Daftar Para Pemilik Tim di Overwatch League

Blizzard menerapkan hal berbeda ketika pertama kali memperkenalkan Overwatch League. Mereka menggunakan nama kota untuk tim-tim yang bermain. Karena itu, para penggemar Overwatch League banyak yang tidak tahu mengenai pihak di balik tim-tim ini.

Selain itu, Overwatch League juga merupakan liga berbayar (franchise) dengan nilai investasi sebesar US$20 juta atau setara dengan 57 rumah seharga Rp5 miliar. Berarti, ada penyandang-penyandang dana di balik tim-tim OWL yang mungkin tidak bisa dianggap kelas teri. Jadi, tanpa basa basi lagi, inilah daftar para pemilik tim-tim Overwatch League.

Atlanta Reign

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

Tim ini dimiliki oleh Atlanta Esports Ventures yang merupakan kerja sama antara Province, Inc dan Cox Enterprises. Province adalah sebuah firma penasihat keuangan untuk perusahaan di Amerika Serikat. Sedangkan Cox Enterprises adalah perusahaan di bidang otomotif, telekomunikasi, dan media massa.

Boston Uprising

Sumber: Daily Mail
Sumber: Daily Mail

Kraft Group merupakan pemilik dari Boston Uprising. Bukan Kraft Foods Inc, tetapi Kraft Group di sini adalah sebuah perusahaan di bidang olahraga dan real estate. Mereka juga pemilik dari salah satu tim NFL yaitu New England Patriots. Kraft Group juga telah membuka Helix Esports Arena di Boston.

Florida Mayhem

Twitter: FLMayhem
Sumber: FLMayhem

Florida Mayhem baru saja mengubah warna khas dari tim mereka di musim 2020 ini. Misfits Gaming adalah pemilik dari Florida Mayhem. Misfits Gaming merupakan organisasi esports asal Inggris yang memiliki beberapa divisi seperti CS:GO, League of Legends, Super Smash Bros, dan Ultimate Marvel vs Capcom 3. Mereka juga menerima bantuan dana dari klub bola basket NBA yaitu Miami Heat.

Houston Outlaws

Sumber: Twitter CheckpointXP
Sumber: Twitter CheckpointXP

OpTic Gaming adalah pemilik pertama dari Houston Outlaws. Pada tahun 2019.  Immortals mengakuisisi OpTic Gaming dan mendapatkan kepemilikan atas Houston Outlaws. Namun, Blizzard memutuskan untuk tidak memperbolehkan satu pihak memiliki lebih dari satu tim yang ada di Overwatch League — mengingat Immortals merupakan pemilik dari Los Angeles Valiant. Dengan demikian, Immortals menjual kepemilikan Houston Outlaws kepada Beasley Broadcast Group.

London Spitfire

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Cloud9 adalah tentu tidak asing bagi Anda penggemar esports. Cloud9 adalah pemilik dari juara musim pertama Overwatch League yaitu London Spitfire. Menariknya, Cloud9 selalu mengambil pemain asal Korea Selatan untuk bermain di London Spitfire sejak musim pertama sampai sekarang.

New York Excelsior

Sumber: HotSpawn
Sumber: HotSpawn

NYXL merupakan tim favorit saya sendiri di Overwatch League berkat permainan Mcree dan Blackwidow dari Dohyeon “Pine” Kim yang di luar nalar manusia. NYXL dimiliki oleh Sterling.VC. Fred Wilpon selaku Co-Founder dari Sterling Equities juga merupakan pemilik dari Klub baseball New York Mets.

Paris Eternal

Sumber: InvenGlobal
Sumber: InvenGlobal

Mungkin Anda belum pernah mendengar pemilik dari Paris Eternal yaitu DM-Esports. Tetapi Anda pasti pernah mendengar klub sepak bola Olympique de Marseille. DM-Esports dijalankan oleh Presiden dari McCourt Global yaitu Drew McCourt. McCourt Global adalah perusahaan di bidang real estate yang juga memiliki klub bola Olympique de Marseille.

Philadelphia Fusion

Sumber: NBC Sports
Sumber: NBC Sports

Comcast Spectator merupakan perusahaan telekomunikasi di Amerika Serikat sekaligus pemilik dari Philadelphia Fusion. Comcast Spectator memiliki nama besar di dunia olahraga Amerika Serikat. Mereka juga memiliki klub yang bermain di NHL yaitu Philadelphia Flyers dan klub NBA Philadelphia 76ers. Comcast Spectator juga telah menjalin kerja sama dengan SK Telecom untuk mengembangkan tim League of Legends legendaris yaitu T1.

Toronto Defiant

Sumber: Twitter Toronto Defiant
Sumber: Twitter Toronto Defiant

Overactive Media yang mengakuisisi organisasi esports Splyce adalah pemilik dari Toronto Defiant. Dengan akuisisi ini, mereka juga memiliki tim League of Legends yang bermain di LEC. Overactive Media dipimpin oleh mantan CEO Komite Olimpiade Kanada yaitu Chris Overholt.

Washington Justice

Sumber: Twin Galaxies
Sumber: Twin Galaxies

Washington Esports Ventures yang dijalankan oleh Mark Ein adalah pemilik dari Washington Justice. Klub Bola Tennis Washington Kastles yang bermain di World TeamTennis juga dimiliki oleh Mark Ein.

Chengdu Hunters

Sumber: heroesneverdie
Sumber: heroesneverdie

Bagi Anda penggemar esports tentu tahu Nimo TV yang menjadi platform live stream bagi para pemain profesional Mobile Legends. Nimo TV dimiliki oleh perusahaan asal Tiongkok yaitu Huya Inc. Huya TV merupakan pemegang hak siar atas beberapa turnamen esports seperti LCS, LEC, LCK dan ESL. Huya Inc. merupakan pemilik dari Chengdu Hunters.

Dallas Fuel

Sumber: Esports Observer
Sumber: Esports Observer

Bagi Anda yang mengikuti ranah kompetitif Overwatch sebelum Overwatch League. Tentu Anda mengenal Brandon “Seagull” Larned dari Team Envy. Setelah kemunculan Overwatch League, Team Envy Overwatch akhirnya berubah menjadi Dallas Fuel. Team Envy menerima bantuan dana dari Hersh Family Investments sejumlah US$20 juta.

Guangzhou Charge

Sumber: The Game Haus
Sumber: The Game Haus

Zhong Naixiong adalah konglomerat asal Tiongkok yang merupakan founder dari Nenking Group dan juga pemilik dari Guangzhou Chage. Nenking Group bergerak di bidang keuangan, real estate, farmasi dan olahraga. Nenking Group juga memiliki klub bola basket Guangzhou Long-Lions dan klub bola di Perancis yaitu FC Sochaux-Montbéliard.

Hangzhou Spark

Sumber: The Game Haus
Sumber: The Game Haus

Bilibili adalah perusahaan video platform asal Tiongkok yang memegang kepemilikan atas Hangzhou Spark. Bilibili juga memiliki hak siar atas Overwatch League 2019 dan Worlds di Tiongkok. Tencent Holdings membeli 25 juta lembar saham Bilibili pada tahun 2018 kemarin. Saya juga menyarankan Anda untuk melihat halaman Instagram dari Hangzhou Spark. Mereka memiliki desain yang unik dalam melakukan post di sosial media.

Los Angeles Gladiators

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Denver Nuggets dan klub sepak bola Arsenal merupakan saudara dari Los Angeles Gladiators. Karena kedua tim ini dimiliki oleh Kroenke Sports & Entertainment. Tetapi, kegiatan operasional Los Angeles Gladiators dijalankan oleh Sentinels.

Los Angeles Valiant

Sumber: OCRegister
Sumber: OCRegister

Sempat saya bahas di kepemilikan Houston Outlaws, Immortals adalah pemilik dari Los Angeles Valiant. Immortals adalah organisasi esports yang dibentuk pada tahun 2015 dan memiliki banyak divisi seperti League of Legends, CS:GO, Super Smash Bros dan Dota 2. Immortals mendapat bantuan dana dari Anschutz Entertainment Group, Steve Kaplan selaku Co-Owner dari klub bola basket Memphis Grizzlies, CEO dari Honest Co. yaitu Brian Lee dan mantan CEO dari eBay yaitu Meg Whitman. AEG sendiri juga memiliki saham di tim NBA Los Angeles Lakers.

San Fransisco Shock

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Andy Miller adalah CEO dari NRG Esports, Co-Owner dari klub bola basket Sacramento Kings, mantan Vice President Mobile Advertising Apple Inc. dan salah satu pemilik dari San Fransisco Shock. Nama besar seperti Shaquille O’Neal dan Jennifer Lopez adalah investor untuk NRG Esports.

Seoul Dynasty

Sumber: Hot Spawn
Sumber: Hot Spawn

Samsung Galaxy merupakan tim League of Legends yang memutuskan untuk merubah nama menjadi Gen.G dan melebarkan sayap ke Overwatch atas kepemilikan Seoul Dynasty. Gen.G mulai berfokus di esports Amerika Utara dengan membentuk tim Fortnite, Apex Legends dan CS:GO.

Shanghai Dragons

Sumber: Esports Heaven
Sumber: Esports Heaven

Publishing partner dari Blizzard di Tiongkok yaitu NetEase adalah pemilik dari Shanghai Dragons. Walaupun kepemilikan Blizzard sebagian dipegang oleh Tencent, Blizzard sendiri lebih sering melakukan kegiatan bisnisnya dengan NetEase. Shanghai Dragons terkenal karena tidak mendapatkan kemenangan satupun di musim inaugural pertama.

Vancouver Titans

Sumber: Hot Spawn
Sumber: Hot Spawn

Banyak sekali tim NHL yang bersaudara dengan tim yang bermain di Overwatch League. Termasuk Vancouver Titans yang bersaudara dengan Vancouver Canucks. Karena kedua tim ini dimiliki oleh Aquilini Investment Group. Rogers Arena yang menjadi tempat diselenggarakan turnament The International 2018 juga dimiliki oleh Aquilini Investment Group. Di tahun 2019, Aquilini GameCo mengakuisisi Luminosity Gaming yang telah membantu mereka menjalankan kegiatan operasional dari Vancouver Titans.

Overwatch League Gunakan Sistem Kandang-Tandang, Apa Dampaknya?

Selama ini, ketika bertanding dengan lawan, sebuah tim esports tak pernah perlu khawatir tentang fans dari tim tuan rumah. Namun, hal ini berubah karena Activision Blizzard menetapkan sistem kandang-tandang di Overwatch League dan Call of Duty League. Memang, belum banyak pertandingan yang menggunakan sistem kandang-tandang yang diadakan untuk mengetahui secara pasti apakah menjadi tuan rumah menguntungkan sebuah tim. Meskipun begitu, sampai saat ini, terlihat bahwa tim yang menyambut musuhnya di kandang mereka memiliki sedikit keunggulan. Dari enam pertandingan yang sudah diselenggarakan, sebanyak empat pertandingan dimenangkan oleh tim tuan rumah.

Sebelum ini, pertandingan Overwatch League selalu diadakan di studio milik Activision Blizzard di Los Angeles. Tahun ini, pertandingan liga tersebut akan diadakan di berbagai kota di Amerika Serikat. Sejauh ini, pertandingan telah diadakan di Dallas, Atlanta, dan New York. Di ketiga kota tersebut, terlihat jelas bagaimana para penonton mendukung tim tuan rumah.

“Para fans benar-benar semangat,” kata pemain Boston Uprising, Cameron “Fusions” Bosworth, menurut laporan Inven Global. Boston Uprising memiliki kesempatan untuk bertanding di kandang New York Excelsior (NYXL). “Olok-olokan para penonton membakar semangat saya. Bermain di Blizzard Arena memang menyenangkan, terutama ketika Anda pertama kali bermain di sana. Tapi, lama kelamaan, Anda akan terbiasa dengan suasana di sana. Tempat itu tidak besar, jadi biasanya, penonton yang datang adalah orang-orang yang sama. Banyak orang yang tidak selalu bisa datang ke LA. Saya sangat senang dengan penerapan sistem kandang-tandang.”

Sumber: Stewart Volland for Blizzard Entertainment via Inven Global
Sumber: Stewart Volland for Blizzard Entertainment via Inven Global

Sementara itu, ketika bermain di kandangnya sendiri, pemain New York Excelsior (NYXL), Sung-hyeon “JJoNak” Bang dan Dong-gyu “Mano” Kim mengaku bahwa ketika mereka berjalan ke panggung, mereka bisa mendengar sorak-sorai para penonton, bahkan saat mereka menggunakan headphone. Mano menambahkan, dia juga bisa melihat betapa sunyinya para penonton ketika mereka kalah.

“Anda bisa mendengar dengan jelas ketika para penonton berteriak memberi semangat,” kata pemain Uprising Boston, Kelsey “Colourhex” Birse. Ketika ditanya tentang pengaruh atmosfer penonton pada permainan timnya, dia berkata, “Saya tidak merasa keberadaan penonton merugikan atau menguntungkan kami. Walau saya penasaran, bagaimana rasanya ketika kami bermain di hadapan penonton di kandang kami sendiri, apakah itu akan memberikan sesuatu.”

Anggota Fusions merasa, bermain di kandang sendiri memang memberikan keuntungan tersendiri, tapi hal itu tidak akan memberikan dampak besar pada hasil pertandingan. Sementara para pemain NYXL merasa bahwa bermain di hadapan para pendukung mereka memang membuat mereka merasa lebih bersemangat. Pemain support NYXL, Taesung “Anamo” Jung mengungkap, “Penonton memberikan banyak keuntungan karena setiap kami bermain dengan baik, mereka berteriak mendukung. Teriakan dari penonton membuat kami menjadi lebih semangat.”

Sumber: Stewart Volland for Blizzard Entertainment via Inven Global
Sumber: Stewart Volland for Blizzard Entertainment via Inven Global

Sementara ketika ditanya apa pendapat tim NYXL tentang prospek bertanding di kandang tim lain, JJoNak menjawab, “Saya pikir, kami akan mendengar olok-olok. Tapi, saya juga mau membuat mereka takut dan membuat mereka terdiam.” Sementara kapten NYXL, Jong-ryeol “Saebyeolbe” Park menambahkan, ketika mereka bermain di kandang tim lain, mereka ingin mengubah audiens tim lawan menjadi fans mereka

Seiring dengan berjalannya liga Overwatch dan Call of Duty, dampak dari penerapan sistem kandang-tandang akan semakin terlihat. Satu hal yang pasti, dengan penerapan sistem kandang-tandang, organisasi esports mendapatkan satu sumber pemasukan baru, yaitu penjualan tiket.

Mantan Juara Dunia Call of Duty Ungkap Maraknya Penggunaan Doping di Esports

Persaingan di ranah kompetitif yang semakin ketat dan hadiah yang semakin besar membuat para atlet esports memutar otaknya agar bisa mengalahkan lawan. Dari menghadirkan pelatih sampai psikolog untuk membantu tim meraih kemenangan, beberapa atlet esports juga memilih performance enhancing drugs sebagai pilihan untuk meraih kemenangan.

Kory “Semphis” Friesen adalah mantan pemain CS:GO dari tim Cloud9. Pada sesi wawancara dengan Launders, ia mengakui dirinya dan rekan timnya menggunakan adderall ketika bermain di turnamen pada tahun 2015. “Kami semua menggunakan adderall dan kami tidak perduli.” Lalu Mohan “Launders” Govindasamy bertanya apakah semua pemain menggunakan adderall saat LAN event ESEA? Semphis mengatakan, “iya.”

Mantan pemain Dallas Fuel Timo “Taimou” Kettunen juga sempat membahas perihal penggunaan adderall di Overwatch League. Ketika sesi live stream-nya, Taimou menyebutkan “setidaknya ada 20 pemain yang menggunakan adderall di Overwatch League.” Adam “KiLLa” Sloss memberikan tanggapan kepada Washington Post mengenai penggunaan adderall di esports. “tidak ada yang membicarakan hal tersebut karena semua orang menggunakan adderall”. Ketika ditanyakan apakah KiLLa pernah melihat langsung atlet esports menggunakan adderall, mantan juara dunia Call of Duty ini menjawab “sangat sering dan ini sudah menjadi masalah besar”.

Akhirnya, ESL membuat peraturan akan penggunaan doping tersebut. Siapapun yang kedapatan menggunakan doping akan dicabut gelar juaranya, diberikan ban selama 1 sampai 2 tahun dan tidak diberikan uang hadiah. Apabila bukti penggunaan doping ditemukan sebelum turnamen berlangsung, pelaku akan didiskualifikasi dari turnamen. Ulrich Schulze selaku Senior Vice President of Product dari ESL menuliskan Tweet mengenai hal tersebut. ESL telah melakukan random test kepada para pemain di turnamen yang mereka selenggarakan. Tetapi sampai Tweet tersebut ditulis, ia belum menemukan satupun pemain yang positif menggunakan adderall.

Pada tahun 2018 kemarin, Valve mencabut bantuan terhadap turnamen Major Dota 2 yaitu Galaxy Battles. Keputusan Valve ini dikarenakan peraturan pemerintah Filipina yang mengharuskan para pemain esports profesional untuk menjalani drug tests sebelum masuk ke negara ini. Valve menganggap hal ini mempersulit para pemain yang akan mengikuti turnamen tersebut. Pemerintah Filipina sudah menganggap pemain esports profesional sebagai atlet. Karena itu, mereka diminta untuk menjalani serangkaian drug tests tersebut.

Masih banyak pihak yang memikirkan apakah mereka harus melarang penggunaan adderall di turnamen esports. Salah satunya adalah mantan Commissioner Overwatch League yaitu Nate Nanzer yang memberikan pernyataannya di sesi wawancara dengan Shack News. Ia berkata bahwa “adderall adalah obat legal yang bisa dibeli dengan resep dokter di Amerika Serikat. Dan belum ada data yang menyebutkan bahwa penggunaan adderall bisa membuat seseorang bisa lebih baik dalam bermain Overwatch.”

Adderall dalam dunia medis biasa digunakan untuk membantu orang yang menderita gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas agar lebih fokus dan tenang. Tetapi, penggunaan adderall biasanya dimanfaatkan oleh seseorang yang membutuhkan konsentrasi di waktu yang lama. Dalam esports sendiri, para atlet percaya bahwa adderall bisa meningkatkan performa mereka ketika bertanding.

Masih banyak yang tidak peduli akan penggunaan doping di esports mungkin menjadi salah satu alasan kenapa hal tersebut belum menjadi perdebatan. Di dunia olahraga, Lance Armstrong yang kedapatan positif dalam penggunaan doping mendapatkan kutukan dari berbagai pihak. Di dunia olahraga, penggunaan doping sudah dianggap tabu. Bagaimana menurut Anda? Apakah seharusnya penggunaan doping sudah harus mulai didiskusikan?

Misfits Gaming Buat Markas di Boca Raton, Dapat Bantuan dari Pemerintah

Misfits Gaming Group berencana untuk memperkuat posisi mereka di Amerika Utara dengan membangun markas di Boca Raton, Florida, Amerika Serikat. Tidak tanggung-tanggung, Misfits menyiapkan US$1,3 juta untuk membuat markas mereka. Fasilitas tersebut akan digunakan sebagai kandang tim-tim di bawah Misfits, seperti Florida Mutineers yang berlaga di Call of Duty League dan Florida Mayhem yang bertanding di Overwatch League.

Sekarang, semakin banyak organisasi esports yang membuat markas sendiri. Tidak heran, mengingat Activision Blizzard menetapkan sistem kandang-tandang untuk dua liga esports mereka, Call of Duty League dan Overwatch League. Namun, satu hal yang menarik dalam pembangunan markas Misfits adalah keputusan pemerintah lokal dan pemerintah negara bagian untuk memberikan bantuan dalam bentuk hibah dan tax refund senilai US$200 ribu. Memang, Florida memiliki sejarah panjang dalam dunia olahraga.

“Kami memberitahu semua orang yang tertarik dengan Florida, semua olahraga bisa dimainkan di sini, kecuali ski,” kata Kelly Smallridge, President dan CEO dari Palm Beach County Business Development Board, menurut laporan The Esports Observer. “Misfits masuk dalam sektor industri yang ditargetkan oleh pemerintah daerah dan pemerintah negara bagian. Selain itu, lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh Misfits juga memiliki gaji rata-rata yang lebih tinggi dari gaji rata-rata daerah, yaitu US$53 ribu.” Memang, dengan membuka markas baru, Misfits dapat membuka sekitar 30 lowongan pekerjaan baru dengan gaji rata-rata sebesar US$90 ribu.

Foto dari Boca Raton. | Sumber: Ramey Lo/Wikipedia
Foto dari Boca Raton. | Sumber: Ramey Lo/Wikipedia

Smallridge menjabat sebagai pemimpin dari dewan pengembangan ekonomi untuk kawasan Palm Beach. Selama 10 tahun belakangan, pemerintah Palm Beach memang berusaha untuk mengubah sumber pemasukan finansial mereka, dari wisata menjadi teknologi. Mereka juga mendorong perusahaan-perusahaan untuk membuat kantor di kawasan Palm Beach. Salah satu keuntungan yang ditawarkan oleh Boca Raton adalah karena kota tersebut dekat dengan Fort Lauderdale dan Miami, yang memiliki orang-orang bertalenta untuk direkrut sebagai karyawan.

Dia berkata, dalam setahun, dewan bisa memfasilitasi 35 perusahaan yang bergerak di berbagai industri, mulai dari penerbangan, layanan finansial, hingga logistik. “Perusahaan teknologi menganggap Florida sebagai tempat yang strategis, tidak hanya karena ada banyak pekerja berbakat di sini, tapi karena peraturan terkait pajak yang ditetapkan,” kata Smallridge.

Sementara itu, pendiri dan CEO Misfits Gaming Group, Ben Spoont berkata bahwa perusahaannya kini memiliki 40 staf, termasuk 25 pemain dan pelatih. “Kami ingin mengembangkan tim konten kami, mulai dari produksi video sampai desain grafik. Kami ingin menambah tim pengembangan bisnis kami serta staf pendukung untuk para pemain profesional kami,” ujarnya. “Kami juga ingin bisa bekerja sama dengan influencer lokal untuk memperkuat reputasi kami di Florida Selatan.”

Sepanjang 2020, tim Call of Duty dan Overwatch Misfits akan bertanding di markas mereka sebanyak tiga kali. Dalam beberapa tahun ke depan, mereka berencana untuk mengadakan berbagai kegiatan di markas mereka, seperti acara nonton bareng dan jumpa fans. Selain itu, Misfits juga akan menggunakan markas mereka di Florida sebagai tempat untuk menampung perusahaan yang didukung oleh inkubator dan mendapatkan pendanaan dari mereka. Meskipun begitu, masih belum ditentukan nama dari fasilitas tersebut.

Sumber header: Twitter

Nilai Kontrak Activision Blizzard dan YouTube Gaming Dikabarkan Capai Rp2,2 Triliun?

Setelah kontrak dengan Twitch berakhir, Activision Blizzard mengumumkan perjanjian barunya dengan YouTube Gaming. Dengan begitu, YouTube Gaming mendapatkan hak eksklusif untuk menyiarkan acara esports dari Activision Blizzard. Menurut narasumber The Esports Observer, kontrak tersebut berlaku selama tiga tahun dan memiliki nilai US$160 juta (sekitar Rp2,2 triliun). Sebagai perbandingan, kontrak Activision Blizzard dengan Twitch, yang hanya mencakup Overwatch League dan berlangsung selama dua tahun, dikabarkan bernilai US$90 juta (sekitar Rp1,2 triliun).

Perjanjian ini memungkinkan YouTube Gaming untuk menyiarkan Overwatch League, Call of Duty League, dan turnamen Hearthstone. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai dari masing-masing liga esports. Dikabarkan, Overwatch League adalah liga dengan nilai paling besar. Call of Duty juga memiliki harga yang cukup tinggi, meski lebih kecil dari liga Overwatch. Sementara itu, turnamen esports Hearthstone, yang memang bukan tier 1, dianggap sebagai bonus.

Overwatch League - New York Excelsior
Overwatch League. | Sumber: Blizzard

Dalam kontrak antara Activision Blizzard dan YouTube, ada klausul tentang insentif yang didapatkan oleh pihak penyelenggara liga dan tim jika mereka mencapai target viewership dan penjualan iklan yang telah ditentukan oleh YouTube Gaming. Target ini dianggap bisa dicapai. Karena itu, kontrak dengan YouTube Gaming disambut baik oleh para tim profesional dan eksekutif Activision Blizzard yang bertanggung jawab atas scene esports.

Keputusan Activision Blizzard untuk membuat kontrak eksklusif dengan YouTube Gaming, ditambah dengan banyaknya streamer game yang memutuskan untuk keluar dari Twitch, ini memunculkan pertanyaan apakah dominasi Twitch mulai tergoyahkan.

“Menarik untuk melihat dampak dari perjanjian antara Activision Blizzard dan YouTube Gaming pada Twitch dan ekosistem esports,” kata Senior VP/Esports Endeavor, Stuart Saw pada The Esports Observer. “Berdasarkan pengalaman, Twitch seharusnya baik-baik saja. Sebelum ini, mereka juga pernah kehilangan kreator konten dan pangsa pasar mereka tidak terpengaruh. Meskipun begitu, sekarang, industri esports telah agak berubah, menjadi semakin kompetitif. Dari banyaknya jumlah platform streaming yang ada, tampaknya, ke depan, industri esports akan terpecah dan tidak didominasi satu pemain.”

youtube gaming polygon jpeg

Selain hak siar eksklusif atas esports Activision Blizzard, Google juga membuat perjanjian lain dengan perusahaan game tersebut. Google Cloud akan menyediakan jasa layanan cloud untuk Activision Blizzard. Menurut Saw, perjanjian antara Google Cloud dan Activision Blizzard memiliki peran cukup penting dalam usaha Google untuk menguasai pasar penyedia layanan cloud, mengingat Activision Blizzard adalah salah satu perusahaan game terbesar.

“Dari perspektif ekonomi makro, ini adalah momen penting dalam sejarah esports. Ini adalah kali pertama developer game tingkat atas memutuskan untuk menghilangkan produknya dari Twitch sama sekali. Bagi YouTube, ini adalah bukti dari keseriusan mereka untuk mengembangkan produk mereka,” kata Saw.

Sumber header: Fox Sports Asia

Bos Envy Gaming Jelaskan Pentingnya Bangun Komunitas Esports Amatir

Pada akhir pekan lalu, Dallas Fuel menyambut Los Angeles Valiant di markas mereka di Esports Stadium Arlington. Dallas Fuel adalah tim Overwatch League yang ada di bawah manajemen Envy Gaming, yang memiliki beberapa tim esports lain, seperti Dallas Empire yang berlaga di Call of Duty League. Dalam wawancara dengan The Esports Observer, CEO dan pemilik Envy Gaming, Mike “hastr0” Rufail ingin membuat semakin banyak orang mencintai esports. Salah satu rencananya adalah membangun komunitas esports amatir dengan mengadakan pertandingan untuk pemain amatir.

“Kami berencana untuk mengadakan acara yang lebih melibatkan fans di lokasi lain di sekitar Dallas-Fort Worth (DFW). Kami tengah mempertimbangkan cara untuk mengembangkan kompetisi amatir di kota kami. Ini adalah prioritas kami, untuk menumbuhkan komunitas esports amatir, baik untuk anak-anak atau orang dewasa,” kata Rufail pada The Esports Observer. Dengan mengembangkan komunitas esports, ini akan membuka jalan bagi para gamer untuk mengembangkan talenta mereka dan masuk ke dunia profesional. “Kami ingin menjadi pemicu yang menumbuhkan komunitas lokal.”

Mike "hastr0" Rufail. | Sumber: The Esports Observer
Mike “hastr0” Rufail. | Sumber: The Esports Observer

Rufail ingin agar esports bisa menjadi hobi banyak orang, layaknya baseball, basket, dan sepak bola. Dia merasa, jika dia bisa mengembangkan ekosistem esports amatir, maka akan semakin banyak orang yang senang untuk bermain game dan menonton kompetisi esports. Dia mengungkap, “Kami ingin menyediakan wadah bagi orang-orang untuk mengetahui bagaimana rasanya untuk bertanding dalam sebuah kompetisi.”

Tentu saja, membangun komunitas bukanlah hal yang mudah. Inilah alasan mengapa dia memutuskan untuk ikut serta dalam liga Overwatch dan Call of Duty. Rufail juga yakin, pengalamannya dalam mengoperasikan tim esports akan membantunya mencapai tujuannya untuk membangun komunitas esports amatir.

“Saya telah mengoperasikan tim Call of Duty sejak 2007. Saya yakin, di Call of Duty League, saya adalah orang yang paling berpengalaman dalam mengoperasikan sebuah tim. Tapi, dari Overwatch League, saya belajar betapa pentingnya mengoperasikan sebuah tim esports dengan standar tinggi. Dan saya ingin menggunakan pengetahuan saya itu untuk membuat tim CDL kami menjadi lebih profesional,” ujar Rufail.

Tim Dallas Fuel. | Sumber: The Esports Observer
Tim Dallas Fuel. | Sumber: The Esports Observer

Salah satu hal yang Rufail lakukan untuk membuat Dallas Empire menjadi lebih profesional adalah dengan menyediakan sistem latihan yang lebih baik serta pelatih dan staf pendukung yang lebih banyak. Selain itu, dia juga ingin menyediakan logistik yang lebih baik sehingga para pemain bisa menjadi lebih kompetitif.

Rufail mengaku, kemenangan memang penting untuk organisasi esports. Namun, dia merasa, memberikan pengalaman yang memuaskan bagi fans juga sama pentingnya. Pada 2019, Dallas Fuel menjadi tim Overwatch League pertama yang menjadi tuan rumah dari pertandingan Overwatch League. Dia berkata, dia belajar banyak hal dari sana. “Penting untuk memberikan pengalaman menonton yang memuaskan bagi fans. Ketika kami pertama kali menyelenggarakan liga di markas kami, saya rasa, kami berhasil melakukan itu dengan baik,” ujar Rufail.

Sumber header: Twitter

Overwatch League Kenalkan Stats Lab, Sumber Statistik Lengkap

Statistik pertandingan memegang peran penting dalam perkembangan seorang atlet maupun tim esports. Karena itu, sudah banyak organisasi esports yang menyediakan analis dan juga pelatih untuk menilai performa pemainnya dan menentukan dalam aspek apa seorang pemain harus dilatih. Sebelumnya, para pemain Overwatch mengandalkan website WinstonsLab untuk mendapatkan berbagai data statistik. Erik “DoA” Lonnquist dalam sesi wawancaranya dengan Blitz Esports Overwatch juga sempat berkata “statistik seperti apa yang sebenarnya penting?” Anda tidak bisa menilai seorang bagus memainkan Reinhardt hanya dinilai dari damage blocked saja. Bagi DoA, sekarang masih sulit untuk menentukan statistik yang tepat untuk mengevaluasi setiap peran di Overwatch.

Dengan begitu Overwatch League akan membantu memperlihatkan data statistik yang lebih banyak lagi. Ben “CaptainPlanet” Trautman selaku Stats Producer untuk Overwatch League mengumumkan peluncuran Overwatch League Stats Lab. Dibagi menjadi beberapa kategori, Stats Lab akan memperlihatkan statistik dari players, heroes, matches dan team fight. 

Players

Menurut saya, bagian inilah yang paling penting bagi para pelatih, analis dan pemain. Mereka dapat menilai apa saja yang perlu ditingkatkan dan membanding performa mereka dengan pemain dari tim lain. Bagian match report berisikan tentang banyak sekali statistik setiap pemain seperti jumlah elims, final blows, deaths sampai ults earned. Anda bisa menentukan apakah Anda merasa kurang dalam jumlah elims atau Anda lambat dalam mengumpulkan charge ultimate. 

Rate ranks berisikan rata-rata data yang didapat oleh pemain selama 10 menit. Contohnya, berapa hero damage yang didapat oleh satu pemain dan siapa yang tertinggi. Data yang bisa Anda dapat adalah final blows, eliminations, hero damage, healing, solo kills, environmental kills dan deaths. Selanjutnya ada bagian career totals yang memberitahukan rekor atau jumlah suatu data untuk setiap pemain di Overwatch League.

Sumber: WinstonsLab
Sumber:WinstonsLab

Yang menarik adalah, tersedia statistik Fleta deadlift di Stats Lab. Fleta deadlift adalah keadaan dimana pemain bisa mendapatkan kill lebih dari setengah total kill timnya. Kim “Fleta” Byung-sun adalah pemain aktif Shanghai Dragons di Overwatch League musim ini. Ia pertama kali mencetak rekor Fleta deadlift, ketika ia bermain untuk Flash Lux di Overwatchh APEX season 3. Flash Lux berhadapan dengan MVP Space dan Fleta mencetak 36 jumlah kills, sedangkan total kills timnya adalah 34.

Heroes

Sumber: Stats Lab
Sumber: Stats Lab

Di kategori heroes, Anda akan diberikan informasi mengenai seberapa banyak persentase suatu hero dimainkan. Anda juga dapat melihat secara spesifik persentase penggunaan suatu hero di setiap map, pertandingan, pemain dan musim Overwatch League. Ada juga bagian Overwatch League history hero usage. Dengan data ini Anda bisa melihat trend penggunaan hero yang berganti di setiap musim dengan menunjukan persentase pemakaiannya.

Matches

Untuk melihat data setiap pertandingan, Anda bisa membuka kategori matches. Anda bisa mendapatkan data statistik seperti average map score, average map duration, kemenangan beruntun yang diperoleh tim dan kemenangan tim pada suatu map. Data ini lebih dipergunakan untuk menunjukan kemungkinan kemenangan suatu tim memenangkan pertandingan selanjutnya yang didasari pada sejarah permainan tim tersebut.

Teamfights

Apabila Anda bingung untuk menentukan komposisi tim. Anda bisa meniru komposisi tim yang bermain di Overwatch League. Di kategori teamfights ini Anda dapat melihat komposisi dua tim yang bertanding beserta teamfights win rates-nya. Jadi Anda bisa menentukan komposisi tim untuk melawan komposisi hero lawan secara spesifik.

Bagaimana Activision Blizzard Memulai Bisnis Esports?

Sebagai developer dan publisher, Activision Blizzard memiliki sejumlah franchise game, seperti Overwatch, Call of Duty, dan StarCraft. Pada 2015, komunitas gamer telah mengadakan sejumlah turnamen dari berbagai game Activision Blizzard dan menyiarkan pertandingan tersebut di Twitch. Namun, ketika itu, turnamen masih bersifat informal. Activision Blizzard lalu memutuskan untuk membuat divisi media yang bertanggung jawab atas pengembangan esports. Mereka menunjuk Steve Bornstein, mantan CEO ESPN, untuk memimpin divisi tersebut. Selain itu, mereka juga mengajak Mike Sepso, seorang pioneer di industri esports, untuk bergabung dengan divisi baru mereka itu.

Satu tahun kemudian, pada 2016, Activision menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan esports dengan mengakuisisi Major League Gaming (MLG), penyelenggara turnamen esports yang didirikan pada 2002. Dengan ini, Activision memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan dan menyiarkan pertandingan esports. Langkah berikutnya yang Activision ambil adalah mencoba untuk membangun struktur liga esports.

Activision mulai mengadakan Overwatch League pada 2016. Overwatch League menggunakan model franchise dimana tim-tim yang berlaga akan mewakili sebuah kota besar, seperti Los Angeles Valiant, Shanghai Dragons, dan Seoul Dynasty. Dan mulai 2020, Activision juga akan menggunakan sistem kandang-tandang, layaknya olahraga tradisional. Jadi, tim yang menjadi tuan rumah akan menjamu lawannya di markas mereka. Fans bisa membeli tiket untuk menonton pertandingan secara langsung. Penjualan tiket dari pertandingan tersebut menjadi sumber pemasukan baru bagi Activision dan juga organisasi esports yang menjadi tuan rumah.

Call of Duty League juga menggunakan sistem yang sama dengan Overwatch League.
Call of Duty League juga menggunakan sistem yang sama dengan Overwatch League.

Pada awalnya, Overwatch League hanya diikuti oleh 12 tim, yang membayar biaya franchise untuk bisa ikut serta dalam liga tersebut. Sekarang, jumlah tim bertambah menjadi 20 tim. Sukses dengan Overwatch League, Activision mulai mengadakan Call of Duty League pada tahun ini, yang juga menggunakan sistem franchise. Saat ini, ada 12 tim yang berlaga dalam Call of Duty League. Menurut laporan The Motley Fool, dari penjualan franchise esports, Activision telah mendapatkan US$500 juta.

Bisnis esports Activision memang terlihat cukup sukses. Namun, mereka masih bisa mengembangkan bisnis itu agar menjadi lebih besar lagi. Sebagai publisher, Activision memegang hak atas properti intelektual game. Jadi, mereka memiliki berbagai cara untuk memonetisasi game mereka. Selain itu, mereka juga memiliki game lain yang populer, seperti StarCraft dan Warcraft, yang ekosistem esports-nya masih bisa dikembangkan. Mereka juga bisa mengembangkan liga esports mereka yang sudah berjalan.

Tentu saja, selain keuntungan dari segi finansial, Activision Blizzard juga mendapatkan keuntungan lain dengan mengembangkan bisnis esports. Keberadaan liga profesional membuat komunitas pemain menjadi lebih aktif, mereka bermain game lebih lama dan mereka rela untuk menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli item dalam game.

Hasil Penjualan Tiket Bisa Jadi Sumber Pemasukan Baru Bagi Tim Overwatch League dan Call of Duty League

Setelah sukses dengan Overwatch League, Activision Blizzard membuat liga baru tahun ini, yaitu Call of Duty League. Kedua liga tersebut menggunakan model franchise. Selain itu, Activision Blizzard juga meniru sistem kandang-tandang yang digunakan pada olahraga tradisional. Jadi, setiap tim yang ikut serta dalam OWL atau CDL harus memiliki markas di kota mereka untuk menyelenggarakan pertandingan.

Call of Duty League dimulai pada akhir pekan lalu. Pertandingan perdana diadakan di The Minneapolis Armory, yan gmerupakan markas dari Minnesota Rokkr. Menurut laporan The Esports Observer, tiket untuk pertandingan tersebut terjual habis. Secara total, ada 10 ribu fans yang menghadiri pertandingan yang berlangsung selama tiga hari tersebut. Sementara itu, Scott Wilpon, pemilik New York Excelsior, tim yang berlaga di Overwatch League, mengatakan bahwa dia optimistis tiket untuk pertandingan perdana OWL juga akan terjual habis. Pertandingan tersebut akan diadakan di Hammerstein Ballroom yang memiliki kapasitas hingga 2.200 kursi.

“Pasar lokal sangat memudahkan kami dalam mengembangkan dan menumbuhkan bisnis ini,” kata Wilpon. “Ini membedakan tim kami dari tim-tim lain dan memberikan tujuan serta fokus pada kami sebagai organisasi. Kami telah memiliki fans setia di New York yang memang sudah tertarik dengan gaming, dan hal ini memberikan mereka alasan untuk mendukung kami.”

Kabar tiket yang terjual habis membuat Pete Vlastelica, CEO Activision Blizzard Esports dan Comissioner of OWL merasa optimistis tentang penjualan tiket pertandingan sepanjang musim. Meskipun begitu, dia juga tak mau merasa terlalu percaya diri. “Penjualan tiket untuk pertandingan pada awal musim terlihat menjanjikan, ini kabar baik,” kata Vlastelica, seperti dikutip dari The Esports Observer. Dia menambahkan, ada beberapa tim yang hampir menjual habis tiket pertandingan di markas mereka. “Kami akan membuat pengumuman tentang penjualan tiket pada tahun ini, dan itu adalah pencapaian tersendiri.”

Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard
Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard

Pada 2020, semua tim OWL akan menyelenggarakan pertandingan di markas mereka setidaknya dua kali. Masing-masing tim mendapatkan 50 persen dari total penjualan tiket, hak siar media, merchandise, dan sponsorship. Saat ini, belum ada satu pun tim OWL yang telah mendapatkan untung. Namun, ini adalah tahun pertama mereka akan mulai mendapatkan penghasilan dari penjualan tiket. Masing-masing tim dapat memutuskan harga tiket pertandingan. Misalnya, harga tiket pertandingan Houston Outlaws dihargai sekitar US$50 sampai US$90. Sementara harga tiket pertandingan Boston Uprising berkisar US$40 sampai US$140 dan Philadelphia Fusion menawarkan tiket dari US$45 sampai US$150.

Vlastelica mengaku, masing-masing tim memiliki kemampuan untuk menjual tiket yang berbeda-beda. Narasumber lain mengatakan, tim yang dapat menjual tiket dengan lebih baik adalah tim yang memiliki eksekutif yang berpengalaman dalam mengadakan sebuah event. “Ini adalah waktu belajar bagi para tim esports. Ada banyak organisasi yang baru melakukan ini untuk pertama kalinya,” ungkap Vlastelica. “Sebagian tim OWL dimiliki oleh organisasi yang juga memiliki tim olahraga tradisional, tapi tidak semuanya. Mereka harus dapat belajar dengan cepat.”

YouTube Gaming Dapat Hak Siar Eksklusif Atas Liga Overwatch, Call of Duty, dan Hearthstone

Persaingan antara platform streaming game semakin memanas seiring dengan semakin populernya game dan esports. Memang, Twitch masih menjadi platform nomor satu, menguasai tiga per empat pangsa pasar, tapi, mereka mulai kehilangan momentum karena para streamer bintang mereka — seperti Michael “Shroud” Grzesiek dan Jack “CouRage” Dunlop — memutuskan untuk pindah ke platform lain seperti Mixer dari Microsoft atau YouTube Gaming.

Seolah itu tidak cukup buruk, Activision Blizzard baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menjadikan YouTube Gaming sebagai rekan eksklusif untuk menyiarkan liga dan acara esports profesional mereka. Selain Overwatch League, turnamen esports Activision juga meliputi Call of Duty League, Hearthstone Esports, dan World of Warcraft Esports.

“Misi kami adalah memberikan hiburan berkualitas yang bisa ditonton oleh para fans kami, baik secara live atau sebagai konten on-demand. Dan kami ingin juga menjadikan para pemain profesional kami sebagai superstar. Kerja sama ini memungkinkan kami untuk memenuhi misi tersebut,” kata CEO Activision Blizzard, Pete Vlastelica, dikutip dari PC Gamer. Activision mengatakan, melalui kolaborasi dengan YouTube Gaming, mereka juga akan dapat mengakses berbagai tool AI dari Google Cloud yang dapat menawarkan konten rekomendasi yang telah dikurasi pada para penonton.

“Dalam beberapa tahun belakangan, kami menjalin kerja sama erat dengan Activision Blizzard di berbagai game mobile untuk meningkatkan kemampuan analitik mereka serta memperbaiki pengalaman bermain para pemain. Kami senang karena sekarang, kerja sama kami menjadi lebih dalam dan kami bisa bekerja sama dengan salah satu game developer paling besar dan paling dikenal di dunia,” ujar Head of Gaming, Google Cloud, Sunil Rayan.

Pada akhir 2019, YouTube Gaming memiliki pangsa pasar 22,1 persen. Mendapatkan hak siar eksklusif atas sejumlah liga esports ternama akan membantu mereka untuk meningkatkan pangsa pasar mereka. Doron Nir, CEO Stream Elements mengatakan, saat ini platform streaming game fokus untuk mendapatkan hak siar eksklusif atas konten streamer ternama untuk mendongkrak jumlah penonton mereka. Namun, liga atau turnamen esports sebenarnya juga menarik banyak penonton.

Nir berkata, “Turnamen esports biasanya memiliki penonton paling besar. Di Twitch, dua channel yang paling sering ditonton sepanjang 2019 adalah Riot Games dan Overwatch League. Ini berarti, kontrak eksklusif Activision Blizzard dengan YouTube akan memiliki dampak signifikan dalam membangun portofolio mereka dan menunjukkan komitmen mereka pada pasar platform streaming.”

Overwatch League kini akan disiarkan di YouTube Gaming. | Sumber: PC Gamer
Overwatch League kini akan disiarkan di YouTube Gaming. | Sumber: PC Gamer

Sekarang, Twitch memang masih mendominasi pasar platform streaming. Namun, pangsa pasar mereka terus turun. Menurut laporan Forbes, salah satu alasannya adalah karena penghasilan Twitch tidak sebanyak yang diharapkan Amazon, perusahaan induknya.

Bulan ini, Twitch dilaporkan bahwa mereka gagal mencapai target penghasilan yang telah ditetapkan. Mereka hanya berhasil mendapatkan US$300 juta dari target US$500-600 juta. Sebagai perbandingan, total pendapatan Amazon bisa mencapai US$232,9 miliar. Ini menunjukkan betapa kecilnya kontribusi Twitch pada total pendapatan Amazon. Jadi, kecil kemungkinan Amazon akan memberikan dana besar pada Twitch untuk mendapatkan kontrak eksklusif dengan streamer atau turnamen esports.

Sementara itu, setiap tahunnya, YouTube berkontribusi sekitar US$16-25 miliar pada pendapatan Google. Dan Facebook memiliki pendapatan US$16,9 miliar per tahun. Baik YouTube maupun Google bisa menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan divisi live streaming mereka, misalnya dengan membuat perjanjian eksklusif dengan kreator konten atau mendapatkan hak siar atas liga esports. Tak hanya itu, Facebook dan Google juga telah memiliki pengalaman yang lebih baik dalam memonetisasi konten via iklan.

Saat ini, Twitch memang masih sukses. Namun, tren menunjukkan bahwa dominasi mereka mulai tergerus oleh para pesaingnya. Amazon mungkin harus menyuntikkan dana besar pada Twitch agar platform streaming tersebut bisa bersaing dengan para pesaingnya.