Google Menyoroti Kenaikan Penelusuran Keuangan Digital hingga Perilaku Belanja Online

Google baru saja merilis edisi ketiga dari “Google Year in Search 2020” untuk pasar Indonesia. Secara garis besar, laporan ini memaparkan tentang temuan berdasarkan Google Trends di sejumlah kawasan di dunia, termasuk Indonesia.

Yang menarik, kali ini Google Trends mendapatkan kenaikan signifikan akibat dari pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal 2020. Kemudian, laporan ini juga mencatat rerata waktu yang dihabiskan untuk online per sehari berkisar 3,6 jam sebelum pandemi. Selama Covid-19, konsumsi internet meningkat menjadi 4,3 jam per hari.

Ada tujuh vertikal yang dibahas dalam laporan ini, tiga di antaranya menampilkan temuan menarik lainnya seputar adopsi digital, antara lain Finance, Media and Entertainment, dan Shopping.

Pandemi dorong minat investasi

Google melaporkan bahwa masyarakat Indonesia mulai proaktif dalam mengelola keuangan selama masa pandemi. Tren ini tercermin dari adanya kenaikan signifikan pada pencarian seputar layanan keuangan dan investasi.

Misalnya berkaitan dengan online banking, kata kunci “buka rekening online” naik 140%, diikuti “tabungan online” sebesar 70%, dan “cara daftar mobile banking” sekitar 20%. Kemudian, ada pula pencarian informasi “dana darurat” dan “tips menabung” dengan kenaikan masing-masing sebesar 140%.

Selain itu, pencarian dengan kata kunci “penundaan cicilan” juga mengalami lonjakan tinggi seiring dengan banyaknya bisnis UMKM yang terdampak dari Covid-19. Pelaku UMKM berupaya mencari informasi mengenai cara melakukan restrukturisasi pinjaman selama pandemi.

“Pelaku UMKM juga mencari berbagai cara untuk mengelola keuangan lebih baik, termasuk melakukan pinjaman untuk mendorong bisnisnya,” ujar
ungkap Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf. Hal ini diikuti kenaikan pencarian “pinjaman UMKM” sebesar 300%.

Dari sisi layanan investasi, masyarakat banyak melakukan pencarian dengan kata kunci “beli emas online” (85%), “bunga deposito” (10%), Pegadaian (13%), “saham” (25%), “reksa dana” (210%), dan “IHSG” (90%).

Podcast dan kuota streaming

Hiburan menjadi aktivitas yang banyak dinikmati masyarakat Indonesia selama masa pandemi, terlebih karena faktor situasi pembatasan sosial di sejumlah daerah, Work From Home (WFH), dan home learning. Menurut Google Trends, ada empat kategori konten hiburan dengan pencarian tertinggi, yakni “music” (240%), “gaming” (210%), “work out” (200%), dan “podcast” 105%.

Selain itu, Covid-19 juga mengubah cara masyarakat Indonesia mengonsumsi internet, ada perubahan pada jumlah pemakaian kuota per harinya. Temuan ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, tetapi kota-kota kecil lainnya.

Pada kata kunci “kuota internet”, ada kenaikan 18% dengan pencarian tinggi berasal dari sejumlah provinsi di luar Jawa, seperti Papua Barat, Aceh, Bengkulu, Riau, dan Sulawesi Utara. Kemudian, kata kunci “kuota belajar” juga mengalami kenaikan serupa khususnya di Sulawesi Barat, Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah.

Adapun pencarian dengan kata kunci “kuota streaming” meroket hingga 150% di banyak provinsi, antara lain Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Bengkulu, Aceh, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Generasi boomer berbelanja online

Google juga mencatat bagaimana pandemi Covid-19 mengubah perilaku konsumen untuk berbelanja online di sepanjang 2002. Pencarian informasi seputar “cashless” naik 160%, diikuti “gratis ongkir” (30%), dan “pay later” (95%).

“Tak cuma milenial saja, generasi X dan boomer kini mulai berbelanja online. Terutama generasi Z yang dianggap sebagai digital native, mereka semakin meningkatkan spending power-nya,” papar Randy.

Bahkan tren ini tidak hanya terjadi dari sisi pembeli saja, tetapi juga penjual. Google melaporkan ada pertumbuhan minat yang besar di Indonesia untuk memulai bisnis secara online. Hal ini terefleksi dari kenaikan pencarian dengan kata kunci “daftar seller” sebesar 55% dan “jualan online” sebesar 40%.

Lebih daripada itu, masyarakat Indonesia kini mulai mengandalkan fitur Google Search untuk mencari jaminan atau kepastian terhadap apa yang mereka ingin lakukan ke depan.

Menengok Kekuatan Besar YouTube sebagai Alat Beriklan

Tidak terbantah lagi bahwa YouTube menempati posisi teratas sebagai destinasi utama hiburan gratis yang menyediakan beragam konten, sampai-sampai dilabeli sebagai mini TV. Praktis, karena banyak kunjungan yang datang ke YouTube, bisa menjadi tempat beriklan yang efektif untuk menjangkau calon konsumen baru.

Menurut data termutakhir YouTube dari ComScore VMX, dikatakan ada 93 juta pengunjung unik di Indonesia yang berusia di atas 18 tahun yang menonton video di YouTube setiap bulannya selama setahun terakhir. Alias, 91% orang Indonesia setidaknya mengunjungi YouTube sekali dalam setiap bulannya.

Jumlah tersebut begitu fantastis karena tidak seberapa kalau digabung antara populasi di Inggris dan Australia. Kenaikan ini meningkat hingga 10% dari tahun sebelumnya sebesar 79 juta.

Jenis konten yang banyak ditonton orang Indonesia dalam rentang 12 bulan hingga Juni 2020 adalah video tentang sains, humaniora, bisnis, dan hukum tumbuh lebih dari 80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penelusuran untuk “drama korea”, “korea drama”, dan “drakor” juga naik 130% untuk periode yang sama.

Lalu, terjadi peningkatan penelusuran hingga 2 kali lipat untuk “cookies” dan “cakes” dan peningkatan lebih dari 50% untuk waktu tonton video multiplayer online battle arena. Meledaknya jumlah kunjungan ini selaras juga dipicu oleh bertambahnya channel kreator yang mendapat subscriber.

Kini ada 19 channel dari Indonesia yang mendapat lebih dari 10 juta subscribers (Diamond button) dan 600 channel yang mendapat lebih dari 1 juta subscribers (Gold button). Seluruh channel ini datang dari beragam konten, seperti hiburan, smartphone, edukasi, label musik, dan kreator individu.

Pencapaian ini begitu menakjubkan bila diartikan buat para marketer. YouTube mengembangkan tools terbaru untuk membantu mereka dalam menjangkau target audiensnya. Yakni CPM Masthead, YouTube Director Mix, dan TrueView Discovery on Search.

“Inovasi terbaru dari tools ini untuk membantu brand mengembangkan bisnis mengembangkan bisnis,” ucap Head of Large Customer Marketing YouTube Indonesia Muriel Makarim dalam konferensi pers secara virtual, kemarin (15/9).

Jangkau konsumen secara online

Dalam tips pertama ini, Muriel menerangkan bahwa beriklan digital adalah suatu keharusan buat brand terlebih di tengah pandemi ini. Tools CPM Masthead ini bisa berguna karena iklan ditempatkan di posisi teratas dari laman utama. Spot tersebut dapat dimanfaatkan brand dan dipersonalisasi sesuai target audiensnya.

“Jadi iklan tersebut hanya akan ada bila target audiensnya sesuai dengan kriteria yang disasar brand, bahkan bisa pilih lokasi audiensnya sehingga budget marketing spend akan lebih efektif.”

Pengalaman untuk terjun ke dunia online juga dilakukan oleh brand FMCG Enesis Group pemilik brand Adem Sari. CMO Adem Sari Ryan Tirta menerangkan, Adem Sari adalah salah satu produk pertama yang diluncurkan grup selama puluhan tahun lalu. Meski secara brand sudah dikenal masyarakat, tapi Adem Sari mulai kehilangan relevansinya dengan kondisi saat ini karena pengguna loyalnya sudah berusia lanjut.

Dengan kata lain, Adem Sari harus terjun ke iklan digital untuk mendapatkan pengguna loyal baru yang datang dari generasi muda. Maka dari itu cara komunikasinya harus diubah.

“Di YouTube kita memasukkan campaign yang lebih appealing ke younger generation. Yang kita selipkan komunikasinya tetap sama, bagaimana mencegah panas dalam karena ini insiden yang sering terjadi, tapi dibuat lebih relevan dengan target audiensnya,” terang Ryan.

Melalui strategi ini yang mendukung periklanan konvensional sebelumnya, Adem Sari berhasil mempertahankan pertumbuhan penjualan meski adanya penutupan toko ritel selama pandemi. Mereka berhasil menjangkau 6 juta pengguna unik melalui kampanye dan memberi dampak pertumbuhan penjualan sebesar 33%. Sementara cost per click vs benchmark turun sampai 4,6 kali lipat.

Berbicara dengan bahasa konsumen

Terkait hal ini menggunakan tools YouTube Director Mix yang dapat mengenali 75 jenis audiens yang berbeda dan 200 materi iklan yang disesuaikan dengan minat individu. Telkomsel termasuk salah satu brand yang memanfaatkan tools tersebut.

VP of Branding and Marketing Communications Telkomsel Nirwan Lesmana menjelaskan bahwa permainan, film, dan musik merupakan beberapa genre yang paling populer di YouTube. Telkomsel melihat peluang untuk berekspansi ke layanan gaya hidup digital untuk mendorong kesadaran terhadap tiga produk yang sudah dimiliki perusahaan.

Untuk itu, perusahaan perlu menyampaikan pesan yang relevan dengan minat setiap individu dengan Director Mix. membuat 200 materi iklan yang disesuaikan dengan minat individu dengan menargetkan lebih dari 75 audiens yang berbeda. Bagi penggemar musik, disuguhi pesan “Streaming semua lagu favorit Anda melalui satu platform,” sementara bagi penggemar permainan disuguhi pesan “Beli kuota game dengan mudah melalui MyTelkomsel”.

Ikuti kemauan konsumen

Banyaknya ibu-ibu yang bekerja dari rumah karena Covid-19, semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk memasak. Kesempatan tersebut diambil Frisian Flag untuk meningkatkan konsumsi susu bubuk dengan menginspirasi para ibu melalui berbagai resep membuat kue di rumah.

Terlebih query penelusuran untuk “baking”, “kue”, dan “cookie” melonjak 100% di YouTube sekitar bulan April, Frisian Flag membuat 17 video resep yang mudah dengan menggunakan susu bubuknya. Dengan menggunakan fitur baru di YouTube Search, video resep satu menit ini dapat menjangkau pengguna yang mencari “kue” dan 6 ribu kata kunci relevan lainnya.

Marketing Director Frisian Flag Felicia Julian mengungkapkan, respons penonton terhadap video satu menit yang ditayangkan pada Mei 2020 sangat baik. Secara rata-rata, pengguna menonton 90% dari setiap video, menghasilkan impresi 60% lebih tinggi dengan setengah dari biaya yang harus dikeluarkan dibandingkan kampanye sebelumnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here