Valve Akan Hapus Bagian Penjualan Video di Steam

Tanpa lelah, Valve terus menambah dan menyempurnakan Steam sehingga layanan distribusi digital yang mereka luncurkan lebih dari 15 tahun silam itu memiliki fitur yang tak kalah melimpah dari jejaring sosial. Beberapa bulan setelah memperkenalkan fitur chat baru, sang developer mengungkap rencana untuk menerapkan pembaruan besar-besaran demi memastikan pengalaman pemakaian jadi lebih baik lagi.

Update tentu bisa hadir melalui penambahan atau malah pengurangan fitur. Dan lewat blog-nya, Valve mengabarkan keputusannya untuk menghilangkan storefront video di Steam. Selain permainan dan software non-game, video sudah cukup lama memeriahkan Steam. Mayoritas dari mereka adalah film-film pendek; ada yang disajikan secara berbayar, gratis, atau disuguhkan via metode rental.

Namun ketika menjelajahi daftarnya, Anda akan segera menemui judul-judul tidak jelas. Di halaman pertama bagian New and Trending saja, bermunculan film dengan tag ‘sexual content‘, ‘gore‘ dan ‘nudity‘. Valve mungkin sudah gerah dengan kehadiran mereka dan memilih untuk mengambil langkah tegas. Dalam beberapa minggu ke depan, video-video tersebut akan dihapuskan dari platform distribusi digital Steam.

Setelah melakukan peninjauan terhadap bagaimana penggunanya mengonsumsi video, Valve menyadari mereka perlu memfokuskan kembali penyajian konten pada tema-tema yang berkaitan dengan gaming, atau setidaknya dapat melengkapi permainan video dan software yang dijual di Steam. Caranya cukup mengejutkan, yaitu lewat penghapusan seluruh bagian penjualan video. Ke depannya, video cuma bisa diperoleh dari laman game atau software terkait.

Lalu bagaimana dengan kita yang sudah membeli banyak sekali film/video di Steam? Jangan khawatir, seluruh film koleksi Anda akan tetap aman di dalam library. Saat artikel ini ditulis, video-video tersebut masih dijual di Steam Store. Itu artinya, untuk sementara waktu Anda tetap dapat melakukan transaksi pembelian demi mengamankan judul-judul potensial buat ditonton di lain hari.

Boleh jadi, alasan lain mengapa bagian video dihapuskan dari Steam adalah terkait minimnya penonton. Lalu dari mengunjungi bagian top selling serta laman beberapa film populer, pengguna lebih terpicu untuk meninggalkan ulasan di judul-judul yang ditujukan buat penonton dewasa seperti Nekopara Ova atau Beach Volleyball Detectives (tidak perlu Anda search).

Sayangnya, film-film dokumentasi dan bertema game yang terlihat menarik semisal space.games.film, The Name of the Game atau Deliverance: The Making of Kingdom Come malah kurang populer.

Via Polygon.

Belum Ada Setahun, Razer Game Store Resmi Ditutup

Mengoperasikan platform distribusi digital itu bukanlah pekerjaan mudah. Jangan karena Epic Games Store begitu gampangnya menawarkan sistem bagi hasil yang sangat menguntungkan buat developer, lalu kita berpikir semuanya mudah dijalani.

Steam sebagai pionir telah mendominasi segmen ini sejak lama. Namun dalam setahun terakhir ini, kita juga sudah melihat banyak penantang baru sekaligus. Lalu yang menjadi pertanyaan, mana yang bakal bertahan lama?

Tanpa harus menunggu lama, persaingan ketat di ranah ini sudah memakan korban pertamanya, yakni Razer Game Store. Yang lebih mengejutkan lagi, umur Razer Game Store baru 10 bulan sejak peluncurannya. Kalau yang sebesar Razer saja bisa terkena dampak persaingan ketat, bagaimana dengan yang lain?

Kendati demikian, kita juga harus mempertimbangkan motivasi di balik eksistensi Razer Game Store. Razer sebenarnya tidak bermaksud untuk menyaingi Steam. Platform tersebut lebih ditujukan untuk mendongkrak bisnis utama mereka dengan cara memberikan penawaran-penawaran menarik kepada konsumen yang membeli game di sana.

Penutupan Razer Game Store merupakan bukti bahwa strategi tersebut tidak efektif. 28 Februari adalah tanggal penutupan yang ditunjuk, yang berarti itu merupakan tenggat waktu bagi konsumen untuk mengambil activation key dari game yang pernah mereka beli.

Razer juga belum menyerah dalam bisnis konten. Razer Gold, platform pembayaran virtual garapan mereka, terus berkembang dengan sehat, dan penutupan Razer Game Store pada dasarnya merupakan lampu hijau buat Razer Gold untuk terus bertumbuh ke depannya.

Sumber: PC Gamer.

Lewatkan Steam, Ubisoft Akan Rilis The Division 2 di Epic Games Store

Strategi bisnis agresif yang diterapkan Epic Games Store mulai menunjukkan dampak yang signifikan terhadap kelancaran bisnis Steam selaku pihak yang dominan. Epic baru saja mengumumkan bahwa Ubisoft bakal merilis salah satu game unggulannya untuk tahun ini, The Division 2, di Epic Games Store.

Tentu saja Ubisoft juga bakal menjual game tersebut lewat platform-nya sendiri, akan tetapi yang mengejutkan, mereka tidak punya rencana untuk merilis The Division 2 di Steam berdasarkan penjelasan perwakilannya terhadap Polygon. Jelas sekali Ubisoft ingin mengambil untung sebesar mungkin dengan melewatkan Steam dan memilih Epic Games Store.

The Division 2 pun juga baru awal dari cerita utuhnya, sebab Ubisoft juga sudah punya rencana untuk merilis sejumlah game lain di Epic Games Store sepanjang tahun 2019. Pre-order The Division 2 saat ini sudah dimulai, akan tetapi game-nya baru akan meluncur secara resmi pada tanggal 15 Maret mendatang di PC, Xbox One dan PS4.

Kolaborasi Ubisoft dan Epic Games ini sejatinya mengindikasikan bahwa perubahan kebijakan distribusi yang diterapkan Steam belum lama ini masih kurang begitu efektif dalam menarik minat developer. Di Steam, developer dapat mengambil 80% keuntungan dari penjualan game-nya, tapi hanya ketika total penjualannya sudah mencapai angka $50 juta.

Bandingkan dengan Epic Games Store, yang dari awal sudah menerapkan sistem bagi hasil 88%/12% – lebih besar dan tanpa syarat. Di luar Steam, sebenarnya ada Discord Store yang mulai tahun ini menerapkan mekanisme bagi hasil 90%/10%, tapi sepertinya reputasi masih menjadi faktor yang tak kalah krusial, sehingga akhirnya Ubisoft memilih Epic Games Store.

Sumber: Epic Games.

Discord Store Ubah Mekanisme Bagi Hasilnya Menjadi 90% Banding 10%

Kemunculan Epic Games Store beberapa hari yang lalu merupakan pukulan telak terhadap Steam, terutama karena sistem bagi hasilnya yang begitu bersahabat bagi kalangan developer. Namun Steam bukanlah satu-satunya platform yang terancam, Discord Store pun juga, apalagi mengingat platform tersebut masih seumur jagung.

Ketimbang hanya tinggal diam dan menunggu nasib yang tak jelas, Discord memutuskan untuk ambil tindakan. Mereka ‘membalas’ dengan mengubah mekanisme bagi hasilnya: mulai 2019, developer yang mendistribusikan game-nya melalui Discord Store tanpa perantara publisher dapat meraup 90% dari total penjualan, dan Discord hanya mengambil 10% sisanya.

Sebelum ini, Discord Store menerapkan mekanisme yang sama seperti Steam: 70% developer, 30% platform distribusi. Perubahan drastis ini jelas dimaksudkan untuk menghadang laju Epic Games Store, yang sendirinya menerapkan sistem bagi hasil 88% banding 12%.

Discord sama sekali tidak menerapkan pengecualian; baik developer game AAA maupun indie akan mendapat perlakuan yang sama dan mengambil persentase keuntungan yang sama. Discord pun tidak lupa menekankan sekali lagi keuntungan lain yang ditawarkan platform-nya, yakni sebagai medium komunikasi langsung antara developer dan pemain.

Ya, Steam memang punya ratusan juta pengguna, tapi Discord pun juga demikian. Saat ini pengguna aktif Discord sudah mencapai angka 200 juta, naik sekitar 70 juta dari pencapaiannya di bulan Mei lalu, dan ini merupakan salah satu modal Discord untuk menarik minat developer ke platform-nya.

Sumber: Discord via TechCrunch.

Cara Belanja Game di Epic Games Store

Berkat strategi pembagian keuntungan 88 banding 12 persen, Epic Games Store berhasil menggaet sejumlah developer untuk melepas kreasinya di platform distribusi digital tersebut serta melakukan kesepakatan eksklusif. Umumnya, mereka yang bermigrasi ke layanan buatan tim di belakang Fortnite dan Gears of War itu ialah studio-studio independen, namun beberapa sudah memupuk reputasi lewat judul-judul istimewa.

Tak seperti Steam, untuk sementara pihak Epic Games terlibat langsung dalam proses kurasi demi memastikan produk-produk yang ditawarkan di platform mereka merupakan judul-judul berkualitas. Epic Games sempat menyampaikan bahwa toko digital mereka tidak dirancang buat berkompetisi dengan Steam, tapi menariknya, tim terlihat cekatan demi memastikan konsumen mudah bertransaksi – termasuk bagi gamer di Indonesia.

Setelah mengutak-utik sedikit, ternyata berbelanja permainan di Epic Games Store cukup mudah. Hanya saja, buat sekarang metode transaksinya masih terbatas. Kabar gembiranya, Epic Games turut menyediakan metode pembelian secara offline lewat gerai minimarket. Penasaran? Silakan ikuti langkah-langkah di bawah ini:

 

1. Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengunjungi Epic Games Store via browser.

Epic 1

2. Lihat ke pojok kanan atas, Anda akan menemukan tombol Sign In dan ‘Get Epic Games‘ berwarna biru.

3. Silakan klik tombol Sign In, dan Anda akan dibawa ke laman registrasi. Pendaftaran bisa dilakukan dengan menggunakan akun PlayStation Network, Xbox Live, Nintendo, Facebook dan Google+ (segera ditutup dalam waktu dekat). Saya sendiri memilih untuk membuat akun baru via opsi ‘Sign Up‘ di bawah.

Epic 2

4. Selanjutnya, pilih negara tempat Anda berdomisili, masukkan data-data yang diminta (nama, alamat email, password), dan jangan lupa checklist bagian ‘I have read and agree to the terms of service‘.

5. Buka email, dan Anda akan menemukan surel verifikasi. Silakan klik tautan yang ada di sana. Jika belum terkirim, masuk ke page account setelah sign in, dan kirim ulang email verifikasinya.

Epic 8

6. Kembali ke laman utama Epic Games Store, klik tombol ‘Get Epic Games‘ untuk mendapatkan installer Epic Games Launcher.

7. Setelah ini, pembelian bisa dilakukan lewat website Epic Games Store di browser atau melalui aplikasi Epic Games Launcher. Jika Anda memilih metode kedua, biarkan app melakukan update otomatis.

8. Cari permainan yang Anda inginkan, misalnya Hades (early access) buatan Supergiant Games. Klik tombol harga yang ada di bagian product home.

Epic 3

9. Sebuah window baru akan muncul, berisi opsi metode pembayaran. Saat ini, tesedia pilihan transaksi via PayPal, XL Axiata, DOKU Wallet, atau Alfamart.

Epic 4

10. Saya akan mencoba memilih pembelian via Alfamart. Anda bisa men-checklist catatan di kiri bawah jika tak mau menerima email promosi dari pihak developer/publisher. Dari sini, tinggal klik Place Order.

Satu kelemahan signifikan dari Epic Games Store dibanding Steam adalah harga yang belum dilokalisasi. Tinggi rendahnya harga game bergantung dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Disajikan dalam rupiah, harga game di Steam untuk user di Indonesia tetap stabil, tidak fluktuatif, bahkan jauh lebih murah dari ‘MSRP’.

Epic 5

Di Epic Games Store, Anda harus membayarkan uang Rp 308 ribu untuk permainan seharga US$ 20. Jika setuju, klik Continue.

11. Silakan pergi ke gerai Alfamart, Alfa Midi, Alfa Express, Lawson atau DAN+DAN terdekat; dan bilang pada kasir Anda ingin melakukan pembayaran lewat XSOLLA. Tersedia instruksi di page pembayaran jika kasir bingung.

Epic 6

12. Berikan kode pembayaran yang ada, misalnya ‘8888820300220754’. Kasir akan melakukan konfirmasi nama konsumen, merchant dan nominal. Setelah bertransaksi, simpan tanda terimanya.

Epic 7

13. Kode akan dikirim lewat email, dan Anda tinggal memasukkan kode redeem tersebut di laman akun Epic Games Store.

14. Voilà, Hades (atau game apapun yang dipilih) telah menjadi milik Anda.

Saya akui, pilihan permainan di Epic Games Store memang masih terbatas. Namun sejumlah game di sana tidak bisa Anda temukan di platform distribusi lain, misalnya Hades, Ashen, atau judul-judul yang akan datang seperti Rebel Galaxy Outlaw, Genesis Alpha One dan World War Z. Dan saya yakin dengan penawaran 12/88, akan ada banyak developer tertarik buat bergabung.

Selain berjanji buat menambah koleksi game di platform-nya, Epic Games juga berencana untuk mempersilakan pengguna menikmati game gratis secara konsisten. Berdasarkan jadwal yang telah diungkap, Subnautica dapat dimainkan cuma-cuma dari tanggal 14 sampai 27 Desember. Setelah itu giliran Super Meat Boy mulai 28 Desember hingga 10 Januari 2019.

 

Sejumlah Game Indie Mulai Bermigrasi dari Steam ke Epic Games Store

Setelah resmi diumumkan minggu lalu, para talenta di belakang Unreal Engine, Gears of War dan Fornite akhirnya meluncurkan Epic Games Store bertepatan dengan The Game Awards 2018. Epic Games Store adalah platform distribusi digital ala Steam yang menjajakan penawaran sangat menarik untuk developer: Epic Games hanya meminta komisi 12 persen dan sisanya diberikan pada pengembang.

Penawaran ini tampaknya terbukti efektif. Tak lama sesudah layanan ini dirilis, sejumlah developer – terutama tim independen – mulai memindahkan game mereka dari Steam ke Epic Games Store. Lalu beberapa studio lain yang belum mau meninggalkan Steam melakukan strategi ‘timed exclusive‘ – yaitu melepas permainannya secara eksklusif dalam jangka waktu tertentu di platform punya Epic Games itu.

Terhitung mulai kemarin, laman Steam dari game first-person open world bertema konstruksi Satisfactory tak lagi bisa diakses setelah Coffee Stain Studios berencana melepasnya di Epic Games Store. Developer menjelaskan bahwa Epic Games Store merupakan satu-satunya tempat untuk mendapatkan permainan ini, dan berjanji buat memberikan jawaban atas rasa penasaran gamer lewat sesi Q&A.

Selain Satisfactory, Team17 juga berniat untuk menyediakan Genesis Alpha One di Epic Games Store pada bulan Januari nanti. Sang publisher mengurungkan niatnya buat meluncurkan di Steam di tanggal 29 Januari 2018, dan menyampaikan bahwa saat ini, proses pengerjaannya berada di tahap pemolesan akhir.

Tim Double Damage sendiri menerapkan pendekatan timed exclusive untuk kreasi anyarnya, Rebel Galaxy Outlaw. Rencananya, developer akan menyediakan game space simulation itu secara khusus di Epic Store selama 12 bulan, kemudian barulah Rebel Galaxy Outlaw tersaji di tempat lain. Double Damage berharap, pembagian keuntungan 12/88 dapat memberikan mereka modal buat meluncurkan game di ‘toko sebelah’.

Lewat blog, Double Damage cukup terang-terangan bilang bahwa pembagian 30/70 terasa cukup memberatkan, terutama untuk studio indie. Metode kurasi yang diterapkan Epic Games turut memperoleh tanggapan positif dari developer dan pengguna, karena sangat membantu mengekspos judul-judul dengan konten berkualitas.

Sejumlah permainan indie berpotensi saat ini sudah dapat dimainkan via Epic Games Store: Ashen telah tersedia di sana, sedangkan versi Steam-nya masih berstatus TBD. Lalu Hades, kreasi terbaru tim pencipta Bastion dan Transistor bisa dinikmati via early access saat ini, namun masih belum ada di Steam.

Kabar gembira dari Epic Games tak cuma ditujukan bagi developer, tapi juga kepada para pemain. Kabarnya, mereka akan membagi-bagikan permainan secara gratis tiap dua minggu sekali.

Via PC Gamer.

Epic Games Luncurkan Platform Distribusi Digital Pesaing Steam

Bagi kalangan kasual, Epic Games terkenal lewat permainan battle royale populer, Fortnite. Tapi menelusuri perjalanannya di ranah gaming, Epic Games merupakan salah satu developer berpengalaman yang punya andil besar di industri – terutama melalui pengembangan Unreal Engine. Umur studio asal North Carolina itu bahkan lebih tua dari Valve Corp.

Sejauh ini, Epic Games dan Valve punya khalayaknya sendiri dan berbisnis tanpa berkompetisi langsung. Namun boleh jadi, dalam waktu dekat keduanya akan mulai bersaing. Di minggu ini, diketahui bahwa tim di belakang seri Gears of War itu punya agenda untuk meluncurkan platform distribusi pesaing Steam. Namanya cukup sederhana, tapi terdengar catchy di telinga: Epic Games Store.

CEO Tim Sweeney menjelaskan bahwa mereka sudah lama ingin menggarap platform yang dapat menyambungkan tim Epic Games dengan para pemain. Awalnya, mereka bereksperimen lewat Fortnite – permainan ini tidak ada di Steam, hanya bisa diakses melalui software milik Epic Games. Sweeney bilang, percobaan tersebut berhasil dan berkeinginan untuk membuka gerbangnya bagi developer lain.

Ketika Valve menerapkan pembagian keuntungan 30 banding 70, Epic Games Store menawarkan angka yang lebih menggoda buat studio third-party: mereka hanya meminta komisi 12 persen, dan sisanya diterima oleh sang pencipta permainan. Epic Games berencana untuk meluncurkan platform ini secara ‘perlahan-lahan’, dengan koleksi game yang tak terlalu banyak dan mereka pilih sendiri.

Epic Games Store 1

Penambahan jumlah game akan terus dilakukan di tahun 2019, hingga nanti saat Epic Games merasa yakin mereka tak perlu lagi melakukan kurasi. Tiap permainan yang dijual di sana tetap harus mendapatkan persetujuan sang penyedia layanan, namun mereka hanya akan melakukan penakaran dari sisi teknis dan bukan berdasarkan konten – kecuali pada permainan-permainan bertema dewasa.

Dengan kemudahan akses serta jumlah pengguna yang sangat banyak, Steam memang terlihat berada di atas angin. Belum lama ini, Valve juga mengungkap rencana buat mengurangi persentase imbalan dari 30:70 jadi 25 persen. Kemudian mereka hanya mengambil 20 persen dari tiap penjualan game senilai  US$ 50 juta. Lewat langkah ini, Valve tampaknya ingin menjaga agar publisher blockbuster tidak menarik diri dari Steam.

Menariknya, Tim Sweeney sempat bilang bahwa mereka tidak berkeinginan untuk berduel dengan Steam. Epic Games hanya ingin ‘memberikan penawaran terbaik bagi developer serta memperluas kesempatan pencipta konten buat berkreasi’. Epic Games Store akan dapat diakses di tanggal 6 Desember besok, ditandai oleh dilangsungkannya The Game Awards 2018.

Itu berarti, Epic Games resmi mengikuti jejak Electronic Arts dan Activision-Blizzard dalam menyediakan platform distribusinya sendiri.

Sumber: UnrealEngine.com. Tambahan: VentureBeat.

Fitur Chat Steam Jadi Kian Canggih, Ketergantungan Kita Pada Discord Bisa Berkurang

Terlepas dari kayanya konten dan beragam fitur pendukung gaming di Steam, para user biasanya mengandalkan layanan third-party sebagai sarana berkomunikasi. Salah satu software VoIP populer di kalangan gamer adalah Discord. Terhitung di bulan Mei 2018 kemarin, Discord berhasil menghimpun 130 juta pengguna. Valve Corporation tentu saja tak mau kalah.

Di bulan Juni silam, Valve mencoba mengimplementasikan fitur-fitur ala Discord di software distribusi digital populernya. Dan setelah melewati periode beta, akhirnya fungsi Steam Chat baru mulai digulirkan kemarin. Ada tiga hal yang Valve janjikan lewat update Steam Chat: membuat pengalaman chatting jadi lebih kaya, memudahkan pengelolaan daftar teman, dan memastikan kegiatan gaming bersama kawan-kawan lebih asik.

Update baru tersebut difokuskan pada desain dan keleluasaan fungsi chatting. Dengannya, Anda bisa mengirimkan GIF hingga tautan video, menyortir teman-teman favorit, hingga mengategorikan mereka berdasarkan grup, misalnya bergantung dari judul permainan. Anda bahkan bisa mengetahui siapa di antara mereka yang tengah bermain bersama.

Detail informasi juga terpampang lebih jelas. Misalnya status teman. Anda dapat mengetahui di bagian game apa seorang kawan sedang berada, apakah di tengah pertandingan atau baru masuk ke game, dan apakah mereka bisa diajak bermain bersama. Status-status tersebut dapat dijabarkan lebih detail sesuai keinginan developer.

Valve mengklaim mereka telah memodernisasi kolom chat agar lebih mendukung konten ‘multi-media’. Berkatnya, GIF, video, hingga gambar bisa langsung muncul di sana – tak lagi hanya berbentuk deratan link. Bagi kami para pecinta meme, hal ini merupakan kabar gembira.

Selain itu, fungsi group chat turut jadi perhatian. Saat sedang berbincang-bicang, Anda dapat mengundang seorang teman lagi untuk bergabung dalam diskusi via drag-and-drop. Ingin melanjutkan pembicaraan besok? Bisa, tinggal simpan saja grup tersebut dan bila perlu tambahkan avatar. Dengan penyajian seperti ini, berinteraksi bersama komunitas gaming favorit jadi jauh lebih simpel.

Lalu jika Anda bermain secara teratur dengan orang-orang yang sama, group chat memudahkan kita melihat siapa yang sedang online dan siap ‘meluncur’. Di sana Anda dapat menciptakan voice channel serta mengirimkan undangan bermain.

Selain chat, Valve menjanjikan kulitas suara VoIP yang jernih dan tajam, baik di luar ataupun dalam permainan. Voice chat tentu saja menyederhanakan proses pengelolaan teman-teman di dalam game, ketimbang lewat mengetikkan perintah dan saran.

Dan menariknya lagi, fitur Steam Chat anyar juga bisa ditemukan di Steam versi web. Itu berarti, percakapan dapat terus dilakukan dari browser tanpa perlu log-in di client Steam.

Via The Verge.

‘Steam dari Tiongkok’ WeGame Rencananya Akan Meluncur Secara Global

Saat berdiskusi soal perusahaan game raksasa, nama-nama yang kita sebutkan mungkin tidak jauh dari Electronic Arts, Activision, Blizzard, atau Ubisoft. Tapi menakar dari modal yang mereka miliki, publisher-publisher ini ternyata belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Tencent. Per bulan Maret silam, mereka mengenakan mahkota ‘perusahaan gaming terbesar di dunia‘.

Melihat kesuksesan Valve di ranah distribusi digital, Tencent juga telah menyiapkan layanan serupa Steam. Platform bernama WeGame itu diungkap pertama kali pada bulan April 2017, menawarkan sebuah medium untuk mengedarkan permainan dan beragam konten ke pengguna, sembari menyediakan tempat bagi gamer buat beraktivitas – dari mulai berbelanja hingga melakukan live streaming.

Dan berdasarkan laporan dari South China Morning Post, Tencent Holdings punya agenda untuk memperluas jangkauan WeGame. Sebagai langkahnya menembus pasar global, Tencent tengah mempersiapkan perilisan perdana WeGame di wilayah non-Tiongkok: Hong Kong. Hal yang memotivasi Tencent untuk bersusah payah menandingi dominasi Steam ternyata adalah keinginan mereka menghadirkan game-game developer lokal di ranah internasional.

Faktor lain yang boleh jadi mendorong Tencent untuk meluncurkan WeGame secara global ialah pengumuman Valve Corporation di bulan lalu. Perusahaan Amerika itu telah menyingkap rencana untuk meluncurkan layanan Steam di Tiongkok dibantu oleh raksasa hiburan Perfect World. Namun meski Steam belum tersedia resmi di sana, platform gaming terpopuler di PC itu berhasil menghimpun banyak gamer Tiongkok.

Di bulan Desember kemarin, pemerintah Tiongkok sempat memblokir akses ke Steam Community. Laman store memang masih tetap bisa dibuka, tapi pemblokiran tersebut mengakibatkan user Tiongkok tidak bisa lagi berinteraksi dengan pemain di lokasi lain. Menariknya, berdasarkan data dari hasil survei Valve di bulan Mei 2018, lebih dari seperempat pengguna Steam memilih bahasa Simplified Chinese, mengindikasikan besarnya jumlah user asal Tiongkok.

WeGame sendiri merupakan versi upgrade dari Tencent Games Platform yang sebelumnya berhasil menghimpun lebih dari 200 juta pengguna aktif. Layanan ini juga sudah mulai memasarkan permainan-permainan populer seperti Minecraft, Stardew Valley, Rocket League, Portal Knights, serta Cities: Skylines. Dan rencananya, Monster Hunter: World PC dan Fortnite juga akan dirilis via WeGame.

Di mata gamer global, Steam memang lebih dikenal dibandding WeGame. Namun perlu Anda ketahui bahwa bulan Maret lalu, Ubisoft telah memulai kerja sama strategis dengan Tencent untuk memperluas jangkauan game-game-nya hingga ke Negeri Tirai Bambu.

Apa Saja yang Ditawarkan Layanan Berlangganan Game EA Origin Access?

Electronic Arts pernah menyatakan bahwa mereka memiliki visi untuk mengembangkan Origin agar mampu menyaingi Steam. Sayang beberapa keputusan publisher malah menuai kritik dan kontroversi, namun pelan-pelan, EA memperbaiki praktek bisnisnya. Dan di awal 2016, Electronic Arts memulai lembaran baru dengan mengumumkan program menarik khusus gamer PC.

Di pertengahan minggu ini, publisher raksasa asal Amerika itu menyingkap Origin Access, sebuah perluasan layanan Origin, memungkinkan kita menikmati berbagai judul permainan di sana secara berlangganan. EA sadar berdasarkan jumlah konten dan ekosistem, mereka masih berada di belakang Steam. Jadi selain ‘menyewakan’ video game, publisher juga telah menyiapkan penawaran eksklusif.

Dengan menjadi pelanggan Origin Access, Anda dapat mencoba permainan-permainan EA sebelum dirilis. Kemudian kita turut mendapatkan potongan harga 10 persen di Origin. Koleksi game disajikan dalam ‘wadah’ bernama The Vault. Judul-judul di sana merupakan versi full, tanpa ada pemotongan konten. Di awal peluncurannya, Electronic Arts menghimpun 15 permainan dan berjanji buat menambah lagi jumlahnya. Ini dia daftar lengkapnya:

  • Battlefield 4 Digital Deluxe
  • Dragon Age: Inquisition Digital Deluxe
  • Battlefield Hardline Digital Deluxe
  • Battlefield 3
  • SimCity
  • FIFA 15
  • Plants vs. Zombies Garden Warfare
  • Need For Speed Rivals: Complete Edition
  • Dead Space 3
  • Dragon Age II
  • Dead Space 2
  • Dragon Age: Origins – Ultimate Edition
  • Dead Space
  • The Sims 3 Starter Pack
  • This War of Mine

Mereka memang merupakan judul-judul terkuat EA, namun pertanyaannya, relakah EA melepas game-game baru seperti Star Wars Battlefront dan The Sims 4 di Origin Access? Saya berasumsi, EA pasti ingin fokus pada penjualan sebelum menghadirkannya di sana. Lalu apakah permainan ‘titipan’ publisher lain (contohnya Assassin’s Creed Syndicate dan Rainbow Six Siege) mempunyai peluang muncul di Origin Acess?

Via Origin Access, subscriber disuguhkan Play First Trials, di mana kita bisa menjajal game-game EA meskipun mereka belum diluncurkan. Penyajiannya mungkin dapat disamakan dengan Steam Early Access. Buat sekarang cuma ada satu permainan Play First Trials, yaitu Unravel, yang bisa mulai dimainkan oleh pelanggan tanggal 4 Februari 2016 nanti.

Servis berlangganan Origin sebetulnya sudah diperkenalkan di Xbox bertahun-tahun lalu, tapi saat itu ia dikenal sebagai EA Access. Pendaftaran Origin Access sendiri sudah dibuka di sejumlah negara – Amerika, Inggris, Kanada dan Jerman; konsumen hanya perlu membayar US$ 5 per bulan. Semoga ia cepat tiba di Indonesia.