Pengusung Aplikasi GOWES Kembangkan Peta Digital Lokal Sendiri

Ada hal unik dari layanan bike-sharing lokal GOWES yang gencar diluncurkan beberapa waktu terakhir. Tidak seperti aplikasi berbasis lokasi pada umumnya, GOWES menyematkan peta digital yang dikembangkan secara mandiri. PT Surya Teknologi Perkasa (STP) sebagai perusahaan pengusung mengembangkan peta digital bernama Jimatt Map.

Selain digunakan pada GOWES, Jimatt Map juga digunakan di aplikasi Sobat GPS yang saat ini sudah dapat diunduh di Play Store dan App Store. Perihal pengembangan peta digital ini, DailySocial mewawancara President Director STP Iwan Suryaputra.

“Betul, PT Surya Teknologi Perkasa mengembangkan sendiri pembuatan peta digital 2D dan 3D untuk Indonesia,” ujar Iwan.

Diceritakan bahwa sudah lama pendiri STP berkecimpung dalam pengembang peta digital. Bahkan turut dikatakan sebagian besar tim adalah pakar di bidang pemetaan. Gagasan pembuatan peta digital di STP lahir tiga tahun lalu, kendati awalnya –bahkan sampai saat ini—banyak yang menilai sebagai usaha yang sia-sia, lantaran sudah ada peta digital seperti Google Maps atau sejenisnya.

“Tapi sejak setahun terakhir Google sudah tidak lagi menyediakan API peta mereka secara gratis. Hal ini sejalan dengan prediksi pendiri STP, bahwa suatu hari penggunaan peta digital semakin komersial. Oleh itu STP ingin mengembangkan peta sendiri dan digunakan untuk mendukung berbagai jenis aplikasi maupun aktivitas masyarakat umum di Indonesia,” jelas Iwan.

Telah menyiapkan model bisnis khusus

Saat ini Jimatt Map masih terus dikembangkan. Disampaikan Iwan, peta digital tersebut telah mencakup 90% wilayah Jawa dan Bali, sekitar 40% untuk wilayah Indonesia bagian barat lainnya, dan 20% untuk wilayah Indonesia timur. Diperkirakan pada tahun 2023 mendatang pemetaan di seluruh Indonesia akan rampung. Dalam pengerjaannya, tim juga melakukan survei lapangan untuk mendeteksi sebagai objek dalam peta.

“Pembuatan peta digital dimulai dari lapangan, yaitu dengan survei jalan dan gedung. Dari hasil survei lapangan kemudian dibawa ke pengelolaan dan didatakan secara digital, sehingga data peta dapat dilihat secara visual dan diambil datanya sebagai Point of Interest. Pemetaan juga dilakukan secara detail, misal mendeteksi sebuah jalan itu jalan biasa atau jalan tol, apakah sepeda motor boleh lewat atau tidak, apakah satu arah atau dua arah, dan sebagainya,” jelas Iwan.

Dijelaskan juga Jimatt Map akan memiliki model bisnis khusus untuk peta digital, memanfaatkan lingkup geografi dengan layer POI, navigasi, info lalu lintas, dan info bisnis. Bahkan Iwan menegaskan ke depannya tidak menutup kemungkinan akan dikembangkan game dan e-commerce berbasis peta.

“Target tahun ini kami berusaha merilis aplikasi peta 3D, bekerja sama dengan perusahaan asing yang sangat kuat di bidang platform peta 3D,” tutup Iwan.

Application Information Will Show Up Here

Tak Lagi Andalkan Pihak Ketiga, Apple Kerjakan Sendiri Peta Digitalnya dari Nol

Dari sekian banyak layanan digital yang Apple miliki, Maps bisa dibilang sebagai yang tergagal – bahkan fanboy yang paling hardcore sekalipun bakal mengakuinya. Dibandingkan Google Maps, Apple Maps jauh kalah akurat, dan lagi informasinya juga kalah lengkap.

Begitu parahnya performa Apple Maps yang dirilis bersama iOS 6 ketika itu, Scott Forstall selaku petinggi divisi pengembangan iOS harus didepak dari Apple. Enam tahun berselang, Apple Maps masih sama sekali belum bisa disetarakan dengan Google Maps, padahal Apple sudah menambah banyak mitra penyedia data di samping mitra awalnya, yaitu TomTom dan OpenStreetMap.

Salah satu alasan mengapa Google Maps begitu sukses adalah bagaimana semua komponennya dikerjakan oleh Google sendiri, bukan mengandalkan pihak ketiga seperti yang dilakukan Apple saat ini. Maka dari itu, Apple pun memutuskan untuk mengambil jalur yang sama, yakni mengerjakan platform peta digitalnya sendiri mulai dari nol.

Perbandingan tampilan Apple Maps versi lama (kanan) dan yang baru (kanan) / TechCrunch
Perbandingan tampilan Apple Maps versi lama (kiri) dan yang baru (kanan) / TechCrunch

Berdasarkan laporan TechCrunch, inisiatif ini sebenarnya sudah dipikirkan sejak sebelum Apple memutuskan untuk membuat layanan peta digitalnya sendiri. Kendati demikian, eksekusinya baru dijalankan sekitar empat tahun yang lalu, dan salah satu pemicunya adalah semakin masifnya angka penjualan perangkat iOS.

Apa hubungan perangkat iOS yang terjual laris dengan pengembangan peta digital? Jawabannya adalah data. Miliaran perangkat iOS yang digunakan di seluruh dunia saat ini bisa membantu menyumbangkan data guna menyempurnakan Maps, khususnya ketika ada informasi yang harus di-update.

Kalau dengan model yang ada sekarang, di mana Apple mengandalkan data dari pihak ketiga, mereka tidak bisa memperbaiki kesalahan pada peta maupun menambahkan informasi baru dengan sigap. Lain halnya kalau mereka sendiri yang membuat database-nya, di mana sumbangan data dan laporan dari para pengguna iOS bisa langsung diproses tanpa harus menunggu lama.

Meski memanfaatkan data yang berasal dari perangkat iOS, Apple menegaskan bahwa privasi masih menjadi prioritas mereka dalam mengerjakan Maps baru ini. Intinya, semua data yang dikumpulkan bakal dibuat anonim dan dipecah menjadi beberapa fragmen, semuanya demi mengamankan privasi pengguna..

Mobil pemetaan khusus yang digunakan Apple / TechCrunch
Mobil pemetaan khusus yang digunakan Apple / TechCrunch

Di samping memanfaatkan populasi besar perangkat iOS yang aktif, tim Maps juga mengutus banyak mobil pemetaan khusus yang dibekali segudang sensor beserta alat pengukur. Mobil-mobil ini pada dasarnya bertugas memverifikasi data, sekaligus menjadi sumber data visual untuk Maps baru ini.

Tidak hanya di Amerika Serikat, mobil-mobil ini rupanya juga ditugaskan di berbagai negara. Sederhananya, upaya yang dilakukan Apple ini berskala global, namun tentu realisasinya butuh waktu yang panjang – Google Maps pun bisa sampai di titik ini berkat pengembangan selama belasan tahun.

Contoh data yang dikumpulkan oleh mobil pemetaan Apple / TechCrunch
Contoh data yang dikumpulkan oleh mobil pemetaan Apple / TechCrunch

Hasil akhirnya adalah Apple Maps yang lebih komplet, lebih akurat, dan lebih cepat menerima pembaruan data. Tampilan aplikasinya sendiri tidak akan berubah banyak; yang drastis adalah tampilan petanya, dengan informasi yang lebih lengkap dan lebih mendetail, bahkan sampai ke level bentuk gedung yang ada pada suatu lokasi.

Lalu kapan Apple Maps generasi baru ini bisa kita nikmati? Sepertinya masih lama. Apple baru akan merilisnya bersama versi beta iOS 12 untuk konsumen di sekitaran kota San Francisco, lalu menyusul di keseluruhan California bagian utara di musim semi. Yang pasti butuh hitungan tahun sebelum Apple Maps versi baru ini merambah banyak kota besar di seluruh dunia.

Sumber: TechCrunch.

Uber Sedang Kembangkan Teknologi Peta Digitalnya Sendiri

Sudah bukan rahasia apabila peta digital memegang peran penting dalam kelangsungan bisnis Uber. Selama ini, Uber mengandalkan Google Maps, baik di aplikasi Android maupun iOS-nya. Namun ke depannya hal ini bisa saja berubah.

Belum lama ini, Uber mengumumkan bahwa mereka tengah sibuk mengembangkan platform pemetaan digitalnya sendiri. Tahun lalu, mereka sudah memulainya dengan melepas sejumlah mobil dengan perlengkapan khusus di jalanan-jalanan Amerika Serikat. Di musim panas ini, mobil-mobil tersebut berpindah haluan ke Meksiko, dan rencananya juga akan merambah negara-negara lain.

Uber tidak mau setengah-setengah dalam menggarap teknologi pemetaannya sendiri. Menurut laporan Financial Times, Uber telah menyiapkan dana sebesar $500 juta untuk proyek ini. Lebih lanjut, pimpinan yang ditunjuk adalah Brian McClendon, yang notabene merupakan mantan salah satu petinggi Google Maps selama lebih dari satu dekade.

Keputusan Uber ini didasari oleh sejumlah alasan. Yang pertama dan paling utama adalah kebutuhan Uber akan informasi yang amat spesifik, seperti misalnya titik-titik penjemputan yang presisi. Mereka juga ingin memastikan bahwa pengalaman pengguna Uber bisa tetap memuaskan di kawasan-kawasan dimana data peta digitalnya masih kurang mendetail.

Google Maps sendiri sebenarnya sudah bisa memenuhi permintaan Uber, namun di saat yang sama ada informasi-informasi yang kurang relevan buat layanan transportasi on-demand tersebut, seperti misalnya topografi laut. Di samping itu, laporan yang sama dari Financial Times juga menyebutkan bahwa Google menaikkan tarif yang ditarik dari perusahaan-perusahaan yang memakai layanan peta digitalnya.

Berkaca pada alasan-alasan ini, langkah yang dijalani Uber terdengar sangat masuk akal, apalagi mengingat Uber juga sedang mengembangkan mobil tanpa sopirnya sendiri. Seperti istilah simbiosis mutualisme, pengembangan mobil tanpa sopir ini bisa mempercepat inovasi Uber di bidang peta digital, dan sebaliknya platform pemetaan digital ini juga bisa menjadi bekal yang amat bernilai bagi mobil tanpa sopirnya di jalanan nanti.

Sumber: Business Insider dan Uber.