Platform Crowdfunding IndoGiving Resmikan Kehadiran, Tawarkan Galang Dana Berbasis Hadiah

Platform crowdfunding IndoGiving meresmikan kehadirannya di Indonesia dengan pendekatan berbasis hadiah untuk para pendonor yang sudah turut berpartisipasi. Potensi galang dana yang besar dan masih memiliki banyak masalah dalam proses pengumpulannya, menjadikan IndoGiving yakin dapat meraih perhatian terlebih pendekatan yang ditawarkan berbeda dengan pemain sejenis.

Founder dan CEO IndoGiving Adam D Kawilarang menjelaskan, selama ini pemerintah memang memiliki banyak program untuk penyaluran bantuan ke masyarakat yang membutuhkan. Kendati demikian, dampaknya justru akan lebih cepat terasa apabila pihak swasta turut membantu. Inilah yang ingin dilakukan IndoGiving.

Yang membedakan dengan platform lainnya, IndoGiving memberikan sejumlah hadiah berupa poin untuk setiap pendonor yang telah berpartisipasi dalam setiap proyek. Poin tersebut dapat ditukar dengan hadiah-hadiah yang telah disediakan oleh merchant yang sudah tergabung sebagai mitra IndoGiving.

“Selain itu kami juga menyediakan laman khusus untuk komunitas yang ingin menggalang dana di kalangan mereka sendiri saja yang bisa berdonasi, sehingga tertutup untuk pendonor eksternal,” terang Adam, Rabu (5/9).

Untuk monetisasinya, IndoGiving hanya mengandalkan sistem komisi sebesar 3% dari nilai penggalangan dana yang berhasil terkumpul. IndoGiving disebut telah menerima investasi dari angel investor lokal yang tidak disebutkan namanya.

Terapkan verifikasi berulang

Adam melanjutkan perusahaan melakukan verifikasi berulang untuk memastikan proyek yang terpanjang di laman situs bukan proyek fiktif. Dari kreator proyek pun akan dicek ulang, sebelum mereka dapat memajang proyek buatan mereka. Ada sejumlah data pribadi yang perlu dimasukkan sebagai persyaratannya.

Begitupun untuk penerima dana hasil proyek itu sendiri, misalnya nomor rekening penerima yang harus sesuai. Ketika proyek sudah berhasil terdanai, kreator harus melaporkan hasil akhirnya kepada IndoGiving. Bila tidak, maka mereka akan mendapat rating buruk sehingga berdampak pada reputasi mereka saat ingin mengajukan proyek baru ke depannya.

“Kami harus memastikan semua proyek yang masuk dalam IndoGiving itu proyek yang nyata. Dari kreator kami verifikasi keasliannya, dari proyeknya pun demikian kami cek ulang. Intinya ingin setransparan mungkin ke semua pihak.”

Kreator proyek, sambungnya, dapat menampilkan profil diri atau justru sebagai anonim. Bisa juga, proyek hanya ditampilkan untuk kalangan tertentu saja sehingga tertutup untuk orang umum.

Adam bilang sampai setahun ke depan, IndoGiving setidaknya ingin menyukseskan 10 ribu proyek dari berbagai segmen yang tersedia. Mulai dari beasiswa pendidikan, kegiatan sosial, pengembangan masyarakat, kemanusiaan, panti asuhan, dan lingkungan.

Sementara ini, IndoGiving baru bisa diakses lewat situs desktop. Adam mengaku versi aplikasi untuk Android akan tersedia pada akhir bulan September 2018. IndoGiving segera membuka opsi untuk pendonor dari luar negeri untuk berpartisipasi dalam proyek. Nantinya akan ada opsi transaksi via PayPal dan kartu kredit.

Platform Social Crowdfunding Xedeka Permudah Donasi Secara Online

Masih timpangnya jumlah si kaya dan si miskin, menjadi salah satu penyebab mengapa belum maksimalnya pengelolaan zakat di Indonesia. Padahal, mengutip dari data Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), total aset zakat di Indonesia mencapai Rp217 triliun. Aset tersebut dinilai mampu membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan.

Semangat ingin memberi kemudahan berdonasi kapan saja dan di mana saja menjadi alasan bagi Lutfi Chaer beserta empat kawannya untuk meluncurkan aplikasi berbasis crowdfunding Xedeka dengan dana sendiri. Inisiasi ini timbul sejak tahun lalu hingga akhirnya berbuah lewat soft launching aplikasi Xedeka pada pekan lalu, (25/8). Untuk sementara, aplikasi Xedeka baru tersedia untuk versi Android.

“Xedeka adalah social crowdfunding platform berbasis menghimpun dana untuk disalurkan ke program sosial. Setiap dana yang kami himpun tidak langsung disalurkan ke suatu program tanpa persetujuan pengguna,” terang Co-Founder dan CEO Xedeka Lutfi Chaer.

Xedeka ingin menularkan kebiasaaan berdonasi dengan ringan setiap hari. Kebiasaan tersebut diharapkan terus tumbuh membentuk karakter dermawan dan kepedulian sosial. Tak hanya itu, aplikasi ini memiliki fitur yang berfungsi mengajak keluarga dan kolega untuk ikut berdonasi ke dalam program-program sosial yang dihadirkan Xedeka atau membuat sendiri programnya.

Hal ini membuat posisi Xedeka sebagai suplemen dan katalisator bagi lembaga sosial, komunitas, atau individu yang memiliki kepedulian dan komitmen untuk menggalang donasi.

Sementara ini, ada empat program yang dihadirkan lewat Xedeka. Mereka adalah program x-worship berupa wakaf 10 ribu mushaf Al Quran syar’i, x-preneur berupa wakaf tunai produktif untuk membuka satu outlet rumah makan Bebek Dower, x-health berupa penyediaan fasilitas kesehatan bagi 10 ribu anak dhuafa yatim, dan x-care yakni pembangunan infrastruktur ATM Beras untuk solusi distribusi beras tepat sasaran.

Status badan hukum

Yang sedikit berbeda, Xedeka rupanya berstatus badan hukum sebagai yayasan, dengan nama Yayasan Xedeka Derma Katulistiwa. Lutfi berasalan pihaknya mengambil posisi ini mengingat secara legal badan yang boleh mengelola dana sosial di Indonesia hanya yayasan.

Kendati demikian, dia mengaku dalam waktu dekat akan segera mendirikan badan hukum berstatus perseroan terbatas (PT) untuk menopang dari sisi operasional.

“Nanti yang ingin kita bangun untuk back up bisnis Xedeka dengan status hukum PT. Posisi PT nanti akan menaungi yayasan.”

Target dan rencana monetisasi Xedeka

Meski baru diluncurkan dan belum memiliki pengguna, Lutfi menargetkan dalam setahun ke depan pihaknya dapat menggaet 1 juta pengguna. Adapun angka tersebut diharapkan setara dengan total donasi sebanyak Rp30 miliar, untuk tiga program unggulan yaitu x-health, x-worship, dan x-education.

Terkait monetisasi, Lutfi mengaku untuk tahap awal dia belum menerapkan strategi monetisasi. Rencananya monetisasi akan diberlakukan ketika Xedeka sudah mengeluarkan layanan di luar donasi dengan menggunakan dompet elektronik.

“Saat ini dompet elektronik baru bisa dimanfaatkan saat pengguna ingin donasi. Pengembangan berikutnya kami akan menambah layanan yang memanfaatkan dompet elektronik untuk sarana pembayarannya, misalnya pembelian pulsa atau sebagainya. Dari situ kami akan terapkan monetisasinya,” pungkas Lutfi.

Application Information Will Show Up Here