3 Cara Cek Resi Ninja Xpress, Mudah dan Cepat!

Ninja Xpress merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa pengiriman barang di Indonesia. Sebelumnya, Ninja Xpress bernama Ninja Van ID. Ninja Xpress menyediakan berbagai berbagai jasa pengiriman barang, seperti sistem taruh paket, COD, hingga melakukan penjemputan barang.

Ninja Xpress mampu melakukan pengiriman barang ke seluruh penjuru Indonesia. Ninja Xpress juga sudah menjalin kerjasama dengan marketplace populer di Indonesia, seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, dan masih banyak lagi. Nah, kalau kamu pengguna jasa pengiriman Ninja Express kamu bisa melakukan pelacakan paketmu dengan mudah. Berikut artikel cara cek resi Ninja Xpress.

Menggunakan Website Ninja Xpress

Cara Cek Resi Ninja Xpress
Website Ninjaxpress.co.id

Cara pertama kamu bisa menggunakan website resmi Ninja Xpress untuk melakukan pelacakan paket dengan pengiriman dalam negeri maupun luar negeri pada tautan ninjaxpress.co/id-id/tracking. Berikut langkah-langkahnya:

Menggunakan Website Paketmu.com

Cara Cek Resi Ninja Xpress
Website Paketmu.com

Cara kedua, kamu bisa melakukan pelacakan paket melalui website paketmu.com/ninja-xpress/. Caranya pun terbilang mudah untuk dilakukan. Berikut langkah-langkahnya:

  • Kunjungi tautan paketmu.com/ninja-xpress/ terlebih dahulu.
  • Masukan nomor resi Ninja Xpress pada kolom nomor resi pengiriman.
  • Klik lacak paket.
  • Selesai, informasi lokasi paketmu akan terlihat secara real-time.

Menggunakan Website Cekresi.com

Cara Cek Resi Ninja Xpress
Website Cekresi.com

Cara terakhir, kamu bisa memanfaatkan fitur yang tersedia pada website cekresi.com. Salah satunya untuk melakukan pelacakan posisi paket Ninja Xpress. Berikut langkah-langkahnya:

  • Kunjungi website https://cekresi.com/tracking/cek-resi-ninja-xpress.php.
  • Masukkan nomor resi Ninja Xpress.
  • Klik menu cek resi.
  • Selesai, informasi mengenai paketmu akan ditampilkan.

Berikut informasi cek resi Ninja Xpress. Kamu bisa melakukannya dengan mudah, cukup manfaatkan saja web di atas, lalu ketik nomor resimu dan selesai. Semoga informasi berikut bermanfaat, ya!

Atomos Umumkan Ninja V+ dan Stream, Tawarkan Kapabilitas 8K 30fps ProRes Raw

Atomos telah mengumumkan dua perangkat monitor/recorder baru yaitu Ninja V+ dan Ninja Stream. Serta, pembaruan besar untuk Ninja V dengan firmware berbayar pertamanya seharga US$99 atau sekitar Rp1,4 jutaan yang rencananya akan dirilis pada bulan Mei 2021.

Ninja V sendiri dirilis pada tahun 2018, sejak itu Atomos secara konsisten merilis pembaruan gratis agar kompatibel dengan kamera baru. Lewat firmware berbayar ini Atomos meningkatkannya dengan memberi dukungan codec H.265 (HEVC). Berkat codec baru, monitor HDR 5 inci 1000 nit ini memungkinkan merekam footage 4K 60fps 10-bit 4:2:2 full ‘i’ frame dan juga 8-bit dengan opsi kecepatan data bervariasi.

Ninja V+ dan Ninja Stream

Butuh tiga tahun bagi Otomos untuk merilis penerus Ninja V. Dari segi desain, keduanya berbagi form factor yang sama. Bedanya bezel Ninja V+ dipoles dengan warna stealth grey. Tentu saja, perubahan besar terletak pada bagian dalamnya untuk merekam video dengan kualitas setinggi mungkin.

Keunggulan Ninja V+ dibanding pendahulunya adalah kemampuannya merekam video hingga resolusi 8K 30fps dan 4K 120fps secara terus menerus di format Apple ProRes RAW pada sistem kamera yang kompatibel. Ninja V+ secara bawaan juga sudah mendukung codec H.265 (HEVC) tanpa perlu melakukan upgrade berbayar.

Atomos belum mengungkap daftar lengkap kamera yang kompatibel dengan Ninja V+, pada press release-nya Atomos menyebut Canon EOS R5 untuk perekaman 8K 30fps. Sedangkan untuk dukungan 4K 120fps akan datang ke Z CAM E2 dan E2-M4.

Untuk mendukung pengguna SDI, Atomos juga memperkenalkan Ninja V+ Pro Kit yang dilengkapi dengan aksesori tambahan seperti adapter AtomX SDI. Dengan ini memungkinkan perekaman 4K 120fps ProRes RAW dari output SDI RAW pada Sony FX9 dan FX6.

Geser ke Ninja Stream, Atomos bilang bahwa monitor/recorder ini dirancang khusus untuk mengatasi tantangan produksi pada pembatasan jarak sosial seperti saat pandemi saat ini. Ninja Stream menawarkan perekaman ProRes dan H.264/5 proxy secara simultan dengan nama file dan timecode bersama, sambil mengirim feed video ke Ninja lain, smart device, atau platform berbasis web secara bersamaan.

Untuk detail spesifikasinya, monitor/recorder HDR 5 inci 4K dengan kecerahan maksimum 1.000 nit ini telah dilengkapi konektivitas WiFi, Ethernet, dan port USB-C. Feed video dari Ninja Stream dapat dibagikan dengan orang lain melalui WiFi atau melalui Ethernet 1Gbe hingga 300 meter tanpa perlu PC untuk transfer data dan live streaming.

Sumber: DPreview

Pasca Mixer Tutup, Ninja Lakukan Streaming di YouTube

Tutupnya layanan Mixer pada 24 Juni 2020 lalu membuat Tyler Blevins (Ninja) berada dalam posisi free agent hingga saat ini. Namun kemarin sosok selebriti gamers ini membuat sebuah posting Twitter yang berisi promosi tayangan stream miliknya di YouTube. Walau demikian belum bisa disimpulkan bahwa Ninja akan melakukan streaming secara eksklusif dengan YouTube, karena belum ada pengumuman apapun hingga saat ini.

Sebelumnya, Ninja kesepakatan penayangan streaming dirinya secara eksklusif dengan Mixer pada Agustus 2019 lalu, dengan kontrak dikabarkan sekitar 20 sampai 30 juta dollar AS. Pesona seorang Tyler Blevins membuat game streamer lainnya tergoda untuk pindah haluan ke Mixer. Sayangnya, walau jumlah game streamer di Mixer makin banyak, namun tidak ada dampak yang positif dari jumlah penonton.

Akhirnya, walau sudah menggaet Ninja dan Shroud, Mixer tidak bertahan lama. Pesona dua game streamer papan atas tersebut ternyata tidak bisa menumbangkan dominasi Twitch di dalam pasar platform streaming. Untuk memfasilitasi streamer yang sudah terlanjur bergabung ke dalam Mixer, Microsoft bekerja sama dengan Facebook Gaming. Nantinya seluruh akses Mixer dialihkan ke Facebook Gaming, para streamer yang sudah menjadi bagian Mixer punya pilihan untuk pindah ke Facebook Gaming.

Mengutip Esports Observer, tutupnya Mixer membuat kontrak Ninja dengan platform tersebut jadi tidak berlaku. Maka dari itu untuk sementara waktu Ninja dapat melakukan stream dengan sesuka hati, kapan pun dan di platform mana pun. Namun mengutip jurnalis esports ESPN, Rod Breslau (Slasher), dikatakan bahwa Ninja saat ini masih dalam negosiasi hak siar streaming atas dirinya dengan beberapa platform. Memiliki akun YouTube dengan 23 juta subscriber, streaming yang dilakukan Ninja kemarin berhasil menyentuh jumlah penonton tertinggi sebanyak 167.000 orang.

Mengingat posisi Ninja yang begitu berpengaruh dalam internet culture, tidak heran jika dirinya diperebutkan berbagai platform streaming. Apalagi sampai saat ini perang platform streaming masih belum berakhir, menyisakan Facebook Gaming, YouTube Gaming, dan Twitch di dalam peperangan. Jadi, kira-kira ke mana Ninja akan berlabuh nantinya? Apakah akan kembali ke Twitch, atau berlabuh ke tempat baru lagi?

Pendapatan Tahunan Ninja dan Shroud Kini Lebih Besar dari Pemain Bola

Industri gaming di luar negeri sana kini membengkak menjadi segitu besarnya. Tahun 2019 ini saja, Newzoo memprediksi nilainya akan mencapai US$152,1 miliar. Jumlah ini bahkan mengalahkan valuasi gabungan industri film, musik, liga American Football NFL, liga basket NBA, liga baseball MLB, dan liga hoki es NHL.

Melihat ini, maka tak heran jika superstar di dunia gaming juga bisa punya pendapatan melebihi dari superstar di bidang industri hiburan lainnya. Baru-baru ini salah satu media asal Inggris Raya, The Sun, melaporkan bahwa pendapatan tahunan Ninja dan Shroud, duo superstar streamer, sudah melebihi pendapatan pemain bola ternama, Harry Kane dari Tottenham Hotspurs dan Virgil van Dijk dari Liverpool.

Sumber: The Sun
Pendapatan tahunan Ninja dan Shroud mencapai 10,3 juta Poundsterling atau sekitar US$13,3 juta. Sumber: The Sun

Laporan ini dibuat berdasarkan laporan dari Bloomberg yang mengatakan bahwa Ninja mendapatkan US$40 juta (Rp559 miliar) untuk kontrak selama tiga sampai lima tahun. Ini artinya pendapatan Ninja sekitar US$13,3 juta (Rp185 miliar) setiap tahunnya. Jumlah tersebut terpaut cukup tipis jika dibandingkan dengan kontrak milik Harry Kane yang sejumlah US$13,2 juta per tahun (Rp184 miliar), dan beda cukup besar dibanding van Dijk yang menerima US$12,2 juta (Rp170 miliar) per tahun.

Pendapatan streamer sebagai seorang entertainer di kalangan gamers memang terbilang cukup besar. Sebelumnya, Hybrid juga sudah sempat melaporkan, bahwa Ninja bisa menerima Rp700 juta per jam, hanya untuk mempromosikan dengan memainkan sebuah game di dalam streaming yang ia lakukan.

Laporan itu tersebut muncul setelah Ninja dan Shroud ramai-ramai memainkan Apex Legends sebagai bagian dari usaha Electronic Arts untuk mempromosikan game Battle Royale bertempo cepat besutannya.Tak hanya di luar negeri sana, streamer di Indonesia juga terbilang cukup makmur dengan pendapatan yang cenderung lebih besar dibanding rata-rata gaji pekerja di ekosistem esports. Dalam perbincangan saya dengan salah seorang streamer, ia mengatakan bahwa dirinya menerima pendaptan bersih sekitar Rp14 juta setiap bulannya.

Ninja
Sumber: Ninja

Namun itu tidak didapatkan lewat mitos yang selama ini ramai tersebar di kalangan awam, yaitu main game lalu dapat uang. Sang streamer harus konsisten terlihat ceria dan menghibur penontonnya selama kurang lebih 3 jam setiap harinya. Belum lagi selalu ada evaluasi untuk setiap streaming yang ia lakukan, dengan kemungkinan bayarannya menurun jika angka engagement atau viewership yang dia dapatkan menurun.

Terlepas dari semua hingar bingar soal uang yang didapatkan seorang streamer, nyatanya tetap butuh usaha yang keras untuk dapat mencapai hal tersebut, bahkan untuk seorang Ninja. Ia sendiri sudah malang melintang di dunia gaming sejak dari 2009 lalu. Mengawali karirnya sebagai seorang pemain profesional Halo 3, ia lalu mulai menjajaki karir sebagai streamer di 2011, dan baru mulai populer awal 2018 saat Fortnite baru rilis.

Jadi anggapan awam “main game lalu dapat uang” sebenarnya tidak salah, namun juga tidak sepenuhnya benar. Karena di baliknya ada sebuah proses yang tidak bisa didapatkan secara instan, dan butuh berbagai macam pengorbanan untuk mencapainya.

Sumber header: The Verge

Adidas Gaet Tyler “Ninja” Blevins untuk Kolaborasi Produk Fisik dan Virtual

Tyler Blevins alias Ninja boleh saja sudah tidak berafiliasi dengan Twitch. Namun itu tidak mementahkan statusnya sebagai salah satu figur paling populer di dunia game streaming. Sejak bergabung secara eksklusif dengan platform streaming milik Microsoft yaitu Mixer, Ninja sudah memiliki lebih dari dua juta follower. Ia juga memiliki proyek-proyek lain seperti rencana untuk menerbitkan beberapa buah buku.

Kabar terbaru dari Ninja adalah jalinan kerja sama antara dirinya dengan brand apparel dan perlengkapan olahraga ternama, Adidas.  Dalam sebuah kampanye bertajuk “Time In”, Adidas dan Ninja menunjukkan adanya sebuah kemiripan antara olahraga dengan gamer profesional. Yaitu bahwa keduanya memerlukan usaha keras, mengharuskan pelakunya untuk menghabiskan banyak waktu sebelum bisa mencapai kesuksesan. Atau bila diungkapkan dalam bahasa Inggris, “Putting the time in.”

Adidas bukanlah brand pertama yang melakukan kerja sama dengan Ninja. Sebelumnya, Ninja sudah pernah tampil di salah satu iklan Samsung Galaxy S10, bersama dengan Jung Chanwoo dari grup boyband K-Pop iKON. Ninja juga disponsori oleh Red Bull, dan memiliki ikatan dengan brand kursi gaming Maxnomic serta brand PC gaming NZXT BLD. Sebelum bekerja sama dengan Adidas, Ninja sudah memiliki produk fashion sendiri hasil kerja sama dengan Red Bull dalam wujud ikat kepala (official gameplay headband).

Dalam video kolaborasi singkat yang diluncurkan, Ninja mengaku merasa terhormat bisa menjalin kerja sama dengan Adidas. Akan tetapi kedua pihak masih belum mengumumkan produk apa yang mereka hasilkan dari kolaborasi ini. Menurut keterangan yang disampaikan Adidas kepada The Verge, kerja sama ini merupakan kerja sama jangka panjang dengan waktu berlaku beberapa tahun.

Ninja x Adidas - Hoodie
Hoodie bertuliskan “Ninja”, produk baru Adidas? | Sumber: Ninja

“Saya tidak bisa mengatakan secara spesifik apa yang sedang saya kerjakan bersama Adidas, tapi silahkan gunakan imajinasi Anda,” ujar Ninja dalam sebuah tayangan streaming di Mixer. Menurut Adidas, kolaborasi ini berpotensi menghasilkan produk dalam wujud digital ataupun fisik. Di video Time In sendiri, Ninja terlihat mengenakan hoodie Adidas dengan tulisan “Ninja” di lengannya, tapi belum diketahui apakah hoodie tersebut merupakan produk yang mereka maksud atau bukan.

Ninja berkata bahwa informasi lebih lanjut tentang kerja sama dengan Adidas ini akan diungkap dalam waktu dekat. Bila Anda berminat untuk menyaksikan tayangan streaming Ninja, Anda bisa mengunjungi channel Mixer miliknya setiap hari pada pukul 21:30 – 06:00 WIB (9:30 – 18:00 CST). Game utama yang ia mainkan sudah pasti Fortnite, tapi Ninja juga memainkan judul lain sesekali seperti Minecraft.

Sumber: The Verge, Adidas

Fitur-Fitur Menarik Mixer yang Menjadikannya Saingan Berat Twitch

Belum lama ini, jagat game streaming dikejutkan oleh keputusan besar yang dilakukan salah satu streamer terpopuler dunia, Tyler “Ninja” Blevins. Pria asal Swedia yang telah membesarkan namanya di Twitch itu mendadak berpindah platform dan melakukan streaming secara eksklusif di Mixer. Ini membuat banyak pihak bertanya-tanya, apa alasan Ninja melakukannya dan mengapa harus di Mixer ketimbang Twitch?

Bila Anda belum tahu, Mixer adalah platform streaming yang diluncurkan pada tahun 2016 oleh co-founder Matthew Salsamendi dan James Boehm. Awalnya bernama Beam, platform ini memenangkan kompetisi TechCrunch Disrupt New York 2016 Battlefield, kemudian diakuisisi oleh Microsoft tak lama sesudahnya. Mixer telah terintegrasi dengan Windows 10 dan Xbox One sejak tahun 2017, dan kini siap adu otot melawan Twitch setelah menjalin kontrak dengan Ninja.

Tapi kembali ke pertanyaan awal, mengapa harus Mixer? Apa kelebihan Mixer? Berikut ini beberapa fitur andalan Mixer yang membuatnya menarik dan bisa jadi pesaing berat Twitch sebagai platform utama game streaming Anda.

Mixer - Startup Battlefield 2016
Mixer (dulunya Beam) di acara Startup Battlefield 2016 | Sumber: TechCrunch

Protokol Faster Than Light

Sejak pertama kali diluncurkan, Mixer memiliki satu tujuan utama, yaitu mengubah dunia streaming dari sekadar video satu arah menjadi kegiatan interaktif bersama fans. Untuk itu, latency menjadi faktor kunci. Platform streaming sering kali menampilkan tayangan video terlambat beberapa detik dari game aslinya, namun berkat protokol jaringan yang disebut Faster Than Light, Mixer dapat menayangkan video dengan delay kurang dari satu detik (sub-second latency).

MixPlay

Fitur ini memungkinkan para penonton untuk berinteraksi dengan streamer lewat cara-cara selain chat. Contohnya, penonton dapat melakukan voting agar streamer mengambil pilihan dialog tertentu, memberikan tantangan atau bantuan dalam sebuah game, dan lain sebagainya. Pemain bahkan bisa memanipulasi isi game itu sendiri secara langsung. Sebagai contoh, fitur MixPlay di Minecraft dapat digunakan oleh penonton untuk memunculkan objek baru atau monster di layar.

MixPlay juga memungkinkan penonton untuk menambahkan suara, efek video, menampilkan statistik/leaderboard, dan pelengkap-pelengkap lainnya. Hasilnya adalah pengalaman menonton yang lebih komplet dibanding siaran streaming di platform lain.

Mixer - MixPlay
Lewat MixPlay, penonton bisa mempengaruhi konten siaran streaming

Share Controller

Fitur unik yang hanya dapat terjadi berkat protokol cepat seperti Faster Than Light, adalah adalah Share Controller. Penonton dapat mengambil alih kendali game dari tangan streamer, kemudian mengontrol game tersebut dari jauh. Jadi penonton tak hanya berperan sebagai penonton, namun juga dapat bermain bersama streamer favoritnya. Mixer juga menyediakan filter khusus untuk hanya menampilkan tayangan streaming yang mengaktifkan fitur Share Controller.

Cooperative Stream

Satu lagi fitur yang cukup keren adalah Cooperative Stream, atau Costream. Fitur ini memungkinkan para streamer untuk melakukan siaran bersama dengan layar split-screen. Pada saat artikel ini ditulis, Mixer memfasilitasi Costream dengan hingga empat streamer sekaligus.

Mixer - Costream
Tampilan Cooperative Stream di Mixer

HypeZone

Fitur yang akan sangat menarik bila diterapkan dalam kompetisi esports adalah HypeZone. Lewat fitur ini, tayangan streaming di Mixer dapat berpindah secara otomatis dari satu streamer ke streamer lain untuk menyoroti pemain yang paling dekat dari mencapai kemenangan. Beberapa game yang mendukung fitur HypeZone antara lain adalah Fortnite, PUBG, Rainbow Six: Siege, serta Call of Duty: Black Ops 4.

Skill, Spark, dan Ember

Update yang belum lama ini diluncurkan oleh Mixer dengan nama Season 2 memberikan berbagai tambahan fitur untuk membuat kegiatan menonton streaming lebih menarik. Salah satunya adalah Skill, yang membuat jendela chat jadi lebih berwarna. Skill terdiri dari berbagai macam hal, mulai dari sekadar stiker di chat, efek-efek khusus, hingga mini-game yang bisa dimainkan bersama-sama dengan penonton lainnya.

Penonton dapat membeli Skill dengan cara mengumpulkan “mata uang” yang disebut Spark. Tapi untuk membeli beberapa Skill premium, penonton bisa mengunakan Ember, yaitu mata uang khusus yang dapat dibeli dengan uang sungguhan.

Mixer - Team
Para streamer bisa berkoalisi dan membentuk Team

Team

Satu lagi yang menarik dari Mixer adalah di sini para streamer bisa berkoalisi dan mendirikan Team. Sebuah Team bisa merupakan grup kasual yang terdiri dari sekumpulan teman, hingga kerja sama besar yang melibatkan bisnis. Ini tentunya memudahkan penonton untuk menemukan hiburan dengan tema yang sama, juga membantu para streamer untuk berkolaborasi serta membesarkan komunitas. Mixer juga memiliki Team resmi bernama Mixer Partners.

Melihat fitur-fitur di atas, rasanya tak heran bila Mixer kemudian digadang-gadang sebagai platform yang akan “mengubah game streaming menjadi lebih dinamis”. Malah saya merasa menggunakan Mixer itu sendiri sudah seperti memainkan sebuah game, bukannya sekadar menonton siaran. Integrasinya dengan dua platform raksasa (Xbox dan Windows) juga jadi nilai plus besar, karena ini membuat para streamer dapat langsung menyiarkan game tanpa mengutak-atik software tambahan.

Apakah Mixer bisa mengalahkan Twitch di masa depan? Tidak ada yang tahu, akan tetapi kemungkinan itu jelas ada. Apalagi bila Twitch tidak melakukan adaptasi untuk menyaingi fitur-fitur menarik yang ditawarkan Mixer. Kepindahan Ninja juga bisa jadi momentum bagi streamer lain untuk ikut pindah ke platform tersebut. Siapa tahu dalam waktu dekat akan ada kompetisi esports yang melakukan kerja sama dengan Mixer juga. Mari kita pantau bersama bagaimana Microsoft akan mengeksekusi strateginya di masa depan.

Sumber: Mixer, TechCrunch, Eurogamer

Tyler “Ninja” Blevins Berencana Terbitkan Tiga Buku Sepanjang Tahun 2019

Tyler Blevins alias Ninja mungkin sudah punya cukup banyak uang dari penghasilannya sebagai salah satu streamer tersukses (malah mungkin yang paling sukses) di dunia. Tapi itu tak lantas membuatnya malas mengeksplorasi hal-hal baru. Seperti yang belum lama ini terungkap, rupanya Ninja sedang bersiap-siap untuk menerbitkan tiga buku berbeda sepanjang tahun 2019.

Ninja menjalin kerja sama dengan perusahaan penerbit buku ternama Amerika Serikat, Penguin Random House, yang telah berpengalaman menerbitkan buku-buku best seller dari penulis ternama. Termasuk di antaranya Paulo Coelho, John Grisham, hingga Carrie Fisher. Dalam prosesnya, Ninja diwakilkan oleh perusahaan manajemen Loaded yang juga menangani beberapa influencer terkenal seperti Michael “Shroud” Grzesiek, Ben “DrLupo” Lupo, dan Jack “CouRage” Dunlop.

Sebagai seorang streamer, tema buku-buku yang dibuat oleh Ninja pun tak jauh-jauh dari kehidupannya dan video game. Tiga buku itu terdiri dari:

  • Ninja: Get Good. Buku untuk anak-anak berisi tips memulai karier sebagai seorang streamer, meningkatkan kemampuan bermain game, serta mengembangkan komunitas di internet.
  • Ninja Notebook. Jurnal berisi ide-ide kepenulisan (writing prompts), tips dan trik, serta berbagai stiker.
  • Ninja: The Most Dangerous Game. Novel grafis hasil kerja sama antara Ninja dengan penulis komik Justin Jordan (Superboy, Green Lantern: New Guardians) dan ilustrator Felipe Magaña (ilustrator resmi Team Liquid). Cerita fiksi tentang Ninja yang terlempar ke dalam dunia battle royale digital, judul ini direncanakan akan menjadi novel grafis berseri, dan ditujukan untuk remaja serta dewasa muda.

Dua buku pertama Ninja akan terbit di bawah brand buku lifestyle milik Penguin Random House, yaitu Clarkson Potter. Sementara buku ketiga akan terbit di bawah bendera Ten Speed Press yang merupakan brand untuk buku-buku nonfiksi.

“Dengan setiap kerja sama brand yang kami buat, kami ingin memastikan bahwa klien kami bisa berkomunikasi secara efektif dengan fanbase mereka, baik online dan offline. Clarkson Potter dan Ten Speed Press memungkinkan kami untuk bekerja bersama Ninja untuk memanfaatkan keahlian serta kreativitas miliknya dengan cara yang autentik,” ujar Brandon Freytag, founder sekaligus CEO Loaded, dilansir dari The Esports Observer, “Kami gembira bisa memberikan buku-buku ini kepada para penggemar Ninja dan pecinta gaming, menawarkan mereka kesempatan untuk belajar dari salah satu buku how-to bertema gaming terbaik yang pernah ditulis, serta masuk ke dalam dunia gaming yang fantastis.”

Melalui Twitter, Ninja telah mengumumkan bahwa buku pertamanya yaitu Ninja: Get Good akan terbit pada bulan Agustus dan sudah dapat dipesan mulai sekarang. Sayangnya belum ada informasi untuk dua buku sisanya. Akankah penciptaan karya seperti ini menjadi tren di kalangan streamer dan influencer lainnya?

Sumber: The Esports Observer, Ninja, ESPN

WSJ: Streamer Terkemuka Dibayar Rp700 Juta Per Jam untuk Promosi Game

Influencer di dunia marketing telah menjadi kekuatan yang diakui, serta terbukti dapat menghasilkan tingkat konversi yang tinggi. Hal ini juga berlaku dalam industri video game. Sudah bukan rahasia bahwa banyak penerbit ternama yang gemar membayar influencer terkenal untuk memainkan game baru mereka lewat platform streaming Twitch, contohnya EA ketika merilis Apex Legends beberapa waktu lalu. Di zaman sekarang, popularitas suatu game di Twitch bahkan dapat menjadi indikator kuat akan kesuksesannya di pasaran.

Yang jadi pertanyaan bagi kita adalah seberapa efektif kekuatan influencer itu, dan berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk menggunakan influencer marketing? Wall Street Journal (WSJ) mengungkapnya dalam artikel yang diterbitkan pada tanggal 18 Mei 2019 kemarin. Menurut laporan WSJ tersebut, streamer terkenal di Twitch bisa mendapatkan kontrak untuk memainkan game dengan nilai hingga US$50.000 per jam, atau sekitar Rp724,1 juta per jamnya. Luar biasa!

WSJ menyebutkan bahwa beberapa penerbit yang sudah sering menggunakan jasa influencer ternama antara lain Activision Blizzard, Take-Two, Ubisoft, serta tentu saja Electronic Arts. Menariknya, angka US$50.000 itu bukan angka terbesar di dunia streaming. Menurut sumber-sumber yang dikontak oleh Kotaku, tawaran streaming itu bisa mencapai US$60.000, bahkan lebih. Untuk kontrak jangka panjang, nilainya bisa mencapai ratusan ribu bahkan jutaan dolar.

Ninja (Tyler Blevins) adalah salah satu streamer yang dikabarkan pernah menerima kontrak tujuh digit tersebut. Menurut laporan Reuters, Ninja menerima bayaran sebesar US$1.000.000 dari EA untuk mempromosikan Apex Legends di Twitch dan Twitter. EA juga mengontrak beberapa streamer lain, contohnya Shroud (Michael Grzesiek). Strategi ini terbilang sukses, karena Apex Legends sempat menjadi game paling populer di Twitch untuk waktu yang cukup lama. Nilai saham EA pun meningkat hingga sekitar 10% karenanya.

Game Anda menduduki peringkat atas di Twitch sekarang punya nilai yang besar,” kata Adam Lieb, CEO perusahaan marketing Gamesight, dilansir dari Kotaku. Menurutnya, dengan biaya yang sama, pemasangan iklan di Twitch atau IGN tidak akan menghasilkan dampak yang sama besarnya. Akan tetapi penentuan nilai kontrak streamer ini cukup rumit karena tidak semua streamer dapat memberi hasil yang sama.

Sebagai contoh, ketika audiens seorang streamer sudah sangat besar, bisa jadi banyak dari audiens itu terdiri dari pemirsa muda. Artinya kemungkinan mereka berinteraksi dengan konten game yang disiarkan lebih kecil. Kita tidak bisa mematok perhitungan harga sederhana, misalnya US$1 untuk 1 viewer per 1 jam.

Efektivitas influencer salah satunya datang dari kedekatan personal antara influencer dengan audiens mereka. Ketika audiens modern melihat iklan konvensional, mereka cenderung kurang percaya karena mereka tahu iklan sudah dirancang oleh perusahaan untuk menunjukkan keunggulan produk. Tapi ketika melihat influencer, mereka menemukan sosok yang lebih terpercaya, apa adanya, dan dapat menjadi rujukan rekomendasi yang lebih baik. Influencer yang terikat kontrak pasti memiliki aturan-aturan tertentu (misalnya tidak boleh berkata kasar ketika streaming), tapi mereka masih dipandang sebagai sosok yang jujur ketimbang iklan konvensional.

Dengan semakin membesarnya pasar industri streaming, para selebritas internet telah menjadi sarana pemasaran yang efektif dan relatif murah. Nanti mungkin akan tiba waktunya di mana kita tak lagi bisa membedakan mana konten video yang jujur dan mana yang sebenarnya iklan. Tugas para streamer dan influencer adalah menjaga integritas mereka agar mereka tetap objektif terhadap produk yang mereka iklankan, dan tidak berubah menjadi perpanjangan mulut korporasi saja.

Sumber: Kotaku, Wall Street Journal