Optimisme atas MLBB kembali datang saat 21 ribu orang (menurut data dari Moonton) datang memadati Playoffs MPL ID S4 yang digelar di Tennis Indoor Stadium, GBK.

Meski demikian, sentimen negatif juga muncul dengan berubahnya MPL jadi sistem franchise yang mengharuskan tim-tim peserta untuk turut investasi sebesar US$1 juta di Season 4 kemarin. Sentimen negatifnya adalah soal regenerasi dan ekosistem esports MLBB untuk kelas amatir.

Kenapa saya membahas soal sentimen negatif dan pesimisme soal ekosistem esports MLBB? Karena faktanya sentimen-sentimen ini jugalah yang, menurut saya, akan berpengaruh terhadap keberlangsungan ekosistem.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kathy Klotz-Guest berargumen bahwa tujuan utama para penjual barang dan jasa adalah soal merangkai cerita yang membuat pelanggan Anda jadi sang protagonis. “It all begins with telling the right stories about real people who use your product or service and not focusing on the product itself. Your best stories are not about your products or you. Your goal is to tell a bigger story that makes your customer the hero.”

Sederhananya, banyak produk laris manis karena memang menjual harapan. Banyak orang ingin jadi seleb gaming karena berharap bisa jadi the next JessNoLimit atau setidaknya populer dan kaya raya dari sana. Demikian juga dengan alasan seleb medsos gadis-gadis cantik punya banyak fans. Buat yang main saham, Anda juga pasti tahu seberapa penting sentimen positif atau negatif bisa berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Lalu bagaimana dengan sentimen negatif ekosistem MLBB kelas amatir? Saya kira banyak gamer dan fans esports tahu betul bahwa memang tidak mudah masuk ke golongan elit peserta MPL karena ada tuntutan skill yang harus dipenuhi sebelum bisa bergabung dengan top 1% dari total seluruh pemain. Entry barrier ini jadi semakin tinggi dengan ditambahkannya ‘tiket’ investasi sebesar US$1 juta.

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Padahal, menurut Frans Volva Riyando, salah satu shoutcaster untuk MPL ID dari Season 1-4 yang juga masuk ke dalam tim pelatih timnas MLBB untuk SEA Games 2019, salah satu hal yang membuat esports MLBB begitu dinamis sampai hari ini adalah banyaknya jumlah pemain MLBB di tingkat amatir dan semi-pro. Hal ini menyebabkan tim-tim profesional tidak akan pernah kehilangan suplai pemain baru.

Jika banyak gamer amatir atau semi-pro kehilangan harapannya untuk bisa setingkat dengan Eko “Oura” Julianto ataupun Muhammad “Lemon” Ikhsan, motivasi mereka untuk terus bermain pun jadi tergerus dan bisa saja sirna.

Hilangnya harapan inilah yang, menurut saya, terjadi di ekosistem Dota 2 Indonesia yang sebelumnya jadi esports paling populer di Indonesia. Banyak pemain dan tim sudah tidak lagi punya harapan bisa meraih keuntungan materi ataupun prestasi dari sini.

Rencana ke depan dari Moonton untuk MLBB

November 2019 kemarin, saat gelaran M1 World Championship 2019 di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Malaysia, saya mendapatkan kesempatan untuk berbincang eksklusif dengan Lucas Mao, Director of Operation at Moonton dan MPL Indonesia League Commisioner, tentang rencana mereka di 2020.

Berkaca dari M1 World Championship 2019, Lucas mengaku kejuaraan internasional tersebut melebihi ekspektasi awal mereka. Tiket yang terjual habis, jumlah penonton live stream yang besar, dan antusiasme yang tinggi memang bisa dibilang sebagai capaian yang baik. Namun Lucas mengaku M1 hanyalah permulaan dari ekspansi mereka di pasar global.

Sampai artikel ini ditulis, MLBB mungkin memang sudah bisa dibilang sebagai salah satu esports paling hidup di kawasan Asia Tenggara (SEA). Meski memang belum semua negara di kawasan ini, MLBB jadi yang salah satu yang populer dengan jumlah negara terbanyak di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, ataupun Myanmar.

Saat saya diundang untuk meliput ke Kuala Lumpur tadi, bahkan petugas imigrasi dan supir Grab di sana sudah tidak asing dengan nama MLBB. Namun demikian, esports MLBB mungkin masih belum bisa dibilang mainstream di luar kawasan SEA.

Di negara-negara barat, Dota 2, LoL, CS:GO dan game-game di platform PC ataupun console masih jadi esports yang paling digemari. Moonton pun berencana untuk ekspansi pasar ke lebih banyak negara di luar SEA.

Sumber: Dokumentasi Hybrid
Sumber: Dokumentasi Hybrid

Berhubung meningkatkan user base dan mengembangkan ekosistem esports memang sebenarnya adalah dua hal yang berbeda, yang manakah yang jadi fokus utama mereka? Lucas pun mengatakan bahwa mereka akan menjalankannya secara berbarengan. “Kami tidak melihat ada masalah untuk menjalankannya secara paralel. Kami akan terus meningkatkan user base di banyak negara sembari terus mengembangkan ekosistem esports-nya. Kami juga akan mencoba menggelar MPL di negara-negara yang belum ada dan mengimplementasikan sistem franchise MPL di negara lainnya setelah sukses di Indonesia.” Jepang, Turki, Kamboja, Amerika Serikat, Brasil, dan Rusia adalah beberapa negara yang disebut Lucas akan jadi target selanjutnya untuk penetrasi pasar dan esports MLBB.

Jika melihat dari M1, hanya satu tim dari luar kawasan SEA yang bisa tembus ke babak Playoffs yaitu 10s Gaming dari Jepang. Menurut Lucas, hal ini terjadi karena memang struktur esports MLBB yang sudah terbangun di kawasan SEA dengan MPL. Buat yang belum tahu, MPL ada di 4 kawasan yaitu Indonesia, Malaysia/Singapura, Myanmar, dan Filipina. “Esports adalah soal profesionalisme olahraga. Liga profesional tentunya berpengaruh besar bagi kualitas para pemainnya.” Jelas Lucas.

Lalu bagaimana dengan sistem franchise yang diterapkan di MPL Indonesia? Di satu sisi, saya sendiri juga percaya bahwa sistem franchise MPL ID S4 memaksa tim-tim untuk lebih profesional dalam mengatur manajemen dan para pemainnya. Hal ini terlihat dari hasil M1 yang menyuguhkan all-Indonesian final, antara EVOS vs. RRQ. Namun demikian, di sisi lain, Indonesia juga mendominasi ajang MSC 2019 yang juga menghadirkan all-Indonesian final antara ONIC melawan Louvre. Padahal, kala itu MPL ID belum menerapkan sistem franchise karena baru kelar S3. Plus, Indonesia juga gagal meraih medali emas untuk MLBB dalam SEA Games 2019 meski masih jadi satu-satunya kawasan dengan sistem franchise MPL — walaupun memang SEA Games sebenarnya tak bisa dijadikan acuan esports yang … Isi sendiri ya, saya tidak enak ngomongnya akwkakwka…

Kenapa saya berbicara soal rencana Moonton di pasar global? Karena, menurut saya, besar di ‘kandang’ sendiri itu belum cukup kuat untuk memastikan keberlangsungan hidupnya dalam kurun waktu yang lama. Hal ini sebenarnya sudah pernah terjadi di Indonesia dengan AyoDance dan Point Blank. Keduanya bisa dibilang pernah jadi game yang paling laris di Indonesia dan memang masih hidup sampai artikel ini ditulis. Turnamennya pun masih ada. Namun demikian, mungkin karena publisher-nya lokal, mereka kesulitan menggarap pasar global juga.

BOOM ID saat berlaga di ajang Minor. Sumber: VP Esports.
BOOM ID saat berlaga di ajang Minor. Sumber: VP Esports.

Bagaimanapun juga, siapa sih yang tidak mau dan semangat dengan pengakuan dunia atas esports Indonesia? BOOM Esports, yang kemarin baru saja merayakan hari jadinya yang ketiga, masih mempertahankan divisi Dota 2 dan CS:GO nya karena memang ingin membawa nama Indonesia di panggung dunia lewat dua game tadi.

Bayangkan saja seperti ini: jika nanti MLBB berhasil merebut perhatian tim-tim esports internasional macam Astralis, Team Liquid, SKT T1, Cloud9, Fnatic dan tim Indonesia macam EVOS, RRQ, Alter Ego dkk. bisa mengalahkan mereka di turnamen MLBB, hal tersebut akan menambah sentimen positif yang masif buat para pelaku di industri esports Indonesia.

Sentimen negatif soal gameplay dan variasi permainan

Jika kita tadi berbicara dari sisi ekosistem esports-nya, sekarang mari kita membahas soal aspek di dalam game-nya itu sendiri. Muasalnya, saya percaya kualitas produk juga akan berpengaruh terhadap antusiasme para penggunanya.

Dari sisi in-game, ada 2 hal yang mungkin bisa dibilang sebagai sentimen negatif untuk MLBB. Pertama, dari beberapa shoutcaster MLBB sendiri, tidak sedikit yang mengatakan soal Hero-Hero baru yang kerap kali overpowered (OP) alias terlalu kuat dibandingkan Hero yang sudah ada. Hero yang mendapatkan Skin mahal baru juga biasanya di-buff dengan cukup drastis.

Dari sisi bisnis, hal ini sebenarnya memang masuk akal. Jika Hero baru ini tidak menarik banyak pengguna, tidak banyak juga yang mau membelinya. Demikian juga soal rilisan Skin baru. Namun, menurut saya, hal ini tetap saja dipandang sebuah sentimen negatif oleh komunitasnya.

Hal kedua yang, bagi saya, kurang variatif dari sisi gameplay adalah soal itemization. Moonton memang rajin sekali mengeluarkan Hero baru namun mereka jarang merilis item baru. Hero-hero yang paling laris digunakan setiap turnamen dari tahun 2017 seringnya berubah. Namun item yang digunakan tidak jauh berbeda selama bertahun-tahun. Jika tidak percaya, coba googling item build (nama Hero). Baik itu artikel ataupun video di YouTube tentang panduan sebuah Hero, item yang disarankan kebanyakan sama setiap role. Memang, ada faktor juga soal keterbatasan sang pembuat panduan di tiap konten (artikel atau video) namun kesamaan itemization ini juga terlihat di banyak turnamen tingkat pro.

Menurut saya, dengan itemization yang lebih kaya variasinya, hal ini dapat memberikan keuntungan buat para pemain di semua kalangan (pro, semi-pro, ataupun amatir). Para pemain jadi bisa bereksperimen dengan build baru dengan Hero andalannya masing-masing setiap kali bermain — tanpa harus memelajari Hero baru. Variasi item build yang lebih kaya juga akan memberikan pilihan lebih banyak buat para pemain tanpa harus membeli Hero. Setidaknya, hal ini juga bisa menekan sentimen negatif soal penjualan Hero baru yang selalu OP.

Saya tahu betul bahwa balancing itu memang bukan hal yang mudah — bahkan bisa juga dibilang tugas tersulit untuk para developer game. Namun demikian, jika kita melihat Dota 2 dan LoL, baik Valve ataupun Riot Games rajin melakukan perubahan dari sisi gameplay untuk menjaga keseimbangan.

Jika saya boleh jujur, dibandingkan dengan ekosistem esports-nya, perkembangan gameplay di dalam MLBB sendiri terlihat begitu tertinggal. Mungkin, Moonton bisa mengundang beberapa pro player ataupun shoutcaster untuk bisa turut menyumbangkan ide soal bagaimana perkembangan gameplay MLBB.

Hal ini sebenarnya sudah beberapa kali dilakukan oleh produsen motherboard ataupun gaming peripheral. Saya tahu betul bahwa sejumlah produsen mengundang overclocker ataupun gamer ke kantor pusatnya untuk memberikan masukan tentang rancangan produk mereka di masa mendatang. Selain mendapatkan input yang sangat berharga, kegiatan seperti ini juga bisa jadi publikasi positif untuk Moonton sebagai developer MLBB.

Monetisasi esports MLBB

Nyatanya, kita semua butuh uang untuk bisa terus bertahan. Setiap perusahaan bahkan butuh profit untuk bisa terus ada. Namun demikian, perusahaan yang terlalu serakah juga, kemungkinan besar, tidak dapat bertahan lama. Di sinilah peliknya masalah monetisasi, khususnya game free-to-play.

Sebelum kita ke monetisasi game-nya, yang akan saya bahas lebih panjang, saya ingin membahas soal monetisasi dari esports MLBB. Soal ini, saya salut dengan Moonton. Mereka bisa meyakinkan 8 tim untuk investasi sebesar US$1 juta untuk membiayai MPL (Mobile Legends: Bang Bang Professional League) Indonesia sejak Season 4. Saya kira nominal tersebut (US$8 juta) cukup buat menghidupi ekosistem esports-nya selama beberapa musim. Mereka tinggal mencari sponsor untuk mencari keuntungan dari gelaran esports-nya.

Selain uang dari sponsor dan tim yang mau berinvestasi, ada juga sumber pendapatan lain yang, menurut saya, tidak bisa diremehkan; yaitu soal tiket masuk gelaran esports. Di M1 World Championship 2019 kemarin, menurut Lucas, mereka berhasil mendatangkan 16 ribu pengunjung.

Hitungan kasar pendapatan dari harga tiket M1 tadi seperti ini. Untuk memudahkan saya menghitung, saya hanya akan menggunakan harga tiket 3 hari paling murah yaitu RM55 (sekitar Rp185 ribu). Berarti, dari tiket saja, mereka bisa mendapatkan Rp2,9 miliar (Rp185 ribu x 16 ribu). Itu tadi hanya perhitungan kasar saja namun mungkin bisa dijadikan gambaran seberapa besar peluang revenue yang bisa diraih.

Di sisi lain, Lucas sendiri mengaku jika pendapatan dari tiket sebenarnya kecil jika dibandingkan dengan angka yang mereka dapat dari sponsor. Namun demikian, revenue tadi sebenarnya bisa digunakan untuk beberapa kebutuhan seperti mengundang media untuk meliput. Saat M1 kemarin, Moonton memang mengundang 4 media dari Indonesia untuk meliput ke sana (termasuk saya sendiri). Meski memang Moonton menanggung ongkos transportasi, akomodasi, dan uang saku untuk 4 wartawan sekalipun, saya kira anggarannya tidak akan mencapai Rp1 miliar — anggaplah perhitungan saya meleset sampai 50% nya.

Di MPL Indonesia Season 5 nanti, Lucas juga mengaku akan menerapkan sistem tiket untuk babak Playoffs-nya. Namun, tujuan mereka bukanlah untuk mencari revenue namun lebih ke memberikan akses yang lebih nyaman untuk para fans yang ingin menonton — mengingat banyak fans yang tidak kebagian tempat duduk dan bahkan tak bisa masuk ke venue karena kapasitas yang melebihi batas saat Playoffs MPL ID S4 di Tennis Indoor Stadium GBK.

Dari beberapa beberapa hal di atas lah yang membuat saya salut dengan ekosistem esports untuk MLBB. Mengingat MLBB juga masih menjadi ajang esports paling dinamis di Indonesia dan perhitungan soal revenue tadi, seharusnya esports MLBB masih akan terus bertahan setidaknya sampai 2 tahun ke depan (2022) — jika Moonton sebagai developer/publisher juga masih bisa mempertahankan eksistensi game MLBB.

Monetisasi game MLBB

Meski saya salut dan mengakui ekosistem/industri esports MLBB yang cukup matang saat ini karena sudah punya MDL juga, jujur saja saya punya banyak kritik untuk Moonton sebagai developer/publisher game  khususnya soal monetisasi.

Jadi, karena saya bukan tipe yang suka mengkritik tanpa pernah merasakan langsung, saya sengaja mengeluarkan uang sebesar Rp1,6 juta untuk membeli in-app purchase di MLBB. Saya memilih paket 6000 Diamond dan satu paket yang saya lupa namanya (yang dapat Skin Suzuhime untuk Miya). Dari 6000 Diamond tadi, saya membeli beberapa Hero dan membayar Starlight Member.

Benefit yang saya dapat dengan uang yang harus saya bayarkan, jujur saja, tidak sebanding. Hero-hero baru dijual dengan harga 599 Diamond. Berarti, dengan paket Diamond Rp1,5 juta (5000+1000 Diamond), Anda hanya bisa mendapatkan 10 hero. Saat artikel ini ditulis, ada 90 hero di MLBB. Anggaplah Anda bisa mendapatkan 10 hero gratis dan Anda bisa membeli 20 hero dengan BP, masih ada 60 hero yang tidak Anda miliki. Jika Anda ingin membeli 60 hero tadi dengan Diamond, Anda berarti harus merogoh kocek sebesar 6 x Rp1,5 juta alias Rp9 juta. Sebagai perbandingan, bulan kemarin saya juga membeli Red Dead Redemption 2 dari Steam senilai Rp500 ribuan (memang karena saat Steam Winter Sale). Berarti, saya bisa membeli 18 copy dari RDR 2 yang kelasnya game AAA dengan uang Rp9 juta.

Jika Anda ingin membeli hero dengan BP (yang bisa Anda dapatkan gratis setiap hari), inilah perhitungan BP yang bisa Anda dapatkan setiap bulannya.

Daily Weekly Monthly
Dari Match 10000 40000
Dari Daily Chest Rewards 440 3080 12320
Dari Daily Quest/Activity 230 1610+500 8440
 Total 60760

Tabel di atas adalah perhitungan BP yang bisa saya dapatkan rutin/minimal setiap bulannya. Untuk hero baru yang harganya 32 ribu BP, saya bahkan tidak bisa membeli 2 setiap bulan. Jumlah BP maksimum dari Match yang saya dapatkan per minggu memang lebih besar karena dapat tambahan 1500 BP (dari kartu Double BP 1-Day berkat Starlight Member) dan Credit Score maksimal. Saya sengaja menggunakan angka tersebut untuk memperkecil selisih jumlah BP random yang didapat dari Chest biru (40-50 BP tiap 4 jam) dan Chest emas (200-250 BP tiap hari).

Anggaplah semua hero harganya sama (32k BP) dan saya beruntung bisa mendapatkan 10 hero tanpa BP sama sekali — lewat event atau gratisan (seperti Layla dan Zilong) namun saya ingin melengkapi semua koleksi hero. Berarti, saya butuh waktu kurang lebih 43 bulan — (32000×80)/57960 — untuk melakukan hal ini. Itu belum menghitung Moonton yang bisa merilis 2 hero baru setiap bulan.

Memang, saya tahu jika tidak semestinya juga kita memiliki semua hero karena setiap pemain biasanya hanya fokus ke beberapa role. Namun demikian, tetap saja, harga untuk mendapatkan satu hero baru terlalu tinggi. Entahlah, menurut saya, Moonton harusnya menaruh banderol harga yang lebih murah untuk hero dan mencari revenue lebih dari skin. Pasalnya, Anda tidak mungkin beli skin untuk hero yang tidak Anda miliki. Semakin banyak hero yang Anda punya, semakin besar pula kemungkinan Anda membeli lebih banyak skin. Semakin sedikit orang yang beli skin, semakin kecil pula pendapatan.

Screenshot dari MLBB
Screenshot dari MLBB

Selain itu, menurut saya, program Starlight Member juga tidak terlalu menarik dan kurang berhasil dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan. Dengan Starlight Member, memang ada beberapa benefit yang bisa didapat namun benefit tersebut tidak terlalu menarik. Keuntungan yang bisa didapat dari Starlight Member memang lebih bagus dibanding saat saya mencobanya di 2018 karena ada tambahan skor untuk proteksi kehilangan bintang di mode Ranked.

Namun, jumlahnya terlalu kecil untuk sebuah program yang harganya Rp150 ribu (550 Diamond). Jadi, dengan Starlight Member, Anda bisa mendapatkan tambahan 10 Protection Points setiap match di Ranked Mode. Sayangnya, jumlah ini tidak signifikan karena jumlahnya yang dibutuhkan naik setiap Rank. Misalnya, untuk Rank Master, Anda butuh 300 Protection Points sebelum kehilangan bintang saat kalah di mode Ranked. Sedangkan untuk Grand Master, Anda butuh 500 Protection Points dan Epic 1000 Protection Points. Bahkan untuk Rank Master sekalipun, 10 poin dari 300 poin itu terlalu kecil karena bahkan tidak sampai 10%. Apalagi untuk Rank Epic, mengingat kebanyakan orang stuck di Epic. Meski Anda sudah membayar Rp150 ribu lebih mahal ketimbang free user, Anda tidak dapat keuntungan apapun untuk mendaki Rank.

Saat ini, ada juga Starlight Level yang bisa Anda kejar dengan hanya bermain. Namun, lagi-lagi, hadiahnya tidak menarik — atau setidaknya bukan sebuah benefit yang terlalu manis untuk dilewatkan. Inilah tabel yang bisa Anda dapatkan dari menaikkan Starlight Level.

Painted Skin 1
Skin Trial Pack 3
Hero Fragment 5
Battle Effect 1 Day 3
Lucky Ticket 6
Ticket 150
Epic Skin Trial 13
Diamond Coupon 50 3
Battle Effect 7 Days 3
Starlight Coupon 20% 1
Premium Skin Fragment 4
Random Skin Chest Permanent 1
Magic Wheel Potion 3
Starlight Gem 1
Starlight Chest (Trial) 2
Star Protection Card 1
Rare Skin Fragment 3
Battle Effect 30 Days 2
Battle Emote Permanent 1
Sacred Statue Permanent 1

Dari tabel di atas, hanya 4 tipe hadiah (yang saya bold nama dan angkanya) yang benar-benar layak dengan harga yang dibayarkan yaitu Star Protection Card, Battle Effect 30 Days, Battle Emote permanen, dan Starlight Gem. Ingat, tabel di atas adalah hadiah Starlight Level Premium ya, bukan yang gratisan. Sedangkan untuk hadiah yang saya bold namanya saja (tidak dengan angkanya) memang cukup menarik namun tidak layak dengan harga yang harus dibayarkan.

Premium Skin Fragment misalnya, harganya di Shop berkisar antara 75-250 fragment dan Anda hanya dapat 4 setiap bulan dari Starlight Member — itu pun harus ada usaha menaikkan levelnya. Untuk mendapatkan skin termahalnya, Anda butuh 63 bulan (250/4). Demikian juga dengan Rare Skin Fragment yang hanya dapat 3 sebulan, sedangkan skin termurah harganya 60-200 fragment. Hero Fragment yang didapat juga sama kecilnya. Anda dapat 5 buah sebulan. Padahal harga di Shop adalah 120 fragment untuk setiap hero. Andaikan angka-angka fragment hadiah tadi dinaikkan 3-5x lipat, menurut saya jumlah tersebut masih masuk akal — tidak terlalu sedikit tapi juga tidak terlalu banyak.

Satu hal yang paling mengecewakan dari hadiah Starlight adalah jumlah skin trial yang paling banyak. Buat saya, hadiah ini tidak menarik karena random. Saya bisa saja dapat skin trial untuk hero yang tidak saya miliki. Seperti yang saya bilang tadi, usaha atau harga yang dibanderol untuk mendapatkan 1 hero itu terlalu tinggi jadinya hadiah skin trial pun jadi tidak menarik. Andaikan saya punya semua hero, saya mungkin merasa hadiah skin trial jadi lumayan menarik.

Ada banyak ide sebenarnya yang bisa diterapkan sebagai benefit Starlight Member yang membuatnya jadi sebuah program yang terlalu menguntungkan untuk dilewatkan — a deal that you can’t refuse.

Sumber: Screenshot dari MLBB
Sumber: Screenshot dari MLBB

Misalnya, pertama, soal boks iklan. Jujur saja, buat saya, iklan itu menyebalkan. Saya mengeluarkan uang untuk jadi premium member di YouTube atau bahkan di … (saya tidak bisa sebut website-nya di sini kwkawkakwa…) untuk menghindari iklan. Di game-game lain, kebanyakan yang saya temukan, ada batasan minimal top-up agar saya bisa skip iklan. Biasanya, batasan minimal tadi ada di kisaran Rp1 jutaan (US$99). Di sini, meski saya sudah bayar Rp1,6 juta, saya tetap harus melihat iklan untuk mendapatkan bonus BP dari boks. Boks iklannya pun jadi memenuhi Inventory saya karena saya malas membukanya.

Selain itu, jika Moonton ingin menjaga game-nya agar tetap esports-oriented, mereka juga bisa menggunakan mode lain untuk menyenangkan paying users. Misalnya adalah mode Brawl. Jika free-user hanya bisa mendapatkan 2 pilihan hero di mode Brawl, berikan 3 pilihan untuk paying users atau Starlight Member.

Bonus Protection Point ataupun Star Raising Point juga bisa dimanfaatkan lebih baik untuk Starlight Member atau premium member. Misalnya, Protection Point-nya juga meningkat seiring Rank. Jika rank Master mendapatkan 10 poin, rank Epic bisa mendapatkan 50 poin. Demikian juga dengan BP maksimal yang bisa didapatkan per minggu bisa di-tweak untuk Starlight Member. Jika pengguna gratis hanya bisa mendapatkan 10 ribu per minggu, buat Starlight Member mendapatkan angka maksimal 20 ribu per minggu. Toh, ini hanya batas maksimal saja pengguna Starlight Member tetap harus bermain untuk bisa sampai ke sana.

Ide lain yang bisa jadi inspirasi adalah sistem Plus Assistant dari Dota Plus. Sistem ini bisa digunakan oleh paying member mendapatkan statistik ataupun tips yang berguna untuk meningkatkan permainan mereka. Sayangnya, saya tahu sistem ini mungkin tidak mudah diimplementasikan. Namun, fitur ini dapat memberikan informasi yang layak untuk dibayarkan. Dengan sistem Plus Assistant ataupun benefit yang lebih baik kepada Starlight Member ataupun paying user, mungkin sudah tidak banyak pemain lagi yang butuh jasa joki. Uang yang harus dibayarkan untuk jasa joki pun jadi bisa masuk ke kantong Moonton — yang saya rasa lebih berharga karena bisa memperpanjang usia game tersebut.

Ide lainnya, sistem Starlight Member juga sebenarnya bisa digunakan untuk mereka yang rela membayar menghindari bermain dengan orang-orang menyebalkan. Misalnya, mereka yang Starlight Member akan mendapatkan prioritas untuk bermain sesama Starlight Member atau setidaknya pemain yang Credit Score-nya tinggi — selama tidak terbentur dengan batasan Rank. Atau, Starlight Member diijinkan untuk mute chat. Di League of Legends, saya sudah menemukan fitur ini bertahun-tahun silam. Jika saya menemukan pemain yang mulutnya seperti WC umum ataupun terlalu banyak mengeluh, saya langsung otomatis mute chat mereka. Update: Ternyata, sudah ada caranya mematikan chat teks. Anda bisa membaca caranya di tautan ini.

Mungkin memang ego saya juga yang tinggi namun, yang jelas saya, tidak suka dimaki-maki. Sepanjang perjalanan karier saya dari 2008, dari 7 orang yang pernah jadi atasan saya, hanya 1 orang yang mulutnya seperti tidak pernah merasakan bangku sekolahan. Awkawakakwkaw… Dimaki atasan pun saya tidak suka, padahal mereka jelas-jelas yang menentukan hidup dan mati pekerjaan saya di sana. Apalagi dimaki-maki oleh orang-orang yang tidak bahagia dengan hidupnya yang bersembunyi atas anonimitas mereka di dunia maya?

Lebih bagus lagi, mungkin malah Moonton bisa menghapus sistem chat teks di saat match sepenuhnya karena; dari pengalaman saya, isinya hanyalah soal memaki dan menyalahkan… Toh, komunikasi lewat teks di game mobile di MOBA, faktanya juga tidak efisien karena terlalu lama dan malah membuang waktu. Bahkan di game MOBA di PC pun, yang bahkan jelas lebih nyaman dan cepat untuk mengetik sekalipun (karena pasti punya akses ke full-sized keyboard), mereka juga tahu butuh shortcut yang lebih efisien dari sekadar chat teks. Dota 2 punya yang namanya Chat Wheel sedangkan LoL punya yang namanya Smart Ping.

Moonton sebenarnya, jika mau, bisa cek sendiri log chat di banyak game. Berapa persen dari total seluruh chat yang positif dan berapa persen yang negatif. Jika memang sebagian besar negatif, bukankah lebih baik dihilangkan saja?

Jujur saja, saya juga tidak merasa jago bermain MLBB karena saya tidak punya banyak waktu untuk berlatih. Namun, saya tahu banyak juga orang yang sebenarnya punya uang namun tak punya banyak waktu ingin bermain game ini. Sistem Starlight Member atau benefit untuk paying user tadi juga sebenarnya bisa ditujukan untuk orang-orang seperti saya.

Sekali lagi, saya tahu masalah monetisasi in-game itu pelik. Terlalu berpihak pada paying user, free user-nya yang kabur layaknya game-game RPG free-to-play yang umurnya singkat. Tidak memberikan benefit yang layak untuk dibayarkan buat premium user, tidak besar juga profit/revenue yang didapat oleh sang publisher/developer. Kondisi MLBB saat ini? Setelah saya membayarkan uang tadi, jujur saya tidak merasa mendapatkan benefit yang cukup signifikan.

Penutup

Akhirnya, sebagai penyelenggara liga ataupun penggiat ekosistem/industri esports, saya rasa Moonton sudah melakukan yang terbaik. Mungkin hanya soal publikasi soal ekosistem kelas amatir yang perlu digalakkan untuk menekan sentimen negatif. Sayangnya, sebagai publisher/developer game, saya rasa masih banyak yang harus diperbaiki. Entahlah, mungkin sayanya saja yang terlalu banyak main game PC yang kelasnya AAA jadi tuntutan saya yang terlalu muluk-muluk. Namun, itu tadi yang saya rasakan yang saya kira akan sangat berpengaruh terhadap umur game dan esports MLBB.

Pasalnya, jika mereka pun akhirnya tak dapat mempertahankan eksistensi game-nya, esports MLBB pun juga tak bisa bertahan — seperti game sebelah itu… Di sisi lain, tak sedikit beberapa pelaku di industri esports yang meramalkan turunnya popularitas MLBB jika League of Legends: Wildrift dirilis nanti. Namun demikian, setidaknya dari sejarah industri yang saya pelajari, sebuah produk biasanya hancur bukan karena kompetitornya namun karena produk itu sendiri yang tak mampu memuaskan para penggunanya.

Lalu, berapa lama lagi MLBB masih bisa bertahan? Menurut saya, 3 tahun ini (sampai 2022) adalah masa ujian untuk Moonton. Andai mereka bisa mempertahankan jumlah player base yang masih besar seperti sekarang, terus menjaga ekosistem esports mereka, dan berhasil mendapatkan revenue yang besar (baik dari game ataupun esports-nya) sampai 2022, menurut saya, mereka bisa survive cukup lama.

Semoga saja Moonton menyadarinya karena saya pribadi berharap mereka bisa terus bertahan selama Dota 2 dan League of Legends di platform PC. Namun jika kita melihat kedua game tersebut, bagi saya, kuncinya ada di 2 sisi; yaitu memberikan pengalaman bermain yang menyenangkan di dalam game (sebagai publisher dan developer) dan menyuguhkan ekosistem esports yang selalu menarik untuk ditonton.

Selalu Ada Pemain asal Pontianak di Setiap Tim Juara MPL ID Sejak Season 1

MPL ID Season 4 akhirnya menutup perjalanan panjangnya, yang diawali dari babak Regular Season (tanggal 23 Agustus – 13 Oktober 2019) dan ditutup oleh babak Playoffs (26-27 Oktober 2019). EVOS Esports akhirnya berhasil meraih predikat tim MLBB terbaik setelah perjuangan mereka selalu kandas di 3 Season sebelumnya.

Perjalanan EVOS Esports sepanjang sejarah MPL ID sendiri sebenarnya sudah menarik ceritanya. Di Season 1, meski dijagokan semua pihak, mereka kalah melawan NXL. Season 2, EVOS kembali ke partai final melawan Lemon dan kawan-kawannya dari RRQ. Namun sedikit berbeda, di penghujung Grand Final Season 2 yang digelar di Surabaya, RRQ yang memang dijagokan saat itu.

MPL ID Season 3 menjadi catatan rekor terburuk bagi EVOS Esports, dan juga RRQ, karena keduanya justru kandas di hari pertama. Di musim keempat inilah baru EVOS benar-benar mendominasi. EVOS berhasil bertengger di puncak klasemen Regular Season dan mereka akhirnya berhasil membalaskan dendam kekalahan mereka dari RRQ di final MPL ID Season 2.

Selain perjalanan EVOS tadi, fakta menarik lainnya yang dapat ditemukan dari setiap tim pemenang MPL ID adalah selalu ada pemain asal Pontianak yang berhasil jadi juara.

Hal ini disadari oleh Calvine Lekawel, Head of Broadcasting dari RevivalTV yang juga pengamat esports MLBB, yang bercerita kepada Hybrid. Inilah daftar pemain asal Pontianak yang berhasil membawa timnya jadi juara gelaran MPL ID dari Season 1.

S1 – NXL – Watt dan Billy

Supriadi "Watt" Dwi Putra. Dokumentasi: MPL ID S4 - MET Indonesia
Supriadi “Watt” Dwi Putra. Dokumentasi: MPL ID S4 – MET Indonesia

Seperti yang tadi kami sebutkan sedikit, NXL berhasil menumbangkan EVOS di partai final MPL ID S1 yang digelar di Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat, tanggal 30 Maret – 1 April 2018. Kala itu, tim ini berisikan pemain-pemain berikut: G, Rave, LJ, Billy, dan Watt. Dari 5 nama tadi, Agung “Billy” Tribowo dan Supriadi “Watt” Dwi Putra adalah 2 pemain yang berasal dari kota Pontianak, Kalimantan Barat. Di MPL ID S4, Watt kembali bermain untuk Aerowolf namun gagal masuk Playoffs. Sedangkan Billy bermain untuk RRQ meski bukan jadi tim inti.

S2 – RRQ – InstincT, TUTURU, dan AyamJGO

TUTURU dan AyamJago. Dokumentasi: MPL ID S4 - MET Indonesia
TUTURU (Kiri) dan AyamJago (Kanan). Dokumentasi: MPL ID S4 – MET Indonesia

MPL ID Season 2 jadi masa kejayaan RRQ. Meski kala itu ONIC Esports yang menempati peringkat pertama Regular Season, RRQ sangat mendominasi babak Grand Final. Mereka bahkan mengalahkan EVOS di final tanpa balas, dengan skor 3-0. Kala itu, RRQ berisikan Lemon, TUTURU, Instinct (AmpunOM), Liam, dan AyamJGO. Ada 3 pemain asal Pontianak yang membawa RRQ jadi juara, yaitu InstincT – Calvien (MPL ID S4 di Geek Fam), TUTURU – Diky, dan AyamJGO – Try (keduanya masih di RRQ di S4 namun bisa dibilang bukan tim inti).

S3 – ONIC – Drian dan Psychoo

Adriand "Drian" Larsen. Dokumentasi: MPL ID S4 - MET Indonesia
Adriand “Drian” Larsen. Dokumentasi: MPL ID S4 – MET Indonesia

MPL ID S3 seolah menjadi panggung utama buat ONIC Esports. Pasalnya, tim ini benar-benar mendominasi dunia persilatan MLBB saat itu. ONIC bahkan memukul telak Louvre di pertandingan pamungkas Grand Final MPL ID S3 yang digelar di BritAma Arena, Kelapa Gading, tanggal 3-5 Mei 2019. Di Season 3 ini, Teguh “Psychoo” Imam Firdaus dan Adriand “Drian” Larsen adalah 2 pemain asal Pontianak yang berhasil membawa timnya jadi juara.

S4 – EVOS – Wann

Dokumentasi: MPL ID S4 - MET Indonesia
Muhammad “Wann” Ridwan. Dokumentasi: MPL ID S4 – MET Indonesia

EVOS Esports yang berisikan formasi menarik, 3 pemain senior (Oura, Donkey, dan Rekt) yang sudah berlaga di MPL sejak Season 1 dan 2 pemain baru (Wann dan Luminaire), berhasil mendominasi keseluruhan turnamen. Di musim ini, Muhammad ‘Wann’ Ridwan adalah pemain Pontianak yang jadi juara MPL Indonesia.

Bisa jadi, kebetulan saja setiap tim juara MPL memiliki pemain asal Pontianak. Apalagi memang banyak pemain asal sana yang mengejar kemampuan untuk bisa sampai ke tingkat kompetitif. Meski demikian, menarik juga jika ingin dicari tahu lebih jauh kenapa banyak para gamer asal Pontianak yang terjun ke esports. Kira-kira kenapa ya?