Mode Baru PUBG Bakal Gabungkan Elemen FPS dan Auto-Battler?

PUBG tampaknya akan mendapatkan mode baru. Berdasarkan informasi bocoran yang beredar, mode baru dari PUBG tersebut akan menggabungkan elemen FPS dan Auto Battler. Informasi ini berasal dari PlayerIGN. Dalam sebuah video, dia memberikan penjelasan tentang mode baru PUBG, yang saat ini menggunakan nama kode Vostok.

Dalam mode Vostok, para pemain akan beradu dengan satu sama lain dalam pertandingan 1v1. Masing-masing pemain akan memiliki 3 nyawa. Setiap seorang pemain kalah, maka dia akan kehilangan nyawanya. Ketika ketiga nyawanya sudah habis, maka dia akan dianggap kalah. Semua pemain akan saling bertanding dengan satu sama lain hingga hanya 1 pemain yang tersisa, yang merupakan ciri khas genre battle royale.

Namun, mode baru dari PUBG ini juga memiliki elemen FPS. Pemain yang menang akan mendapatkan bonus uang sehingga mereka bisa membeli senjata dan peralatan yang lebih bagus, sama seperti mekanisme yang digunakan di Counter-Strike: Global Offensive. Besarnya bonus yang didapatkan oleh pemain ditentukan berdasarkan dari performa mereka dalam ronde sebelumnya. Para pemain akan bisa langsung membeli senjata atau peralatan baru atau menyimpan uang mereka sehingga mereka bisa membeli senjata yang lebih mahal di ronde-ronde akhir.

Mengingat informasi tentang mode baru dari PUBG ini masih belum resmi, belum diketahui apakah mode tersebut memang akan diluncurkan. PlayerIGN merasa, jika mode gabungan FPS dan Auto-Battler ini dirilis, mode tersebut baru akan bisa dimainkan pada pertengahan Update 8.3 atau bahkan pada awal Season 9.

Beberapa bulan lalu, PUBG juga memperkenalkan fitur bots, yang berfungsi untuk membantu para pemain baru belajar cara memainkan game tersebut. Dalam sebuah surat terbuka, Joon H. Choi, Lead Project Manager, PUBG Console Team mengungkap bahwa semakin banyak pemain baru yang terbunuh di awal pertandingan. Tak hanya itu, mereka bahkan tidak dapat melukai para pemain lain.

Hal ini akan membuat para pemain baru kesulitan untuk belajar menjadi lebih baik. Karena itu, PUBG menambahkan fitur bots dengan harapan para pemain baru akan bisa mempelajari mekanisme pertarungan di PUBG tanpa harus khawatir akan dibunuh oleh para pemain veteran.

Pada Juli 2020, PUBG Corp. meluncurkan PUBG Update 8.1. Ketika itu, mereka juga mengungkap pencapaian PUBG sebagai game. Per Juli 2020, game tersebut telah terjual sebanyak 70 juta kopi sejak diluncurkan pada 2017. Dengan menambahkan mode baru yang menggabungkan elemen FPS dan Auto-Battler, hal ini akan dapat membuat PUBG menjadi semakin populer di kalangan para fans kedua genre tersebut.

Sumber: PCGN, GamesRadar

Sukses Sebagai Atlet Esports, Pria Ini Dapat Kewarganegaraan Malaysia

Atlet esports Muhammad Aiman Hafizi Ahmad akhirnya resmi menjadi warga negara Malaysia pada 1 September 2020. Terlahir pada 17 Agustus 2020 di Taiping, Perak, Aiman memiliki ibu dengan kewarganegaraan Indonesia. Dia lalu diadopsi oleh keluarga Malaysia tak lama setelah dia dilahirkan. Kemudian, orangtua angkat Aiman mendaftarkan kelahiran Aiman menggunakan sertifikat lahir dari Departemen Registrasi Nasional (NRD). Sayangnya, ketika itu, Aiman dinyatakan bukan warga negara Malasia.

Aiman tumbuh besar di Perak, Malaysia. Pada 2012, ketika Aiman berumur 12 tahun, orangtua angkat Aiman — Ahmad Sidin dan Masniah Ramli — mencoba untuk mendaftarkan Aiman sebagai warga negara Malaysia atas dasar Konstitusi Federal Artikel 15. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa semua orang dengan keadaan spesial memiliki kesempatan untuk menjadi warga negara Malaysia selama mereka masih berumur di bawah 21 tahun. Hanya saja, pada 2015, permintaan tersebut ditolak tanpa alasan.

pemain esporst malaysia
Aiman (kedua dari kanan) di PMNC Malaysia National Championship. | Sumber: Malay Mail

Pada 2017, orangtua Aiman kembali mencoba untuk mendaftarkannya sebagai warga negara Malaysia. Aiman mulai meniti karir sebagai pemain profesional pada 2018. Dia bermainn PUBG bersama dengan tim AROV Esports. Pada 2019, tim tersebut lolos babak kualifikasi untuk maju ke turnamen regional. Sayangnya, Aiman tidak bisa ikut bersama timnya. Alasannya, Aiman tidak punya paspor karena dia dianggap tidak punya kewarganegaraan.

Masih pada 2019, Aiman berhasil menjadi bagian dalam tim esports VIP Squad. Dia dan timnya mampu lolos ke turnamen Call of Duty di Singapura. Sekali lagi, Aiman tak bisa pergi karena ketiadaan paspor, walau turnamen itu akhirnya dibatalkan karena pandemi COVID-19. Aiman mengaku, dia sempat ingin menyerah sebagai atlet esports karena dia tidak bisa bertanding di luar Malaysia. Setelah dia mendapatkan kewarganegaraan Malaysia, dia tak lagi perlu khawatir tentang paspor.

“Saya senang dan sangat berterima kasih karena diberikan kewarganegaraan Malaysia,” kata Aiman pada Malay Mail. “Sebelum saya dinyatakan sebagai warga negara Malaysia, saya tidak bisa melakukan apapun yang ingin saya lakukan. Sekarang, saya merasa punya harapan baru.”

Dukungan pemerintah memang punya peran penting dalam mengembangkan industri esports di sebuah negara. Misalnya, di Tiongkok, pemerintah telah mengakui esports professional dan esports operator sebagai pekerjaan resmi. Tak hanya itu, mereka juga memberikan fasilitas khusus pada sejumlah atlet esports resmi, seperti fasilitas pendidikan dan kemudahan VISA.

PUBG Sudah Terjual 70 Juta Kopi Sejak Tahun 2017

Kemarin, 14 Juli 2020, PUBG mengumumkan bahwa game Battle Royale PC yang dibesut oleh Brendan Greene sudah terjual 70 juta kopi sejak rilis pertama kali tahun 2017 lalu. Seiring dengan pencapaian ini, PUBG Corp. juga menyajikan konten dan pembaruan yang menarik terhadap game tersebut.

Sebelumnya kita sudah melihat rework untuk dua map, Erangel dan Vikendi. Kini berbarengan dengan pencapaian tersebut, PUBG Corp. juga umumkan Season 8 yang hadir bersamaan dengan rework map Sanhok. Dalam sebuah video trailer, PUBG Corp. menunjukkan beberapa titik-titik perubahan penting di Sanhok.

Preview dibuka dengan menunjukkan bangunan peninggalan di area Cave yang kini bersih dari berbagai alat-alat ekskavasi. Juga ditunjukkan penambahan jembatan gantung pada area lembah Sanhok, yang tentu nantinya akan menjadi pusat pertempuran. Adegan selanjutnya menunjukkan Loot Drop turun yang terlihat seperti Ruins, karena berupa area dengan banyak candi-candi.

Mengutip dari Dot Esports, rework map Sanhok akan hadir untuk PUBG Update 8.1. Update tersebut akan tersedia untuk PUBG Test Server platform PC mulai dari 15 Juli 2020, dan PUBG Test Server platform konsol pada 20 Juli 2020. Update 8.1 sendiri akan rilis secara penuh tanggal 22 Juli di PC via Steam dan 30 Juli untuk konsol Xbox One, PS4, dan Stadia.

Sudah tiga tahun berlalu sejak Playerunknown’s Battleground (PUBG) rilis pertama kalinya untuk para gamers platform PC. Rilis pertama Maret 2017 lalu dalam fase beta, PUBG dengan genre baru yang segar berhasil menarik hati banyak para pemain game di PC. Kesuksesan PUBG membuat banyak pengembang jadi meniru jejaknya. Epic Games jadi membuat Fortnite Battle Royale, Ubisoft membuat Hyper Scape, bahkan memincut Tencent untuk membuat PUBG Mobile.

Jumlah penjualan tersebut tentunya tidak berbanding lurus dengan keadaan PUBG sekarang. Mengutip Statista, PUBG mencatatkan 546.000 orang pemain terbanyak di saat bersamaan (Concurrent Users) pada bulan kemarin. Angka tersebut jadi terlihat kecil, karena PUBG pernah mencatatkan 3,24 juta orang bermain di saat bersamaan pada bulan Januari 2018 lalu.

Walau demikian, brand PUBG sebagai ikon battle royale masih bertahan hingga sekarang. Ini terlihat salah satunya dari kesuksesan Tencent, yang tuai 3 miliar Rupiah pendapatan dari PUBG Mobile, sejak rilis untuk pertama kalinya pada Maret 2018 lalu. Dengan rework Sanhok, mampukah PUBG kembali ke masa kejayaannya sebagai raja game Battle Royale di PC?

PUBG Continental Series Resmi Gantikan PUBG Global Championship 2020

PUBG Global Championship adalah gelaran puncak dari turnamen PUBG tingkat internasional. Di waktu bersamaan, keberlangsungan liga di beberapa region harus dihentikan dengan alasan kesehatan yang mendesak. Region Eropa, Tiongkok, dan Amerika Utara adalah beberapa liga yang harus dihentikan ketika masih berjalan. Protokol kesehatan yang perlu diterapkan secara ketat sangat berdampak pada gelaran esports di lingkup global.

Sekalipun beberapa liga dihentikan saat masih berlangsung, PUBG Esports tetap memberikan kompensasi bagi tim-tim yang bertanding. Kompensasi dibagikan dari besaran prizepool dan disesuaikan dengan capaian masing-masing tim sampai liga dinyatakan berhenti.

New Vikendi | via: PUBG.com
New Vikendi | via: PUBG.com

Bermula dari merebaknya virus COVID-19 di awal tahun 2020 ini, bulan Februari diputuskan jika gelaran PUBG Global Championship dibatalkan. Sebagai gantinya PUBG Esports memperkenalkan PUBG Continental Series. Sistem region yang sudah ada sebelumnya dirombak kembali menjadi 4 region : Amerika Utara, Eropa, Asia, dan Asia Pasifik

PUBG Continental Series dibuka dengan turnamen invitational bertajuk PCS Charity Showdown yang berlangsung 14 – 31 Mei 2020 yang lalu. Hadiah sebesar US$ 200.000 akan diperebutkan dan kemudian juga didonasikan oleh tim yang keluar sebagai pemenang dari masing-masing region.

feat pabji3-711x400

Sedangkan secara berturut-turut PCS Charity Showdown dimenangkan oleh Oath Gaming dari region Amerika Utara, Northern Lights dari region Eropa, Tianba Gaming dari region Asia, dan DivisionX Gaming dari region Asia Pasifik.

Tim Victim FTF adalah wakil dari Indonesia yang berlaga pada PCS Charity Showdown region Asia Pasifik. Hanya saja tim Victim FTF belum dapat memberikan performa terbaiknya dengan menduduki urutan ke-11.

Berlanjut ke pertengahan tahun 2020, kita akan disajikan gelaran PCS seri 1 dan 2. Turnamen akan berlangsung selama 2 minggu dengan rotasi 5 map per harinya. Ada 16 slot yang akan diperebutkan melalui tahapan kualifikasi nasional. Tidak seperti Thailand dan Vietnam yang memiliki masing-masing 5 slot, Indonesia hanya memiliki 2.

Exclusive In Game Items PCS | via: pubgesports.com
Exclusive In Game Items PCS | via: pubgesports.com

Lebih jauh lagi tentang gelaran PCS, PUBG Esports menghadirkan kembali fitur Pick’Em Challenge. Fitur yang sama sudah pernah diterapkan di gelaran PGC tahun 2019. Melalui fitur tersebut penonton akan berkesempatan mendapatkan in-game item eksklusif selama gelaran PCS.

PUBG Esports juga membuka kesempatan kepada fans untuk mendukung skena esports PUBG. Sebelum dan PCS digelar, melalui penjualan exclusive in-game item, Anda dapat menambahkan besaran prize pool. Sebagian profit yang terkumpul akan terdistribusi ke dalam prize pool di 4 region yang ada.

Alasan Para Pemilik Tim Esports Memutuskan untuk Keluar dari Ranah Kompetitif PUBG

Nasib yang sangat berbeda dengan versi mobile-nya, PUBG esports di tahun 2019 mengalami banyak hal buruk yang salah satunya adalah keluarnya PUBG Corp. Esports Director yaitu Jake Sin. Banyaknya tim papan atas akhirnya memutuskan untuk membubarkan roster PUBG mereka di akhir tahun 2019. Para tim tersebut beralasan bahwa PUBG sulit untuk dikomersialkan, minimnya komunikasi dan support dari developer. Bahkan Andrey “Reynad” Yanyuk selaku CEO dari  Tempo Storm secara gamblang menyalahkan PUBG Corp. pada Tweet-nya saat pengumuman pembubaran roster PUBG mereka.

Melalui wawancara dengan Esports Insider, Matt Dilon selaku CEO dari Ghost Gaming dan Shawn Pellerin selaku Co-Owner dari Spacestation Gaming memberikan alasan mereka tentang keputusan untuk keluar dari ranah kompetitif PUBG.

Matt Dillon memberitahu bahwa pada Januari 2019, PUBG Corp. memberikan pengumuman mengenai tim yang berhasil terkualifikasi ke National PUBG League akan mendapatkan custom in-game skins. “Melihat penjualan skin-nya dan revenue sharing untuk PUBG Global Invitational, saya mengira setidaknya Ghost Gaming akan mendapatkan uang sebanyak US$50.000.” Shawn Pellerin juga mendapatkan janji akan dibuatkan satu set skin beserta weapon skins dari PUBG Corp. Sayangnya, hal tersebut tidak pernah terjadi.

Permasalahan komunikasi antar PUBG Corp. dengan para organisasi tim esports juga menjadi penghalang. Matt Dillon menceritakan bahwa PUBG Corp. sangat lambat memberikan respon. Para tim dibuat menunggu berminggu-minggu untuk mendapatkan balasan dari penyelenggara turnamen. Tetapi Matt Dillon tidak ingin sepenuhnya menyalahkan para staf NPL. Menurutnya, ini adalah kesalahan PUBG Central (Korea Selatan) karena tidak menyewa jasa agency untuk membantu dalam pengambilan keputusan di NPL.

Sumber: EgamersWorld
Sumber: EgamersWorld

Shawn Pellerin menambahkan bahwa semua informasi mengenai liga tersebut mereka dapatkan dari pengumuman di Twitter. Karena PUBG Corp. tidak melakukan komunikasi apapun dengan para tim dan mereka tidak pernah diminta feedback. 

Bantuan yang diberikan juga sangat minim. Shawn Pellerin menceritakan bahwa beberapa pemain hanya mengandalkan uang hadiah yang kecil. Para tim dan pemain selalu tidak diperhatikan oleh PUBG Corp. Pada akhirnya, kedua pemilik tim ini memutuskan untuk meninggalkan ranah kompetitif PUBG. Shawn Pellerin menjelaskan, “kami memutuskan untuk keluar setelah mendengar rumor bahwa liga ini tidak didukung lagi oleh OGN. Dan hal ini tidak pernah diberi tahu oleh PUBG Corp. kepada kami.”

PUBG SEA Series Jadi Jalan Menuju Kejuaraan Dunia

Beberapa waktu yang lalu, kita sempat mendengar soal perubahan struktur kompetisi PUBG (Steam) secara internasional. Salah satu perubahan yang paling terasa adalah hilangnya liga untuk regional Eropa (EU) dan Amerika (NA). Penyebabnya mungkin karena format kompetisi liga untuk PUBG tidak berjalan dengan lancar di sana. Mereka mencoba membangun hype dengan menjual skin spesial liga dengan sistem bagi hasil kepada tim peserta, namun cara itu juga kurang berhasil.

Namun demikian, struktur tersebut tidak banyak berubah jika kita bicara ajang kompetitif skala regional SEA. Tahun lalu kita punya PUBG SEA Championship, yang jadi ajang unjuk gigi tim PUBG se-Asia Tenggara, termasuk wakil Indonesia Victim Esports. Tahun ini, walau masih menggunakan struktur yang kurang lebih sama, namun kompetisi tersebut kini hadir dengan membawa nama PUBG SEA Series (PSS).

Sumber: Geek Events Official Release
Sumber: Geek Events Official Release

Kompetisi tingkat SEA kini juga berubah jadi hanya memiliki format online saja. Turnamen ini terbuka hanya untuk tim dari empat negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Bagi Anda yang ingin mengikutinya, Anda bisa segera mendaftar di tautan pubg.geekevents.asia, dengan batas akhir pendaftaran pada tanggal 8 Februari 2020 mendatang.

Nantinya, empat tim terbaik dari gelaran PSS akan bertanding di tingkat yang lebih tinggi, yaitu PUBG Global Series Berlin Asia Pacific Region (PGS Berlin APQ). Dalam gelaran PGS Berlin APQ, peserta dari PSS akan diadu lagi dengan masing-masing 4 tim dari kompetisi tingkat tinggi di regional Asia Pasific, termasuk PUBG Master League (PML – Chinese Taipei), PUBG Thailand Series (PTS), dan PUBG Vietnam Series (PVS).

Setelah melalui kompetisi di PGS Berlin APQ, tim-tim tersebut nantinya akan melaju ke tingkat yang lebih tinggi lagi, yaitu kompetisi tingkat internasional, PUBG Global Series Berlin 2020 (PGS Berlin). Sebelumnya PUBG juga sempat mengumumkan lebih lanjut terkait struktur kompetisi di tahun 2020 ini. Tahun ini, PUBG mencoba untuk lebih merapihkan sistem sirkuit kompetisi PUBG secara global.

Sumber: Official PUBG
Sumber: Official PUBG

Pada pengumuman tersebut PUBG Corp. mengatakan bahwa mereka akan mengadakan 3 gelaran PGS di tahun 2020, dan 1 gelaran PUBG Global Championship (PGC) sebagai puncak tertinggi kancah kompetitif PUBG global. PGS mempertandingkan 32 tim, sementara PGC mempertandingkan 16 tim saja.

Empat besar gelaran PGS secara otomatis melaju ke PGS selanjutnya. Jika tim tersebut berhasil menempati empat besar di PGS ketiga, maka ia berhak melaju ke PGC 2020. Bagaimana dengan sisa 12 slot lainnya di PGC 2020? Untuk mengisinya, PUBG Corp. menjumlahkan poin Kill/Chicken Dinner yang didapat dari tiga PGS yang diikuti oleh tim. Setelahnya 12 tim dengan poin tertinggi akan secara otomatis melaju ke PGC 2020.

Babak final PUBG SEA Series akan diselenggarakan secara online pada tanggal 16 Februari 2020 mendatang. Setelah itu kompetisi lalu dilanjut dengan PGS Berlin APQ, dan ditutup dengan gelaran PUBG Global Series: Berlin yang diadakan pada 31 Maret sampai 12 April 2020 mendatang.

Melihat Sistem Bagi Hasil Penjualan Skin di Esports PUBG yang Kurang Berhasil

Playerunkown’s Battleground (PUBG – Steam) memulai kemunculannya lewat mod Arma III. Ketika itu, kehadiran mod tersebut ternyata berhasil menarik minat para gamers, karena model permainan yang sangat baru dan ternyata seru, yaitu Battle Royale. Walau berhasil meledak pada awalnya, namun popularitas game ini di PC berangsur menurun. Hype game ini coba dipertahankan lewat esports, namun berakhir kurang sukses dengan jumlah penurunan penonton yang cukup drastis.

Secara esports, tahun 2019 merupakan tahun yang cukup buruk bagi PUBG PC. Secara struktur, PUBG hadir lewat enam liga regional, dan tiga regional kompetitif tambahan. Mengutip Esports Insider, walau liga tersebut terlihat megah dari luar, namun ternyata berbagai pertandingan tersebut datang dengan beberapa masalah. Beberapa di antaranya seperti sedikitnya jumlah penonton, jadwal pertandingan yang ngaret, dan berbagai masalah lainnya.

Tak sampai situ saja, ternyata sistem bagi-hasil pembelian in-game item untuk esports PUBG juga mengalami masalah. Bagi Anda yang belum tahu PUBG sempat menerapkan sistem bagi-hasil untuk setiap pembelian merchandise digital terkait pada kompetisi seperti National PUBG League di Amerika Serikat, PUBG Europe League, atau PUBG Global Championship.

Sumber: PUBG Official
Sumber: PUBG Official

Pada artikel tersebut, Esports Insider juga mengungkap berapa angka hasil penjualan merchandise digital dari beberapa gelaran esports PUBG. Satu yang paling terasa adalah National PUBG League di Amerika Serikat. PUBG Corp menyediakan bermacam in-game item dari beberapa fase liga NPL berjalan. Pada fase dua, total yang didapatkan tim peserta masih lumayan, walau terbilang rendah untuk sebuah liga profesional.

Pada fase 2, NPL menjual jaket digital seharga US$9.99 (sekitar Rp136 ribu) dan berhasil meraup pendapatan total sebesar US$21.498,01 (sekitar Rp293 juta). Penyelenggara lalu membagi 25 persen pendapatan sebesar US$5.374,50 (sekitar Rp73 juta), kepada 16 tim peserta liga. Ini artinya masing-masing peserta hanya menerima US$335,91 (sekitar Rp4,5 juta) saja.

Pendapatan fase tiga malah lebih menurun lagi. Pada fase ini, PUBG Corp menghadirkan tongkat baseball NPL. Dengan besaran bagi hasil yang sama, yaitu 25 persen, besaran yang didapat adalah US$2775,84 (sekitar Rp37 juta). Jumlah tersebut kembali dibagi 16 peserta liga, yang berarti masing-masing tim hanya menerima sebesar US$173,49 (sekitar Rp2,3 juta).

Melihat angka penghasilan yang didapat tim tersebut, ditambah jumlah viewership yang terus menurun, tak heran jika PUBG secara esports terbilang kurang sukses pada 2019 kemarin. Dari sisi penjualan game, PUBG mungkin masih mendulang cukup hasil, karena mereka masih bisa menjual 4,7 juta kopi pada 2019 lalu.

Lalu, apa berikutnya bagi PUBG? Sebenarnya cukup menarik jika melihat esports PUBG secara keseluruhan. Sementara PUBG Mobile sedang mendulang popularitas perhatian khalayak internasional, PUBG PC malah sedang terseok-seok dengan segala masalahnya. Tahun 2020, PUBG Corp, sudah mengumumkan struktur terbarunya. Satu yang cukup terasa adalah hilangnya liga dari dalam struktur. Apakah ini akan memberikan hasil yang baik? Sebagai salah satu penggemar game PUBG, saya hanya bisa berharap yang terbaik saja bagi pionir game Battle Royale di PC ini.

Sumber header: PUBG Official

Pemerintah Jerman jadi yang Pertama Keluarkan Visa untuk Esports

Pada tahun 2020 nanti, Jerman akan menerapkan peraturan imigrasi baru yang dinamakan skilled imigration act. Peraturan baru ini akan mempermudah tenaga kerja professional yang terkualifikasi dari luar negara-negara Eropa untuk bekerja di Jerman. Organisasi esports Jerman yaitu ESBD telah bertahun-tahun berusaha melegitimasikan esports menjadi sebuah pekerjaan resmi di Jerman. Hasilnya, visa untuk esports akan masuk ke dalam peraturan skilled imigration act pada bulan Maret tahun 2020 nanti.

Beberapa kondisi harus diperhatikan agar bisa mendapatkan kualifikasi untuk mendapatkan visa esports di Jerman: minimal berusia 16 tahun, jumlah gaji tertentu yang telah disetujui dan dikonfirmasi dari federasi Esports yang berwenang.

Sumber: fluxfm
Hans Jagnow | Sumber: fluxfm

Dikutip dari esportbund.de, Hans Jagnow selaku presiden dari ESBD mengatakan, “esports visa ini akan sangat membantu acara-acara esports yang akan diadakan di Jerman. Kami adalah negara pertama yang berhasil mengeluarkan visa khusus untuk esports. Diharapkan semakin banyak lagi acara-acara esports yang akan diadakan di Jerman.”

Di acara esports bertaraf internasional, sudah pasti banyak pihak-pihak yang terlibat yang berasal dari luar negeri. Mengingat cukup banyak kasus penolakan visa terhadap atlet esports sehingga mereka batal mengikuti turnamen, berkat adanya visa ini, semua urusan imigrasi akan dipermudah dan bagi pihak penyelenggara acara tidak usah memusingkan permasalahan imigrasi.

Selain mempermudah penyelenggaraan acara esports di Jerman, visa esports ini juga mempermudah organisasi yang berbasis di Jerman untuk memperkerjakan pemain-pemain dari luar negara-negara Eropa. Sehingga pemain tidak perlu memikirkan kesulitan mendapatkan visa untuk bekerja di organisasi tim esports Jerman.

Sumber: NYTimes
Sumber: NYTimes

Jerman sendiri terbilang cukup sering menjadi tuan rumah acara esports yang berskala besar seperti, League of Legends Championship Series Eropa, CS:GO Starladder Berlin Major, dan PUBG Global Invitational Berlin.

Meski Jerman menjadi negara pertama yang mengeluarkan visa khusus untuk kebutuhan esports, menariknya, esports sendiri juga sempat mengalami penolakan di sana. Di 2018, federasi olimpiade olahraga Jerman (DOSB) pernah mengeluarkan sebuah laporan yang mencoba menjawab sebuah pertanyaan: apakah esports bisa dikategorikan sebagai sebuah olahraga. Kala itu, mereka menjawab dengan gamblang, “tidak.” Menurut laporan tersebut, jika dibandingkan dengan olahraga, esports ada di ‘galaksi’ yang berbeda. Justifikasi mereka kala itu adalah tuntutan fisik yang dimiliki oleh olahraga.

Ubah Struktur, PUBG Global Series Diumumkan Hadir Tahun 2020

Badai tren genre Battle Royale mungkin bisa dibilang sudah habis masanya. Letupan tren genre ini dimulai akhir tahun 2017 lalu lewat game yang dibuat dari mod ARMA II, PlayerUnkown’s Battleground. Setelah hampir dua tahun berlalu, kini tinggal soal mempertahankan agar genre ini tetap menjadi pilihan favorit gamers selain dari MOBA atau FPS klasik 5v5.

Muncul berbarengan dengan tren esports, tak heran jika PUBG (baik PC ataupun Mobile) menggunakan hal tersebut sebagai salah satu cara memasarkan game buatannya. PUBG Mobile sedikit banyak sudah mengumumkan rencana programnya untuk tahun 2020 mendatang. Lalu bagaimana dengan rencana esports dari original PUBG yang hadir di Steam dan PlayStation 4 ini?

Perubahan struktur

Dalam sebuah blog post, PUBG Corp mengumumkan bahwa akan ada perubahan struktur yang cukup signifikan untuk program esports PUBG di tahun 2020 mendatang. Kalau sebelumnya hanya ada satu kompetisi global, yaitu PUBG Global Championship, tahun depan PUBG Corp merencanakan akan ada 4 gelaran kompetisi tingkat internasional strata tertinggi.

Empat gelaran tersebut terdiri dari tiga gelaran PUBG Global Series 2020 (PGS 2020) dan satu gelaran PUBG Global Championship 2020 (PGC 2020). Rangkaian kompetisi internasional ini akan dimulai bulan April 2020 mendatang, dengan Berlin sebagai kota tempat penyelenggaraan. Setelahnya, turnamen PGS seri kedua dan ketiga akan diadakan pada bulan Juli, Oktober, yang ditutup dengan PGC 2020 pada bulan November 2020.

Masing-masing kompetisi ini nantinya akan jadi lebih besar lagi dibanding dengan tahun 2019 ini. Tim peserta setiap kompetisi akan tetap sejumlah 32 tim, namun setiap rangkaian kompetisi nantinya akan menawarkan total hadiah yang lebih besar dengan memanfaatkan sistem crowdfunding lewat penjualan in-game item.

Ini dilakukan melihat dari gelaran PGC tahun ini, yang berhasil mengumpulkan lebih dari US$6 juta (Rp83 miliar) lewat penjualan item-item kosmetik bertemakan PUBG Global Championship. Nantinya akan ada in-game item baru untuk setiap PGS yang akan menambah jumlah total hadiah dan memberikan tambahan pemasukan bagi tim yang mengikuti gelaran tersebut.

Hilangnya struktur liga dan menurunnya antusiasme penonton esports PUBG

Satu yang cukup terasa dari pengumuman perubahan struktur ini adalah hilangnya liga-liga PUBG tingkat regional. PUBG memiliki liga yang dibagi ke dalam tiga regional pada struktur esports secara keseluruhan, yaitu; PUBG Korea League, National PUBG League (NPL – Regional Amerika), dan PUBG Europe League (PEL – Regional Eropa).

Sebelumnya, slot untuk dapat masuk ke dalam kompetisi PUBG Global Championship 2019, salah satunya datang dari liga. Tahun depan, struktur kompetisi kembali menjadi kualifikasi terbuka, yang artinya setiap tim harus mengikuti kualifikasinya di regional masing-masing untuk dapat ikut serta di dalam gelaran PGS ataupun PGC 2020.

Keputusan PUBG Corp untuk menghilangkan liga dari struktur esports internasional sebenarnya cukup masuk akal. Salah satu alasannya adalah semudah karena liga esports PUBG tidak menarik untuk jadi tontonan bagi para gamers, terutama NPL. Mengutip dari esports charts, NPL mengalami penurunan jumlah penonton yang drastis sepanjang masa hidupnya.

Sepanjang 2019, ada tiga fase National PUBG League. Dari tiga fase tersebut, NPL Phase 2 jadi pertandingan dengan total penonton terbanyak. NPL Mencatatkan ditonton sebanyak 457.208 jam, dengan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan sebanyak 32.286 orang. Menariknya, pada NPL Phase 3, jumlah penonton menurun dengan sangat signifikan, dengan jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan sebanyak 8.967 orang.

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Selain dari itu program esports internasional PUBG juga menderita penurunan drastis yang sama. Sejak dari tahun 2018 sampai tahun 2019, ada beberapa gelaran tingkat internasional yang diselenggarakan oleh pengembang, yaitu PUBG Global Invitational 2018, PUBG Nations Cup 2019, PUBG Global Championship 2019.

Sepanjang pelaksanaan tersebut, PUBG menderita penurunan penonton yang drastis, bahkan mencapai lebih dari 50%. Inisiatif pertama, yaitu PUBG Global Invitational berhasil menarik perhatian banyak orang. PGI 2018 mencatatkan data sebanyak 759.909 orang penonton terbanyak di saat yang bersamaan dan ditonton selama 9.303.474 jam.

PUBG Nations Cup 2019 adalah percobaan PUBG Corp untuk sedikit mengubah format kompetisi, dari sebelumnya berupa pertandingan dengan format klub, menjadi dengan format negara. Perubahan tersebut malah membuat jumlah penonton menurun. PNC 2019 hanya ditonton selama 3.405.203 jam dengan jumlah penonton terbanyak pada saat bersamaan sejumlah 492.735 orang.

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

PUBG Global Championship 2019 jadi penurunan yang paling drastis. Walau total jam ditonton hanya berkurang 200 ribu saja, namun jumlah penonton terbanyak di saat bersamaan hanya jadi tinggal 186.468 orang saja. Penurunan jumlah jam ditonton yang tidak signifikan terbilang cukup wajar, mengingat total durasi tayangan PGC mencapai 42 jam, sementara PNC hanya 16 jam saja.

Data penurunan penonton pada esports PUBG jadi menarik dibahas, karena sang adik, PUBG Mobile, juga mengalami fenomena yang sama. Walau tidak segitu signifikan seperti perbandingan antara PNC 2019 dengan PGC 2019, namun tren jumlah penonton PUBG Mobile lewat gelaran PMCO juga mengalami sedikit penurunan.

Tahun 2020 akan jadi tahun yang berat bagi genre battle royale, terutama PUBG, baik PC atau Mobile. Mampukah Tencent dan PUBG Corp. mempertahankan tren esports PUBG di tahun 2020 mendatang?

10 Konten Gaming di YouTube yang Paling Populer di 2019

YouTube Rewind 2019 sudah datang. Anda bisa nyinyir soal ini atau mengambil pelajaran tentang data konten gaming di YouTube yang paling populer.

Data-data ini dirilis di microsite dari YouTube Rewind dan menggunakan data sampai dengan 30 Oktober 2019 (berarti angkanya harusnya lebih besar lagi saat artikel ini ditulis). Tanpa basa-basi lagi, inilah 10 konten gaming terlaris di YouTube.

1. Minecraft

Sumber: Mojang
Sumber: Mojang

Dengan total 100,2 miliar views, Minecraft merajai konten gaming di YouTube. Menariknya, Minecraft kembali naik daun setelah content creator gaming paling populer di YouTube, PewDiePie, kembali mengunggah konten Minecraft di akhir bulan Juni. Sebulan setelah PewDiePie mengunggah video berjudul ‘Minecraft Part 1‘, unggahan video terkait Minecraft mencapai titik tertinggi.

Jumlah pemain Minecraft sendiri juga masih sangat masif yang mencapai 480 juta orang. Minecraft juga jadi salah satu game dengan penjualan terlaris sepanjang masa.

2. Fortnite

Sumber: Epic Games
Sumber: Epic Games

Berada di peringkat dua, ada Fortnite yang telah ditonton selama 60,9 miliar kali. Meski Fortnite bisa dibilang sebagai game paling populer di dunia, ia bukanlah yang paling laris ditonton di Youtube.

Sampai bulan Maret 2019, Fortnite memiliki 250 juta pemain di seluruh dunia. Meski memang game ini ‘hanya’ memiliki 78,3 juta pemain aktif setiap bulannya (MAU).

3. GTA V

Sumber: Best HQ Wallpapers
Sumber: Best HQ Wallpapers

Selanjutnya ada Grand Theft Auto V besutan Rockstar Games yang telah ditonton sebanyak 36,9 miliar kali di tahun 2019 ini. Menariknya, GTA V adalah satu-satunya game di daftar ini yang kuat dari aspek singleplayer dan kedalaman cerita.

Meski demikian, GTA V memang sungguh istimewa. GTA V merupakan produk media terlaris sepanjang sejarah (highest gross) — yang berarti dibandingkan produk musik dan film sekalipun. GTA V mencatatkan angka penjualan sebesar US$6 miliarBandingkan dengan Avengers: Endgame yang hanya mencetak uang sebesar US$2,7 miliar.

4. Garena Free Fire

Image Credit: Garena
Image Credit: Garena

Konten Free Fire di YouTube berhasil ditonton setidaknya 29,9 miliar kali sepanjang 2019. Free Fire mungkin adalah satu-satunya game yang masuk peringkat 5 besar yang tidak laris di pasar barat, yang memang lebih suka dengan platform PC ataupun console.

Namun demikian, popularitas Free Fire di Brasil dan Asia Tenggara ternyata mampu mengalahkan 6 game lainnya di daftar ini. Game ini juga ternyata memiliki 450 juta gamer di seluruh dunia dengan 50 juta pemain aktif setiap harinya (DAU), menurut data bulan Mei 2019.

5. Roblox

Jujur saja, mungkin inilah satu-satunya game di daftar ini yang paling tidak familiar di kepala saya. Namun, jika sekilas melihat gameplay-nya, Roblox menawarkan konsep yang mirip dengan Minecraft yang memberikan ruang bermain bebas (sandbox) yang memang cocok bagi komunitasnya memamerkan kreasi mereka sendiri lewat YouTube. Konten Roblox di YouTube berhasil ditonton sebanyak 29,6 miliar kali sepanjang tahun 2019.

Menurut data yang dirilis di bulan April 2019, Roblox memiliki 90 juta pemain aktif setiap bulannya (MAU) di seluruh dunia.

6. PUBG Mobile

Sumber: PUBG Mobile
Sumber: PUBG Mobile

Sayangnya, untuk peringkat 6 dan seterusnya, tidak ada angka yang disuguhkan untuk setiap game. Meski demikian, saya kira tetap menarik dan berguna jika kita melanjutkan daftar ini.

PUBG Mobile memang langsung mencuri perhatian saat ia dirilis pertama kali. PUBG (versi PC-nya) sendiri memang sedang hangat-hangatnya saat versi mobile-nya dirilis. Sayangnya, game ini sepertinya kehilangan momentum dan kalah popularitasnya ketimbang Free Fire – setidaknya dari pengamatan saya di scene esports Indonesia. Mungkin karena memang Free Fire memiliki requirements yang lebih ringan dari sisi perangkat yang digunakan.

Meski begitu, pada bulan Juni 2019, game ini telah mencatatkan total pengguna sebanyak 400 juta dengan 50 juta pemain aktif setiap hari (DAU) di seluruh penjuru dunia.

7. Playerunknown’s Battlegrounds (PUBG)

Sumber: PUBG
Sumber: PUBG

Jika PUBG Mobile kalah dengan Free Fire di platform mobile, PUBG juga sepertinya kalah popularitasnya di platform yang lebih dewasa dibanding Fortnite.

Hal ini juga terlihat dari penurunan pemain aktifnya (concurrent players) di platform PC (Steam) dari titik tertingginya di Januari 2018. Kala itu PUBG mampu menarik 3,2 juta pemain aktif di saat yang sama. Namun menurut data terakhir dari Statista, di bulan November 2019 kemarin, concurrent players-nya menurun hingga di angka 695 ribu.

8. League of Legends

Sumber: League of Legends
Sumber: League of Legends

Meski League of Legends (LoL) jadi game paling populer di Twitch (saat artikel ini ditulis), nampaknya game ini tak begitu populer di YouTube. Namun demikian, tetap saja LoL adalah salah satu game paling laris di dunia sampai hari ini. Menurut data yang diungkap oleh Riot Games selaku publisher-nya di bulan September 2019, ada 8 juta concurrent players setiap harinya.

9. Brawl Stars

Sumber: Red Bull
Sumber: Red Bull

Di peringkat 9, kita kembali ke platform mobile. Brawl Stars adalah game besutan Supercell yang sebelumnya lebih dikenal dari Clash of Clans dan Clash Royale. Nampaknya, setidaknya di YouTube, Brawl Stars sudah mengalahkan popularitas 2 saudara tuanya itu tadi.

Menariknya, meski diperuntukkan untuk platform mobile, game ini tak terlalu populer di Indonesia. Menurut data bulan Juli 2018, 5 negara dengan pemain Brawl Stars terbanyak adalah Singapura, Finlandia, Macau, Hong Kong, dan Malaysia.

10. Mobile Legends: Bang Bang

Sama seperti Free Fire ataupun PUBG Mobile, saya mungkin tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang game ini. Setidaknya, di Indonesia, MLBB adalah salah satu game esports terlaris sampai artikel ini ditulis.

Di Indonesia saja, menurut data dari Moonton selaku publisher-nya, MLBB memiliki 31 juta pengguna aktif setiap bulannya (MAU). Lalu kenapa game ini ‘hanya’ bertengger di peringkat 10 di YouTube? Bisa jadi karena turnamen-turnamen resmi dari Moonton seperti MPL (Mobile Legends: Bang Bang Professional League) di 4 kawasan (Indonesia, Malaysia-Singapura, Filipina, dan Myanmar) dan MSC (Mobile Legends: Bang Bang Southeast Asia Cup) 2019 hanya tayang eksklusif di Facebook. Hanya M1 World Championship 2019 yang tayang eksklusif di YouTube.

Terakhir, sebagai penutup, uniknya 10 game yang paling populer di YouTube tadi tidak ada yang dirilis di tahun 2019 ini. Daftarnya dipenuhi dengan game-game yang punya komunitas besar tapi rajin mendapatkan update.