Startup Otomotif UMKM “Bengkel Mania” Peroleh Pendanaan Awal

Startup penyedia solusi untuk bengkel UMKM, Bengkel Mania, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasikan. Sejumlah angel investor dan institusi terlibat dalam pendanaan ini di antaranya Alexander Rusli (Eks Dirut Indosat), Ahmad Zaky Amiruddin Kalla (PT Kalla Kakao Industri), Joseph Lumban Gaol, dan PT Reksa Jasa Adika.

Dana segar tersebut akan dimanfaatkan untuk ekspansi bisnis dan mengembangkan produk, demi mewujudkan visi perusahaan sebagai one stop solution untuk pelaku UMKM otomotif di Indonesia.

Bengkel Mania didirikan pada November 2021, memiliki tujuan ingin mendigitalkan dan penyedia solusi menyeluruh bagi pelaku bengkel yang berada di skala UMKM, sehingga tercipta inklusi ekonomi bagi pemilik bengkel dan keluarganya.

Startup ini hadir dari masalah dan keresahan yang dirasakan oleh Rizky Jonathan Lumban Gaol sebagai seorang anak pemilik bengkel motor. Seiring berjalannya waktu menjalani bisnis tersebut, ia dan pemilik bengkel lainnya menemukan masalah yang belum ada solusi pastinya.

Padahal, jumlah sepeda motor di Indonesia terus membludak, sekitar 140 juta unit. Makanya, tidak heran kalau kemacetan lalu lintas didominasi oleh kendaraan tersebut. Namun pertumbuhan motor ini tidak diimbangi dengan jumlah bengkel. “Itu kenapa mostly kalau ke bengkel pasti antre,” ucap Rizky kepada DailySocial.id.

Ditambah lagi, saat ini berbagai sektor industri di Indonesia mengalami digitalisasi. Hanya saja perbengkelan ini belum terproses dengan maksimal. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya literasi dan juga perhatian dari pemerintah maupun swasta di sektor tersebut.

“Melalui riset permasalahan yang kami pelajari, kami justru melihat peluang dan potensi market yang sangat besar di industri ini, dan itulah mengapa kami optimistis dengan market ini. Di 2021, melalui data yang kami himpun dari Gaikindo, ada Rp325 triliun nilai perdagangan jasa bengkel dan komponen otomotif di Indonesia.”

Khusus bengkel motor sendiri yang menjadi target sasaran Bengkel Mania, dikatakan jumlah bengkel yang terdata oleh BPS ada 400 ribu dan 95% di antaranya adalah UMKM. Angka tersebut masih tertinggal jauh dengan jumlah sepeda motor sebanyak 140 juta unit.

Sumber: Bengkel Mania

Solusi Bengkel Mania

Adapun latar belakang Bengkel mania berdiri dimulai dengan masalah pertama, yaitu rantai pasok. Bagaimana sulitnya bengkel memenuhi kebutuhan stok bengkel dan mencari barang/suku cadang dengan kualitas baik dan harga kompetitif. Bahkan tak jarang bengkel harus tutup hanya sekadar untuk belanja.

Masalah kedua, soal akses finansial yang terbatas. Permodalan sudah pasti menjadi faktor penting untuk para pelaku usaha. Sayangnya, sulit bagi pemilik bengkel mendapatkan akses pembiayaan yang sifatnya modal kerja atau investasi. Ketiga, soal digitalisasi, dan terakhir, minimnya literasi manajemen pemasaran, pembukuan, dan teknologi bagi para pelaku bisnis bengkel.

“Kalau kita ke warteg atau warung kelontong, sudah banyak pelaku bisnis UMKM yang  menikmati proses digitalisasi, entah sifatnya operasional maupun service. Di bengkel UMKM, adopsi teknologi masih sangat minim. Contoh sederhana, pembayaran cashless di bengkel masih sangat jarang ditemui.”

Sumber: Bengkel Mania

Dari masalah tersebut, Bengkel mania menawarkan tiga solusi utama. Pertama, Etalase Bengkel, solusi rantai pasok bagi pelaku bisnis untuk berbelanja kebutuhan stok bengkelnya lewat aplikasi. Para bos bengkel (sebutan untuk mitra bengkel di Bengkel Mania) dapat memesan barang secara online. Setelah pembayaran, pesanan akan diproses oleh Bengkel Mania. Mereka pun tidak perlu tutup bengkel. Barang atau suku cadang akan dikirim ke alamat bos bengkel menggunakan rekanan logistik perusahaan.

Kedua, Modal Bengkel, yakni fasilitas pinjaman untuk modal kerja bagi para bos bengkel sehingga dapat mempermudah mereka memenuhi kebutuhan bengkelnya. Tenor yang ditawarkan biasanya antara 1-2 minggu dan dapat diperpanjang 3-6 bulan. Perusahaan bekerja sama dengan lembaga keuangan yang berizin dan resmi dari OJK.

Terakhir, Bengkel Ekstra, yakni solusi para bos bengkel untuk melakukan pembukuan sederhana, menyediakan pembayaran dengan QRIS. “Saat ini produk Bengkel Ekstra sedang dikembangkan lebih jauh lagi utamanya untuk menunjang operasional bisnis para bos bengkel.”

Perusahaan mengadopsi model bsisni B2B, menjadi jembatan yang menghubungkan suplai (prinsipal, distributor, grosir, dan vendor) dan demand (bengkel UMKM), yang tertarik masuk ke dalam ekosistem.

Sumber: Bengkel Mania

Terhitung, perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 750 bengkel aktif yang sudah bergabung sejak launching pada Desember 2021. Saat ini, lokasinya masih terpusat di area Jabodetabek. Rizky mengklaim, perusahaan telah membantu menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp7 miliar melalui Modal Bengkel.

“Para bos bengkel sudah merasakaan manfaatnya dari Modal Bengkel ini. Para pengguna kami merupakan bengkel UMKM dan seller suku cadang yang bekerja sama dengan Bengkel Mania.”

Ditargetkan pada tahun depan, perusahaan menargetkan pertumbuhan sepuluh kali lipat dari 2022 untuk kemitraan bengkel UMKM. Tak hanya itu, pengembangan produk dan penyempurnaan fitur Bengkel Ekstra untuk mini ERP dan CRM juga akan segera tersedia. Lalu, masuk ke edukasi dan enabling motor listrik (EV) bagi para pelaku bengkel UMKM.

“Saat ini, kami tengah melakukan penjajakan kerja sama dengan pihak swasta maupun pemerintah terkait kendaraan listrik. Bengkel Mania melihat potensi pasar motor listrik di indonesia dalam waktu 2-3 tahun kedepan sangat besar. Sedangkan, untuk jangka panjang, kami memiliki visi sebagai one stop solution service for MSME automotive industry in Indonesia dalam hal supply chain, financing, kendaraan listrik, carbon emission, dan solusi SDM.” Tutupnya.

Otoklix Bags 143.5 Billion Rupiah Series A Funding

After receiving $2 million seed funding or equivalent to 28 billion Rupiah in late 2020, the online-to-offline solution platform that digitizes the automotive aftermarket industry in Indonesia, Otoklix, has received another series A funding worth of $10 million or equivalent to 143.5 billion Rupiah.

This round was led by Alpha JWC Ventures and AC Ventures. The previous investors, including Surge (Sequoia Capital India), Astra International’s Ex-CEO, Prijono Sugiarto, YouTube’s Co-founder and Google’s Executives at XA Network, Steve Chen also participated in this funding.

The company will use the fresh funding to improve touchpoint technology by managing flagship workshops with the O2O concept throughout Indonesia.

Otoklix’ Co-founder & CEO, Martin Suryohusodo revealed to DailySocial that his team is trying to build an automotive ecosystem, not just as a platform. Therefore, Otoklix can provide an O2O Managed Flagship Workshop which is required as a customer experience guarantee.

“After we build a flagship workshop ecosystem with expected customer experience, that is the beginning for us to start using the ecosystem to expand to other adjacent markets. In every business, anyone with an ecosystem will become a market champion. That’s why Indomaret cannot be replaced until now,” Martin said.

In the past year, Otoklix claims to have grown from 100 to more than 1,900 partner workshops, providing services to more than 100,000 customers annually.

“Through an all-in-one application and an integrated ecosystem of manufacturers, distributors, retailers, and workshops, Otoklix provides answers to customers’ and workshops’ challenges at the same time. We are excited to join the Otoklix team to build the best company and product for the market,” Alpha JWC Ventures’ Co-founder & General Partner, Jeffrey Joe said.

Business in time of pandemic

Founded in 2019, Otoklix bridges the gap between automotive vehicle owners and Indonesia’s fragmented independent auto repair sector. They are trying to transform the vehicle maintenance experience for consumers and equip workshops with business software solutions and procurement savings. With the current business growth, Otoklix has the potential to become the largest after-sales service network in Indonesia.

During the pandemic, the automotive industry was one of the most affected markets. With reduced mobility, which resulted in many workshop closures during PPKM.

“To date, we have not only recovered business growth, we have grown even bigger. Our revenue has increased by 5x in November 2021 compared to November 2020,” Martin said.

He also said that due to the rapid recovery of the automotive industry, Otoklix aimed to grew even faster. Also, focus on strengthening the core. Therefore, in the first and second quarters of 2022 the company will focus on being top of mind in car maintenance. This will be Otoklix’s strategy playbook for penetration into other markets outside Jabodetabek.

“In 2022, we will develop from a platform to become a consumer brand. In 2022, we will establish Otoklix flagship workshop, launch private label products, seamless experience using technology for all consumers in all major cities in Java island,” Martin said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Otoklix Kantongi Pendanaan Seri A Senilai 143,5 Miliar Rupiah

Setelah menerima pendanaan awal bernilai $2 juta atau setara 28 miliar Rupiah akhir tahun 2020 lalu, platform solusi online-to-offline yang mendigitalkan industri aftermarket otomotif di Indonesia “Otoklix” kembali menerima pendanaan seri A senilai $10 juta atau setara 143,5 miliar Rupiah.

Putaran ini dipimpin Alpha JWC Ventures dan AC Ventures. Turut berpartisipasi investor sebelumnya yaitu Surge (Sequoia Capital India), Ex-CEO Astra International Prijono Sugiarto, Co-founder YouTube dan Google Executives di XA Network Steve Chen.

Dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan teknologi touchpoint dengan mengelola bengkel flagship dengan konsep O2O di seluruh Indonesia.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Otoklix Martin Suryohusodo mengungkapkan, pihaknya berusaha membangun sebuah ekosistem otomotif, bukan hanya sebagai platform. Maka dari itu, diperlukan O2O Managed Flagship Workshop yang Otoklix dapat berikan sebagai garansi customer experience.

“Setelah kita membangun ekosistem flagship workshop dengan customer experience yang kita harapkan, itu merupakan awal permulaan sebelum kita menggunakan ekosistem tersebut untuk ekspansi ke adjacent market lainnya. Di setiap bisnis, siapa pun yang mempunyai ekosistem akan menjadi market champion. Itulah sebabnya Indomaret sampai detik ini pun belum bisa tergantikan,” kata Martin.

Dalam satu tahun terakhir, Otoklix mengklaim telah berkembang dari 100 menjadi lebih dari 1.900 bengkel mitra, menyediakan layanan kepada lebih dari 100.000 pelanggan setiap tahunnya.

“Melalui aplikasi all-in-one dan terintegrasi ekosistem produsen, distributor, pengecer, dan bengkel, Otoklix memberikan jawaban untuk tantangan yang dihadapi oleh pelanggan dan bengkel sekaligus. Kami bersemangat untuk bergabung dengan tim Otoklix untuk membangun perusahaan dan produk terbaik untuk pasar,” kata Co-founder & General Partner Alpha JWC Ventures Jeffrey Joe.

Pertumbuhan bisnis saat pandemi

Didirikan pada tahun 2019, Otoklix menjembatani kesenjangan antara pemilik kendaraan otomotif dan sektor bengkel mobil independen Indonesia yang terfragmentasi. Mereka mencoba mengubah pengalaman pemeliharaan kendaraan bagi konsumen dan melengkapi bengkel dengan perangkat lunak bisnis solusi dan penghematan pengadaan. Dengan pertumbuhan bisnis yang telah dicapai, Otoklix memiliki potensi untuk menjadi jaringan layanan purnajual terbesar di Indonesia.

Selama pandemi industri otomotif merupakan salah satu pasar yang sangat terdampak. Dengan penurunan mobilitas, yang mengakibatkan banyak penutupan bengkel selama PPKM.

“Namun saat ini, kami bukan hanya telah memulihkan pertumbuhan bisnis, bahkan telah bertumbuh lebih. Pendapatan kami telah meningkat sebesar 5x di bulan November 2021 jika dibandingkan dengan November 2020,” kata Martin.

Ditambahkan olehnya, melihat pemulihan industri otomotif yang cukup pesat, Otoklix ingin memastikan tumbuh lebih pesat lagi. Namun memfokuskan diri untuk strengthening the core. Maka di kuartal 1 dan 2 tahun 2022 perusahaan akan fokus untuk menjadi top of mind ketika melakukan servis mobil. Hal tersebut akan menjadi playbook strategi Otoklix untuk penetrasi ke pasar-pasar lainnya di luar Jabodetabek.

“Di tahun 2022 ini, kami akan berkembang dari sebuah platform menjadi sebuah consumer brand. Di tahun 2022, kami akan mendirikan Bengkel flagship Otoklix, peluncuran produk private label, seamless experience menggunakan teknologi bagi seluruh konsumen di seluruh kota besar di Pulau Jawa,” kata Martin.

Application Information Will Show Up Here

Gojek dan TBS Umumkan “Electrum”, Babak Baru Ekosistem Kendaraan Listrik di Industri Ride Hailing

Meningkatnya tren kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) telah mendisrupsi sektor transportasi secara global. Di Indonesia sendiri, teknologi ini sudah mulai muncul dan berkembang. Bukan hanya dari pemerintah, namun juga perusahaan dari berbagai industri terkait ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekosistem kendaraan listrik ini.

Perusahaan ride hailing Gojek dan perusahaan energi terintegrasi TBS Energi Utama melalui PT Karya Baru TBS resmi mengumumkan kerja sama dalam membentuk usaha patungan atau joint venture (JV) bernama Electrum. Ini menjadi kolaborasi strategis pertama di Indonesia sekaligus dukungan terhadap rencana pemerintah dalam menjadikan pengembangan industri EV sebagai prioritas nasional.

Melalui perusahaan patungan tersebut, Gojek dan TBS akan mengembangkan usaha bisnis dalam bidang manufaktur kendaraan listrik roda dua, teknologi pengemasan baterai, infrastruktur penukaran baterai, hingga pembiayaan untuk memiliki kendaraan listrik.

Bagi Gojek, kolaborasi strategis ini menjadi bagian dari upaya mewujudkan komitmen Sustainability Grup GoTo “Zero Emissions” (Nol Emisi Karbon). Gojek menargetkan menjadi platform karbon-netral dan mentransisi menjadi 100% kendaraan listrik di tahun 2030.

“Kami berharap upaya ini dapat mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan berkontribusi kepada penanggulangan perubahan iklim di Indonesia. Kendaraan listrik merupakan masa depan bagi sektor transportasi dan kami memastikan hal tersebut dapat terwujud lebih cepat melalui kolaborasi ini,” ujar CEO Gojek, Kevin Aluwi.

Sebelumnya, Gojek juga telah mengumumkan kerja sama strategis dengan Gogoro, perusahaan teknologi global di ekosistem baterai swap, untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Dilanjutkan dengan uji coba komersial pemanfaatan 500 unit motor listrik di Jakarta Selatan, yang skalanya akan terus ditingkatkan hingga 5.000 unit dengan jarak tempuh 1 juta kilometer dalam platform Gojek.

Terkait kolaborasi ini, Pandu Sjahrir, selaku Wakil Direktur Utama TBS menyampaikan, “Kolaborasi dengan Gojek ini merupakan salah satu bagian dari komitmen reinvestasi pendapatan usaha TBS ke sektor energi bersih dan energi baru dan terbarukan [..] Pengalaman dan pemahaman kami di bidang energi bersama dengan ekosistem dan teknologi Gojek yang luas, bisa menjadi katalisator pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.”

Potensi kendaraan listrik di Indonesia

Sebelum pandemi Covid-19 mengguncang berbagai macam industri, termasuk otomotif, kendaraan listrik tengah menjadi sorotan. Menurut laporan Deloitte, penjualan tahunan gabungan kendaraan listrik baterai dan kendaraan listrik plug-in hybrid mencapai angka dua juta kendaraan untuk pertama kalinya di tahun 2019.

Meskipun sempat terhambat oleh pandemi, terjadi pola pertumbuhan yang berkelanjutan yang diharapkan dapat dipertahankan di tahun 2020 ke depan. Indonesia sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk memasuki era kendaraan listrik yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) untuk Transportasi Jalan.

Dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik, baterai menjadi komponen penting yang menyumbang 35 persen dari biaya produksi. Meningkatnya kebutuhan baterai kendaraan listrik dinilai akan mendukung peran strategis dalam rantai pasok global industri kendaraan listrik. Hal ini mengingat posisi Indonesia sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia serta masih tingginya cadangan bahan baku primer lainnya seperti cobalt, mangan, dan aluminium.

Menurut laporan Deloitte, perkiraan EV global untuk tingkat pertumbuhan tahunan gabungan adalah mencapai 29 persen selama sepuluh tahun ke depan: Total penjualan EV tumbuh dari 2,5 juta pada tahun 2020 menjadi 11,2 juta pada tahun 2025, kemudian mencapai 31,1 juta pada tahun 2030.

Pemerintah Indonesia juga tengah berupaya menjadi pusat produksi kendaraan listrik di kawasan dengan target produksi 600.000 mobil listrik dan 2,5 juta sepeda motor listrik pada 2030.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini tengah mengembangkan proyek konversi sepeda motor bekas menjadi kendaraan listrik. Pengembangan proyek ini telah diuji coba pada 10 kendaraan. Pemerintah juga telah melakukan pendekatan dengan industri untuk memproduksi baterai dan konverter dengan harga murah. Hal ini diyakini akan mempercepat pengembangan proyek tersebut.

Dari sisi transportasi umum, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) turut menargetkan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) untuk bisa sepenuhnya menggunakan bus listrik pada 2025. Wacana tersebut telah dimasukkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) 2020-2030. Uji coba pengoperasian bus listrik Transjakarta telah diadakan sejak tahun lalu melibatkan dua merek bus asal China.

Dari industri ride hailing, Gojek bukan satu-satunya yang memiliki inisiatif dalam hal mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Kompetitor utamanya, Grab, juga sudah lebih dulu mengumumkan uji coba kendaraan listrik roda empat dan dua di Jabodetabek.

Grab juga upayakan kendaraan listrik

Rival utama Gojek, yakni Grab, juga terus menggencarkan inisiatif ke EV. Salah satunya mereka bermitra dengan Hyundai Motor Group juga meluncurkan program percobaan kendaraan listrik baru untuk memungkinkan kepemilikan kendaraan listrik yang terjangkau dan mudah diakses, sembari juga mengembangkan peta jalan untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Asia Tenggara. Selain itu mereka juga mulai bekerja sama dengan beberapa produsen kendaraan roda dua elektrik, termasuk produsen lokal seperti Gesits dan Selis hingga produsen multinasional seperti Hyundai, Honda, Viar, dan Kymco.

Infrastruktur baterai juga dibangun bersama dengan perusahaan BUMN, PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan Pertamina, perusahaan bahan bakar BUMN untuk menghadirkan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum tersedia di SPBU Pertamina di Rawa Bokor, Jakarta. Kerja sama tiga arah itu berupa dukungan listrik PLN dengan tarif khusus; lokasi dan izin Pertamina, aplikasi dan pengoperasian pengisian daya serta Alat Pengisian Daya Kendaraan Listrik Grab bagi pengguna kendaraan roda 4 umum untuk mengisi daya kendaraannya.

Application Information Will Show Up Here

Andalkan Sinergi Grup, MPM Garap Platform E-commerce Mobil Bekas “OtoDeals”

PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), melalui anak usahanya PT Armada Maha Karya, meresmikan platform e-commerce mobil bekas OtoDeals. Keyakinan MPM cukup tinggi untuk terjun ke bisnis digital mengingat tingginya permintaan masyarakat terhadap solusi mobil bekas selama pandemi belakangan.

Group COO MPMX Ivan Hindarko mengatakan, saat ini sebagian besar peminat mobil juga cenderung mempertimbangkan investment value dan kondisi finansialnya, sehingga lebih memilih mobil bekas, namun tentunya yang berkualitas dan terjamin kualitasnya. Dengan pengalaman MPM Group di bidang otomotif selama 34 tahun, menjadi bekal terbaik untuk memberikan pelayanan terbaik untuk konsumennya.

“OtoDeals menawarkan platform yang memberikan kenyamanan karena seluruh prosesnya dilakukan secara online, mulai dari test drive, mengajukan kredit asuransi, dan pengiriman mobilnya. Selain itu, OtoDeals akan memfasilitasi seluruh sinergi antar anak usaha di bawah MPM Group,” terang dia, Kamis (22/9).

Berdasarkan data Gaikindo, rasio kepemilikan mobil di Indonesia saat ini masih terbilang rendah ketimbang negara lainnya di Asia Tenggara, yaitu mencapai 99 unit per 1.000 penduduk. OtoDeals meyakini dapat membantu dan memberikan akses bagi masyarakat untuk bisa mendapatkan mobil yang sesuai dengan budget dan kebutuhan, namun tetap berkualitas.

Sebagai unique selling point dibandingkan kompetitornya, OtoDeals ditunjang dengan berbagai fitur. Mulai dari transparan dengan kualitas untuk detail kondisi, serta kelengkapan surat yang telah melalui proses seleksi dan quality control yang ketat; pengalaman sepenuhnya online untuk pencarian cepat dengan membandingkan empat mobil bekas sekaligus dalam satu waktu, booking test drive, dan free home delivery.

Kemudian, fitur pintar yang dilengkapi dengan Robo Advisory “Otobo” untuk memberikan solusi kepemilikan mobil dengan berorientasi pada kebutuhan masing-masing konsumen. Otobo akan mengumpulkan dan mengolah informasi calon konsumen berdasarkan data demografi, piskografis, termasuk situasi keuangan dan tujuan masa depan melalui survei singkat yang diakses melalui situs OtoDeals.

“Dengan menggunakan data tersebut, Otobo akan menemukan, menawarkan, dan memberikan rekomendasi unit mobil yang berorientasi pada kebutuhan masing-masing pelanggan, sehingga pencarian mobil menjadi lebih mudah dan cepat, serta lebih personal.”

Fitur lainnya yang dihadirkan untuk memaksimalkan kemudahan bagi konsumen saat akan bertransaksi adalah negosiasi online, pengajuan kredit online yang bisa dilakukan langsung lewat situs, dan kalkulator asuransi yang bisa membantu konsumen mencoba dan menghitung biaya asuransi.

“Kami menargetkan pengguna OtoDeals datang dari kalangan milenial, makanya UI/UX kami buat sangat milenial. Kami ingin adaptif dengan kondisi saat ini,” kata Ivan.

Peluncuran OtoDeals / OtoDeals

Persaingan dengan startup

Sejauh ini OtoDeals berbentuk situs e-commerce B2C yang memungkinkan konsumen untuk membeli mobil bekas berdasarkan stok yang tersedia di MPMX. Namun tidak menutup kemungkinan untuk masuk sebagai marketplace C2C dalam pengembangan berikutnya.

“Kami aware dengan banyak demand orang rata-rata membeli mobil bekas itu perlu me-replace [jual] mobil mereka sebelumnya. Nanti dari tim produk akan mengakomodasi kebutuhan tersebut, meski tidak sepenuhnya marketplace C2C,” tutur Product Team MPMX Rama Pradipta dalam wawancara terpisah bersama DailySocial.id.

Fitur lainnya yang sedang dikembangkan adalah Titip Jual dan Tukar Tambah. Menurut Rama, sebelum fitur tersebut dirilis, sementara ini OtoDeals bekerja sama dengan salah satu anak usaha MPM Group, Auksi, untuk fitur Titip Jual. Setelah kontrol kualitas, unit barang akan masuk ke dalam stok OtoDeals.

Solusi OtoDeals memang bukan yang pertama kali hadir di Indonesia. Sejumlah pemain baik dari korporasi maupun startup ikut masuk ke kolam yang sama, di antaranya OLX Autos, Mobil123, Carmudi, Carro, Momobil, Otonesia, Carsome, hingga Astra dengan mo88i yang baru dirilis pada hari ini (23/9).

Dengan segala strategi, termasuk bakar uang yang identik dilakukan oleh mayoritas startup, menjadi perhatian serius bagi manajemen OtoDeals agar dapat menarik pasar.

Kendati begitu, Senior Manager Marketing MPMX Nurfadilah mengaku tidak akan mengikuti strategi tersebut. Baginya, pelayanan yang optimal dan terus adaptif dengan perkembangan baru adalah kunci yang lebih awet untuk rencana berkelanjutan.

“Kita lebih meningkatkan kualitas dan berusaha mengembangkan partnership dengan berbagai mitra. Kami selalu melihat kebutuhan konsumen lalu membuat fitur-fitur yang bisa membuat mereka lebih “sticky” dengan kami,” kata dia.

Meskipun berada di bawah induk korporasi besar, sambungnya, OtoDeals dijalankan dengan menganut konsep startup yang agile terhadap perkembangan. Sehingga segala inovasi dapat berjalan lebih cepat sesuai dengan tren. Untuk tim teknologi sendiri juga berasal dari internal perusahaan dengan proporsi yang lengkap.

Dia menuturkan, keseriusan MPMX untuk masuk ke OtoDeals sudah dimulai sejak akhir tahun lalu, melalui berbagai riset pasar dan pengembangan produk yang mendalam. “Sejak awal kita berusaha untuk memberikan kemudahan akses pelanggan yang ingin beli mobil sesuai dengan budget. Dari situ kami berangkat mengembangkan produknya,” tutupnya.

Prototipe Mobil Listrik Lightyear One Catatkan Jarak Tempuh 710 Km dalam Sekali Charge

Masih ingat dengan Lightyear One, mobil listrik unik yang dibekali panel surya dari ujung depan sampai belakangnya? Mobil tersebut memang tidak jadi dikirimkan ke konsumen pada tahun ini seperti rencana awalnya, akan tetapi realisasinya terus mendekati kenyataan, terutama setelah pengujian terbaru yang dijalankan oleh tim pengembangnya.

Bertempat di sebuah sirkuit pengujian di Jerman, prototipe Lightyear One digeber tanpa henti dalam kecepatan 85 km/jam selama hampir sembilan jam. Selama itu, prototipenya berhasil mencatatkan jarak tempuh sejauh 710 km sebelum akhirnya baterainya kehabisan daya. Angka ini tidak terpaut terlalu jauh dari estimasi yang diberikan dua tahun lalu (725 km).

Istimewanya lagi, pencapaian ini bisa terwujudkan hanya dengan mengandalkan baterai berkapasitas 60 kWh, membuktikan bahwa Lightyear One benar-benar memiliki efisiensi yang sangat tinggi. Berdasarkan penghitungan tim Lightyear, prototipenya ini memiliki konsumsi energi hanya 85 Wh/km, atau kurang lebih sekitar 50 persen lebih rendah daripada mobil listrik paling efisien yang ada di pasaran saat ini.

Oke, mobil ini terbukti efisien, tapi bagaimana dengan kinerja panel suryanya, yang tidak lain merupakan salah satu nilai jual utamanya? Dari hasil pengujian ini, panel suryanya sukses menghasilkan total energi sebesar 3,45 kWh. Lightyear sendiri mengestimasikan bahwa panel suryanya mampu menyumbangkan 12 km jarak tempuh ekstra setiap jamnya pada kondisi ‘berjemur’ yang ideal.

Berhubung semua ini dicapai menggunakan prototipe, tim Lightyear antusias bahwa mereka masih bisa meningkatkan efisiensinya lebih jauh lagi. Mereka percaya efisiensi merupakan faktor terpenting dari sebuah mobil listrik, sebab baterai adalah komponen dengan ongkos produksi yang paling mahal. Kalau efisiensinya tinggi, berarti baterai yang disematkan tidak perlu terlalu besar kapasitasnya, sehingga pada akhirnya harga jualnya jadi bisa lebih terjangkau.

Lightyear sejauh ini masih punya banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, salah satunya uji tabrakan. Sebanyak 946 unit versi eksklusif Lightyear One bakal diproduksi mulai babak kedua tahun 2022, sedangkan penjualan massalnya dijadwalkan baru berlangsung di tahun 2024.

Sumber: New Atlas dan Lightyear.

Siemens Perkenalkan SICHARGE D, Charger Mobil Listrik dengan Efisiensi dan Skalabilitas Tinggi

Pasar mobil listrik tidak akan bisa berkembang tanpa dukungan infrastruktur yang memadai. Salah satu infrastruktur yang terpenting adalah stasiun pengisian daya. Di kawasan seperti Asia Pasifik yang ekosistem mobil listriknya bisa dibilang belum begitu matang, ini merupakan peluang yang tidak boleh disia-siakan bagi penyedia teknologi seperti Siemens.

Belum lama ini, perusahaan asal Jerman tersebut secara resmi meluncurkan SICHARGE D, sebuah mesin DC charging bertenaga tinggi, untuk region Asia Pasifik. Mengusung standar IEC (International Electrotechnical Commission), SICHARGE D diklaim sebagai salah satu mesin pengisi daya listrik dengan nilai efisiensi tertinggi yang ada di pasaran.

Menurut Siemens, SICHARGE D mampu memberikan nilai efisiensi konstan di atas 95,5 persen, yang berarti energi listrik yang terbuang sangatlah minimal, sehingga pada akhirnya dapat membantu menekan biaya operasional. Buat para penyedia stasiun pengisian daya listrik, hal ini tentu bisa menjadi daya tarik tersendiri

Aspek lain yang diunggulkan oleh SICHARGE D adalah perkara skalabilitas. Total output daya yang dihasilkan berada di rentang 160 kW sampai 300 kW, dan ini bebas ditentukan dari awal atau melalui upgrade secara plug-and-play. Lebih lanjut, SICHARGE D mendukung angka tegangan mulai 150 volt sampai 1.000 volt, serta arus maksimum 1.000 ampere di seluruh outlet DC-nya.

Satu unit SICHARGE D memiliki dua outlet DC dan satu outlet AC opsional, serta dapat disambungkan ke dua dispenser eksternal tambahan. Secara total, satu mesin ini sanggup mengisi ulang sebanyak lima kendaraan listrik sekaligus secara paralel, dan alokasi daya listrik yang dialirkan pun dapat diadaptasikan secara otomatis berdasarkan kapabilitas masing-masing kendaraan demi mengoptimalkan waktu charging.

Ilustrasi sederhananya adalah, pengunjung stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) yang mobilnya mendukung teknologi fast charging tidak perlu khawatir waktu charging-nya menjadi lama hanya karena ia harus berbagi jatah dengan pengunjung lain yang mobil listriknya mungkin sudah butut dengan charging rate yang rendah. Pasalnya, asupan daya listrik yang disalurkan bakal disesuaikan dengan sendirinya, sehingga tidak ada pihak tertentu yang dirugikan.

Siemens melihat potensi pengaplikasian SICHARGE D di banyak lokasi sekaligus, mulai dari area parkir umum dan pusat perbelanjaan, sampai SPKLU di area perkotaan maupun di jalan tol. Setiap unit SICHARGE D dilengkapi layar sentuh 24 inci, sehingga tiap mesin pada dasarnya juga bisa merangkap peran sebagai kios informasi digital seandainya diperlukan.

Sebelum Mobil Terbang Bisa Mainstream, Dunia Perlu Mengenal Mobil Balap Terbang Lebih Dulu

Film Blade Runner yang dirilis di tahun 1982 membayangkan bagaimana dunia masa depan dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit, mobil terbang, dan robot berwujud manusia. Setting yang digunakan oleh film tersebut adalah tahun 2019, namun seperti yang bisa kita lihat, kenyataannya peradaban manusia sejauh ini masih belum secanggih (dan sekelam) yang diimajinasikan oleh sutradara Ridley Scott.

Saat mengerjakan filmnya, sang sutradara memang sama sekali tidak bermaksud untuk memprediksi kondisi di masa depan. Kendati demikian, apa yang ia bayangkan sebenarnya tidak meleset terlalu jauh. Gedung pencakar langit kita punya banyak, robot humanoid pun kita juga punya meski sejauh ini lebih menyerupai robot ketimbang manusia, dan mobil terbang juga semakin dekat dengan realisasi.

Adegan paling ikonis di film Blade Runner / Warner Bros.

Mobil terbang dengan teknologi VTOL (vertical take-off and landing) sejauh ini sudah digunakan di beberapa tempat untuk keperluan logistik, termasuk halnya untuk mengirimkan perlengkapan medis ke kawasan-kawasan terpencil. Namun sebelum mobil terbang bisa menjadi mainstream, dunia mungkin harus dibuat percaya dulu dengan kematangan teknologinya. Salah satu caranya, kalau menurut perusahaan asal Australia bernama Alauda Aeronautics, adalah dengan menggelar ajang balapan mobil terbang.

Alauda mengambil industri mobil konvensional sebagai inspirasinya. Pada kenyataannya, berbagai inovasi otomotif yang kita kenal sekarang memang terlahir dari dunia balap. Dari yang sepele seperti kaca spion, sampai teknologi-teknologi yang lebih advanced macam sistem penggerak empat roda dan transmisi dual-clutch, semuanya berawal dari mobil balap terlebih dulu sebelum akhirnya diimplementasikan ke mobil untuk konsumsi umum.

Matthew Pearson, pendiri Alauda Aeronautics, percaya prinsip yang sama juga dapat diterapkan untuk mobil terbang. Ia pun menggagaskan Airspeeder, sebuah ajang balap mobil terbang bermesin elektrik yang diharapkan bisa dimulai di tahun 2022. Namun ketimbang sebatas merencanakan begitu saja, Alauda juga merancang mobil terbang yang akan digunakan di kompetisi tersebut.

Sejauh ini rancangan mereka sudah masuk iterasi ketiga, yakni Airspeeder Mk3. Bentuknya mirip seperti moncong jet tempur yang dipotong dari badannya, dengan sepasang baling-baling di sisi depan dan belakang. Sasisnya terbuat dari bahan serat karbon, dengan bobot total sekitar 130 kg (tanpa sopir/pilot).

Tanpa sopir? Ya, Airspeeder Mk3 memang dirancang agar dapat dikendalikan layaknya sebuah mobil remote control. Tujuannya jelas supaya ia bisa diuji secara aman di sirkuit sebelum event balapan aslinya dimulai tahun depan. Alauda saat ini sedang sibuk menyiapkan 10 unit Airspeeder Mk3 untuk dipakai di ajang uji coba balapan secara remote pada tahun ini juga.

Sebagai sebuah kendaraan balap, performanya jelas tidak boleh dipandang sebelah mata. Output daya maksimum yang mampu dihasilkan berada di kisaran 320 kW, atau kurang lebih setara 430 tenaga kuda, sedangkan akselerasi 0-100 km/jam diklaim sanggup dicapai dalam waktu 2,8 detik saja.

Airspeeder Mk3 memiliki rasio dorong-berat sebesar 3,5, jauh melebihi rasio yang dicatatkan oleh jet tempur F-15E Strike Eagle. Dibandingkan pesawat atau helikopter tradisional, Airspeeder Mk3 bisa menikung dalam kecepatan yang sangat tinggi, krusial untuk sebuah kendaraan yang akan beradu di sirkuit layaknya mobil Formula 1. Tinggi maksimum yang bisa dicapai sendiri berada di kisaran 500 meter.

Inspirasi yang diambil dari mobil F1 tidak berhenti sampai di situ saja. Alauda turut menciptakan semacam mekanisme hot-swap untuk Airspeeder Mk3, sehingga modul baterainya dapat dilepas dan diganti dengan yang baru secara cepat ketika kendaraan mampir di pit stop. Berkat sistem penggantian baterai seperti ini, Airspeeder Mk3 diklaim hanya memerlukan waktu sekitar 14 detik saja di pit stop.

Seperti halnya kendaraan balap lain, Airspeeder Mk3 turut mengedepankan aspek keselamatan. Selama mengudara, setiap unitnya akan dimonitor dari darat menggunakan sistem telemetri yang komprehensif. Variasi terkecil dari faktor-faktor seperti aerodinamika maupun kinerja baling-baling pun bisa ikut dianalisis berkat data berjumlah masif yang datang dari sensor-sensor milik Airspeeder Mk3.

Pabrikan-pabrikan otomotif seperti Audi, Bentley, atau Renault bisa besar namanya berkat partisipasinya di dunia balapan. Bahkan Enzo Ferrari pun memulai karirnya sebagai pembalap tim Alfa Romeo sebelum akhirnya memutuskan untuk menciptakan mobilnya sendiri. Alauda dan Airspeeder tampaknya ingin mengulangi peristiwa-peristiwa historis tersebut di kategori mobil terbang.

Usung Dashboard Canggih, Audi Q4 e-tron Turut Dilengkapi Augmented Reality Heads-up Display

Petunjuk navigasi berbasis augmented reality (AR) adalah masa depan dunia otomotif. Tidak percaya? Silakan lihat salah satu fitur opsional yang diunggulkan oleh mobil listrik terbaru Audi, Q4 e-tron. Dashboard bernuansa futuristisnya tidak hanya dilengkapi heads-up display (HUD), melainkan yang bekerja sesuai dengan prinsip AR.

HUD sendiri bukanlah barang baru di industri otomotif, sebab sudah banyak mobil di jalanan yang menggunakan teknologi. Umumnya, HUD di mobil melibatkan sebuah panel kaca kecil yang berada persis di belakang kaca depan, lalu ada proyektor yang ‘menembakkan’ informasi ke panel tersebut.

Lain halnya dengan augmented reality heads-up display (AR HUD) seperti yang Audi kembangkan ini. Ketimbang memproyeksikan informasi ke sebuah panel kecil, justru kaca depan Q4 e-tron yang dijadikan bidangnya secara langsung. Menurut Audi, sistem AR HUD ciptaannya mampu meng-cover porsi kaca depan seluas 70 inci secara diagonal.

Ada dua macam informasi yang dapat ditampilkan. Yang pertama adalah indikator umum seperti kecepatan mobil maupun batas kecepatan untuk ruas jalan yang tengah dilalui. Pengemudi akan melihat informasi statis ini seperti sedang berada sekitar 3 meter di depannya.

Yang kedua adalah informasi dinamis yang bisa muncul di mana saja dalam cakupan 70 inci secara diagonal itu tadi. Yang paling relevan tentu adalah petunjuk arah, dan pengemudi bakal melihatnya seperti berada sekitar 10 meter di depan hidung mobil. Selain petunjuk arah, sistemnya juga dapat menampilkan indikator untuk memperjelas marka jalan.

Rahasia dari teknologi AR HUD ini terletak pada sebuah komponen bernama picture generation unit (PGU) yang Audi tanamkan ke dashboard Q4 e-tron. Hardware khusus tersebut juga hadir bersama software spesifik bernama AR Creator yang bertugas me-render semua informasi digital tersebut dalam kecepatan 60 fps, sekaligus memastikan posisinya tetap sinkron selagi mobil bergerak.

Dari kacamata sederhana, AR Creator bekerja dengan mengalkulasikan pergerakan mobil sekaligus memprediksi di mana letak objek-objek di sekitar mobil secara terus menerus berdasarkan informasi yang diterima dari beragam sensor eksternal. Informasi ini kemudian dipakai untuk mengubah peletakan grafik AR secara dinamis, mencegahnya agar tidak lompat ke sana-sini selagi posisi mobil berubah setiap sepersekian detik.

Kalau ditanya apa tujuan dari penerapan AR HUD, jawabannya sudah pasti adalah untuk membantu pengemudi tetap fokus ke jalanan. Agar misi ini lebih mudah tercapai, Audi pun tidak lupa melengkapi sistem infotainment Q4 e-tron dengan dukungan perintah suara sehingga kedua tangan pengemudi bisa terus berada di setir.

Audi bukan satu-satunya produsen mobil yang menerapkan teknologi AR HUD ini. Pertengahan 2020 kemarin, Mercedes-Benz juga sempat mendemonstrasikan beragam inovasi digital yang dimiliki seri S-Class generasi terbaru, salah satunya juga merupakan AR HUD.

Sumber: Engadget dan Audi.

Tesla Ungkap Versi Baru Model S dan Model X dengan Interior yang Dirombak Total

Tesla Model S memang bukan mobil listrik pertama bikinan Tesla, akan tetapi sedan premium itulah yang berhasil melambungkan nama Tesla sampai ke titik ini. Meski sudah dipasarkan sejak tahun 2012, wujud luar dan dalamnya tidak begitu banyak berubah. Namun Tesla rupanya sudah menyiapkan kejutan secara diam-diam.

Mereka baru saja menyingkap versi anyar Model S yang siap mengaspal mulai bulan Maret, dengan sejumlah perombakan di eksterior, dapur pacu, sekaligus interiornya. Perubahan di tampilan luarnya memang tidak terlalu kentara jika tidak benar-benar diamati dan dibandingkan langsung dengan versi sebelumnya. Yang mungkin agak mencuri perhatian adalah klaim bahwa Model S merupakan mobil produksi yang paling aerodinamis yang ada sekarang.

Untuk dapur pacunya, Model S kini hadir dalam varian “Plaid” yang dibekali tiga buah motor elektrik dengan sistem penggerak empat roda. Total output daya yang dihasilkan bisa mencapai angka 1.020 tenaga kuda, dan akselerasi 0 – 100 km/jam mampu dicatatkan dalam waktu 1,99 detik saja. Kalau Anda menilai Model S sudah sangat kencang, maka varian barunya ini bakal lebih ngebut lagi.

Cepat sekaligus efisien sudah menjadi pegangan Tesla selama ini, dan varian anyar Model S ini pun tidak luput dari arahan tersebut. Varian termahalnya, “Plaid+” yang dihargai mulai $139.000, bisa menempuh jarak sejauh 836 km sebelum baterainya perlu diisi ulang. Bahkan varian termurahnya yang dibanderol mulai $79.990 pun sudah bisa menempuh jarak 663 km dalam sekali charge.

Interior baru dan kapabilitas gaming yang lebih mumpuni

Namun semua itu kalah menarik jika dibandingkan dengan perubahan yang Tesla terapkan pada interiornya. Nuansa kabin Model S versi anyar ini jauh lebih minimalis ketimbang sebelumnya. Memang tidak sampai sesimpel interior milik Model 3, tapi kita bisa melihat filosofi desain yang sama di sini.

Perubahan yang paling mencolok bisa dilihat pada layar dashboard-nya, yang kini diposisikan dalam orientasi landscape ketimbang portrait. Layar ini jauh lebih besar daripada iPad Pro sekalipun, dengan bentang diagonal 17 inci dan resolusi 2200 x 1330 pixel. Tidak seperti Model 3, Model S masih mempunyai satu layar ekstra di depan lingkar kemudinya.

Seperti yang bisa kita lihat, setirnya pun juga sudah diperbarui dengan bentuk yang menyerupai setir milik KITT, mobil canggih dari serial TV lawas Knight Rider. Tidak ada lagi tuas di sebelah kiri maupun kanannya, dan semua kontrolnya kini mengandalkan tombol-tombol pada setir.

Juga sangat menarik adalah penambahan layar 8 inci di kabin belakangnya. Mengingat Tesla memang menyediakan sejumlah video game pada sistem infotainment-nya, keputusan ini jelas tidak terdengar mengejutkan. Lalu, supaya penumpang di belakang bisa bermain dengan nyaman, Tesla pun memastikan bahwa sistemnya kompatibel dengan controller nirkabel.

Tesla Model S

Bicara soal game, ada satu pemandangan yang sangat menarik menurut saya. Coba Anda lihat baik-baik layar dashboard-nya, di situ terpampang jelas ada The Witcher 3 yang ditawarkan sebagai salah satu game-nya. Kedengarannya mungkin konyol, tapi apakah ini berarti penumpang Model S nantinya bisa memainkan salah satu RPG terbaik karya CD Projekt Red tersebut?

Baik Tesla maupun CD Projekt Red belum mau berkomentar soal ini, tapi saya yakin Tesla tidak sembarangan mencantumkan detail seperti ini kalau memang maksudnya hanya bercanda. Satu informasi penting yang Tesla beberkan adalah, sistem infotainment yang terintegrasi di kabin Model S ini punya daya komputasi sebesar 10 teraflop, setara dengan yang ditawarkan oleh console next-gen.

Sebagai referensi, PlayStation 5 tercatat mempunyai daya sebesar 10,28 teraflop, sedangkan Xbox Series sebesar 12 teraflop. Meski memang ini tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan, setidaknya ini bisa memberikan sedikit gambaran bahwa sistem bawaannya memang cukup kuat untuk menjalankan game sekelas The Witcher 3, yang bisa dibilang tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan game AAA yang dirilis dalam satu atau dua tahun terakhir.

Apakah gaming di dalam mobil merupakan masa depan industri otomotif, terutama jika melihat visi akan mobil yang bisa menyetir sendiri sepenuhnya (sehingga kita sebagai penumpang bisa memanfaatkan waktu selama perjalanan untuk bermain game)? Bisa jadi begitu. Kalau perlu bukti lain, coba lihat Sony: salah satu tujuan mereka menciptakan prototipe mobil elektrik adalah untuk bereksperimen dengan konsep “PlayStation untuk mobil”.

Demi menyuguhkan pengalaman hiburan yang terbaik, Tesla pun tidak lupa soal audio. Total ada 22 speaker yang tertanam di kabin Model S yang membentuk sebuah sistem audio berdaya 960 watt, dan Tesla juga melengkapi semuanya dengan teknologi active noise cancellation.

Buat yang lebih suka dengan model SUV ketimbang sedan, tentu mereka bisa memilih Model X yang dibangun di atas platform yang identik, dan yang kebetulan juga sudah diperbarui interiornya dengan arahan yang sama.

Mungkin bakal lucu kedengarannya jika ada yang mengulas kedua mobil ini, lalu menyebutnya sebagai mobil terbaik buat para gamer. Lucu untuk sekarang, tapi bisa saja bakal terdengar biasa di masa yang akan datang.

Sumber: Electrek.