Google Maps Versi Baru Punya Tampilan Peta yang Lebih Komprehensif

Ada yang baru dari Google Maps. Kali ini bukan lagi tampilan aplikasinya yang diperbarui, melainkan tampilan petanya itu sendiri. Meski mungkin terdengar sepele buat sebagian orang, penyempurnaan visual seperti ini sebenarnya bisa berujung pada informasi yang lebih mendetail saat memantau suatu area di peta.

Jadi dengan memanfaatkan koleksi foto satelit yang diklaim telah mencakup lebih dari 98% populasi Bumi, Google menerapkan algoritma pemetaan warna baru, menerjemahkannya menjadi peta digital yang lebih berwarna sekaligus lebih komprehensif. Google bilang pembaruannya sudah bisa dinikmati oleh konsumen di 220 negara yang berbeda.

Melihat contoh-contoh perbandingan sebelum dan sesudah update-nya di bawah, bisa kita simpulkan bahwa versi baru Google Maps mampu menggambarkan kondisi alam suatu lokasi secara lebih akurat. Ambil contoh peta negara Islandia, yang ternyata lebih banyak padang rumput hijaunya ketimbang area yang diselimuti es/salju.

Contoh lain yakni peta negara Maroko; kita bisa melihat bahwa areanya tidak melulu padang pasir karena dekat dengan Gurun Sahara, tapi juga ada bagian subur di sebelah utara yang menghadap ke Laut Mediterania. Saat memperbesar peta suatu gunung misalnya, kita juga dapat melihat apakah puncaknya diselimuti oleh salju atau tidak pada versi baru Google Maps ini.

Selain di peta alam liar, algoritma baru ini juga punya dampak positif pada peta kawasan urban. Dalam beberapa bulan ke depan, di kota-kota seperti London, New York, dan San Francisco, pengguna bakal melihat informasi jalanan yang jauh lebih akurat, dengan bentuk dan ukuran (sesuai skala) yang sangat mendekati aslinya.

Di beberapa titik, pengguna bahkan bisa mengetahui di mana saja jalanan yang punya trotoar. Informasi-informasi ini tentu saja sangat berguna terutama untuk kaum difabel yang menggunakan kursi roda, atau yang sering bepergian dengan buah hatinya selagi membawa stroller.

Di samping itu, informasi jalanan yang lebih mendetail seperti ini tentu sangat bermanfaat di tengah pandemi yang tak kunjung berakhir, khususnya bagi yang memilih untuk bersepeda atau berjalan kaki ketimbang menggunakan transportasi umum. Kota-kota lainnya dipastikan bakal menyusul ke depannya, tapi Google tidak bilang kapan.

Sumber: Google.

Google Maps Rayakan Ulang Tahun ke-15 dengan Icon dan Sejumlah Fitur Baru

Tepat tanggal 8 Februari besok, Google Maps bakal merayakan ulang tahunnya yang ke-15. Awalnya merupakan proyek garapan startup asal Australia bernama Where 2 Technologies, Google Maps kini telah berkembang pesat menjadi suatu layanan yang diakses lebih dari satu miliar orang setiap bulannya.

Guna merayakannya, Google pun merombak icon Maps sekaligus menambatkan sejumlah fitur baru pada aplikasi Android dan iOS-nya. Terkait icon-nya, video di bawah menunjukkan bagaimana desainnya terus bertambah minimalis dari waktu ke waktu.

Untuk aplikasinya, tampilannya kembali dirombak, kini menyajikan lima tab di bagian bawah ketimbang tiga: Explore, Commute, Saved, Contribute, dan Updates. Ke mana tab For You? Google memindahnya ke dalam Updates, bersamaan dengan fitur untuk chatting dengan pemilik bisnis.

Namun yang paling menarik menurut saya adalah tab Contribute, yang akan mendorong semakin banyak orang untuk ikut berkontribusi terhadap kelengkapan data di Google Maps. Kontribusi yang paling gampang mungkin adalah dalam bentuk foto, terutama foto makanan kalau melihat kebiasaan banyak orang menjepret santapannya dulu sebelum melahapnya.

Google Maps

Ke depannya, tepatnya pada bulan Maret, Maps bakal dilengkapi dengan fitur transit yang lebih mendetail. Masih berkaitan dengan aspek kontribusi tadi, kita nantinya dapat menyumbangkan informasi-informasi ekstra yang berkaitan dengan angkutan umum seperti suhu kabin, ada atau tidaknya area khusus kaum hawa, dan lain sebagainya.

Terakhir, tim Google Maps juga akan memperbarui fitur augmented reality-nya yang bernama Live View dalam beberapa bulan ke depan. Penggunaannya bakal dibuat lebih simpel, dan kita nanti dapat melihat arah tujuan beserta jaraknya langsung di tampilan augmented reality.

Sumber: Google.

Pengerjaan Ulang Apple Maps di AS Rampung, Eropa Jadi Target Selanjutnya

Pertengahan 2018 lalu, Apple dilaporkan sibuk merombak platform peta digitalnya secara total. Sebagian besar upayanya mereka kerjakan sendiri dari nol, utamanya proses pemetaan itu sendiri dengan mengutus banyak mobil yang dibekali segudang sensor beserta alat pengukur yang dibutuhkan.

Satu setengah tahun berselang, kerja keras tim Apple Maps sudah membuahkan hasil yang cukup membanggakan; peta digital baru mereka untuk seluruh kawasan Amerika Serikat akhirnya rampung. Seperti yang bisa kita lihat pada gambar di atas, tampilan peta barunya jauh lebih mendetail sekaligus presisi ketimbang sebelumnya.

Apple Maps

Kalau Google Maps punya Street View, maka Apple Maps punya Look Around yang berkonsep serupa. Untuk sekarang, Look Around belum tersedia di seluruh kota di AS, sebab menyajikan fotografi 3D beresolusi tinggi dari suatu lokasi tentunya lebih memakan waktu ketimbang sekadar menyuguhkan gambaran petanya saja.

Di samping tampilan peta yang lebih komprehensif, yang bahkan juga mencakup peta indoor, daya tarik lain dari Apple Maps generasi anyar ini adalah seputar privasi. Pengguna sama sekali tidak diminta untuk menyambungkan akun apapun, dan semua fitur yang sifatnya terpersonalisasi dijalankan secara lokal di perangkat.

Apple Maps

AS sudah, tujuan Apple selanjutnya adalah Eropa, yang peta barunya dijadwalkan bakal menyusul dalam beberapa bulan ke depan. Sekadar mengingatkan, pengerjaan ulang Apple Maps ini sebenarnya sudah dimulai sejak 2014, dan Apple juga sudah mengutus timnya di sejumlah negara selain AS.

Setelah Eropa, target logis selanjutnya sudah pasti Asia. Prosesnya tentu tidak akan instan dan membutuhkan waktu yang panjang. Selain berusaha sendiri, Apple juga masih melibatkan pihak lain dalam pengerjaan Apple Maps, salah satunya untuk menampilkan data informasi transit (angkutan umum) secara real-time.

Sumber: Apple.

Tak Lagi Andalkan Pihak Ketiga, Apple Kerjakan Sendiri Peta Digitalnya dari Nol

Dari sekian banyak layanan digital yang Apple miliki, Maps bisa dibilang sebagai yang tergagal – bahkan fanboy yang paling hardcore sekalipun bakal mengakuinya. Dibandingkan Google Maps, Apple Maps jauh kalah akurat, dan lagi informasinya juga kalah lengkap.

Begitu parahnya performa Apple Maps yang dirilis bersama iOS 6 ketika itu, Scott Forstall selaku petinggi divisi pengembangan iOS harus didepak dari Apple. Enam tahun berselang, Apple Maps masih sama sekali belum bisa disetarakan dengan Google Maps, padahal Apple sudah menambah banyak mitra penyedia data di samping mitra awalnya, yaitu TomTom dan OpenStreetMap.

Salah satu alasan mengapa Google Maps begitu sukses adalah bagaimana semua komponennya dikerjakan oleh Google sendiri, bukan mengandalkan pihak ketiga seperti yang dilakukan Apple saat ini. Maka dari itu, Apple pun memutuskan untuk mengambil jalur yang sama, yakni mengerjakan platform peta digitalnya sendiri mulai dari nol.

Perbandingan tampilan Apple Maps versi lama (kanan) dan yang baru (kanan) / TechCrunch
Perbandingan tampilan Apple Maps versi lama (kiri) dan yang baru (kanan) / TechCrunch

Berdasarkan laporan TechCrunch, inisiatif ini sebenarnya sudah dipikirkan sejak sebelum Apple memutuskan untuk membuat layanan peta digitalnya sendiri. Kendati demikian, eksekusinya baru dijalankan sekitar empat tahun yang lalu, dan salah satu pemicunya adalah semakin masifnya angka penjualan perangkat iOS.

Apa hubungan perangkat iOS yang terjual laris dengan pengembangan peta digital? Jawabannya adalah data. Miliaran perangkat iOS yang digunakan di seluruh dunia saat ini bisa membantu menyumbangkan data guna menyempurnakan Maps, khususnya ketika ada informasi yang harus di-update.

Kalau dengan model yang ada sekarang, di mana Apple mengandalkan data dari pihak ketiga, mereka tidak bisa memperbaiki kesalahan pada peta maupun menambahkan informasi baru dengan sigap. Lain halnya kalau mereka sendiri yang membuat database-nya, di mana sumbangan data dan laporan dari para pengguna iOS bisa langsung diproses tanpa harus menunggu lama.

Meski memanfaatkan data yang berasal dari perangkat iOS, Apple menegaskan bahwa privasi masih menjadi prioritas mereka dalam mengerjakan Maps baru ini. Intinya, semua data yang dikumpulkan bakal dibuat anonim dan dipecah menjadi beberapa fragmen, semuanya demi mengamankan privasi pengguna..

Mobil pemetaan khusus yang digunakan Apple / TechCrunch
Mobil pemetaan khusus yang digunakan Apple / TechCrunch

Di samping memanfaatkan populasi besar perangkat iOS yang aktif, tim Maps juga mengutus banyak mobil pemetaan khusus yang dibekali segudang sensor beserta alat pengukur. Mobil-mobil ini pada dasarnya bertugas memverifikasi data, sekaligus menjadi sumber data visual untuk Maps baru ini.

Tidak hanya di Amerika Serikat, mobil-mobil ini rupanya juga ditugaskan di berbagai negara. Sederhananya, upaya yang dilakukan Apple ini berskala global, namun tentu realisasinya butuh waktu yang panjang – Google Maps pun bisa sampai di titik ini berkat pengembangan selama belasan tahun.

Contoh data yang dikumpulkan oleh mobil pemetaan Apple / TechCrunch
Contoh data yang dikumpulkan oleh mobil pemetaan Apple / TechCrunch

Hasil akhirnya adalah Apple Maps yang lebih komplet, lebih akurat, dan lebih cepat menerima pembaruan data. Tampilan aplikasinya sendiri tidak akan berubah banyak; yang drastis adalah tampilan petanya, dengan informasi yang lebih lengkap dan lebih mendetail, bahkan sampai ke level bentuk gedung yang ada pada suatu lokasi.

Lalu kapan Apple Maps generasi baru ini bisa kita nikmati? Sepertinya masih lama. Apple baru akan merilisnya bersama versi beta iOS 12 untuk konsumen di sekitaran kota San Francisco, lalu menyusul di keseluruhan California bagian utara di musim semi. Yang pasti butuh hitungan tahun sebelum Apple Maps versi baru ini merambah banyak kota besar di seluruh dunia.

Sumber: TechCrunch.

Uber Sedang Kembangkan Teknologi Peta Digitalnya Sendiri

Sudah bukan rahasia apabila peta digital memegang peran penting dalam kelangsungan bisnis Uber. Selama ini, Uber mengandalkan Google Maps, baik di aplikasi Android maupun iOS-nya. Namun ke depannya hal ini bisa saja berubah.

Belum lama ini, Uber mengumumkan bahwa mereka tengah sibuk mengembangkan platform pemetaan digitalnya sendiri. Tahun lalu, mereka sudah memulainya dengan melepas sejumlah mobil dengan perlengkapan khusus di jalanan-jalanan Amerika Serikat. Di musim panas ini, mobil-mobil tersebut berpindah haluan ke Meksiko, dan rencananya juga akan merambah negara-negara lain.

Uber tidak mau setengah-setengah dalam menggarap teknologi pemetaannya sendiri. Menurut laporan Financial Times, Uber telah menyiapkan dana sebesar $500 juta untuk proyek ini. Lebih lanjut, pimpinan yang ditunjuk adalah Brian McClendon, yang notabene merupakan mantan salah satu petinggi Google Maps selama lebih dari satu dekade.

Keputusan Uber ini didasari oleh sejumlah alasan. Yang pertama dan paling utama adalah kebutuhan Uber akan informasi yang amat spesifik, seperti misalnya titik-titik penjemputan yang presisi. Mereka juga ingin memastikan bahwa pengalaman pengguna Uber bisa tetap memuaskan di kawasan-kawasan dimana data peta digitalnya masih kurang mendetail.

Google Maps sendiri sebenarnya sudah bisa memenuhi permintaan Uber, namun di saat yang sama ada informasi-informasi yang kurang relevan buat layanan transportasi on-demand tersebut, seperti misalnya topografi laut. Di samping itu, laporan yang sama dari Financial Times juga menyebutkan bahwa Google menaikkan tarif yang ditarik dari perusahaan-perusahaan yang memakai layanan peta digitalnya.

Berkaca pada alasan-alasan ini, langkah yang dijalani Uber terdengar sangat masuk akal, apalagi mengingat Uber juga sedang mengembangkan mobil tanpa sopirnya sendiri. Seperti istilah simbiosis mutualisme, pengembangan mobil tanpa sopir ini bisa mempercepat inovasi Uber di bidang peta digital, dan sebaliknya platform pemetaan digital ini juga bisa menjadi bekal yang amat bernilai bagi mobil tanpa sopirnya di jalanan nanti.

Sumber: Business Insider dan Uber.

Fitur Multi-Stop Directions Akhirnya Tiba di Google Maps untuk iOS

Setelah rumornya beredar di akhir bulan Juni kemarin, aplikasi Google Maps untuk iOS akhirnya kedatangan fitur multiple destinations atau multi-stop directions, alias perencanaan perjalanan ke lebih dari satu tujuan. Beberapa saat sebelumnya, fitur ini sudah lebih dulu hadir secara resmi di Android.

Cara kerja fitur ini cukup sederhana: pertama-tama, masukkan lokasi yang hendak dituju seperti biasa. Selanjutnya, buka menu di ujung kanan atas, dan pilih opsi “Add stop”. Dari situ pengguna tinggal menambahkan tempat-tempat lain yang hendak dituju selama perjalanan.

Di sebelah kiri masing-masing tujuan terdapat indikator alfabet yang menandakan urutan titik tujuan dalam rute pengguna – bisa di-drag satu per satu untuk menyesuaikan urutannya kembali. Selesai semuanya, tinggal tap “Done” dan rute spesial pengguna pun siap dijalani, termasuk halnya dalam mode navigasi.

Tampilan fitur multi-stop directions pada Google Maps untuk iOS / Google
Tampilan fitur multi-stop directions pada Google Maps untuk iOS / Google

Fitur ini tentu saja akan terasa amat bermanfaat ketika sedang merencanakan liburan, dimana seringkali kita bakal mampir ke beberapa tempat lebih dulu sebelum akhirnya tiba di tujuan terakhir. Pun begitu, navigasi dalam kota pun sebenarnya juga bisa tertolong oleh fitur multi-stop directions ini.

Jadi saat merencanakan rute perjalanan di Google Maps lain kali, jangan sampai lumpa kalau fitur ini eksis dan siap membantu memudahkan perjalanan. Update-nya sudah bisa didapat langsung melalui App Store.

Sumber: Google Maps Blog. Gambar header: Google Maps via Pexels.

Tampilan Google Maps Dirombak Jadi Lebih Rapi dan Jelas

Dengan semakin lengkap dan merincinya informasi yang Google Maps simpan, membacanya secara sepintas tentu tidak mudah. Google paham akan permasalahan semacam ini, hingga akhirnya mereka menerapkan pembaruan visual yang cukup drastis pada Google Maps versi web, Android maupun iOS.

Tampilan Google Maps secara keseluruhan kini terkesan lebih bersih daripada sebelumnya. Pun demikian, penyajian informasi masih menjadi prioritas utama. Elemen-elemen yang dirasa tidak terlalu perlu ditiadakan, seperti misalnya outline jalanan.

"Areas of interest" ditandai dengan warna oranye pada peta / Google
“Areas of interest” ditandai dengan warna oranye pada peta / Google

Gaya visual baru ini menjadikan informasi macam kondisi lalu lintas dan rute angkutan umum semakin jelas terlihat. Di saat yang sama, Google turut menyempurnakan tipografi pada Maps, memperbesar ukurannya dan membuatnya tampak lebih jelas secara menyeluruh.

Di saat yang sama, Google juga menyuguhkan cara baru untuk meninjau informasi dengan cepat. Pengguna kini bisa melihat area berwarna oranye pada peta yang mewakili “areas of interest“, lokasi dimana pengguna bisa melakukan bermacam aktivitas di berbagai tempat, mulai dari restoran sampai pusat perbelanjaan.

Zoom pada area berwarna oranye tersebut, maka Maps akan menampilkan informasi lebih mendetail mengenai tiap-tiap tempat. Semakin pekat warna oranyenya, berarti semakin banyak lokasi menarik yang bisa ditemukan di sana.

Panduan skema warna untuk mengidentifikasi tempat-tempat tertentu di Google Maps dengan cepat / Google
Panduan skema warna untuk mengidentifikasi tempat-tempat tertentu di Google Maps dengan cepat / Google

Google tidak lupa menyertakan panduan skema warna untuk membantu pengguna mengenali tipe-tipe lokasi yang berbeda dalam Maps. Harapannya, pengguna bisa mengidentifikasi tempat seperti rumah sakit, sekolah, jalan tol dan lain sebagainya dengan cepat tanpa perlu banyak-banyak mengandalkan swipe atau zoom.

Sumber: Google Maps Blog.

Manfaatkan Satelit Baru, Gambar dalam Google Maps dan Google Earth Kini Makin Tajam

Google baru saja merilis update untuk Google Maps dan Google Earth, meningkatkan kualitas dan ketajaman gambar satelit pada kedua aplikasi tersebut. Update ini dimungkinkan berkat satelit baru NASA, Landsat 8, yang mulai mengabadikan seluruh sudut Bumi dari atas orbit sejak tiga tahun yang lalu.

Landsat 8 diyakini jauh lebih superior dari pendahulunya, sanggup mengambil gambar dua kali lipat lebih banyak setiap harinya. Tidak hanya itu, gambar yang ditangkap juga mempunyai detail yang lebih tajam dan warna yang lebih akurat, seperti yang bisa Anda lihat sendiri pada gambar satelit kawasan New York City di bawah ini.

Perbandingan kualitas gambar satelit sebelum dan sesudah update / Google
Perbandingan kualitas gambar satelit sebelum dan sesudah update / Google

Google tidak mau main-main dalam memperbarui Maps dan Earth. Mereka ‘menambang’ hampir satu petabyte (setara 1 juta gigabyte) data yang diambil oleh satelit Landsat 8. Dilihat dari sudut pandang lain, Google mengambil secara total 700 triliun pixel guna menyajikan pemetaan digital yang lebih berkualitas.

Gambar-gambar satelit yang lebih tajam ini sudah bisa dinikmati sekarang juga dengan mengaktifkan layer satelit di Google Maps maupun Google Earth. Pastikan Anda sudah lebih dulu meng-update keduanya ke versi yang terbaru.

Sumber: Google Maps Blog.

Siap Gantikan Here Maps, Windows Maps Diganjar Sederet Fitur Baru

Tanggal 30 Juni 2016 mendatang, aplikasi Here Maps akan berhenti berfungsi di seluruh perangkat Windows 10. Lalu apakah ini berarti pengguna Lumia 950 bakal menjadi buta arah karena tidak ada aplikasi navigasi di ponselnya? Tidak, karena masih ada Windows Maps hasil pengembangan Microsoft sendiri.

Nyatanya, tim Windows Maps telah bekerja keras demi menyajikan fitur-fitur baru pada aplikasi navigasi tersebut. Fitur-fitur anyar ini dikemas dalam update yang sudah bisa dinikmati oleh semua pengguna perangkat Windows 10, baik desktop maupun mobile.

Salah satu pembaruan utama Windows Maps adalah tampilan mode navigasi turn-by-turn yang lebih optimal, baik dalam orientasi portrait maupun landscape. Tombol-tombolnya kini ditempatkan di sisi bawah sehingga pengguna bisa mengoperasikannya dengan satu tangan secara lebih mudah.

Bagi yang mengandalkan Windows Maps untuk angkutan umum, mereka kini dapat menerima notifikasi saat sudah waktunya untuk turun dari bus meskipun aplikasi sedang tidak dibuka. Dengan begitu, pengguna tak perlu khawatir kebablasan meski tengah asyik chatting di dalam bus.

Hasil pencarian di Windows Maps kini bisa ditampilkan dalam beberapa tab sekaligus / Microsoft
Hasil pencarian di Windows Maps kini bisa ditampilkan dalam beberapa tab sekaligus / Microsoft

Penyajian informasi pada peta juga telah disempurnakan. Pengguna kini bisa melihat beberapa hasil pencarian sekaligus dalam satu jendela yang sama. Lebih lanjut, hasil pencarian juga akan dibubuhi label pada tampilan peta sehingga pengguna bisa langsung mendapat gambaran mengenai lokasinya.

Buat pengguna yang kerap melancong ke negara lain, Windows Maps kini telah mendukung fitur offline sehingga peta masih dapat diakses ketika tidak ada akses internet. Menariknya, Cortana siap mengingatkan Anda untuk menyimpan peta offline sebelum jadwal berangkat Anda yang tertera di kalender tiba.

Pengguna akan diberi opsi migrasi data dari Here Maps ke Windows Maps / Microsoft
Pengguna akan diberi opsi migrasi data dari Here Maps ke Windows Maps / Microsoft

Terakhir, Microsoft tak ingin melupakan relasi pengguna dan Here Maps begitu saja. Pengguna akan diberi opsi migrasi data, memindahkan hingga 300 lokasi favorit yang tersimpan dalam Here Maps ke Windows Maps dengan mudah.

Ke depannya, Microsoft menjanjikan lebih banyak lagi fitur untuk Windows Maps, seperti misalnya dukungan anotasi pada tampilan peta. Kalau Anda masih menggunakan Here Maps, sekarang adalah saat yang tepat untuk bermigrasi ke Windows Maps dengan mengunduhnya langsung dari Windows Store.

Sumber: Windows Blog.

Di Bawah Pemilik Baru, HERE Maps Kebut Pengembangan Peta untuk Mobil Tanpa Sopir

Sekitar 4 bulan sejak pengumuman akuisisinya, sebanyak 6.500 karyawan HERE Maps akhirnya bisa mengucapkan selamat tinggal pada Nokia dan menyambut tiga pemilik barunya: Audi, BMW Group dan Daimler. Ini merupakan lembar baru bagi pesaing Google Maps tersebut, dan mereka rupanya juga ingin memberikan sesuatu yang baru pula.

Pada dasarnya, HERE Maps ingin menciptakan sebuah layanan peta digital yang dikhususkan untuk mobil tanpa sopir. Mereka paham bahwa hal ini membutuhkan tingkat detail dan akurasi yang amat presisi, sanggup memberikan gambaran akan kondisi jalan dalam skala 1:1.

Untuk itu, HERE pun memutuskan untuk mengebut pengembangan teknologi pemetaan real-time. Teknologi ini sejatinya akan menggabungkan seabrek data yang agak mustahil untuk dicerna oleh otak manusia secara bersamaan. Tapi tidak apa-apa, karena yang dibicarakan di sini adalah mesin atau kecerdasan buatan milik sebuah mobil tanpa sopir yang sanggup mengolah begitu banyak data dengan sangat cepat.

Teknologi real-time map besutan HERE Maps

Dukungan dari ketiga pemilik barunya tentu saja akan sangat membantu HERE dalam mencapai targetnya. Apalagi ketiganya telah setuju untuk memberikan data-data anonim yang dikumpulkan oleh sederet sensor milik mobil produksinya untuk dianalisa dan dimanfaatkan oleh tim HERE Maps.

Namun yang lebih menarik lagi justru adalah kemurahan hati yang dimiliki tim HERE Maps. Jauh dari kata egois, mereka justru ingin menjadi platform pemetaan terbuka yang bisa diakses oleh siapapun, baik yang terlibat dalam industri otomotif ataupun tidak. Pihak-pihak ini dipersilakan untuk memanfaatkan platform terbuka HERE guna menciptakan layanannya sendiri yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya masing-masing.

Langkah ini terdengar cukup mengejutkan karena sebagian besar dari kita mungkin berasumsi bahwa Audi, BMW Group dan Daimler tidak mau asetnya diumbar ke publik begitu saja. Pun begitu, dibukanya akses terhadap HERE Maps ini malah berarti akan ada lebih banyak sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh timnya, yang pada akhirnya berujung pada peningkatan kualitas layanan pemetaannya.

Jadi seperti itulah visi baru HERE Maps. Teknologi pemetaan real-time yang dikembangkannya jelas dapat mempercepat komersialisasi mobil tanpa sopir. Di saat yang sama, pabrikan otomotif maupun pihak-pihak lainnya juga dipersilakan untuk memanfaatkan teknologi garapan HERE sesuai kebutuhan dan kepentingannya sendiri-sendiri.

Sumber: TheNextWeb dan HERE 360.