Pada Mahasiswa, Manajemen Team SoloMid Bahas Seluk Beluk Industri Esports

Di tengah industri esports yang berkembang pesat, pemain profesional menjadi bintang yang sering menjadi sorotan. Ketika Kyle “Bugha” Giersdorf memenangkan Fortnite World Cup dan membawa pulang US$3 juta, namanya muncul di banyak media. Fakta bahwa dia masih berumur 16 tahun saat itu menjadi salah satu sorotan. Memang, atlet esports biasanya mencapai masa emasnya ketika dia berumur belasan tahun atau awal 20-an. Setelah pensiun, atlet esports biasanya akan menjadi streamer atau menjadi pelatih.

Namun, sebenarnya, industri esports tak melulu soal para pemain profesional. Ada banyak orang yang bekerja di balik layar yang juga memegang peran penting, mulai dari manajemen tim sampai penyelenggara turnamen. Inilah yang membuat berbagai universitas di Amerika Serikat dan Inggris Raya tertarik untuk membuat jurusan esports. Para mahasiswa yang ikut dalam jurusan ini tidak diajarkan untuk menguasai sebuah game dan menjadi pemain esports, tapi tentang manajemen dan bisnis esports.

Salah satu universitas yang serius mengembangkan esports adalah University of California, Irvine (UCI). Selain menawarkan beasiswa, UCI bahkan memiliki arena esports seluas 3.500 kaki persegi. Pembuatan arena esports tersebut didukung oleh iBUYPOWER, Logitech, dan Gamefuel. Minggu lalu, mereka mengundang Team SoloMid untuk menjelaskan pada para mahasiswanya tentang seluk beluk dunia esports, lapor InvenGlobal.

Ki-ka: Ponce, Hahe, dan Zelon | Sumber; InvenGlobal
Ki-ka: Ponce, Hahe, dan Zelon | Sumber: InvenGlobal

Bukan pemain profesional TSM yang diundang berbicara di UCI, tapi pihak manajemennya. Di depan mahasiswa, para tim manajemen TSM berbicara tentang cara untuk masuk ke industri esports. Salah satu pembicara hadir adalah Director of Sales, Luke Zelon. Dia bercerita, sebelum masuk ke industri esports, dia bekerja di Los Angeles Football Club. Di sana, tugasnya adalah untuk mencari rekan yang mau bekerja sama dengan tim tersebut. Dia menjelaskan, mengedukasi para mahasiswa tentang industri esports akan memberi dampak positif pada ekosistem esports secara keseluruhan. Dengan adanya obrolan seperti yang dilakukan oleh TSM di UCI, ini akan membuka kesempatan yang lebih besar pada para mahasiswa untuk menjadi atlet esports.

Zelon tak sendiri. Dia juga ditemani oleh Allie Hahe, Director of Partnerships TSM yang pernah menjadi bagian dari Team Liquid. Menurutnya, kemampuan untuk menyelesaikan masalah adalah salah satu hal yang paling dia cari dari timnya. Dia juga bercerita bahwa dulu, tidak banyak acara esports yang diadakan. Karena itulah, dia harus bisa membuatnya sendiri. Sementara itu, Director of People Operations, John Ponce menjelaskan, tidak semua orang yang bekerja di bidang esports memiliki latar belakang pendidikan di bidang terkait. Itu artinya, sekalipun seseorang tidak belajar di jurusan terkait gaming atau esports saat kuliah, mereka tetap bisa bergabung dengan organisasi esports.

Sumber header: InvenGlobal

Program Esports Bisa Buat Siswa Lebih Jarang Bolos

Masih banyak orangtua yang menganggap bahwa keberadaan program esports di sekolah akan mengganggu proses pembelajaran anak. Namun, laporan dari Extreme Networks dan eCampus News menunjukkan bahwa program esports justru bisa dijadikan sebagai cara untuk mendorong siswa agar lebih rajin pergi ke sekolah.

Untuk membuat laporan ini, Extreme Networks dan eCampus News melakukan survei pada 281 pemimpin sekolah dan universitas di Amerika Utara, Amerika Latin, Asia Pasifik, Eropa, dan Timur Tengah, lapor Unilad. Dari survei itu, terlihat bahwa 21 persen sekolah telah memiliki program esports. Sementara 26 persen sekolah tertarik untuk membuat program esports dan 45 persen mempertimbangkan untuk memulai program esports. Sebanyak 56 persen responden mengatakan, alasan mereka membuat program esports di sekolah dan universitas adalah untuk membuat kehidupan sekolah menjadi lebih menyenangkan bagi para siswa. Selain itu, program esports juga dianggap bisa mendorong ketertarikan siswa di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).

Sumber: Extreme Networks
Sumber: Extreme Networks

Sementara itu, ketidaktertarikan pihak administrasi atau fakultas menjadi salah satu tantangan untuk memulai program esports. Dua masalah lain yang sering dihadapi adalah biaya yang mahal dan ketidaktahuan pihak sekolah atau universitas dalam mengeksekusi program esports. Menurut laporan Net Imperative, 59 persen sekolah yang sudah memiliki program esports sudah memiliki fasilitas khusus atau berencana untuk membuat fasilitas tersebut. Memang, infrastruktur IT memegang peran penting untuk memastikan program esports berjalan dengan baik.

Esports telah menjadi fenomena global dan kami mulai mengerti manfaat esports bagi dunia pendidikan,” kata Director of Vertical Solutions Marketing, Extreme Networks, Bob Nilsson, dikutip dari Net Imperative. “Institusi pendidikan yang memiliki visi ke depan sadar bahwa program esports membuat siswa lebih tertarik ke sekolah dan mengajarkan mereka keahlian baru.” Omongan Nilsson didukung oleh program uji coba yang dilakukan oleh kepala sekolah Kristy Custer dan guru Michael Russel di Texas. Dalam program uji coba itu, mereka menggunakan kurikulum Gaming Concept dari High School Esports League (HSEL).

Kurikulum yang dibuat dengan bantuan Microsoft itu dibuat dengan tujuan untuk membuat siswa tidak hanya sukses secara akademis, tapi juga sukses di luar ruang kelas. Melalui program uji coba ini, para siswa diajari cara berkomunikasi dengan orang lain, membuat strategi, menggunakan teknologi, sampai caar berperilaku yang baik. Program uji coba tersebut menunjukkan hasil positif, seperti membuat siswa lebih rajin ke sekolah.

“Murid yang sering bolos dan merasa tidak tertarik pergi ke sekolah sangat terbantu oleh program esports uji coba ini,” kata Custer, dikutip dari The Gamer. “Sebanyak 82 persen anggota tim kami tidak pernah ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler sebelum adanya program esports.”

Sama seperti teknologi, esports dan game bisa memberikan dampak baik dan buruk, tergantung pada bagaimana ia digunakan. Dalam konferensi IDBYTE, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengakui, game memang memiliki risiko sendiri. Namun, itu bukan berarti game harus dilarang dimainkan sama sekali. Menurutnya, penting bagi pemerintah untuk melibatkan sekolah dan orangtua untuk meminimalisir risiko dari game dan esports sehingga ekosistem gaming dan esports justru bisa berkembang dan membuka lowongan pekerjaan baru.

Sumber header: Variety

NSE dan ESL Kerja Sama untuk Siapkan Mahasiswa Kerja di Industri Esports

Esports kini memang tengah menjadi pembicaraan hangat. Meskipun berawal dari komunitas, esports kini tumbuh menjadi industri bernilai US$1,1 miliar, menurut Newzoo.

Para tim dan pemain profesional tentu saja jadi bintangnya. Ketika Kyle “Bugha” Giersdorf menjadi juara Fortnite World Cup, namanya muncul di berbagai headline media. Namun, menjadi atlet tidak melulu soal hadiah yang besar dan popularitas. Ada harga mahal yang harus dibayar bagi para atlet esports profesional, mulai masalah kesehatan, stres, hingga kerelaan untuk tidak menjalin hubungan romantis. Di belakang para atlet ini, juga terdapat manajemen tim yang mendukung. Seperti yang dibahas dalam artikel tentang perjuangan para atlet esports, salah satu kunci dari keberlangsungan esports sebagai industri adalah regenerasi.

ESL Jagoan Series - Free Fire
Sumber: ESL Indonesia

Sekarang, di Amerika Serikat, mulai bermunculan program yang dikhususkan untuk memunculkan para atlet esports berbakat. Contohnya, University of California, Irvine (UCI) telah menawarkan program beasiswa untuk pemain Super Smash Bros. Kabar terbaru, National Student Esports (NSE) juga mengumumkan kerja samanya dengan ESL. Dengan kerja sama ini, NSE dan ESL akan membuat program untuk para mahasiswa di universitas di Inggris agar mereka lebih siap untuk masuk ke industri esports.

“Universitas selalu menjadi pusat berkumpulnya talenta generasi berikutnya di industri baru, begitu juga dengan esports,” kata Executive Director of NSE, Jon Tilbury, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami tidak sabar untuk bekerja sama dengan ESL untuk membuka kesempatan bagi para mahasiswa, tidak peduli apakah mereka ingin menjadi pemain profesional atau bekerja di belakang layar untuk mengadakan turnamen esports terbesar dunia.”

Kerja sama dari ESL dan NSE ini diawali dengan workshop yang diadakan oleh Intel. Dalam satu tahun ke depan, ESL dan NSE akan bekerja sama untuk membuat berbagai program, baik program yang akan mereka eksekusi bersama atau dengan perusahaan dan organisasi lain yang menjadi rekan mereka.

Baik NSE dan NSL merupakan ahli di bidangnya. Menurut British Esports Association, NSE merupakan badan resmi yang dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan ekosistem esports di tingkat universitas dan mereka telah sukses melakukan itu. Sementara ESL dipercaya sebagai perusahaan esports terbesar. Mereka merupakan penyelenggara turnamen yang telah berdiri sejak 2000. Di Indonesia, ESL pernah menyelenggarakan R6S Community Cup.

“Kami sangat senang untuk menjalin kerja sama yang positif dengan NSE untuk mendekatkan diri dengan mahasiswa,” kata Marketing and Communication Manager, ESL, Heather Dower, seperti dikutip dari Gamasutra. “Kerja sama yang erat akan menjadi kunnci dari pertumbuhan industri esports di Inggris pada masa depan. Kami tidak sabar untuk memberikan informasi lebih detail tentang ini!”

Meskipun masih ada stigma negatif tentang pekerjaan terkait gaming atau esports di Indonesia, dipercaya bahwa industri game lokal akan tumbuh positif. Saat ini, telah ada 20 sekolah dan kampus Indonesia yang menawarkan pendidikan terkait pembuatan game. Mengingat game menggabungkan banyak aspek — mulai dari pemrograman, animasi, musik, hingga penulisan cerita — maka program studi yang ditawarkan juga beragam. Misalnya, SMK Raden Umar Said (RUS) Kudus membuka program studi Desain Komunikasi Visual, Animasi 3D, dan Rekayasa Perangkat Lunak. Sementara Institut Teknologi Bandung menawarkan program Opsi Media Digital & Teknologi Game di bawah program studi Teknik Elektro.

20 Kampus dan Sekolah di Indonesia dengan Program Pendidikan Game

Industri game menyimpan banyak potensi sebagai lahan mata pencaharian. Akan tetapi untuk bisa sukses di industri ini, salah satu syaratnya tentulah kita harus dapat menciptakan produk bagus yang punya daya saing global. Developer-developer Indonesia pun belakangan sudah mulai membuktikan bahwa mereka mampu membuat karya visioner yang tak kalah dari dari developer luar negeri, dan banyak pihak optimis bahwa industri game lokal kita masih akan berkembang pesat.

Bila Anda berminat untuk masuk ke industri game, sebetulnya mengenyam pendidikan di bidang game secara khusus bukanlah sebuah kewajiban. Game adalah produk yang terdiri dari berbagai aspek, mulai pemrograman, penulisan, seni musik, seni visual, dan sebagainya. Asalkan Anda mempelajari ilmu di aspek-aspek tersebut, Anda bisa menjadi developer game dengan latar belakang pendidikan yang sudah umum.

Akan tetapi mengenyam pendidikan khusus game juga memberi berbagai keuntungan, misalnya pembelajaran tentang game design yang tidak kita dapatkan di jurusan lain. Sudah cukup banyak sekolah atau kampus di Indonesia yang menawarkan pendidikan di bidang game. Berikut ini beberapa di antaranya.

SMK Raden Umar Said (RUS) Kudus

Jenjang: SMK

Program Studi: Desain Komunikasi Visual; Animasi 3D; Rekayasa Perangkat Lunak

Sekolah kejuruan yang berlokasi di Kudus, Jawa Tengah, ini cukup sensasional karena memiliki fasilitas berstandar internasional untuk pengembangan dan pendidikan multimedia. Dengan lima kompetensi keahlian yang ditawarkan, SMK RUS Kudus bisa jadi pilihan utama bagi pelajar yang serius ingin masuk ke industri game ataupun industri media kreatif lainnya.

Universitas Negeri Malang (UM)

Jenjang: D3

Program Studi: Game Animasi

Dulunya dikenal dengan nama IKIP Malang, kampus yang berfokus pada pendidikan ini juga memiliki berbagai program studi cabang nonpendidikan. Salah satunya jurusan Game Animasi yang berdiri sejak tahun 2008. Kurikulumnya menawarkan pembelajaran yang mengarah ke visuaisasi animasi dan game 3-dimensi berbasis kearifan lokal.

Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta

Jenjang: D3

Program Studi: Animasi

Program studi Animasi di ISI Yogyakarta merupakan perwujudan pendidikan seni yang multidisipliner. Keahlian yang ditawarkan tidak hanya soal menggambar, tapi juga meliputi storyboarding, penulisan skenario, penciptaan model 3D, pemrograman game, dan kebutuhan-kebutuhan lain. Sesuai dengan kondisi industri saat ini di mana seni tidak bisa lepas dari teknologi.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)

Jenjang: D4

Program Studi: Teknologi Game

Pendidikan Teknologi Game di PENS tidak hanya fokus pada hal-hal teknis, tapi juga persiapan untuk menjadi sumber daya manusia yang dapat mengembangkan industri game lebih jauh lagi. Contohnya kewirausahaan, kepemimpinan, serta komunikasi. Mata kuliah sisi teknisnya sendiri cukup beragam, meliputi desain game 2D, 3D, serta multiplayer online, sejarah game, hingga desain suara dan musik.

PENS
Sumber: PENS

Sekolah Tinggi Multi Media (STMM) “MMTC” Yogyakarta

Jenjang: D4

Program Studi: Desain Teknologi Permainan

Melalui program studi Desain Teknologi Permainan, STMM “MMTC” Yogyakarta ingin menghasilkan lulusan dengan kemampuan manajerial profesional untuk tujuan pendidikan, bisnis, ataupun sosial. Kampus ini ingin mendidik sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan perangkat multimedia, serta melakukan kerja sama berbasis riset. Salah satu mata kuliah menarik yang ditawarkan adalah Penyutradaraan Game (Game Directing).

Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia)

Jenjang: D4

Program Studi: Game Technology; Animasi

Sama seperti penyedia program studi Game Technology lainnya, Polimedia ingin menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian teknis dan kewirausahaan di industri game yang mampu menghadirkan muatan-muatan lokal. Terdapat juga jurusan Animasi yang mengajarkan animasi 2D maupun 3D. Polimedia memiliki kerja sama dengan berbagai pemain industri, salah satunya studio game Creacle yang berbasis di Yogyakarta.

SAE Institute Indonesia

Jenjang: D4

Program Studi: Visual Effects & Animation

SAE Institute dulunya adalah kampus pendidikan musik (School of Audio Engineering) yang didirikan oleh sound engineer Tom Misner pada tahun 1976 di Australia. Kali ini SAE Institute telah tersabar di berbagai penjuru dunia, salah satunya Indonesia di Jakarta. SAE Institute Indonesia menawarkan berbagai macam pendidikan media kreatif, termasuk salah satunya studi Visual Effects & Animation untuk keperluan industri game.

SAE Institute Indonesia
Sumber: SAE Institute Indonesia

Universitas Surabaya (UBAYA)

Jenjang: S1

Program Studi: IF – P. K. Multimedia

Anda yang mengincar gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) namun punya jiwa seni yang kuat dapat memilih pendidikan di UBAYA, program studi Informatika Program Multimedia (IF – P. K. Multimedia). Program ini cukup unik karena mengajarkan mata kuliah seni dan teknik sekaligus di satu jurusan. Anda dibentuk menjadi ahli multimedia holistik, yang mampu menguasai berbagai hal dari keamanan jaringan hingga digital audio.

Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta

Jenjang: S1

Program Studi: Teknik Informatika – Konsentrasi Gim, Grafika, dan Multimedia

Jurusan Teknik Informatika di UII Yogyakarta memiliki berbagai cabang konsentrasi, salah satunya yaitu Gim, Grafika, dan Multimedia. Mata kuliah yang ditawarkan dalam konsentrasi ini mencakup Pengembangan Aset Gim, Gim Serius, serta Multimedia untuk Pembelajaran. Jurusan ini cocok untuk Anda yang ingin menguasai Teknik Informatika secara umum, namun juga punya minat pada game.

ESQ Business School (EBS)

Jenjang: S1

Program Studi: Ilmu Komputer – Peminatan Game Technology & Animation

Meski namanya Business School, EBS sebenarnya juga menawarkan jurusan-jurusan di luar bidang bisnis. Contohnya Ilmu Komputer dengan peminatan Game Technology & Animation. Sesuai dengan visi kampusnya, program ini ingin Anda menjadi seorang creative technopreneur. Tak hanya seorang profesional di bidangnya, tapi juga mampu memimpin perubahan dengan keahlian wirausaha.

KALBIS Institute

Jenjang: S1

Program Studi: Game Computing and Technology

Dahulu bernama Institut Teknologi dan Bisnis KALBE (ITBK), KALBIS Institute kini telah berkembang dengan lebih banyak jurusan serta mampu menampung lebih dari 8.000 mahasiswa. Kampus ini juga bekerja sama dengan organisasi Bina Nusantara (BINUS) untuk manajemennya. KALBIS Institute memiliki jurusan Game Computing and Technology sendiri yang terpisah dari jurusan Teknik Informatika. Fakultas yang membawahinya pun bernama Fakultas Industri Kreatif, menunjukkan bahwa kampus ini sangat up-to-date terhadap perkembangan zaman.

KALBIS Institute
Sumber: KALBIS Institute

Universitas Ciputra (UC) Surabaya

Jenjang: S1

Program Studi: Information & Multimedia Technology (IMT) – Konsentrasi Game Development

Sebagai prodi yang dirancang agar selalu mengikuti perkembangan teknologi, prodi Informatika (IMT) di UC Surabaya menawarkan tiga konsentrasi peminatan untuk para mahasiswanya: Game Development, Artificial Intelligence, dan Internet of Things. Keistimewaan UC Surabaya adalah adanya kerja sama dengan Apple Developer Academy Program untuk pendidikan mobile apps development tingkat dunia.

Universitas Multimedia Nusantara (UMN)

Jenjang: S1

Program Studi: Desain Komunikasi Visual – Peminatan Interaction Design

Jurusan Desain Komunikasi Visual di UMN membekali mahasiswanya dengan keterampilan analisis, perancangan, serta penerapan desain estetika dengan memanfaatkan teknologi. Salah satu peminatannya, yaitu Interaction Design, memberikan bekal mata kuliah yang berhubungan dengan interaksi seperti Visual Storytelling, Game Design, Sound Design Interaction, dan sebagainya.

BINUS University

Jenjang: S1

Program Studi: Game Application and Technology

Kampus dengan jurusan game yang sangat terkenal, BINUS University mendirikan program studi ini pada bulan September 2012. Game Application and Technology (GAT) dengan cepat menjadi salah satu program terbaik di bawah departemen School of Computer Science. BINUS University baru-baru ini juga meraih peringkat 7 universitas terbaik Indonesia versi QS World University Rankings.

Institut Informatika Indonesia (IKADO)

Jenjang: S1 Dual Degree

Program Studi: Informatika + Game Technology

Kampus yang satu ini menawarkan program studi yang sangat menarik. Secara berdiri sendiri, sebetulnya tidak ada program studi game di IKADO, akan tetapi bila Anda memilik jurusan Informatika, Anda berkesempatan mengambil program Dual Degree prodi Game Technology di Dongseo University, Korea Selatan. Sebanyak 79 SKS kuliah (4 semester) akan Anda tempuh di IKADO, sementara 66 SKS (4 semester) sisanya Anda ambil di Dongseo University. Setelah lulus, Anda akan memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) dan Bachelor of Engineering (B.Eng.) sekaligus.

IKADO Dual Degree
Sumber: IKADO

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jenjang: S2

Program Studi: Teknik Elektro – Pemintan Jaringan Cerdas Multimedia

Baru segelintir universitas di Indonesia yang menawarkan pendidikan pascasarcana di bidang game, salah satunya ITS di Surabaya. Dengan mengambil program studi Magister Teknik Elektro, Anda dapat memilih satu dari enam bidang minat yaitu Jaringan Cerdas Multimedia. Dalam bidang ini dikembangkan spesialisasi Jaringan Cerdas Multimedia dan Game Technology.

Institut Teknologi Bandung (ITB)

Jenjang: S2

Program Studi: Teknik Elektro – Opsi Media Digital & Teknologi Game

Satu lagi kampus yang program Magister di bidang game adalah ITB. Sama seperti ITS, prodi ini juga merupakan opsi yang berada di bawah program studi Teknik Elektro. Prodi ini terbuka bagi lulusan S1 teknik dan sains yang memiliki kemampuan memadai di bidang matematika dan pemrograman. Lulusan D4 atau lulusan S1 selain Teknik Elektro/Informatika juga diperkenankan mendaftar, akan tetapi wajib menjalani kuliah bridging terlebih dahulu sebanyak 10 SKS.

SMA/SMP 1 PSKD

Jenjang: Pembinaan

Nama SMA 1 PSKD pasti sudah tak asing lagi di kalangan pencinta esports. Sekolah ini memang merupakan satu dari sangat sedikit lembaga pendidikan Indonesia yang sudah memfasilitasi pendidikan esports. Saat ini program pembinaan esports baru tersedia di SMA 1 dan SMP 1 PSKD, namun direncanakan untuk juga tersedia di SMA 4 dan SMP 4 PSKD nantinya.

Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang

Jenjang: Pembinaan

UDINUS melalui kerja sama dengan Indonesia e-Sports Association (IeSPA) telah membuka program pembinaan esports setara UKM untuk para mahasiswa yang berminat. Dengan program ini, UDINUS telah menjadi universitas pertama di Indonesia yang berperan dalam mempromosikan dunia game kompetitif. Program ini juga didukung oleh platform live streaming NimoTV.

Sumber Gambar: Pexels

Suguhan Beasiswa dan Program Esports dari Sekolah PSKD

Sebenarnya, SMA 1 PSKD memang sudah membuat gempar industri gaming Indonesia saat mereka mengenalkan program esports mereka di 2016. SMA ini menjadi institusi pendidikan formal pertama yang justru merangkul esports sebagai bagian dari proses pembelajaran.

Di tahun 2019 ini, mereka semakin memantapkan langkah mereka sebagai institusi pendidikan yang merangkul komunitas gaming; yang biasanya dijauhi oleh kebanyakan institusi pendidikan formal.

Program esports SMA 1 PSKD yang sekarang merupakan lanjutan yang lebih komprehensif dari program sebelumnya. “Kalau dulu, game mobile belum masuk secara full. Tahun ini sudah. Sebelumnya belum ada dukungan juga dari publisher gamenya. Sekarang kita sudah mendapatkan dukungan dari Garena dan Tencent.” Ujar Yohannes Siagian, Kepala Program Pembinaan Esports SMA 1 PSKD.

Kerennya lagi, murid-murid peserta program esports di sekolah ini juga akan mulai ikut turnamen kelas umum (yang bukan khusus untuk pelajar).

Apakah hal ini berarti murid-murid PSKD akan ikut turnamen sekelas PINC, misalnya? Tanya saya ke Joey, sapaan akrab Yohannes; yang sekarang juga menjabat sebagai Vice President EVOS Esports.

“Kalau level anak-anak bisa mencapai tingkat itu, kita akan daftarkan. Realistisnya akan perlu 1-2 tahun minimal sebelum bisa ikut selevel PINC tapi goal-nya mulai ke arah sana. Kemungkinan juga akan pakai nama ‘PSKD Esports’ or yang serupa.” Jelas Yohannes.

Hal tersebut sangat layak diacungi beribu-ribu jempol (andai saya punya tangan sebanyak itu). Pasalnya, memberikan lebih banyak pengalaman esports kepada kaum muda adalah salah satu solusi masalah regenerasi yang sudah mulai terasa imbasnya di ekosistem esports Indonesia.

Buat yang belum tahu banyak soal program esports dari PSKD, Anda bisa membaca sendiri informasi lengkapnya di PSKDEsports.com. Namun, singkatnya, izinkan saya menceritakan sedikit tentang program tersebut.

Program pembinaan esports SMA 1 PSKD adalah program pembinaan intensif yang diintegrasikan dengan program pendidikan formal di tingkatan SMP dan SMA. Saat ini, program pembinaan esports PSKD sudah bisa didapat di 2 sekolah berikut ini:

  1. SMA 1 PSKD. Jl. Diponegoro No.80 Senen, Jakarta Pusat.
  2. SMP 1 PSKD. Jl. Kwini 1 No. 1. Senen, Jakarta Pusat.

Rencananya, akan ada 2 lokasi tentatif untuk tahun ajaran 2019/2020 juga, yaitu:

  1. SMA 4 PSKD. Jl. Panglima Polim II No.51A. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
  2. SMP 4 PSKD. Jl. Panglima Polim II No.51A. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Sedangkan untuk program pembinaan esports-nya sendiri, ada 5 game yang sudah tersedia di sini. Kelima game tersebut adalah:

  1. PUBG Mobile
  2. Arena of Valor
  3. Free Fire
  4. Dota 2
  5. Mobile Legends

Selain pembinaan kompetitif yang spesifik untuk game-nya, mereka juga menggelar ‘jurusan’ untuk:

  1. Content Creation and Management
  2. Social Media Management
  3. Game Casting and Broadcasting
  4. General Esports

Sayangnya, sampai artikel ini ditulis, program esports dari PSKD ini hanya tersedia untuk murid-murid sekolah itu. Jadi, Anda harus memindahkan sekolah anak, adik, ataupun keponakan Anda jika ingin mendapatkannya. Namun demikian, Yohannes mengatakan bahwa mereka juga sedang mempersiapkan program pembinaan usia muda yang ditujukan untuk umum.

Beasiswa Esports PSKD

Lalu bagaimana soal beasiswanya? Seperti apakah bentuknya? Dan bagaimana proses seleksinya?

“Beasiswa esportsbasically, kita akan subsidi biaya pendidikan anak yang memang punya talenta dan potensi di esports; selama dia berkomitmen untuk belajar benar, kerja keras, mengikuti program, disiplin, dan mengikuti peraturan. Sedangkan prestasi dan juara tidak masuk pertimbangan untuk mempertahankan beasiswa.”

Di sekolah ini, ternyata juga ada dua macam beasiswa, yaitu beasiswa ekonomi dan prestasi. Beasiswa prestasi bisa diberikan untuk siswa yang mampu ataupun tidak mampu. Namun, jika sudah mendapatkan beasiswa prestasi namun masih kesulitan biaya, sekolah akan menambahkan dengan beasiswa ekonomi.

Lalu bagaimana cara mereka menentukan murid yang layak mendapatkan beasiswa?

Joey pun bercerita ada beberapa hal yang dipertimbangkan sebelum memberikan beasiswa. Sifat-sifat siswa dan nilai akademis mereka akan berpengaruh terhadap keputusan ini.

“Mau bekerja keras, humble, bersedia mengorbankan waktu dan tenaga untuk mencapai cita-citanya dan disiplin.” Jawab Yohannes saat saya tanyakan sifat-sifat yang dicari dari murid penerima beasiswa.

Namun demikian, menurut saya, hal tersebut mungkin masih sedikit ambigu atau mungkin terlalu subjektif karena semua orang bisa mengklaim sifat-sifat itu semua.

Karena itu, Yohannes pun meyakinkan saya bahwa proses wawancara saat seleksinya yang menjadi sangat penting. “Staff penerimaan murid kita pengalamannya sudah banyak. Jadi memang skilled dalam proses seleksi dan wawancara.” Ujarnya.

Maybe yang paling penting bagi saya itu potensi dididik dan berkembang. Nggak apa-apa saat ini nilai jelek atau pengetahuan kurang, asal potensi dikembangkan ada.” Tambah Yohannes.

Hybrid Day saat di SMA 1 PSKD. Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Hybrid Day saat di SMA 1 PSKD. Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Bagaimana soal nilai akademis calon penerima beasiswa?

“Nilai (akademis) pengaruh tapi kita lihat per kasus. Misalnya, anak dari Siantar dan anak dari Yogyakarta tidak bisa menggunakan standar yang sama.”

Akhirnya, Yohannes yang juga mantan Kepala Sekolah untuk SMA 1 PSKD ini memberikan penutupnya sebelum mengakhiri perbincangan kami.

“Kalau ada anak usia SMP/SMA yang serius ingin memajukan kemampuan dirinya di bidang esports (sebagai pemain atau peran lain di industri esports) dan siap kerja keras untuk menggapai mimpi itu, jangan ragu untuk daftar. Skill saat ini tidak jadi masalah. Yang paling penting adalah punya passion dan mau kerja keras. Tujuan sekolah itu membuat yang tidak bisa jadi bisa.

Kita memang tidak menjamin bahwa semua peserta program kita menjadi pemain pro. Namun, yang pasti, mereka akan mendapatkan pengalaman penting yang menjadi modal mereka untuk membangun masa depan yang lebih baik.”