Penonton Konten Facebook Gaming di Indonesia Naik 210 Persen

Saat ini, Twitch masih menjadi platform streaming game nomor satu. Meskipun begitu, pertumbuhan dari Facebook Gaming juga sangat pesat. Pada 2019, pertumbuhan viewership Facebook mencapai 210 persen jika dibandingkan dengan tahun 2018. Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan paling pesat, mencapai 210 persen, ungkap Michael Rose, Head of Southeast Asia, Games Partnerships at Facebook dalam konferensi pers yang diadakan pada 8 Mei 2020.

Di Indonesia, empat dari lima game terpopuler untuk ditonton adalah mobile game, seperti Mobile Legends, Free Fire, dan PUBG Mobile. Namun, Michael menekankan bahwa Facebook tidak fokus pada game-game tertentu saja. Dia berkata, “Kami bekerja sama dengan semua games dan mempunyai ikatan kerja sama yang erat dengan developer dan publishers seperti Moonton, Tencent, dan lain-lain untuk bersama-sama membuat game mereka berkembang dan mendukung industri esports juga. Fokus kami adalah gaming secara keseluruhan, termasuk kreator dan konten esports. Jadi kami juga mendukung turnamen dan acara-acara esports dari waktu ke waktu.”

Memang, belum lama ini, Facebook Gaming merilis fitur baru, yaitu Tournaments. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan semua pengguna untuk membuat turnamen sendiri, mulai dari proses registrasi, pengaturan bracket sampai perhitungan skor. Tidak heran jika Facebook tertarik untuk masuk ke dunia gaming. Diperkirakan industri gaming bernilai US$120 miliar. Sementara jumlah gamer di dunia mencapai 3,5 miliar orang. Di Facebook sendiri, ada 700 juta orang yang berinteraksi dengan konten gaming. Per Maret 2020, terdapat 450 ribu grup gaming dengan total pengguna aktif bulanan mencapai 160 juta orang.

facebook gaming indonesia
Data pertumbuhan Facebook Gaming di Indonesia.

Bagi orang-orang yang tertarik untuk menjadi kreator konten di Facebook Gaming, Michael menjelaskan, tersedia dua program. Pertama adalah Level Up. Program ini ditujukan untuk kreator baru yang masih ingin mengembangkan fanbase mereka. Sementara program kedua adalah Partnership, yang ditujukan untuk para kreator konten yang telah memiliki fanbase sendiri. Michael membanggakan, pemasukan yang didapatkan oleh kreator konten di Facebook Gaming sudah cukup untuk menghidupi mereka. Jadi, mereka bisa menjadikan streamer sebagai karir. Michael lalu memberikan penjelasan tentang tiga sumber pemasukan bagi streamer di Facebook Gaming.

Sumber pemasukan pertama adalah iklan berupa gambar atau video yang akan diselipkan di dalam konten sang streamer. Selain itu, kreator konten juga akan bisa mendapatkan pemasukan dari Star yang diberikan oleh penonton. Jadi, para pengguna Facebook bisa membeli sejumlah Star yang dapat mereka berikan pada streamer sebagai wujud apresiasi mereka. Para kreator lalu dapat mengumpulkan Star dan menukarnya dengan uang.

Terakhir adalah Fan Support. Fitur Fan Support serupa dengan fitur Subscribe di Twitch. Jadi, penonton akan membayar sejumlah biaya setiap bulannya. Sebagai gantinya, dia akan bisa mendapatkan akses ke konten khusus, seperti stiker atau video eksklusif. Sepanjang April 2020, telah ada 5,6 juta Star yang dikirimkan oleh penonton Indonesia pada kreator konten di Facebook Gaming.

Sumber header: Android Police

PewDiePie Tanda Tangani Kontrak Eksklusif dengan YouTube Gaming

Felix “PewDiePie” Kjellberg menandatangani kontrak eksklusif dengan YouTube Gaming. Dia membuat pengumuman ini satu tahun setelah dia melakukan streaming eksklusif di DLive, situs live-streaming berbasis blockchain.

Selama hampir 10 tahun, Kjellberg berhasil mempertahankan posisinya sebagai salah satu kreator konten paling populer di YouTube. Memiliki 104 juta subscribers, PewDiePie menjadi channel YouTube dengan jumlah subscriber terbanyak kedua. YouTube juga mengungkap, secara keseluruhan, channel PewDiePie telah mendapatkan 25 miliar view. Dengan begitu, PewDiePie menjadi channel individu yang paling sukses dalam sejarah YouTube.

“YouTube telah menjadi tempat saya selama lebih dari 10 tahun. Sekarang, saya terus mencari cara baru untuk membuat konten dan berinteraksi dengan fans di seluruh dunia. Jadi, masuk akal bagi saya untuk melakukan siaran langsung di YouTube,” kata Kjellberg, menurut laporan Insider. “Live-streaming akan menjadi fokus saya pada 2020 dan seterusnya. Bekerja sama dengan YouTube dan mencoba fitur-fitur baru dari mereka adalah prospek yang sangat menarik bagi saya.”

Menurut SuperData, pendapatan dari industri konten game pada 2019 mencapai US$6,5 miliar. Karena itu, jangan heran jika perusahaan-perusahaan teknologi raksasa tertarik untuk menyediakan platform streaming game, mulai dari Amazon dengan Twitch, Google dengan YouTube Gaming, Facebook dengan Facebook Gaming, sampai Microsoft dengan Mixer.

Setahun belakangan, Twitch, YouTube Gaming, dan Mixer juga berlomba-lomba untuk mendapatkan kontrak kerja sama eksklusif dengan streamer ternama. Misalnya, tahun lalu, Mixer sukses menjalin kerja sama eksklusif dengan Tyler “Ninja” Blevins dan Michael “Shroud” Grzesiek. Sementara YouTube Gaming berhasil menggaet Jack “CouRage” Dunlop, Lannan “LazarBeam” Eacott, Elliott “Muselk” Watkins, dan Rachell “Valkyrae” Hofstetter.

Saat ini, Twitch masih menjadi platform streaming game nomor satu, meski di Indonesia tak terlalu dikenal. Walau banyak streamer yang pindah ke platform lain, tidak sedikit streamer yang memutuskan untuk bertahan di Twitch. Salah satunya adalah Imane “Pokimane” Anys. Di tengah pandemik virus corona, penonton Twitch meningkat tajam. Faktanya, pada Q1 2020, hampir semua platform streaming game besar mengalami peningkatan total waktu tonton.

Twitch Dapatkan Hak Siar Eksklusif untuk Turnamen ESL dan DreamHack

Twitch baru saja mendapatkan hak siar eksklusif atas sejumlah turnamen yang diadakan oleh ESL dan DreamHack. Perjanjian ini berlangsung selama tiga tahun. Pada 2020, Twitch mendapatkan hak siar non-eksklusif, sementara pada 2021 dan 2022, mereka akan mendapatkan hak siar eksklusif atas konten berbahasa Inggris.

Perjanjian antara Twitch dengan ESL dan DreamHack ini mencakup turnamen-turnamen terbesar dari tiga game, yaitu Counter-Strike: Global Offensive, StarCraft II, dan Warcraft III. Jadi, Twitch akan mendapatkan hak siar atas ESL Pro League, ESL One, Intel Extreme Masters, DreamHack Masters, DreamHack Open, dan ESL National Championship. Meskipun Twitch mendapatkan hak siar eksklusif, ESL dan DreamHack menetapkan pengecualian untuk beberapa kawasan dimana mereka juga memiliki channel televisi sebagai rekan siaran mereka.

twitch hak siar eksklusif
Twitch mendapatkan hak siar eksklusif atas sejumlah turnamen yang diadakan ESL dan DreamHack.

“Kerja sama kami dengan Twitch sudah dimulai sejak 2009, ketika Twitch masih bernama Justin.tv,” kata Co-CEO DreamHack, Roger Lodewick, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Perjanjian kerja sama baru ini memperkuat hubungan kami yang terjalin berkat kolaborasi kami selama bertahun-tahun. Perjanjian ini juga membuktikan pentingnya Twitch bagi komunitas kami serta menunjukkan nilai yang diberikan oleh konten esports ESL/DreamHack pada audiens Twitch.”

Sebelum ini, ESL sempat menjalin kerja sama eksklusif dengan platform streaming game lain. Misalnya, pada 2017, ESL Pro League hanya disiarkan secara live di YouTube. Sementara pada 2018, Facebook mendapatkan hak siar atas EPL dan ESL One dalam bahasa Inggris dan Portugis. Namun, pada 2019, semua siaran ESL dan DreamHack tersedia di seluruh platform. Sementara itu, Twitch pernah menjalin kerja sama eksklusif dengan Activision Blizzard. Sayangnya, pada tahun ini, Activision Blizzard lebih memilih untuk bekerja sama dengan YouTube Gaming daripada memperpanjang kontraknya dengan Twitch.

“Dalam beberapa tahun belakangan, Twitch mendominasi dunia live streaming esports,” kata Frank Uddo, Senior Vice President for Global media, ESL, menurut laporan SportsPro. “Kami akan terus menyelenggarakan turnamen-turnamen esports terbesar di dunia. Jadi, masuk akal bagi kami untuk menjalin kerja sama dengan Twitch agar kami bisa memberikan pengalaman terbaik bagi para fans serta menjamin masa depan industri esports.”

Tencent Jadi Pemegang Saham Mayoritas Platform Streaming Game Huya

Tencent membeli 16,5 juta saham Class B di Huya, platform streaming game serupa Twitch di Tiongkok, pada awal bulan ini. Untuk membeli saham tersebut dari JOYY, perusahaan media sosial yang menjadi induk Huya, Tencent mengeluarkan US$262,6 juta (sekitar Rp4,1 triliun). Dengan ini, Tencent menjadi pemegang saham mayoritas dari Huya. Secara keseluruhan, total saham yang dimiliki oleh Tencent mencapai setidaknya 50,1 persen. Meskipun begitu, Huya tetap akan beroperasi mandiri.

Dua tahun lalu, Tencent menanamkan investasi sebesar US$461,6 juta (sekitar Rp7,2 triliun) di Huya. Menariknya, mereka melakukan hal ini kurang dari 24 jam setelah mereka mengucurkan modal sebesar US$632 juta (sekitar Rp9,8 triliun) ke Douyu, platform streaming game yang merupakan pesaing Huya, menurut laporan Games Industry. Sekarang, Tencent menjadi pemegang saham mayoritas di Douyu dan Huya. Namun, mereka juga memiliki platform streaming game sendiri, yaitu eGame. Strategi Tencent untuk menguasai industri platform streaming game di Tiongkok serupa dengan strategi mereka dalam industri game. Tencent memang sangat aktif dalma membeli saham atau mengakuisisi developer game. Pada Januari 2020, Tencent dikabarkan akan mengakuisisi Funcom, developer dari Conan Exiles.

Sebagai bagian dari perjanjian antara Tencent dan Huya, Lingdon Huang, yang menjabat sebagai General Manager for Interactive Entertainment di Tencent, akan menjadi Director dan Chairman dari dewan direktur Huya. Tak hanya itu, tiga manager Tencent lainnya — yaitu Zhi Cheng, Hai Tao Pu, dan Guang Xu — juga akan menjabat sebagai direktur di Huya.

Tencent huya
Daftar game terpopuler di layanan streaming Douyu. | Sumber: Niko Partners

 

Pada awal bulan April 2020, Niko Partners, perusahaan analis yang fokus pada negara-negara Asia, meluncurkan streaming tracker untuk game-game di Tiongkok. Tracker itu mengumpulkan data tentang game-game terpopuler di platform streaming game di negeri Tirai Bambu tersebut, seperti Huya, Bilibili, dan Douyu. Berdasarkan data Niko Partners, Honor of Kings — yang juga dikenal dengan nama Arena of Valor — menjadi game yang paling banyak ditonton. Sepanjang Maret 2020, total durasi konten ditonton dari Arena of Valor mencapai lebih dari 469 ribu jam. Di posisi kedua duduk Player Unknown’s Battleground, diikuti oleh League of Legends, lapor Game Daily.

Menariknya, dari 20 game terpopuler di platform streaming game, sebanyak 14 di antaranya merupakan game dari Tencent atau NetEase. Memang, dua perusahaan ini menguasai pasar game di Tiongkok. Pada 2019, NetEase mendapatkan pemasukan sebesar US$6,5 miliar (sekitar Rp100,8 triliun). Sementara Tencent mendapakan pemasukan 377,8 miliar yuan atau sekitar Rp856 triliun. Selain itu, data dari Niko Partners menunjukkan bahwa mobile game adalah segmen dengan pertumbuhan paling cepat di Tiongkok. Salah satu pendorongnya adalah mobile esports.

Sumber header: The Esports Observer

Karena Corona, Viewership Esports Naik Drastis

Pandemik virus corona memaksa pemerintah dari berbagai negara untuk menerapkan lockdown atau menghimbau warganya agar tetap di rumah. Selain itu, pandemik ini juga menyebabkan banyak pertandingan olahraga dibatalkan, mulai dari liga sepak bola, balapan, sampai NBA. Ini membuat para fans olahraga beralih menonton pertandingan esports. Karena itu, tidak heran jika viewership esports menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam beberapa waktu belakangan.

Pada 29 Maret – 4 April 2020, viewership dari platform streaming online seperti Twitch dan YouTube Gaming mengalami kenaikan 43 persen jika dibandingkan dengan awal tahun 2020, menurut data dari perusahaan analitik Stream Hatchet. Sementara itu, Twitch, yang masih menjadi platform streaming nomor satu, mengungkap bahwa viewership pada Maret 2020 naik 60 persen jika dibandingkan dengan viewership pada periode yang sama tahun lalu. Sepanjang Maret 2020, total durasi video ditonton Twitch mencapai 1,3 miliar juta jam, menurut data dari Nielsen.

“Kami melilhat adanya kenaikan viewership yang signifikan dari pertandingan esports,” kata Todd Sitrin, Senior Vice President, Competitive Gaming Division, EA, seperti dikutip dari Reuters. Dia menambahkan, viewership dari Apex Legends, game battle royale buatan EA, mengalami kenaikan sebesar dua sampai tiga kali lipat pada Q1 2020. “Semua olahraga tradisional harus menunda pertandingan. Jadi, kami melihat bahwa para fans olahraga berusaha untuk mencari konten hiburan lain.”

viewership esports
Viewership dari Apex Legends mengalami kenaikan yang cukup drastis. | Sumber: VentureBeat

Pertandingan esports biasanya disiarkan di platform streaming. Namun, belakangan, pertandingan esports juga disiarkan di channel televisi, seperti ESPN. Faktanya, Texas Motor Speedway, yang merupakan bagian dari eNASCAR iRacing, sukses menjadi acara esports dengan jumlah penonton terbanyak. Data dari Nielsen menyebutkan, balapan virtual tersebut ditonton oleh lebih dari 900 ribu orang.

Steve Hood, Presidet, Motorsports Games mengatakan, balapan virtual bisa menjadi wadah bagi para pembalap profesional untuk kembali beradu dengan satu sama lain tanpa harus keluar dari rumah. NASCAR bukan satu-satunya pihak yang menyelenggarakan balapan virtual sebagai pengganti balapan yang dibatalkan. Formula 1 dan Formula E juga melakukan hal yang sama.

Tidak berhenti sampai di situ, minggu lalu, ESPN mengungkap bahwa mereka juga akan menyiarkan League of Legends Championship Series, Spring Split Playoff. Charles Conroy, Vice President of Gaming, The Switch, menganggap hal ini menarik karena itu merupakan bukti bahwa channel televisi mulai tertarik untuk menyiarkan pertandingan esports yang memang ditujukan untuk fans hardcore.

Sony Tanamkan Investasi Rp6,3 Triliun ke Platform Streaming Asal Tiongkok, BiliBili

Sony menanamkan investasi sebesar US$400 juta (sekitar Rp6,3 triliun) ke BiliBili, platform hiburan asal Tiongkok yang fokus pada livestreaming, esports, musik, dan game mobile. Dengan ini, Sony menguasai 4,98 persen saham dari BiliBili, menjadikan perusahaan asal Jepang itu sebagai pemegang saham terbesar keempat setelah Alibaba Group, Tencent Holding, dan Loyal Valley Capital.

Pada tahun 2019, BiliBili masiih mengalami kerugian sebesar SU$973,5 juta (sekitar Rp15,4 triliun). Meskipun begitu, pemasukan mereka pada tahun lalu naik 74 persen menjadi US$288 juta (sekitar Rp4,6 triliun). Tidak hanya itu, BiliBili juga mengklaim, mereka memiliki jumlah pengguna aktif bulanan sebanyak 130 juta orang. Sekitar 80 persen dari total jumlah pengguna aktif BiliBili merupakan generasi muda yang terlahir pada periode 1990-2009. Keputusan Sony untuk berinivestasi di BiliBili menunjukkan rencana mereka untuk menargetkan generasi muda dan fokus pada industri hiburan di Tiongkok.

“Sony percaya bahwa Tiongkok adalah salah satu kawasan penting dalam bisnis hiburan. Menanamkan modal di BiliBili sesuai dengan strategi Sony,” kata Sony dalam pernyataan resmi, seperti dikutip dari Nikkei Asian Review. “Selain itu, Sony dan BiliBili telah membuat Business Collaboration Agreement. Dalam perjanjian ini, kedua perusahaan setuju untuk mengejar kesempatan berkolaborasi dalam industri hiburan di Tiongkok, termasuk animasi dan game mobile.”

BiliBili bisa memperkuat posisi mereka di dunia esports dengan investasi dari Sony. | Sumber: The Esports Observer
BiliBili bisa memperkuat posisi mereka di dunia esports dengan investasi dari Sony. | Sumber: The Esports Observer

Sementara itu, bagi BiliBili, investasi dari Sony ini dapat mereka gunakan untuk memperkuat posisi mereka di dunia esports. BiliBili merupakan pemilik dari salah satu tim liga League of Legends Tiongkok, yaitu Bilibili Gaming, serta tim di Overwatch League, Hangzhou Spark. Selain itu, pada tahun lalu, mereka berhasil mendapatkan hak siar atas liga League of Legends World Championship, mengalahkan para pesaingnya.

CEO dan Chairman BiliBili, Chen Rui berkata bahwa melalui kerja sama dengan Sony, BiliBili akan berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar mereka dalam bisnis animasi dan game mobile di Tiongkok. Dia berkata, “Kami tidak sabar bekerja sama dengan Sony untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan yang terus naik di Tiongkok.”

Menurut Niko Partners, grup analis industri game yang fokus pada pasar Asia, investasi Sony pada BiliBili akan memperkuat hubungan antara kedua perusahaan. “Investasi ini adalah kerja sama berikutnya setelah Sony Music menggandeng BiliBilli untuk menyediakan video dan musik di Tiongkok,” ujar Lisa Hanson, analis di Niko, pada GameDaily.

Lebih lanjut Hanson berkata, “BiliBili juga merupakan publisher dari Fate/Grand Order di Tiongkok, game RPG populer yang dikembangkan oleh Aniplex, anak perusahaan Sony. Sony juga memiliki beberapa perusahaan animasi seperti Funimation, yang bisa menyediakan konten sesuai selera audiens BiliBili. Pengguna BiliBili adalah generasi Z, mereka merupakan fans dari anime, komik, dan game. Dari investasi ini, Sony bisa mendapatkan banyak keuntungan.”

Sumber header: China Daily

Masih Beta, Valorant Pecahkan Rekor Jumlah Penonton Twitch

Game terbaru dari Riot Games, Valorant, telah diluncurkan, walau baru masih dalam tahap beta. Menariknya, game tersebut berhasil mendapatkan 1,7 juta concurrent viewers di Twitch. Sejauh ini, hanya dua game yang berhasil mencapai rekor 1,7 juta concurrent viewers, yaitu League of Legends pada World Championship tahun lalu dan Fortnite pada akhir Season 10.

Salah satu rahasia di balik kesuksesan Valorant untuk menarik begitu banyak penonton adalah cara Riot Games membagikan beta keys. Mereka tidak membagikan beta keys secara random begitu saja. Mereka memberikan beta keys secara random pada orang-orang yang menonton konten streaming Valorant. Tentu saja, hal ini akan membuat banyak orang tertarik untuk menonton konten Valorant, menurut PC Gamer. Namun, tidak sedikit juga orang yang berusaha berbuat curang dengan menggunakan lebih dari satu akun Twitch saat menonton konten Valorant, lapor Dot Esports.

valorant twitch
Riot menggaet sejumlah streamer ternama untuk menyiarkan konten Valorant. | Sumber: PC Gamer

Alasan lain mengapa konten Valorant begitu diminati adalah karena Riot menggandeng sejumlah streamer ternama, seperti TimTheTatman, xQc, Summit1g, DrLupo, Myth, dan Pokimane, untuk menyiarkan konten game barunya. Menariknya, Riot mengatakan bahwa mereka tidak membayar para streamer tersebut untuk membuat konten Valorant, seperti yang disebutkan oleh Kotaku. Mereka hanya mengundang streamer ke acara online dan mengadakan wawancara dengan streamer yang menunjukkan ketertarikan pada game tactical shooter terbaru mereka.

Memanfaatkan momentum ini, Game Director, Riot Games, Joseph Ziegler mengungkap bahwa mereka masih akan memberikan beta keys setelah peluncuran versi beta dari Valorant pada 7 April 2020.

“Untuk menjawab pertanyaan banyak orang, kami masih akan membagikan beta keys sepanjang minggu ini, dan kemungkinan, pada minggu-minggu berikutnya,” kata Ziegler melalui akun Twitter resminya. “Jumlah beta keys yang kami bagikan tidak pasti. Kami menentukan jumlah beta keys berdasarkan berapa banyak orang yang sedang bermain dibandingkan dengan kapasitas maksimal game. Dengan kata lain, jika Anda belum bisa mencoba Valorant, Anda masih memiliki kesempatan besar untuk memainkannya.”

Salah satu streamer yang sempat mencoba Valorant adalah Michael “Shroud” Grzesiek, mantan pemain Counter-Strike: Global Offensive profseional. Dia mengatakan, Valorant adalah game yang luar biasa. Faktanya, saat ini, organisasi esports seperti T1 telah mulai merekrut pemain CS:GO untuk membuat tim Valorant.

Facebook Gaming Rilis Fitur Baru, Tournaments

Facebook Gaming meluncurkan fitur baru, yaitu Tournaments. Seperti namanya, fitur ini memungkinkan pengguna untuk membuat turnamen esports, mulai dari proses registrasi, seeding, pengaturan bracket, sampai penghitungan skor. Melalui fitur Tournaments, seseorang juga bisa mengikuti kompetisi yang diadakan oleh pengguna lain. Fitur Tournaments mengakomodasi berbagai format pertandingan, seperti single-elimination, double-elimination, dan round-robin.

Tournaments terintegrasi langsung ke Facebook Gaming, lapor The Verge. Jadi, seseorang bisa mengadakan turnamen dan langsung menyiarkan jalannya pertandingan ke platform streaming game tersebut. Jika mereka ingin menggalang dana, mereka juga bisa menggunakan berbagai tool yang telah disediakan oleh Facebook. Menariknya, Tournaments bisa digunakan oleh semua orang untuk membuat berbagai jenis turnamen esports, mulai dari tingkat amatir sampai profesional.

Facebook Gaming mengatakan, mereka telah mengembangkan fitur Tournaments selama beberapa waktu. Mereka memutuskan untuk meluncurkan fitur tersebut lebih cepat agar orang-orang yang tidak bisa keluar rumah karena pandemi virus corona tetap bisa bersosialisasi dengan teman dan keluarga mereka, ungkap Mina Abouseif, Head Engineer dari Facebook Gaming Tournaments.

Facebook gaming tournaments
Facebook Gaming Tournaments bisa digunakan oleh siapa saja. | Sumber: Facebook Gaming

“Facebook Gaming bertujuan untuk membesarkan komunitas gaming di dunia,” kata Abouseif pada GamesBeat. “Dan turnamen, mulai dari amatir sampai profesional, selalu menjadi bagian penting dari ekosistem gaming. Baik turnamen kasual yang hanya diikuti oleh teman dan keluarga seseorang, turnamen yang diadakan oleh kreator konten untuk penonton mereka, sampai turnamen yang diikuti oleh organisasi esports profesional, semua ini adalah bagian penting dari ekosistem gaming.”

Sebelum pandemi virus corona, Abouseif sendiri sering bermain game sepak bola FIFA dengan teman-temannya. Mereka bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk bermain. Sayangnya, kini mereka tidak lagi bisa melakukan itu. Melalui Tournaments, Abouseif berharap dia bisa kembali terhubung dengan teman-temannya, walau hanya melalui dunia digital.

“Kami sadar bahwa ada banyak penyelenggara turnamen yang menggunakan Facebook Events dan Pages serta Group untuk mempromosikan kompetisi yang mereka adakan,” ujar Abouseif. “Biasanya, para penyelenggara turnamen membutuhkan beberapa tools yang berbeda untuk menentukan bracket dan menghubungi para peserta. Dengan Tournaments, kami ingin memudahkan para penyelenggara turnamen untuk menggelar kompetisi esports.”

Abouseif menjelaskan, pada awalnya, Facebook Gaming mengembangkan Tournaments untuk pertandingan esports offline. Mereka bahkan sempat menguji fitur ini ke sejumlah kampus. Namun, pandemi COVID-19 membuat turnamen esports hanya bisa diselenggarakan secara online.

Saat ini, persaingan antara platform streaming game semakin memanas. Meskipun Twitch masih menjadi platform streaming game nomor satu, Facebook Gaming mengalami pertumbuhan yang sangat pesat pada tahun lalu. Ini memunculkan dugaan bahwa Facebook Gaming akan mendisrupsi pasar pada tahun 2020.

Total Waktu Tonton Twitch Capai 3 Miliar Jam Pada Q1 2020

Di tengah himbauan untuk tidak keluar rumah akibat pandemi virus Corona, semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya dengan bermain game. Hal ini terlihat dari jumlah pengguna concurrent Steam yang terus naik selama beberapa minggu belakangan. Selain bermain game, menonton streaming game menjadi kegiatan lain yang dilakukan oleh banyak orang. Menurut laporan dari StreamLabs dan Stream Hatchet tentang industri live streaming, jumlah penonton di Twitch, YouTube, dan Facebook mengalami kenaikan pada Q1 2020. Untuk pertama kalinya, total jam tonton di Twitch menembus 3 miliar jam dalam kurun waktu empat bulan.

Secara keseluruhan, pada Q1 2020, total durasi video ditonton di Twitch mencapai 3,1 miliar jam, naik 17 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Memang, belakangan, penonton Twitch mengalami kenaikan pesat. Tidak hanya durasi menonton Twitch yang meningkat, tapi juga jumlah channel unik. Jumlah channel di Twitch naik 33 persen dari kuartal sebelumnya. Sementara jumlah penonton concurrent Twitch mencapai 1,4 juta orang. Ini merupakan rekor jumlah penonton concurrent tertinggi dalam satu kuartal, lapor Game Industry.

Twitch bukanlah satu-satunya platform streaming yang jumlah penontonnya bertambah. YouTube Gaming dan Facebook Gaming juga mengalami pertambahan jumlah penonton. Secara total, durasi video ditonton YouTube Gaming naik 13 persen, menjadi 1,1 miliar jam. Sementara jumlah penonton conccurrent mencapai hampir 500 ribu orang, yang merupakan rekor jumlah penonton concurrent untuk YouTube. Sementara untuk Facebook Gaming, total waktu tonton naik menjadi 554 juta jam.

Satu-satunya platform streaming game yang tidak mengalami kenaikan total waktu tonton adalah Mixer dari Microsoft. Sepanjang Q1 2020, total durasi video ditonton di platform tersebut hanya mencapai 81 juta jam, turun 7,3 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Sementara jumlah penonton concurrent juga mengalami penurunan sebesar lima persen. Memang, sejak Q2 2019, jumlah total waktu tonton dan jumlah penonton concurrent di Mixer terus mengalami penurunan. Padahal, Mixer telah menandatangani kontrak eksklusif dengan sejumlah streamer ternama, sepreti Tyler “Ninja” Blevins dan Michael “Shroud” Grzesiek.

Menariknya, sepanjang Februari dan Maret, ketika semakin banyak negara yang menetapkan status lockdown atau menghimbau masyarakatnya untuk tidak keluar rumah demi meminimalisir penyebaran virus COVID-19, total waktu tonton video di semua platform streaming game naik. Twitch mengalami kenaikan 23 persen, YouTube Gaming 10 persen, Facebook Gaming 4 persen, dan Mixer hampir 15 persen. Memang, karena banyak kegiatan olahraga yang dibatalkan akibat Corona, esports menjadi konten alternatif untuk ditonton oleh para fans olahraga.

Microsoft Rombak Desain Mixer, Tambahkan Fitur Baru

Sekarang, orang-orang tidak hanya suka bermain game, tapi juga menonton orang lain bermain game. Menurut SuperData, nilai industri streaming game pada 2019 mencapai US$6,5 juta. Karena itu, jangan heran jika ada perusahaan-perusahaan teknologi yang tertarik untuk mengembangkan platform streaming game. Salah satunya adalah Microsoft yang membuat Mixer.

Tahun lalu, Mixer berhasil mendapatkan kontrak eksklusif dengan beberapa streamer ternama, seperti Michael “Shroud” Grezesiek dan Soleil “Ewok” Wheeler. Sayangnya, walau jumlah streamer dan penonton di Mixer bertambah, mereka masih belum bisa mengalahkan Twitch yang memang masih menjadi platform streaming nomor satu.

Meskipun begitu, Microsoft masih belum menyerah. Mereka baru saja melakukan beberapa perubahan pada Mixer. Salah satu hal yang mereka lakukan adalah merombak halaman utama Mixer. Sekarang, video para streamer akan terlihat semakin menonjol di halaman utama Mixer. Selain itu, Mixer juga akan memberikan konten rekomendasi dari AI serta rekomendasi dari tim Mixer berdasarkan selera Anda.

Mixer rombak desain
Tampilan baru Mixer.

Mixer juga meluncurkan beberapa fitur baru, seperti Auto-hosting. Sebelum ini, fitur tersebut hanya bisa digunakan oleh streamer yang menjadi rekan Mixer. Sekarang, semua streamer akan bisa menggunakan fitur Auto-hosting. Dengan fitur ini, seorang streamer akan bisa menampilkan konten dari streamer lain di channel mereka ketika mereka tidak melakukan siaran langsung. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesempatan sebuah channel ditemukan oleh audiens. Jika Anda menyukai sebuah channel, kemungkinan, Anda juga akan menyukai konten yang ditampilkan di channel tersebut ketika sang streamer sedang tidak aktif.

Fitur baru lainnya yang ada di Mixer adalah Ad Break. Saat ini, fitur tersebut masih dalam tahap beta. Secara teori, Ad Break memungkinkan semua streamer rekan Mixer untuk memanfaatkan model monetisasi yang ada di platform streaming tersebut. Namun, masih belum diketahui apakah fitur ini memang benar akan membantu para streamer.

Mixer juga melakukan beberapa perubahan kecil, seperti memperbaiki grafik emote. Sekarang, emote di Mixer memiliki 28×28 pixel, sama seperti Twitch. Mereka juga melakukan perubahan pada antarmuka notifikasi serta partner badge. Microsoft juga menambahkan sejumlah fitur baru untuk memudahkan pemilik Xbox untuk mengakses channel favorit mereka di Mixer.

Sumber: Dot Esports, The Verge

Sumber header: Thurrott