Apa Dampak dari Dinyatakannya Esports Sebagai Cabang Olahraga Prestasi?

Esports mulai diakui sebagai olahraga di dunia internasional. Buktinya, esports telah dimasukkan ke dalam beberapa kegiatan olahraga akbar. Misalnya, pada Asian Games 2018, esports menjadi pertandingan eksibisi. Sementara dalam SEA Games 2019, esports bahkan menjadi cabang olahraga bermedali. Sebelum Olimpiade 2020 dibatalkan, esports juga masuk sebagai kegiatan pre-event Olimpiade. Sementara itu, Komite Olimpiade Internasional (IOC) juga percaya, esports bisa dianggap sebagai kegiatan olahraga, walau mereka hanya ingin fokus pada game esports yang didasarkan pada olahraga tradisional.

Di Indonesia, esports mulai menjadi perhatian pemerintah sejak beberapa tahun lalu. Salah satu alasan pemerintah tertarik dengan esports adalah karena industri competitive gaming dipercaya akan bisa membuka lowongan pekerjaan untuk generasi muda di Indonesia. Memang, walau atlet esports sering menjadi sorotan media dan perhatian banyak orang, sebenarnya ada berbagai pekerjaan lain yang bisa Anda temukan di industri esports, mulai dari manager tim esports sampai analis.

Minggu lalu, pemerintah kembali menunjukkan perhatiannya pada esports. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) menyatakan esports sebagai cabang olahraga berprestasi. Pertanyaannya adalah:

Apa Dampaknya?

Sebelum kita masuk ke dalam pembahasan tentang dampak dari pernyataan Kemenpora dan KONI bahwa esports merupakan olahraga prestasi, mari kita bahas tentang pengertian dari olahraga prestasi itu sendiri, yang terdapat di dalam UU no.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Pasal 20.

“Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan.” – Pasal 20, Ayat 1

Esports sudah dinyatakan sebagai olahraga prestasi. Hal itu berarti, pemerintah punya kewajiban untuk “meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan”. Di esports, olahragawan adalah para pemain profesional. Hybrid lalu menghubungi Ashadi Ang, Ketua Humas Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) untuk membahas tentang rencana konkret pemerintah terkait hal ini.

Pengurus besar PB Esports. | Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono
Pengurus besar PB Esports. | Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Tahap pertama, kita akan menjaring dulu bibit unggul dari berbagai provinsi maupun kota melalui ESI Provinsi yg telah terbentuk saat ini,” kata Ashadi. Per Maret 2020, PBESI telah melantik pengurus di 34 provinsi Indonesia. “Lalu, para bibit unggul ini akan dipertandingkan lagi ke tingkat nasional melalui PBESI Pusat. Tentunya, para atlet/bibit unggul yang telah terjaring akan melewati pembinaan maupun pelatihan tersendiri oleh PB Esports Indonesia. Dan tentunya, ekosistem dari esports sendiri yang telah tergabung dalam PBESI akan membantu untuk pembinaan tersebut.”

Lebih lanjut, Ashadi menjelaskan, PBESI akan mengadakan turnamen esports secara rutin, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Sayangnya, dia tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang sistem turnamen atau game yang akan diadu dalam kompetisi tersebut.

“Turnamen game apa, akan ditentukan sesuai dengan kondisi perkembangan game yang sedang terjadi. Game yang akan menjadi fokus dari PBESI adalah game yang banyak peminatnya dan dapat membawa manfaat bagi banyak orang dan juga game yang akan dipertandingkan di level internasional,” ujar Ashadi.

Berdasarkan akun Instagram resmi PB Esports, ada lima ESI Provinsi yang telah mengadakan turnamen esports. Salah satunya adalah ESI Badung, yang mengadakan turnamen Mobile Legends dan PUBG Mobile pada awal Agustus 2020 dengan total hadiah Rp8 juta. Selain itu, ESI Lampung juga telah menyelenggarakan Esports Lampung Championship. Turnamen dengan total hadiah Rp50 juta itu mengadu tiga game, yaitu PUBG, Mobile Legends, dan PES. Sementara ESI Sulawesi Selatan mengadakan turnamen esports PUBG Mobile dengan total hadiah Rp10 juta.

ESI Bangka Belitung bekerja sama dengan Polda Bangka Belitung untuk mengadakan turnamen esports pada 21-23 Agustus. Total hadiah dari turnamen tersebut mencapai Rp10 juta. Terakhir, ESI Gorontalo mengadakan turnamen PUBG Mobile pada 29 Agustus dengan total hadiah Rp20 juta.

CS:GO jadi salah satu game esports terpopuler di dunia. | Sumber: Steam
CS:GO jadi salah satu game esports terpopuler di dunia. | Sumber: Steam

Satu hal yang harus diingat, game esports yang populer di Indonesia berbeda dengan game yang populer di tingkat internasional. Menurut PC Games Impact Index dari The Esports Observer, League of Legends telah menjadi game esports dengan dampak paling besar di ekosistem esports selama beberapa kuartal berturut-turut. Namun, di Indonesia, jangankan skena esports yang tumbuh pesat, popularitas dari League of Legends pun masih kalah jika dibandingkan dengan game-game PC lain, seperti Dota 2 atau Counter-Strike: Global Offensive.

Sebagai negara mobile firstgame esports yang berkembang di Indonesia memang mobile game, seperti Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire. Tak hanya  itu, publisher dari ketiga game tersebut — Moonton, Tencent, dan Garena — juga peduli pada pengembangan ekosistem esports  dari game mereka di Indonesia. Baik Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire, ketiganya memiliki liga esports rutin. Walau memang, pasar mobile game di Indonesia jauh lebih besar dari pasar game PC. Jadi tak heran, jika publisher mobile game mau fokus untuk mengembangkan ekosistem esports Tanah Air.

Pembinaan dan Penyuluhan

Ashadi menjelaskan, setelah menemukan bibit unggul dengan mengadakan turnamen di tingkat kabupaten dan provinsi, PBESI juga akan melakukan pembinaan, sesuai dengan UU no. 3 Tahun 2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional, Pasal 22, ungkap Ashadi.

“Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga melalui penetapan kebijakan, penataran/pelatihan, koordinasi, konsultasi, komunikasi, penyuluhan, pembimbingan, pemasyarakatan, perintisan, penelitian, uji coba, kompetisi, bantuan, pemudahan, perizinan, dan pengawasan.” – Pasal 22.

Saat ini, peraturan tentang esports masih dalam tahap penyusunan. Terkait topik apa saja yang akan dibahas, Ashadi mengatakan bahwa kebijakan terkait esports akan mencakup banyak hal, termasuk kategori umur pemain serta syarat penyelenggaraan turnamen demi memastikan turnamen yang diselenggarakan sudah sesuai dengan standar PBESI.

Wacana lain yang dicakup oleh Undang-Undang terkait olahraga prestasi adalah penyuluhan. “Salah satu agenda dari PBESI adalah untuk membuka wawasan orangtua bahwa esports itu berbeda dengan main game, bahwa esports ada masa depan, dan ada jenjang karirnya,” jelas Ashadi. Dia juga mengatakan, mereka ingin memberikan edukasi bahwa pekerjaan di dunia esports tak terbatas menjadi pemain profesional saja. “Tapi juga termasuk broadcasting, project management, content creator dan lain sebagainya,” akunya.

PBESI dan Badan Game/Esports Lain di Indonesia

Jika Anda memantau perkembangan industri esports (atau menjadi pembaca setia Hybrid), Anda pasti tahu bahwa PB Esports bukanlah badan esports pertama di Indonesia. Faktanya, jika dibandingkan dengan beberapa badan gaming/esports di Indonesia, PB Esports masih sangat baru.

PB Esports resmi dilantik pada Januari 2020. Sementara itu, Indonesia Esports Association (IESPA) telah berdiri sejak 2013, Asosiasi olahraga Video Game Indonesia (AVGI) sejak Juli 2019, dan Federasi Esports Indonesia sejak Oktober 2019. Terkait hal ini, Ashadi mengatakan bahwa badan-badan game/esports selain PB Esports dibentuk sebaga badan cabang olahraga rekreasi.

“Hanya PBESI satu-satunya badan yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai badan pemerintahan resmi di bawah KONI untuk cabang olahraga prestasi,” katanya. Namun, dia meyakinkan, PBESI akan bekerja sama dengan asosiasi game/esports lain yang ada.

Melirik Tiongkok yang Sudah Mengakui Pekerjaan Esports Sebagai Profesi

Indonesia bukan satu-satunya negara di Asia yang pemerintahnya peduli dengan esports. Pemerintah Tiongkok juga peduli pada esports. Faktanya, pasar esports di Tiongkok merupakan salah satu pasar yang paling berkembang di dunia. Pada 2019, pasar esports di Tiongkok tumbuh 25% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dukungan pemerintah dipercaya sebagai salah satu alasan mengapa pasar esports Tiongkok bisa tumbuh dengan sangat pesat.

Bentuk dukungan pemerintah di Tiongkok bisa dilihat dari apa yang dilakukan pemerintah Shanghai. Pada 2017, pemerintah Shanghai mulai mengeluarkan wacana bahwa mereka ingin menjadikan Shanghai sebagai ibukota esports dalam waktu tiga sampai lima tahun ke depan. Untuk merealisasikan rencana itu, pemerintah Shanghai membuat sejumlah panduan. Salah satunya adalah mereka akan meningkatkan kapasitas riset dan pembuatan konten terkait esports dan juga mendorong media untuk membahas esports lebih sering.

Pemerintah Shanghai juga ingin agar  jumlah turnamen esports besar yang diselenggarakan di Shanghai bertambah. Salah satu turnamen esports besar yang akan diadakan di Shanghai dalam waktu dekat adalah League of Legends World Championship. Dengan pandemi virus corona, sempat muncul kekhawatiran bahwa turnamen global tersebut akan dibatalkan atau dialihkan menjadi turnamen online.

Namun, pada Agustus 2020, Riot Games mengatakan bahwa mereka akan tetap mengadakan LWC di Shanghai. Mereka mengungkap, untuk melakukan itu, mereka tak hanya memonitor dampak COVID-19 dengan ketat, tapi juga terus menjalin komunikasi dengan pemerintah lokal dan nasional. Kesediaan pemerintah untuk bekerja sama dengan Riot menunjukkan keseriusan mereka untuk mengembangkan esports, bahkan di tengah pandemi sekalipun.

Selain Shanghai, pemerintah Beijing juga mengatakan bahwa mereka ingin menjadikan kota tersebut sebagai Ibukota Game Online. Mereka berharap, mereka akan bisa merealisasikan rencana itu pada 2025. Jangan heran jika pemerintah kota berbondong-bondong untuk menjadikan kotanya sebagai kota yang ramah pada pelaku industri gaming dan esports. Ketika sebuah kota menjadi tuan rumah dari turnamen esports besar, hal ini akan memberikan dampak ekonomi yang positif.

Dukungan dari pemerintah Tiongkok tak berhenti sampai di situ. Pada Januari 2019, pemerintah Tiongkok meresmikan bahwa esports professional dan esports operator merupakan dua profesi baru. Pada Juli 2019, sebanyak 88 atlet esports dinyatakan sebagai atlet resmi Shanghai. Jangan salah, atlet resmi bukanlah gelar yang bisa didapatkan semua orang. Orang-orang yang menjadi atlet resmi juga berhak untuk mendapatkan berbagai fasilitas dari pemerintah, sama seperti atlet olahraga tradisional lainnya. Contoh fasilitas yang diberikan pemerintah Tiongkok adalah dukungan visa internasional dan fasilitas pendidikan.

Akhir Kata

Jika kita berkaca pada Tiongkok, dukungan pemerintah bisa mengakselerasi pertumbuhan industri esports. Untuk mendukung indsutri esports, pemerintah tak perlu mengambil alih tugas pelaku industri esports lainnya.

Misalnya, pemerintah Shanghai memang ingin agar semakin banyak turnamen esports besar diadakan di sana. Namun, hal itu bukan berarti mereka sibuk menggelar turnamen esports sendiri. Mereka justru bekerja sama dengan pihak lain. Dalam kasus League of Legends World Championship, mereka menggandeng Riot Games. Jika pemerintah Indonesia bisa melakukan hal yang sama (disesuaikan dengan keadaan di Indonesia, tentunya), tak tertutup kemungkinan, industri esports Tanah Air juga akan bisa berkembang pesat.

Sumber header: Game Prime

KONI dan MENPORA Resmikan Esports Sebagai Cabang Olahraga Prestasi

Esports memang terbilang sedang berkembang dengan begitu pesat, tak terkecuali di Indonesia. Namun demikian, di Indonesia, masih ada satu hal yang kurang dari ekosistem esports, yaitu pengakuan resmi oleh pemerintah. Tapi, hal tersebut akhirnya kini tercapai, setelah esports akhirnya diakui sebagai cabang olahraga prestasi di Indonesia oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

Peresmian ini dilakukan pada tanggal 25-27 Agustus 2020 lalu, dalam Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) KONI Pusat 2020. Dengan peresmian sebagai olahraga prestasi di Indonesia, maka esports kini dapat ikut dipertandingkan dalam kompetisi resmi tingkat nasional, Pekan Olahraga Nasional (PON) salah satu contohnya.

Lebih lanjut soal cabang olahraga prestasi, mengutip UU Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Pasal 20, Ayat 3 mengatakan: “Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.”

Maka dari itu, peresmian ini tentu diharapkan bisa membuat esports menjadi lebih tertata secara struktur, agar dapat berkembang lebih pesat lagi.

Sumber: PB ESI
Komjen. Pol. Drs. Bambang Sunarwibowo, S.H., M.Hum (kanan) Ketua Harian PB ESI. Sumber: PB ESI

Komjen. Pol. Drs. Bambang Sunarwibowo, S.H., M.Hum selaku Ketua Harian Pengurus Besar Esports mengatakan beberapa alasan kenapa esports layak menjadi cabang olahraga. Alasannya adalah karena esports menggunakan tenaga manusia berupa kecepatan, ketangkasan, dan strategi seperti pada olahraga umumnya. Ia juga menambahkan bahwa keikutsertaan esports dalam event nasional atau internasional seperti ASIAN Games 2018 atau SEA Games 2019 menjadi alasan lain kenapa esports layak diresmikan menjadi cabang olahraga prestasi di Indonesia. Mengutip rilis, pengumuman ini juga seraya meresmikan Pengurus Besar Esports Indonesia (PB ESI), sebagai satu-satunya badan resmi pemerintah yang menaungi esports sebagai olahraga prestasi di Indonesia di bawah KONI.

Tak bisa dipungkiri, pemerintah terbilang punya peran yang signifikan dalam membantu perkembangan sebuah industri. Dalam konteks ekosistem esports, kita sudah melihat sendiri contohnya di beberapa negara. Esports di Tiongkok berkembang sebesar 25% dari tahun 2018 ke 2019, salah satunya karena pemerintah mengakui esports sebagai salah satu profesi, juga pemerintah lokal kota Shanghai dan Hainan yang berusaha secara aktif mendorong keberadaan turnamen esports.

Sumber: DotEsports
KeSPA Cup, salah satu inisiatif asosiasi untuk terus dorong kompetisi antar pemain game di negeri ginseng. Sumber: DotEsports

Korea Selatan juga jadi negara lain yang bisa dijadikan contoh. Ekosistem esports di Korea Selatan berkembang salah satunya karena pengembangan infrastruktur telekomunikasi dan internet, penciptaan Korea E-Sports Association (KeSPA), dan investasi pemerintah terhadap industri potensial tersebut. Hasilnya? Seperti Anda lihat sendiri, Korea Selatan bisa dibilang menjadi salah satu pusaran esports dunia, dan menjadi negara yang berisi pemain-pemain esports yang berkualitas.

Dalam konteks lokal, terlepas dari dukungan ini, bisa dibilang masih banyak pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut lagi yang harus dilontarkan. Tapi semoga saja peresmian esports sebagai cabang olahraga prestasi, bisa menjadi momentum awal untuk membuat ekosistem esports di Indonesia menjadi lebih maju dan makmur.

PB Esports Telah Terbentuk, Apa yang Bisa Diharapkan Ekosistem Esports?

Esports semakin berkembang. Tak bisa dipungkiri, regulasi semakin diperlukan agar ekosistem ini bisa bertahan dan tidak jadi carut marut. Sabtu lalu (18 Januari 2020), pengurus Pengurus Besar Esports (PB Esports) periode 2020 – 2024 telah dilantik. Dipimpin oleh Jendral Pol (Purnawirawan) Budi Gunawan yang saat ini juga menjabat Kepala Badan Intelijen Negara sebagai ketua umum, PB Esports diharapkan menjadi wadah demi membuat esports Indonesia jadi lebih baik.

Namun demikian, jika Anda adalah pengikut setia berbagai informasi seputar esports, Anda mungkin sedang dilanda kebingungan saat ini. Setelah IESPA muncul pertama kalinya pada tahun 2013, Indonesia belakangan memiliki berbagai macam badan baru di dalam esports. Ada Asosiasi olahraga Video Game Indonesia (AVGI) yang dibentuk Juli 2019 lalu, dan Federasi Esports Indonesia (FEI) yang dibentuk Oktober 2019 lalu.

Kini, jumlah pengurus tersebut bertambah lagi dengan kehadiran PB Esports. Dengan pengaruh yang bisa dibilang lebih besar, sebenarnya ada beberapa hal yang bisa kita harapkan dari kehadiran PB Esports ini.

Fasilitas khusus esports berstandar internasional

Walau esports bisa dipertandingkan secara online, namun tak bisa dipungkiri, presensi offline tetap menjadi satu hal yang membuat esports jadi lebih menghibur dan punya cerita. Setelah proses pelantikan selesai, Budi Gunawan sempat berbincang singkat dengan awak media. “Ini merupakan olahraga baru, banyak hal yang perlu kita siapkan. Pertama perangkat peraturannya, regulasi, kita sudah membentuk pokja (kelompok kerja). Kemudian tempat untuk training center, lalu venue, dan terakhir event. Ada beberapa event yang akan kita buat untuk dalam negeri, dan juga target untuk Asian Games.”.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Budi Gunawan saat diwawancara oleh para awak media perihal program kerja untuk PB Esports. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Melanjutkan soal Venue, Budi Gunawan lalu melanjutkan. “Untuk venue sedang kita bangun di Sentul (Bogor). Sambil itu jalan, kita juga sambil mempersiapkan di tempat lain.”.

Dalam perkembangan ekosistem, kehadiran esports stadium memang bisa dibilang cukup penting. Kenapa? Salah satu alasannya, kehadiran tempat tersebut akan memudahkan penyelenggara acara esports. Reza kala masih di MET Indonesia mengatakannya sendiri ketika Hybrid mewawancaranya untuk membahas soal tantangan membuat stadion atau venue khusus esports di Indonesia.

“Dari sudut pandang penyelenggara, pastinya akan lebih mudah. Kalau tempatnya sudah khusus untuk esports, berarti spesifikasi dan layout-nya sudah dibuat sesuai dengan standar kebutuhan turnamen esports, maka penyelenggara dapat mengurangi biaya produksi. Selain itu, pemain dan audiens yang hadir juga bisa lebih nyaman dan tertata sehingga bisa lebih fokus dan menikmati acara,” ujar Reza dalam pembahasan soal venue khusus esports.

Namun demikian, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah soal lokasi. Rezaly Surya Afhany juga bicara soal hal tersebut saat membahas potensi bisnis venue khusus esports. “Contohnya ICE BSD, jauh sih, tapi itu affordable, luas, dan peralatan bisa digantung sehingga produksinya bisa maksimal, seperti PMCO (PUBG Mobile Club Open). Kalau acara dari publisher sendiri, penonton sudah pasti banyak, beranilah kalau buat di ICE. Tapi, kalau untuk eksibitor pihak ketiga seperti Dunia Games, harus dihitung benar-benar persiapannya jika mau buat di ICE. Jika kurang maksimal, bisa rugi.” Ucap Rezaly menyatakan pandangannya.

Kehadiran stadium esports, atau venue khusus esports tentu akan memudahkan para pelaku bisnis, terutama penyelenggara acara esports. Namun demikian, jika lokasinya kurang strategis, bukan tidak mungkin membuat venue khusus esports berdampak kurang maksimal terhadap ekosistem.

Regulasi untuk para pelaku industri esports

Soal regulasi juga jadi sesuatu yang penting di ekosistem esports. Apalagi, perkembangan industri esports yang sedang begitu pesat. Lalu, apa regulasi yang sebenarnya penting bagi ekosistem esports Indonesia. Pengakuan profesi mungkin jadi salah satunya.

Dalam hal Amerika Serikat, pengakuan status profesi biasanya berdampak kepada hak-hak yang akan didapatkan oleh sang pekerja. Contoh kasusnya adalah saat negara bagian California, Amerika Serikat, mengakui pemain esports sebagai karyawan tetap suatu perusahaan. Dampaknya adalah mereka (para pemain esports), jadi berhak atas gaji minimal atau gaji UMR dan perlindungan serta benefit untuk para pekerja tetap seperti cuti atau asuransi.

Beberapa program yang dicanangkan oleh PB Esports masa kepengurusan 2020 - 2024. Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Beberapa program yang dicanangkan oleh PB Esports masa kepengurusan 2020 – 2024. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Jujur, sampai sejauh ini saya sendiri juga belum tahu, apakah para pemain esports di Indonesia mendapatkan hak-hak kepegawaian tersebut. Namun demikian, dengan kehadiran PB Esports, yang punya pengaruh politis lebih besar di jajaran pemerintahan, harapan untuk hal ini bisa jadi lebih besar. Meski memang pembuktiannya masih harus menunggu waktu, apakah memang ada tindak nyatanya atau esports jadi sekadar jalan menuju panggung politik yang lebih megah. Jika pemain esports mendapatkan hak seperti demikian, maka membuat ekosistem esports jadi lebih stabil mungkin tak lagi hanya di angan-angan saja.

Integrasi antar-lembaga, serta pembagian kerja yang jelas

Dengan banyaknya asosiasi untuk esports, tak heran jika awak media jadi mempertanyakan soal pembagian kerja antar-lembaga. Apalagi, saat gelaran SEA Games 2019 kemarin, urusan seleksi, pembrangkatan atlet dan lain sebagainya masih diurus oleh IESPA. Terkait hal tersebut, Budi Gunawan menjawab dengan cukup singkat. “Semua akan kita satukan, kita wadahi.”

Menurut bayangan saya, nantinya secara struktur PB Esports mungkin akan membawahi lembaga-lembaga lainnya seperti IESPA, AVGI, dan FEI. Saya sendiri merasa, tak ada salahnya ada banyak lembaga yang mengurusi, asalkan ada pembagian kerja yang jelas antar lembaga satu dengan yang lain.

Pengurus Besar Esports masa kerja 2020 - 2024. Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Pengurus Besar Esports masa kerja 2020 – 2024. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Berdasarkan dari pemaparan mereka masing-masing, sebenarnya porsi kerja antar lembaga mungkin bisa terbilang masih tumpang tindih, seperti AVGI dengan FEI contohnya. Angki Trijaka dalam tanya jawab media saat pelantikan pengurus AVGI mengatakan bahwa mereka ingin melakukan standarisasi untuk menjadi atlet esports, mengatasi kasus poaching, ataupun jadwal turnamen yang bertabrakan. Sementara di sisi lain Andrian Pauline (AP) yang menjabat ketua umum FEI, mengatakan bahwa ia bersama FEI juga ingin melakukan standarisasi kontrak pekerja esports, termasuk pemain.

Mungkin akan lebih indah jika ketiga lembaga ini bisa benar-benar saling bersinergi dan membagi wilayah kerjanya agar tidak saling tumpang tindih. Saya membayangkan mungkin baiknya seperti ini, IESPA dikhususkan untuk mengurusi pelatnas dan hubungan internasional, karena pengalamannya dalam memberangkatkan atlet Indonesia ke beberapa festival olahraga seperti Asian Games 2018 atau SEA Games 2019.

Lalu AVGI mungkin bisa fokus pada ekosistem industri esports itu sendiri, terutama pada bagian event dan liga. Ini juga mengingat, salah satu apa yang Angki ingin lakukan adalah melakukan regulasi terkait jadwal turnamen yang saling bertabrakan. Lalu terakhir FEI, mungkin bisa fokus kepada regulasi terkait atlet dan juga para pekerja di dunia esports. Kembali lagi, ini mengingat apa yang dikatakan AP sebelumnya, terkait apa yang ingin ia lakukan lewat kehadiran FEI di esports Indonesia.

Pada akhirnya, banyaknya badan pengurus esports adalah bukti, bahwa industri ini berkembang begitu besar bahkan sampai menarik perhatian politisi seperti Sandiaga Uno. Ini jadi angin segar bagi ekosistem esports, karena kehadiran para politisi harusnya bisa memuluskan perkembangan ekosistem esports. Namun, dengan satu catatan, hanya jika kepengurusan ini dikerjakan dengan hati dan diurus dengan serius.